Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

IMAN KEPADA HARI AKHIR

1. Pengertian Iman Kepada Hari Akhir

Iman , pengertian Iman menurut bahasa adalah “percaya/meyakini”. Sedangkan Hari


Akhir adalah dimana seluruh alam semesta akan hancur, dan ketentuan itu sudah dirumuskan oleh Allah
SWT. Jadi beriman kepada Hari Akhir adalah meyakini dan mempercayai bahwasanya hari akhir pasti
akan tiba yang sesuai dengan keterangan-keterangan Allah melalui firman-firmanya dalam Al-quran.

Beriman kepada hari akhir termasuk salah satu rukun iman yang ke enam, kita wajib beriman
pada suatu saat Allah akan menentukan hari kiamat atau hari akhir, yakni hancurnya alam semesta tanpa
ada yang ketingalan sedikitpun, sebagai awal adanya alam akhirat. Sesuatu yang telah dijanjikan oleh
Allah pasti adanya firman Allah dalam surat Al-Hajj ayat 7. Yang artinya : ( Dan sesungguhnya hari
kiamat pasti akan datangnya dan bahwsanya Allah membangkitkan semua orang didalam kubur).

Hari kiamat adalah hari kebangkian manusia dari kubur kemudian dihisab atau dihitung amal
perbuatanya semasa hidupnya, amal baik memperolah balasan baik, sedangkan amal jahat memperoleh
balasan siksa.Pada hari itu merupakan hari penghisapan dunia yang sesudahnya tidak ada lagi dan sebagai
awal hari akhirat yang ditunggu manusia, karena hari akhirat adalah hari kelanjutan dunia.kapankah hari
kiamat itu ? Sesugguhnya hanya Allah yang maha mengetahui.

Kedahsyatan hari kiamat mampu meluluhlantakan segala yang ada dialam semesta ini. Al-Quran
telah memberikan gambaran dalam surat Al-qoriah ayat 1-4: yang artinya : (Hari kaimat, Apakah hari
kiamat itu ?. Taukah kamu apakah hari kiamat itu?Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang
bertebaran, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihamburkan).
Setelah semua makhluk mati dan hancur, maka digantikanlah dengan alam lain yang baru sama
sekali, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Ibrohim Ayat 48. yang artinya: (Pada hari itu bumi
diganti dengan bumi lain, dan demikian pula langit diganti dengan langit yang lain. Mereka semuanya
berkumpul (dipadang masyar) menghadap kehadirat Allah yang maha esa lagi maha perkasa).
2. Landasan Hukum Iman Kepada Hari Akhir
Surat Al-Baqarah ayat 177 :

َ ‫ب َوال َّنبِيِِّينَ َوآت َى ْال َما َل‬


‫ع َلى ُحبِِّ ِه‬ ِ ‫اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم اآلخِ ِر َو ْال َمالئِ َك ِة َو ْال ِكت َا‬
َّ ِ‫ب َولَك َِّن ْالبِ َّر َم ْن آ َمنَ ب‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬ ِ ‫ْس ْالبِ َّر أ َ ْن ت ُ َولُّوا ُو ُجو َه ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬َ ‫لَي‬
‫صا ِب ِرينَ فِي‬ َّ ‫عا َهدُوا َوال‬ َ ‫الزكَاة َ َو ْال ُموفُونَ ِب َع ْه ِد ِه ْم ِإذَا‬ َّ ‫صالة َ َوآت َى‬ َّ ‫ام ال‬َ َ‫ب َوأَق‬ ِ ‫الرقَا‬ِّ ِ ‫س ِبي ِل َوالسَّائِلِينَ َوفِي‬ َّ ‫ساكِينَ َوابْنَ ال‬ َ ‫ذَ ِوي ْالقُ ْربَى َو ْاليَت َا َمى َو ْال َم‬
َ‫صدَقُوا َوأُولَئِكَ ُه ُم ْال ُمتَّقُون‬ َ َ‫ساءِ َوالض ََّّراءِ َوحِ ينَ ْال َبأ ْ ِس أُولَئِكَ الَّذِين‬ َ ْ ‫ْال َبأ‬

Artinya : “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman keada Allah, hari Akhir, Malaikat-Malaikat, Kitab-
Kitab dan Nabi-Nabi…” (Al-Baqarah 2:177)

3. Hukum Beriman Kepada Hari Akhir


Beriman dengan hari akhir hukumnya wajib bagi setiap muslim karena merupakan salah satu di antara
enam rukun iman. Bahkan, di antara rukun iman yang enam, iman kepada hari akhir merupakan salah satu
yang banyak dibicarakan di dalam ayat-ayat makkiyyah dan yang banyak didakwahkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di awal-awal masa kenabian beliau. Hal tersebut menunjukkan
bahwa keimanan kepada hari akhir merupakan hal yang sangat penting dan paling mendasar di dalam
Islam.

