A. DEFINISI
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan makna dan objek
yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam
penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik.
Persepsi tubuh secara fisik berkaitan dengan bagaimana kita mempersepsikan diri kita
secara fisik (Muhith A, 2015).
Gangguan citra tubuh ini mencankup perasaan yang tidak puas terhadap
perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang
diinginkan (Lestari, 2015).
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya
yang diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena
tidak sesuai dengan yang diinginkan (Keliat et.al, 2011).
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang
penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan
ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku
menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual
menghindari kontak dengan sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan perawatan diri
dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain. Pada akhirnya reaksi
negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan berkontribusi untuk
meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2012).
B. ETIOLOGI
Adapun penyebab terjadinya gangguan citra tubuh, yaitu kerusakan atau
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh, dan
tindakan pembedahan.
Predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu
kondisi. Predisposisi pada gangguan citra tubuh dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor
biologis, faktor psikologis, dan faktor sosial dan budaya (Paxton et al, 2011)
1. Pertama biologis, Paxton et.al (2011) menyatakan bahwa faktor genetik turut
mempengaruhi terhadap ketidakpuasan tubuh pada seseorang. Faktor biologis yang
paling menonjol terkait dengan ketidakpuasan tubuh adalah ukuran dan bentuk
tubuh, namun hal tersebut bukan merupakan faktor pemicu utama, interaksi antara
ukuran tubuh dan sikap sosial negatif serta diskriminasi yang terkait dengan ukuran
tubuh merupakan faktor yang juga berpengaruh. Bolton,(2011) menyatakan bahwa
faktor yang berhubungan dengan kesehatan dapat mempengaruhi citra tubuh
seseorang, terkhusus pada klien yang mengalami penyakit kronis atau kondisi lain,
seperti stroke, diabetes, cedera saraf tulang belakang, amputasi, mastektomi, luka
bakar, bedah, atau terjadi hilangnya bagian atau fungsi tubuh. Kedua yaitu
2. faktor psikologis yang mempengaruhi terjadinya masalah psikososial gangguan
citra tubuh. Faktor psikologis sangat dipengaruhi oleh keadaan depresi, rendah diri,
dan ketidak-sempurnaan yang dirasakan seseorang. Depresi dan rendah diri
berkontribusi terhadap pandangan negatif tentang diri termasuk tubuh seseorang.
Perfeksionisme juga dapat menyebabkan harapan yang tidak realistis dari berat
badan, bentuk dan penampilan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Paxton et al (2011), menyebutkan bahwa depresi sering ditemukan sebagai
faktor risiko ketidakpuasan tubuh pada anak laki-laki sementara rendah diri
ditemukan menjadi faktor risiko pada anak perempuan.
3. Faktor yang ketiga yang mempengaruhi terjadinya gangguan citra tubuh adalah
faktor sosial dan budaya. Individu yang mengalami keterlambatan perkembangan
atau situasi yang menyebabkan tertundanya tugas perkembangan dapat
mengakibatkan individu memiliki konsep diri yang negatif (Bolton 2011).
C. KLASIFIKASI
Gangguan citra tubuh adalah persepsi negative tentang tubuh yang diakibatkan
oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang
sering berhubungan dengan tubuh (Riyadi,2012). Stressor pada tiap perubahan
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif seperti operasi, suntikan daerah
pemasangan infus.
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan
pemasangan alat di dalam tubuh.
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
5. Keterbatasan : gerak, makan dan kegiatan
6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, respitor, suntik, dll).
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai
efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya
dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra
tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi
dan pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak
yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya,
menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman
sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh
kembang fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti
pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh
bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter & Perry, 2012).
E. FAKTOR PRESIPITASI
a. Trauma
b. Penyakit atau kelainan hormonal
c. Operasi atau pembedahan
d. Perubahan masa pertumbuhan dan perkembangan: maturasi
e. Perubahan fisiologis tubuh: kehamilan, penuaan
f. Prosedur medis dan keperawatan: efek pengobatan.
F. POHON MASALAH
Isolasi sosial
Faktor Predisposisi ;
perubahan bentuk tubuh
G. KOMPONEN CITRA TUBUH
I. MANIFESTASI KLINIS
Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh, (Harnawatiaj, 2012) yaitu:
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi.
