Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK AL-ISLAM

FIQIH DAN SYARIAH

Disusun Oleh :
Ahda Maleta Zahra 196210483
Hesty Elfianora 196210145
Irma Heriana 196210488

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020
A.PENGERTIAN SYARIAH DAN FIQIH
Pengertian Syari'ah

Kata syarî’ah itu asalnya dari kata kerja syara’a. kata ini menurut ar-Razi dalam bukunya Mukhtâr-us
Shihah,bisa berarti nahaja (menempuh), awdhaha (menjelaskan) dan bayyan-al masâlik (menunjukkan
jalan). Sedangkan ungkapan syara’a lahum – yasyra’u – syar’an artinya adalah sanna (menetapkan).
Sedang menurut Al-Jurjani, syarî’ah bisa juga artnya mazhab dan tharîqah mustaqîmah /jalan yang
lurus.Jadi arti kata syarî’ah secara bahasa banyak artinya. Ungkapan syari’ah Islamiyyah yang kita
bicarakan maksudnya bukanlah semua arti secara bahasa itu.

Kata syarî’ah juga seperti itu, para ulama akhirnya menggunakan istilah syarîah dengan arti selain arti
bahasanya, lalu mentradisi. Maka setiap disebut kata syarî’ah, langsung dipahami dengan artinya secara
tradisi itu. Imam al-Qurthubi menyebut bahwa syarî’ah artinya adalah agama yang ditetapkan oleh Allah
Swt untuk hamba-hamba-Nya yang terdiri dari berbagai hukum dan ketentuan.Hukum dan ketentuan
Allah itu disebut syariat karena memiliki kesamaan dengan sumber air minum yang menjadi sumber
kehidupan bagi makhluk hidup. Makanya menurut Ibn-ul Manzhur syariat itu artinya sama dengan
agama.

Pengertian Fiqih

Fiqih menurut bahasa berarti ‘paham’, dan Fiqih Secara Istilah Mengandung Dua Arti:

Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf
(mereka yang sudah terbebani menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang
bersifat terperinci, berupa nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang
berupa ijma’ dan ijtihad.

Hukum-hukum syari’at itu sendiri. Jadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama di
gunakan untuk mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu
perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada),
sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syari’at itu sendiri (yaitu hukum apa saja yang
terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun, kewajiban-
kewajiban, atau sunnah-sunnahnya).
B.PEMBAGIAN FIQIH DAN PERBEDAAN SERTA HUBUNGAN ANTARA
KEDUANYA

Pembagian Fiqih

Fiqih Islam terbagi atas 4 bagian:

1. Ibadat

Ibadah artinya pengabdian dan penyembahan seorang Muslim terhadap Allah yang dilakukan
dengan merendahkan diri serendah-rendahnya dan dengan niat yang ikhlas menurut cara-cara
yang ditentukan oleh agama.

2.Muamalat

Muamalat ialah peraturan agama untuk menjaga hak milik manusia dalam tukar menukar
barang atau seuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditentukan agama agar tidak
terdapat keterpaksaan dari salah satu pihak, penipuan, pemalsuan, dan segala pendzaliman
yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.

3. Munakahat

Munakahat ialah undang undang perkawinan atau akad yang menghalalkan pergaulan antara
seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya untuk mendapatkan kebahagiaan
rumah tangga dan menyelesaikan pertikaian yang mungkin terjadi antara keduanya.

4. Jinayat

Jinayat ialah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan dapat menimbulkan hukuman
demi untuk menjaga harta, jiwa serta hak azasi manusia.

Perbedaan Syariah dan Fiqih

1. Ruang Lingkup Syariah dan Fiqih


Dari segi ruang lingkup, ternyata syariah lebih luas dari ruang lingkup fiqih. Karena syariah
mencakup masalah akidah, akhlaq, ibadah, muamalah, dan segala hal yang terkait dengan
ketentuan Allah SWT kepada hambanya.

Sedangkan ruang lingkup fiqih terbatas masalah teknis hukum yang bersifat amaliyah atau
praktis saja, seperti hukum-hukum tentang najis, hadats, wudhu’, mandi janabah, tayammum,
istinja’, shalat, zakat, puasa, jual-beli, sewa, gadai, kehalalan makanan dan seterusnya.