Terdapat banyak sekali ayat yang menyatakan wajibnya beriman dengan hari akhir. Bahkan di dalam
banyak ayat pula, Allah menyebutkan keimanan kepada Allah dan keimanan kepada hari akhir secara
bergandengan. Semisal dalam Surat An Nisa’ ayat 162, Allah berfirman (yang artinya), “Dan orang-
orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari akhir, orang-
orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar”. Digandengkannya keimanan
kepada Allah dan keimanan kepada hari akhir menunjukkan betapa pentingnya keimanan kepada hari
akhir di dalam Islam.

4. Hal-hal Yang Berhubungan dengan Hari AKhir


- Macam-Macam Hari Akhir dan Tanda-tandanya
a. Kiamat Sugra ( kiamat kecil )
Yaitu kehancuran, kematian, atau berakhirnya kehidupan setiap makhluk yang bernyawa. Firman Allah
SWT dalam surat Ar-Rahman ayat 26-27 :
Artinya : “Semua yang ada di bumi akan binasa. Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan.”
Tanda-tanda kiamat shugra (kecil), yang sebagian di antaranya sudah tampak dalam kehidupan sekarang
ini:
 Ajaran Islam kurang diperhatikan dan bahkan ditinggalkan oleh kaum Muslim.
 Jumlah ulama (ahli agama) yang sesungguhnya semakin sedikit, sebaliknya banyak orang bodoh yang
mengaku ulama dan menyesatkan umat.
 Perzinahan dilakukan terang-terangan dan sudah menjadi suatu kebiasaan di masyarakat luas.
 Begitu pula mabuk-mabukan yang banyak dilakukan seolah bukan perbuatan yang diharamkan.
 Jumlah wanita semakin lebih banyak dibandingkan dengan pria, dan mereka sudah tidak malu lagi
berpakaian setengah telanjang.
 Banyak wanita yang berdandan/berpenampilan seperti pria, begitu juga sebaliknya.
 Umat manusia berlomba menumpuk kekayaan dengan jalan yang tidak halal serta maraknya praktek
riba.
 Para orangtua menjadi budak dan diperlakukan sewenang-wenang oleh anak-anaknya.
 Semakin banyak fitnah yang menimpa umat Islam.
 sering terjadi bencana alam, pembunuhan, dan peperangan.
 Banyaknya perceraian.
 Bermewah-mewah dalam membangun masjid sementara jamaahnya sedikit, serta saling
membanggakan keindahan masjid.

b. Kiamat Kubra ( kiamat besar )


Yaitu peristiwa besar atau hancur binasanya alam semesta beserta isinya ( makhluk ) sebagai awal
dimulainya kehidupan akhirat. Kiamat pasti terjadi, tetapi tidak seorang pun mengetahui waktu terjadinya
kiamat, termasuk para nabi dan rasul-Nya karena kiamat itu didatangkan secara tiba-tiba dan hanya Allah
SWT yang mengetahuinya. Firman Allah SWT dalam surat Al-A’raf ayat 187 :
Artinya : “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang kiamat,”Bilakah terjadinya?”
Katakanlah,”Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada sisi Tuhanku, tidak seorang pun
yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat ( bagi makhluk ) yang di
langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu, melainkan dengan tiba-tiba.
Tanda-tanda kiamat kubra (besar)
 Waktu berputar semakin cepat, sehingga setahun terasa sebulan, sebulan terasa seminggu.
 Matahari terbit di sebelah barat.
 Keluarnya Dajjal, yaitu sosok pembohong yang menutupi kebenaran.
 Adanya Ya’juj dan Ma’juj, yaitu segolongan umat manusia yang mempunyai kekuatan besar dan
berpikiran sesat.
 Turunnya Imam Mahdi ke dunia untuk meluruskan syari’at Islam dan menghidupkan sunnah-sunnah
Rasulullah saw.
 Turunnya Nabi Isa as. dari langit yang akan memperjuangkan kebenaran bersama Imam Mahdi. Dialah
yang menumpas Dajjal serta mengajak umat manusia mengesakan Allah swt dan menyambah-Nya.
 Hilangnya Al Quran dari mashaf san hati umat manusia hingga hilang pedoman.
Tanda-tanda kecil datangnya hari kiamat secara umum datang lebih dahulu dari tanda-tanda besar, serta
sebagiannya sudah terjadi. Jika tanda-tanda besar muncul telah muncul satu, maka akan diikuti tanda-
tanda yang lainnya, yaitu yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari barat. Demikianlah
kita sebagai umat manusia hendaknya mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan taat dan takwa kepada
Allah swt, karena bagaimanapun juga tanda-tanda kecil datangnya kiamat telah banyak terjadi dan itu
semua sebagai peringatan agar manusia sadar dan bertaubat.