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
4. Persepsi negatif pada tubuh.
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
6. Menggungkapkan keputusasaan.
7. Mengungkapkan ketakutan.
Sedangkan menurut Lestari (2015), tanda dan gejala gangguan citra tubuh
sesuai dengan temuan pada saat pengkajian pada pasien dapat dibedakan menjadi 4,
yaitu observasi, objektif, subjektif dan data dari hasil wawancara.
1. Observasi
a. Hilangnya bagian tubuh
b. Perubahan anggota tubuh, bentuk maupun fungsinya
c. Menyembunyikan atau memamarkan bagian tubuh yang terganggu
2. Objektif
a. Hilangnya bagian tubuh
b. Perubahan anggota tubuh, bentuk maupun fungsinya
c. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
d. Menolak melihat bagian tubuh
e. Menolak menyentuh bagian tubuh
f. Aktivitas sosial menurun
3. Subjektif
a. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini
b. Mengatakan hal negative tentang anggota tubuh yang tidak berfungsi
c. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
d. Menolak berinteraksi dengan orang lain
e. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap anggota tubuh yang
terganggu
f. Sering mengulang-ulang mengungkapkan kehilangan yang terjadi
g. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang
h. Menolak melihat bagian tubuh
i. Aktivitas sosial menurun
4. Data hasil wawancara
a. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, tidak puas dengan hasil operasi
b. Menolak berinteraksi dengan orang lain
c. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu
d. Mengatakan hal negatif terhadap anggota tubuh yang tidak berfungsi
e. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
f. Sering mengulang mengatakan kehilangan yang terjadi merasa asing
terhadap bagian tubuhnya yang hilang
J. RENTANG RESPON
Aktualisasi diri konsep diri + harga diri rendah kerancuan peran depersonalisasi
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya.
3. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain.
4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian
pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
K. MEKANISME KOPING
1. Konstruktif
a. Berfokus pada masalah : negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat/saran.
b. Berfokus pada kognitif : perbandingan yang positif, penggantian rewards,
antisipasi.
2. Destruktif
Berfokus pada emosi : Denial, Proyeksi, Represi, Kompensasi, Isolasi.
a. Identitas pasien. Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian , No Rumah pasien dan
alamat pasien.
b. Keluhan utama/ Alasan MRS
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orag lain), komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain,
tidak melakukan kegiatan sehari - hari, dependen
b. Faktor predisposisi. Meliputi Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua
,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan
dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba
misalnya harus dioperasi , kecelakaan, dicerai suami , putus sekolah ,PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , dituduh kkn,
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai pasien/
perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
c. Aspek Fisik / Biologis
Meliputi hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien.
d. Aspek Psikososial meliputi :
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Konsep diri:
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi.Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang
tubuh.Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua, putus sekolah, PHK
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan
kurang percaya diri. Pasien mempunyai gangguan / hambatan dalam
melakukan hubunga social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
f) Status Mental
Kontak mata pasien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , pasien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan perawat.
g) Mekanisme Koping
Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).
h) Aspek Medik
Terapi yang diterima pasien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okupasional, TAK , dan rehabilitas.
3. Intervensi
a) Sp pada pasien
Sp Komponen
Sp 1 1. Identifikasi citra tubuh pasien : dulu dan saat ini, perasaan dan harapan citra
tubuhnya saat ini.
2. Identifikasi aspek positif dirinya ( potensi bagian tubuh lainnya)
3. Ajarkan pasien cara meningkatkan citra tubuh
4. Masukkan dalam jadwal untuk kegiatan harian
b) Sp pada keluarga
Sp Komponen
Sp 1 1. Diskusikan masalah yang dihadapi oleh keluarga
2. Jelaskan terjadinya proses gangguan citra tubuh
3. Jelasakan cara mengatasi pasien dengan gangguan citra tubuh
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan cara memberikan ujian
Sp 2 1. Melatih cara merawat pasien dengan gangguan citra tubuh menyediakan
fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien di rumah, memfasilitasi interaksi
di rumah, melaksanakan kegiatan di rumah dan sosial, memberikan pujian
atas kegiatan yang telah dilakukan pasien
2. Evaluasi kemampuan pasien dan membeikan pujian atas keberhasilannya
3. Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga
DAFTAR PUSTAKA