Objek pembahasan fiqih berhenti ketika kita bicara tentang ha-hal yang menyangkut aqidah,
seperti kajian tentang sifat-sifat Allah, sifat para nabi, malaikat, atau hari qiyamat, surga dan
neraka.

Objek pembahasan fiqih juga keluar dari wilayah hati serta perasaan seorang manusia, seperti
rasa rindu, cinta dan takut kepada Allah. Termasuk juga rasa untuk berbaik sangka, tawakkal
dan menghamba kepada-Nya dan seterusnya.

Objek pembahasan fiqih juga keluar dari pembahasan tentang akhlaq mulia atau sebaliknya.
Fiqih tidak membicarakan hal-hal yang terkait dengan menjaga diri dari sifat sombong, riya’,
ingin dipuji, membanggakan diri, hasad, dengki, iri hati, atau ujub.

Sedangkan syariah, termasuk di dalamnya semua objek pembahasan dalam ilmu fiqih itu, plus
dengan semua hal di atas, yaitu masalah aqidah, akhlaq dan juga hukum-hukum fiqih.

2. Syariah Bersifat Universal

Syariah adalah ketentuan Allah SWT yang bersifat universal, bukan hanya berlaku buat suatu
tempat dan masa yang terbatas, tetapi menembus ruang dan waktu.

Kita menyebut ketentuan dan peraturan dari Allah SWT kepada Bani Israil di masa nabi-nabi
terdahulu sebagai syariah, dan tidak kita sebut dengan istilah fiqih.
Misalnya ketika mereka melanggar aturan yang tidak membolehkan mereka mencari ikan di
ُ ) yang akar katanya
hari Sabtu. Aturan itu di dalam Al-Quran disebut dengan istilah syurra’a (‫ش َّرع‬
sama dengan syariah.

َ ‫ت ِإذْ تَأْتِي ِه ْم ِحيت َانُ ُه ْم يَ ْو َم‬


ُ ‫س ْبتِ ِه ْم‬
‫ش َّرعا‬ َّ ‫اض َرة َ ْالبَحْ ِر ِإذْ يَ ْعدُونَ فِي ال‬
ِ ‫س ْب‬ ْ ‫وا َ ْسأ َ ْل ُه ْم َع ِن ْالقَ ْريَ ِة الَّتِي كَان‬
ِ ‫َت َح‬

Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka
melanggar aturan pada hari Sabtu. (QS. Al-A’raf : 163)

Di dalam ayat yang lain juga disebutkan istilah syariah dengan pengertian bahwa Allah SWT
menetapkan suatu aturan dan ketentuan kepada para Nabi di masa lalu.

‫سى‬
َ ‫سى َو ِعي‬
َ ‫ِيم َو ُمو‬ َّ ‫صى بِ ِه نُوحا َوالَّذِي أ َ ْو َح ْينَا إِلَيْكَ َو َما َو‬
َ ‫ص ْينَا بِ ِه إِب َْراه‬ ِ ‫ع لَ ُكم ِمنَ الد‬
َّ ‫ِين َما َو‬ َ ‫ش ََر‬

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa. (QS. As-Syura : 13)

Karena itulah maka salah satu istilah dalam ilmu ushul fiqih disebut dengan dalil syar’u man
qablana, bukan fiqhu man qablana. Apa yang Allah SWT berlakukan buat umat terdahulu
disebut sebagai syariah, tetapi tidak disebut dengan istilah fiqih. Semua ini menunjukkan bahwa
syariah lebih universal dibandingkan dengan fiqih.

3. Fiqih Adalah Apa Yang Dipahami

Perbedaan yang juga sangat prinsipil antara fiqih dan syariah, adalah bahwa fiqih itu
merupakan apa yang dipahami oleh mujtahid atas dalil-dalil samawi dan bagaimana hukumnya
ketika diterapkan pada realitas kehidupan, pada suatu zaman dan tempat.

Jadi pada hakikatnya, fiqih itu adalah hasil dari sebuah ijtihad, tentunya yang telah lulus dari
penyimpangan kaidah-kaidah dalam berijtihad, atas suatu urusan dan perkara.
Sehingga sangat dimungkin hasil ijithad itu berbeda antara seorang mujtahid dengan mujtahid
lainnya.