5. Perilaku Yang Mencerminkan Pada Hari Akhir:


a. Menjadikan sesorang lebih meyakini adanya kehidupan berikutnya (kebangkitan).
b. Meyakini bagian-bagian dari peristiwa hari akhir, seperti adanya hisab (perhitungan), mizan
(tibangan amal), surga dan neraka sebagai konsekuensi sebagai manusia untuk mempertanggung
jawabkan semua perbuatan-perbuatanyya selama hidup di dunia.
c. Memberi dorongan untuk bersikap disiplin, taat, dan patuh menjalankan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya serta takut terhadap azab Allah.
d. Mendorong untuk selalu berbuat baik (beramal saleh) karena semua amal perbuatan manusia selama
hidup di dunia akan nemdapatkan balasan.
e. Iman kepada hari akhir akan memiliki nilai positif bagi hidup dan kehidupan manusia di duinia
melalui kesadarannya untuk beperilaku sebagai berikut:
1. Selalu bertindak hati-hati dengan mendasarkan kesadaran yang tinggi dan iman yang baik sesuai
dengan ajaran Islam.
2. Selalu berdisiplin dan mematuhi ajaran agama Allah, karena mengrtahui segala prerbuatan akan
selalu dipantau , dicatat, dan diperhitungkan pada pengadilan akhirat kelak.
3. Memiliki pandangan hidup optimis dan raja atau penuh pengharapan bahhwa kelak Allah pasti
akan memberi balasan yang setimpal atas perbuatan manusia sesuai dengan janji-Nya.
4. Memiliki dorongan untuk merasakan kenikmatan dan merasakan siksaan. Adanya gambaran
surga dan neraka akan membuatnya selalu ingin melaksanakan kebaikan dan tidak
melaksanakan dosa dan kemaksiatan.
5. Menyadarkan manusia dari sifat lupa diri terhadap kesenangan dunia dan berusaha
menyelaraskan kebutuhan dunuaiwi dan ukhrawi.
6. Menghilangkan sifat egois dan berusaha memupuk sifat sosial agamis, yakni mengutamakan
kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi atau berbuat demi kemaslahatan teman.

6. Hikmah Iman Kepada Hari Akhir


a. Memperoleh ketentraman dan ketenangan
b. Memperoleh keyakinan bahwa Allah SWT akan membalas segala perbuatan manusia, baik maupun
buruk
c. Berperilaku baik
d. Berani dalam membela kebenaran dan rela berkorban
e. Tidak iri terhadap kenikmatan orang lain
f. Terhindar dari sifat tamak, rakus dan kikir
BAB 2
IMAN KEPADA QADHA’ DAN QADAR