Sedangkan syariah lebih sering dipahami sebagai hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT dalam kehidupan ini. Pembicaraan tentang syariah belum menyentuh wilayah
perbedaan pendapat dan pemahaman dari para ahli fiqih.

Hubungan antara syariah dan fiqih

· Syariah merupakan dasar atau landasan dari fikih, sedangkan fikih merupakan
pemahaman dan penjabaran dari syariah.

· Konsekuensi dari hal itu adalah bahwa fikih tidak boleh bertentangan dengan syariah dan
fikih tidak boleh menghapus ketentuan syariah. Kalo terjadi syariah dan fikih berbeda, maka
fikihnya tidak berlaku

C.SUMBER, DASAR HUKUM, TUJUAN DAN HIKMAHNYA

Sumber Ilmu Fiqih

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw yang
sampai kepada kita dari sumber-sumber yang terpercaya. Al-qur’an merupakan mukjizat
terbesar yang diberikan kepada rasul terakhir Muhammad saw, kitab suci agama islam yang
akan terjaga keasliannya hingga akhir zaman. Susunan bahasa dan gaya sastra al-qur’an yang
tinggi menjadi bukti kuat jika ayat-ayat dalam al-Qur’an bukanlah buatan manusia melainkan
wahyu Allah.

2. As-Sunah

Sunah ialah perkataan, perbuatan, dan pengakuan Nabi kita Muhammad saw yang dapat
dijadikan dasar hukum Islam. Perkataan Nabi saw adalah sabda beliau saw yang dilantunkan
dari lisan beliau sendiri kepada para sahabat. Perbuatan Nabi saw adalah semua tindak tanduk
perbuatan beliau yang diriwayatkan oleh para sahabat, misalnya beliau mengajarkan kepada
para shahabatnya bagaimana cara sholat. Pengakuan Nabi saw ialah perbuatan para sahabat di
hadapan Nabi saw yang dibiarkan dan tidak dicegah oleh beliau, misalnya diamnya beliau
sewaktu menyaksikan shahabat memakan daging biyawak pada suatu masa.

Allah berfirman:

‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َها ُك ْم َع ْنهُ فَانتَ ُهو‬ َّ ‫َو َما آت َا ُك ُم‬
ُ ‫الر‬

“Dan apa yang diberikan rasul kepadamu, terimalah ia, dan apa yang dilarang olehnya atasmu,
tinggalkanlah.” (al-Hasyr: 7)

3. Al-Ijma’

Ijma’ ialah kesepakatan para mujtahid atau ulama umat nabi Muhammad saw dalam suatu
masa setelah wafat beliau atas suatu hukum tertentu. Selanjutnya jika mereka telah
mensepakati masalah hukum tersebut, maka hukum itu menjadi aturan agama yang wajib
diikuti dan tidak mungkin menghindarinya. Contohnya Ijma’ para shahabat Nabi saw dimasa
sayyidina Umar ra dalam menegakkan sholat tarawih.

Allah berfirman:

‫صيرا‬
ِ ‫ت َم‬ ْ ُ‫سبِي ِل ْال ُمؤْ ِمنِينَ نُ َو ِل ِه َما ت ََولَّ ٰى َون‬
َ ‫ص ِل ِه َج َهنَّ َم َو‬
ْ ‫سا َء‬ َ ‫سو َل ِمن بَ ْع ِد َما تَ َبيَّنَ لَهُ ْال ُهدَ ٰى َويَتَّبِ ْع َغي َْر‬
ُ ‫الر‬
َّ ‫ق‬ِ ِ‫َو َمن يُشَاق‬

”Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk
tempat kembali.” (Q.S an-Nisa’: 115).

4. Al-Qiyas
Qiyas ialah persamaan hukum sesuatu yang tidak ada dalilnya dengan hukum sesuatu yang ada
dalilnya dikarnakan hampir bersamaan atau karena adanya persamaan hukum. Jumhur ulama
muslimin bersepakat bahwa qiyas merupakan hujjah syar’i dan selanjutnya mejadi sumber
hukum, contohnya:

Allah telah mengharamkan Khamr (arak), karena merusak Akal, membinasakan badan,
menghabiskan harta , Maka segala minuman yang memabukkan hukumnya haram dikiyaskan
dari khamr (arak).