A. Pengertian Iman Kepada Qadha’ dan Qadar Allah


Qadha’ menurut ilmu tauhid memiliki pengertian yaitu sesuatu yang sudah terjadi atau telah
terjadi pada seseorang, artinya yaitu kejadian tersebut telah berlalu atau telah dilakukan.
Sedangkan Qadar menurut ilmu tauhid, memiliki pengertian takdir dimana apabila diperluas
pengertiannya yaitu sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah SWT. kepada hamba-hamba-Nya baik
bersifat perseorangan maupun golongan, baik tentang nasib (perjalanan hidup) ataupun tentang peraturan-
peraturan yang ditetapkan. Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk yang diciptakan oleh
Allah SWT. memiliki ukuran, kekuatan, watak, kegunaan dan kemampuan yang berbeda-beda sesuai
dengan yang telah ditentukan oleh Allah SWT.. Namun demikian, khususnya manusia diberikan
keistimewaan tersendiri oleh Allah SWT. untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk
melalui pertimbangan akal dan hatinya. Oleh karena itu, mempercayai Qadar merupakan salah satu rukun
iman.
Adapula pendapat yang mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadha’ dan qadar adalah
kehendak Allah yang azali untuk menciptakan sesuatu dalam bentuk tertentu (qadha) kemudian
mewujudkannya atau merealisasikannya dalam kehidupan nyata yang kongkrit seusuai dengan kehendak
yang azali itu (qadar). Namun sebagian ulama mengatakan sebaliknya, mereka meberpendapat bahwa
qadar ialah rencana atau ketentuan Allah dalam azali dan qadha adalah pelaksanaannya dalam kehidupan
nyata.
Ahlussunnah wal Jama’ah yakin bahwa segala kebaikan dan keburukan itu berdasarkan qadha’
dan qadar Allah, dan Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Tidak ada sesuatu yang keluar dari
kehendak dan kekuasaan-Nya. Allah maha mengetahui sesuatu hal yang akan terjadi dan yang belum
terjadi di masa azali. Allah lah yang menentukan dan mengendaki segala sesuatunya terjadi. Dan dibalik
hal yang telah ditentukannya itu pasti ada hikmahnya. Dia mengetahui takdir seluruh hamba-Nya,
mengetahui tentang rizki, ajal, amal dan yang lainnya. Dapat disimpulkan, qadar adalah perkara yang
telah diketahui dan telah dituliskan oleh Allah dari hal-hal yang akan terjadi hingga akhir zaman nanti.
Ahlussunnah Wal Jamaah juga berkeyakinan bahwa qadar itu adalah rahasia Allah dalam
penciptaan-Nya, tidak ada yang mengetahui sekalipun malaikat yang dekat dengan Allah dan nabi yang
diutus oleh Allah. Mendalami dan mengkaji mengenai hal itu adalah kesesatan, karena Allah SWT.
menutup ilmu tentang qadar dari makluknya, dan melarang mereka untuk membahasnya.
Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa qadha’ dan qadar adalah satu kesatuan dimana
qadha’ merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah disusun, dan qadar merupakan
rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk direalisasikan kepada kehidupan nyata ini.
Qadar dan qadha’ adalah ilmu Allah yang azali terhadap segala sesuatu yang hendak diwujudkan
berupa alam, makhluk, perkara baru dan segala sesuatu.

B. Kebebasan Kehendak Manusia


Dalam kitab Aqidatul Mukmin menjelaskan bahwa apapun yang ada dialam semesta ini adalah
rencana Allah dan apa-apa yang telah kami perhatikan berupa keajaiban penciptaan dan pengaturan, itu
terdapat di semua alam maujud, baik manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda keras.
Dari penjelasan diatas qadha dan qadar Allah ilmu Allah yang azali terhadap segala sesuatu yang
hendak diwujudkan berupa alam, makhluk, perkara baru, dan segala sesuatu. Dengan adanya penciptaan
tentang kadarnya, tatacaranya, sifatnya, masanya, tempatnya, sebabnya, pendahuluannya dan
kesimpulannya tak satupun yang tertinggal dari ketentuan waktunya, mendahului batasan-batasan
masanya, menambah dan mengurangi kadar takdir, dan berubah dalam tatacara dan sifatnya.
Allah Swt. Menciptakan manusia berikut perbuatannya, dan Dia memberi kehendak, kemampuan,
ikhtiar dan ma’isyah yang diberikan Allah untuknya, sehingga perbuatan-perbuatannya berasal dari-Nya
secara hakiki bukan majazi. Kemudian Dia memberikan akal untuknya agar bisa membedakan mana yang
haq dan mana yang bathil. Dia tidak menghisabnya kecuali terhadap perbuatan-perbuatannya yang
dilakukan dengan kehendak dan ikhtiarnya. Manusia tidak dipaksa, akan tetapi manusia memiliki
kehendak dan keikhtiaran, sehingga ia bisa memilih dan perbuatan-perbuatan dan keyakinannya. Hanya
saja kehendak itu mengikuti kehendak Allah. Semua yang dikendaki Allah pasti terjadi, dan apa yang
tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.sebab Allah-lah pencipta alam dan seluruh isinya.
Menurut Ahlus sunnah wal jama’ah Qadar Allah adalah rahasia Allah pada penciptaan-Nya.
Mendalami dan mengkaji mengenai itu adalah kesesatan dan muncul persoalan yang timbul mengenai
kehendak dan kebebasan dalam berbuat. Maksudnya adalah apakah manusia mempunyai kebebasan yang
mutlak atau kehendaknya yang bebas dalam melakukan sesuatu yang dikehendaki atau dia tidak
mempunyai kebebasan apa-apa dalam perbuatannya itu. Segala apa yang dilakukannya adalah mengikuti
sepenuhnya akan ketentuan yang telah digariskan Allah kepadanya sejak zaman azali.