Rasulallah telah mewajibkan zakat ternak unta, sapi dan kambing. Maka segala hewan ternak
yang sejenis hewan tersebut diatas maka wajib dizakatkan contonya kerbau wajib dizakatkan
dikiyaskan dari sapi

Allah berfirman:

‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫فَا ْعتَبِ ُروا يَا أُو ِلي ْاْل َ ْب‬

“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai
pandangan”. (al-Hasyr 2).

Dasar hukum fiqih

A.Wajib

Menurut Imam Ibnu Qudamah, wajib memiliki pengertian:

‫ما توعد بالعقاب بتركه‬

Artinya, “Segala sesuatu yang apabila ditinggalkan, mendapatkan ancaman siksa.”

“Ancaman diksa” tidak menafikan adanya ampunan di akhirat, sebagaimana penjelasan Al-
Quran:
َ َ‫َويَ ۡغ ِف ُر َما د ُونَ ٰذَلِكَ ِل َمن ي‬
‫شا ٓ ُء‬

“…dan Allah akan mengampuni dosa yang besarnya di bawah kemusyrikan, bagi siapa yang Dia
kehendaki.” [An-Nisa: 48 & 166]

Sementara itu, Syaikh Muhammad Al-Amin bin Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithi


mendefinisikan wajib sebagai:

‫ما أمر به أمرا جازما‬

Yaitu, “Segala sesuatu yang diperintahkan dengan sangat agar dikerjakan.”

Sehingga konsekuensi wajib ialah bahwa orang yang mengerjakannya akan dijanjikan pahala,
sementara orang yang enggan mengerjakannya akan diancam siksa. Contohnya: shalat 5 waktu,
puasa Ramadhan, zakat, dan sebagainya.

B.Sunnah

Salah satu definisi sunnah ialah apa yang disebutkan oleh Ibnu Qudamah sebagai berikut:

‫ما فعله الثواب و ليس في تركه عقاب‬

Artinya, “Sesuatu yang apabila dikerjakan akan peroleh pahala, dan jika ditinggalkan tidak
terancam siksa.”

Definisi ini oleh Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi dinilai sebagai definisi terbaik yang
dibawakan oleh Ibnu Qudamah dalam kitabnya, Raudhatun Nazhir.

Defini lain untuk sunnah ialah:


‫ما أمر به أمرا غير جازم‬

Artinya, “Sesuatu yang diperintahkan tanpa penekanan.”

C.Mubah

Dalam Raudhah, disebutkan sebagai berikut:

‫ما أذن هللا في تركه و فعله غير مقترن بذم فاعله و تاركه و ال مدحه من الشرع‬

Maksudnya, “Sesuatu yang Allah perkenankan; dikerjakan atau ditinggalkan, tidak diiringi
dengan pujian atau celaan terhadap orang yang melakukan atau yang meninggalkannya.”

D.Makruh

Definisi makruh ialah:

‫ما تركه خير من فعله‬

“Sesuatu yang jika ditinggalkan lebih baik daripada dilakukan.”

Makruh juga dapat didefinisikan sebagai berikut:

‫ما نهي عنه نهيا غير جازم‬

“Sesuatu yang dilarang dengan tanpa penekanan.”

Istilah makruh juga biasa dipakai untuk mewakili istilah mahzhur dan nahyu tanzih. Makruh
dengan definisi di atas ialah menurut Bahasa ulama-ulama fikih. Sedangkan makruh dalam Al-
Quran, maka bermakna mahzhur (terlarang). Hal ini seperti yang firman Allah Ta’ala:
ُّ‫وها ر ِبكُّ ِعندُّ س ِيئُهُۥ كانُّ َٰذ ِلكُّ ُكل‬
ٗ ‫م ۡك ُر‬

“Semua itu kejahatannya amat di-makruh-i oleh Rabb-mu.” [Al-Isra’: 38]

Makruh dalam ayat ini bermakna dibenci, dilarang, ditegah. Bukan makruh menurut istilah
kitab-kitab fiqih dan ushul fiqih.

E.Haram

Pengertian haram ialah rival daripada wajib, yaitu:

‫ما في تركه الثواب و في فعله العقاب‬

Artinya, “Sesuatu yang apabila ditinggalkan berpahala dan jika dikerjakan disiksa.”

Atau:

‫ما نهي عنه نهيا جازما‬

Yakni, “Sesuatu yang dialarang dengan keras.”

TUJUAN FIQIH

Tujuan dari fiqih adalah menerapkan hukum-hukum syari’at terhadap perbuatan dan ucapan
manusia. Karena itu, ilmu fiqih adalah tempat kembalinya seorang hakim dalam keputusannya,
tempat kembalinya seorang mufti dalam fatwanya, dan tempat kembali seorang mukallaf untuk
dapat mengetahui hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan ucapan dan perbuatan yang
muncul dari dirinya.[12]

Yang menjadi dasar dan pendorong bagi umat islam untuk mempelajari fiqih ialah :

1). Untuk mencari kebiasaan faham dan pengertian dari agama Islam.

2). Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan kehidupan manusia .
3). Kaum muslimin harus bertafaqquh baik dalam bidang aqaid dan akhlaq maupun dalam
bidang dan muamalat.

Oleh karena demikian sebagian kaum muslimin harus pergi menuntut ilmu
pengetahuan agama Islam guna disampaikan pula kepada saudara-saudaranya.

Fiqih dalam Islam sangat penting fungsinya karena ia menuntut manusia


kepada kebaikan dan bertaqwa kepada Allah. Setiap saat manusia itu mencari atau mempelajari
keutamaan fiqih, karena fiqih, menunjukkan kita kepada sunnah Rasul serta memelihara
manusia dari bahaya-bahaya dalam kehidupan. Seseorang yang mengetahui dan mengamalkan
fiqih akan dapat menjaga diri dari kecemaran dan lebih takut dan disegani musuh.

Hikmah fiqih

- identitas keislaman

- kunci memahami Quran sunnah

- Porsi terbesar ajaran islam

- tingginya kedudukan ulama'

- mengurangi perpecahan

- eksistensi umat

- menangkal liberalisme dan sekulerisme

- meruntuhkan ekstrimisme
D.DEFINISI IBADAH

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut
syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu.
Definisi itu antara lain adalah:

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-
Nya.

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa
Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini
adalah definisi yang paling lengkap.

E.TUJUAN HIDUP MANUSIA

Manusia tidak diciptakan begitu saja tanpa adanya tujuan hidup. Adapun tujuan utama manusia
diciptakan oleh Allah SWT adalah agar dapat menyembah dan beribadah kepada Allah SWT.
Berikut ini adalah tujuan hidup manusia di bumi yang disebutkan dalam Alqur’an dan sunah
rasul:

1. Menyembah Allah

Adapun tujuan hidup manusia yang paling utama adalah untuk menyembah dan beribadah
kepada Allah SWT. Sebagai hamba Allah, manusia wajib menjalankan segala perintah dan
menjauhi segala laranganNya. Manusia juga harus menjadikan rukun iman dan rukun islam
sebagai pedoman hidupnya. Berikut ini adalah ayat yang menyebutkan kewajiban manusia
untuk beribadah kepada Allah SWT

ِ ‫س ِإ َّال ِل َي ْعبُد‬
‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
(Qs Adz zariyat : 56).

Adapun ibadah yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk memenuhi tugasnya sebagai
hamba Allah dapat berifat umum maupun khusus. Ibadah yang bersifat khusus adalah ibadah
yang langsung ditujukan kepada Allah SWt seperti shalat, baik shalat wajib ataupun shalat
sunnah, puasa (baca puasa ramadhan dan keutamaan puasa senin kamis), zakat (baca penerima
zakat dan syarat penerima zakat), haji (baca syarat wajib haji) dan ibadah lainnya yang sifatnya
sunnah seperti membaca Alqur’an (baca manfaat membaca Alqur’an dalam kehidupan dan
manfaat membaca alqur’an bagi ibu hamil), bersedekah (baca keutamaan bersedekah). Adapun
ibadah yang dilakukan secara umum adalah ibadah yang kaitannya dengan hubungan manusia
dengan sesamanya seperti menyambung tali silaturahmi (baca keutamaan menyambung tali
silaturahmi) dan tolong menolong antar sesama sebagaimana yang disebutkan dalam firman
Allah SWT bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial

َّ ‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم إِ َّن‬


ٌ ِ‫َّللاَ َع ِلي ٌم َخب‬
‫ير‬ َّ َ‫ارفُوا إِ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬ ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنث َ ٰى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬
َ ‫شعُوبا َوقَبَائِ َل ِلت َ َع‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Al hujurat : 13)

2. Menjalankan perannya sebagai khalifah

Manusia adalah khalifah di muka bumi dan setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya
sendiri. Istilah khalifah disini adalah pemimpin dimana manusai bertanggung jawab menjaga
keberlangsungan hidupnya dan alam sekitarnya. Sebagai makhluk yang dikaruniai akal maka
manusia memiliki kewajiban untuk mengelola sumber daya alam dan menjaga kelestariannya.
Tidak hanya itu, manusia juga berkewajiban untuk menjaga dirinya sendiri dari perilaku yang
tidak baik karena setiap perlakuan atau perbuatan manusia di dunia kelak akan dimintai
pertanggung jawabannya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Albaqarah ayat 30 yang
bunyinya (baca hakikat manusia menurut islam)

ُ ‫الد َما َء َونَحْ نُ نُ َسبِ ُح بِ َح ْمدِكَ َونُقَد‬


‫ِس‬ ِ ‫َوإِذْ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َم ََلئِ َك ِة إِنِي َجا ِع ٌل فِي ْاْل َ ْر‬
ِ ُ‫ض َخ ِليفَة ۖ قَالُوا أَتَجْ عَ ُل فِي َها َم ْن يُ ْف ِسد ُ فِي َها َويَ ْس ِفك‬
َ‫لَكَ ۖ قَا َل إِنِي أ َ ْعلَ ُم َما َال تَ ْعلَ ُمون‬

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui”.(QS Al Baqarah :30)

3. Meneruskan Ajaran islam

Tidak hanya beribadah dan menjalankan tugasnya sebagai khalifah, manusia juga wajib
menuntut ilmu dan meneruskannya (baca hukum menuntut ilmu) pada generasi selanjutnya
agar ajaran islam tetap terjaga hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan menurut islam yang
menyebutkan bahwa ilmu pendidikan islam bukan hanya ilmu yang diajarkan untuk
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT akan tetapi juga untuk menuntun perilaku manusia
dan menunjukkan perbuatan amar ma’ruf nahi mungkar.

Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah surat Al imran ayat 104 yang bunyinya

َ‫وف َو َي ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْنك َِر َوأُو ٰ َل ِئكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬


ِ ‫َو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ َيدْعُونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َو َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.“(QS Al Imran : 104)
F.PEMBAGIAN IBADAH

1).Ibadah mahdah

Ibadah mahdah adalah Ibadah yang teknik pelaksanaannya telah diatur secara rinci oleh Al-
Qur’an dan Hadits seperti shalat, zakat, puasa dan haji.

Contohnya:

Delapan golongan yang boleh menerima zakat, telah disebutkan Allah SWT dengan jelas pada
QS At-Taubah ayat 60 yang artinya sebagai berikut:

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

2) Ibadah Ghairu Mahdah (Umum)

Adalah Ibadah yang teknik pelaksanaannya tidak diatur secara rinci oleh Al-Qur’an dah Hadits
seperti tolong menolong, dan tidak mengganggu orang lain. Semuanya diserahkan kepada
manusia sendiri. Islam hanya memberi perintah/anjuran, dan prisnip-prinsip umum saja. Ibadah
dalam arti umum contohnya adalah pada QS Al-Maidah ayat 2 mengenai berbagai macam
ibadah yang tidak disebutkan secara rinci yng artinya sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah
menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

G.BENTUK-BENTUK IBADAH

Ibadah hati: mencintai Allah, takut padanya, bertawakkal kepadanya. ini termasuk ibadah yang
paling mulia dan utama.

Ibadah fisik: Diantaranya ibadah yang dilakukan dengan lidah, seperti dzikrullah, membaca al-
Qur’an, dan berkata baik. Ada pula ibadah yang terkait dengan anggota fisik lainnya, seperti
wudhu, puasa, shalat, menghindarkan gangguan di jalan.

Ibadah lewat harta: seperti zakat, sedekah, infaq dalam aspek-aspek kebaikan. Ada pula yang
menggabungkan semuanya seperti Haji dan Umrah.Sebagaimana ibadah ini bermacam-macam
bentuknya, maka manusia juga berbeda-beda dalam hal kecenderungan dan kemampuannya
mereka dalam beribadah.