C. Hubungan Kebebasan Manusia dan Allah


Manusia dalam melakukan sesuatu seolah-oleh mereka memiliki kebebasan di dalam setiap
tindakannya, namun ternyata di dalam kebebasan manusia bertindak ada campur tangannya dengan
kehendak Allah SWT.. Dan kedua hal ini sangat berkaitan sekali.
Takdir tentang penciptaan dan pencatatannya itu sudah terdapat di dalam Al-Lauhul Mahfuzh
(papan yang terjaga) sebagaimana ketentuan dalam menetapkan adanya penciptaan tentang kadarnya,
tatacaranya, sifatnya, masanya, tempatnya, sebabnya, pendahuluannya dan kesimpulannya. Tak ada
satupun yang melenceng dari ketentuan-Nya tersebut. Hal ini terjadi karena luasnya ilmu yang dimiliki
Allah SWT. Dia mengetahui segala hal baik yang akan terjadi, yang sedang terjadi, maupun yang sudah
terjadi. Allah juga mengetahui bagaimana sesuatu itu akan terjadi, bagaimana prosesnya, dan bagimana
akhirnya. Kemahakuasaan Allah sangat luas dan Agung, tak ada yang mempu membatasi maupun yang
melemahkannya. Sesuatu yang sudah dikehendaki Allah itu pasti ada dan sesuatu yang tidak
dikehendakinya itu pasti tidak ada.
Selain itu, karena melekatnya Allah dengan benda yang maujud dengan aturan sunnatullah.
Beliau yang menetapkan segala bagian alam baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah dengan
seimbang. Keduanya itu, adalah qadha’ dan qadar. Qadha’ dan qadar ini tidak boleh diingkari kecuali oleh
orang-orang yang sombong dan menentang atau orang bodoh yang membangkang.
Dalam hal ini, manusia memiliki kebebasan dalam usahanya, do’a, dan ikhtiarnya, namun pada
nantinya di hasil akhir nanti Allah lah yang menentukan. Di setiap hal yang dialami oleh manusia terdapat
takdir Allah yang merupakan ketentuan terbaik darinya yang telah disusun-Nya.
Dalam membahas tentang takdir ini banyak sekali aliran yang berbeda pendapat mengenai hal
ini, diantara aliran yang paling menonjol dalam membahas takdir yaitu aliran Jabariyah dan Qadariyah.
Di dalam aliran jabariyah dijelaskan bahwa manusia tidak menciptakan perbuatannya dan apa
yang mereka lakukan itu tidak pantas dikaitkan kepadanya kecuali dengan majaz, yaitu kaitan perbuatan,
bukan kaitan usaha alternatif dan kaitan kehendak. Karena menurut mereka perbuatan itu adalah
perbuatan Allah yang dilaksanakan melalui tangan hamba-hamba-Nya tanpa adanya kehendak dari
hamba. Mereka memiliki ketetapan aqidah bahwa hamba tidak disiksa dan perbuatannya tidak dicela
meskipun dalam tataran kejelekan maupun hal yang tercela. Aliran Jabariyah ini sangat bertentangan
sekali dengan prinsip yang dimiliki oleh aliran qadariyah yang berpendapat bahwa hamba selalu berdiri
sendiri dengan bebas menciptakan perbuatannya. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa hamba itu
menjadi Tuhan yang meciptakan perbuatan yang Dia kehendaki. Dengan demikian menjadikan tauhid
yang merupakan pokok agama menjadi batal.

D. Hikmah Kepada Qada’ Dan Qadar


1. Mendorong orang muslim bekerja keras dan berjuang untuk meningkatkan harkat dan martabatnya di
bumi dan dapat dijadikan suatu daya ruhani yang dapat memperteguh hubungannya dengan Allah
pencipta alam dan semestanya.
2. Menanam keberanian dalam dirinya untuk untuk membela kebenaran dan melaksanakan kewajibannya.
3. Membuat manusia sadar bahwa segala apa yang ada di alam semesta ini berjalan mengikuti ketentuan
Allah Yang Maha Bijaksana.
4. Takdir menuntut orang beriman untuk berusaha dan bekerja, lalu bertawakal dan akhirnya bersyukur
karena Allah atas karunia-Nya dan bersabar atas cobaan dan ujian yang menimpanya.
5. Memperoleh hasil yang mengalir dan buah yang baik.
6. Memperoleh kekuatan watak dan keteguhan hati.
7. Memperoleh ketenangan hati.
8. Akan terlepas dari kebingunagan dan kegelisahan pada dirinya, yang terwujud hanya keberanian yang
kuat untuk mngedepankan urusan tanpa ada ketakutan, kecemasan, dan keragu-raguan.
9. Menjadi manusia yng bersih jiwanya.
10. Di samping itu, dia menjadi manusia yang sangat mulia ucapan dan jiwanya.

Anda mungkin juga menyukai