H.PENJELASAN RUKUN ISLAM

1. Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat

Rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat wajib hukumnya bagi
seseorang yang ingin menjadi muslim.

Kalimat syahadat dalam bahasa Arab:

ُ ‫أ َ ْش َهد ُ أَ ْن َال إِلَهَ إِ َّال هللاُ َوأَ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمدا َر‬
ِ‫س ْو ُل هللا‬

Kalimat syahadat dalam bahasa latin:

"Asy-hadu allaa ilaaha illallaahu wa asy-hadu anna muhammadarrasuulullahi".


Arti kalimat syahadat:

"Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah".

Di dalam dua kalimat syahadat tersebut yang patut disembah hanyalah Allah, tidak ada yang
lain. Dan tidak ada Tuhan selain Allah dan Allah yang menguasai seluruh isi alam semesta.

2. Mendirikan Salat

Setelah menjadi seorang muslim tentu harus mengejarkan rukun Islam yang kedua. Salat wajib
disebut juga sebagai salat 5 waktu.

Salat 5 waktu terdiri dari:

- Salat Subuh

Salat yang dikerjakan sebelum terbitnya fajar (antara jam 04.00). Salat ini berjumlah 2 raka'at.

- Salat Dzuhur

Salat yang dikerjakan siang hari (sekitar pukul 12.00) dan berjumlah 4 raka'at.

- Salat Ashar

Salat yang dikerjakan sore hari (sekitar jam 15.30) dengan jumlah 4 raka'at.

- Salat Maghrib

Salat yang dikerjakan saat matahari terbenam sampai masuk waktu Isya. Raka'atnya ada 3.

- Salat Isya

Salat yang dikerjakan sekitar pukul 19.00 dengan jumlah 4 raka'at.

3. Berpuasa di Bulan Ramadhan

Setiap muslim diwajibkan berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan. Tujuannya
untuk mencapai ketakwaan kepada Allah SWT.
Di antara hikmah berpuasa adalah melatih kesabaran, menumbuhkan rasa empati terhadap
orang yang kelaparan sehingga terdorong hati kita untuk membantu orang yang kurang
mampu.

4. Menunaikan Zakat

Zakat merupakan kewajiban yang dikeluarkan pada harta orang yang memiliki kelebihan. Ada
beberapa jenis zakat yaitu zakat fitrah yang dikeluarkan pada bulan Ramadan, ada juga zakat
mal yaitu zakat yang dikeluarkan berdasarkan hasil niaga atau penghasilan.

Jumlah zakat fitrah yang wajib diserahkan 2,5 kg atau bisa diganti dengan uang yang setara
dengan 2,5 kg beras.

Dan untuk zakat Mal bisa memperkirakannya dengan menyerahkan 2,5 persen dari harta yang
diperolah dari penghasilan kita.

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 43:

َ‫الر ِک ِع ۡين‬ َّ ‫ص ٰلوة َ َو ٰاتُوا‬


ّٰ ‫الز ٰکوة َ َو ۡار َکعُ ۡوا َم َع‬ َّ ‫َو اَقِ ۡي ُموا ال‬

Artinya:"Dan dirikanlah shalat, serta tunaikkan zakat, dan ruku'lah bersama dengan orang-
orang yang ruku".

5. Pergi Haji (Bagi yang Mampu)

Pergi Haji ke Mekkah adalah kewajiban umat muslim yang mampu secara fisik dan finansial.
Pergi haji wajibnya dilakukan satu kali seumur hidup.

Allah berfirman dalam surat Ali-Imran: 97:

َ‫َّللاَ َغنِي َع ِن ْالعَالَ ِمين‬ َ ‫ع إِلَ ْي ِه‬


َّ ‫سبِيَل َو َمن َكفَ َر فَإِ َّن‬ ِ ‫اس ِح ُّج ْالبَ ْي‬
َ َ‫ت َم ِن ا ْست‬
َ ‫طا‬ ِ َّ‫َو ِ َّّلِلِ َعلَى الن‬
Artinya:"...mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. Ali-Imran:
97).

Anda mungkin juga menyukai