BAB 3
PEMBAHASAN
2. Proyek Engineering-Manufaktur
Proyek manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru. Jadi produk tersebut
adalah hasil usaha kegiatan proyek. Kegiatan utamanya meliputi desain engineering,
pengembangan produk (product development), manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan
operasi produk yang dihasilkan. Contohnya seperti pembuatan generator listrik, mesin pabrik,
kendaraan. Bila kegiatan manufaktur dilakukan berulang-ulang, rutin dan menghasilkan produk
yang sama dengan terdahulu, maka kegiatan ini tidak lagi diklasifikasikan sebagai proyek.
5. Proyek kapital
Kegiatan yang dilakukan dalam proyek ini biasanya digunakan oleh sebuah badan usaha atau
pemerintah. Proyek ini biasanya berupa pengeluaran biaya untuk pembebasan tanah, pembelian
materiil, pembelian peralatan, pemasangan fasilitas, desain mesin dan konstruksi guna
pembangunan instalasi pabrik/gedung baru.
Pada kenyataan yang sesungguhnya tidak mudah memilah-milah macam proyek berdasarkan
criteria diatas karena seringkali satu proyek mengandung macam-macam komponen kegiatan
dengan bobot(harga, atau jam, orang) yang tidak jauh berbeda. Sebagai contoh, proyek instalasi
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dari segi pembangunannya dapat digolongkan sebagai
proyek engineering-konstruksi. Namun bila dilihat komponen utamanya seperti ketel uap,
generator listrik, turbin uap, dan peralatan lainnya yang semuanya melibatkan engineering-
manufaktur, maka secara keseluruhan kegiatan manufaktur akan memiliki bobot(biaya) tidak
jauh berbeda dari kegiatan konstruksi, bahkan mungkin lebih. Atas dasar itulah pengelompokan
seperti diatas tidak boleh diartikan secara sempit karena memang tidak terdapat batas yang jelas,
tetapi hendaknya dilihat dari komponen kegiatan yang diperkkirakan memiliki bobot terbesar.
a. Tahap Persiapan
a.a Identifikasi gagasan atau analisis pendahuluan.
a.b Pengembangan ide menjadi konsep-konsep alternatif.
a.c Formulasi lingkup proyek.
a.d Evaluasi lanjutan dan keputusan untuk investasi.
b. Tahap Implementasi
b.a Penyiapan desain-engineering terinci, jadwal induk, dan anggaran.
b.b Pengadaan kontrak dan pembelian.
b.c Pengerjaan aplikasi, kontruksi, uji coba, dan start-up.
Setelah proyek selesai kemudian dilanjutkan dengan operasi rutin dari instansi yang baru selesai
dibangun.
a. Front End
Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi lingkup gagasan (ide) yang timbul.
2. Memikirkan alternatif-alternatif yang mungkin.
3. Memilih alternatif dan merumuskannya menjadi lingkup kerja pendahuluan.
4. Membuat perkiraan biaya dan jadwal pendahuluan.
5. Menyiapkan angka anggaran biaya tahap berikutnya.
b. Tahap 1
Terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Memperjelas definisi lingkup kerja.
2. Menyusun anggaran proyek dan jadwal induk;
3. Menyiapkan dokumen tender, rancangan kontrak, dan memilih calon pelaksana (kontraktor) untuk
pekerjaan Tahap 2.
c. Tahap 2
Kegiatan utama pada tahap ini terdiri dari :
1. Membuat desain-engineering terinci.
2. Melakukan pembelian atau kontrak material dan jasa.
3. Manufaktur (pabrikasi) peralatan dan konstruksi.
4. Melakukan inspeksi, uji coba, dan start-up.
Penyebab utama konflik yang terjadi dalam manajemen proyek adalah 3 hal yakni penjadwalan proyek,
prioritas proyek dan tenaga kerja. Sedangkan penyebab lain adalah masalah teknis dan trade off hasil
fisik, administrasi dan organisasi, perbedaan interpersonal dan biaya. Contohnya jika pada tahap akhir
proyek banyak pekerjaan belum selesai maka jadwal akan menjadi sumber konflik.
Setelah kontrak proyek ditandatangani, maka perusahaan harus memberi wewenang untuk melakukan
perencanaan sebagai berikut :
1. Penentuan tujuan proyek dan kebutuhan‐kebutuhannya. Dalam hal ini perlu ditentukan hasil akhir proyek,
waktu, biaya dan performansi (cacatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau
kegiatan selama suatu periode waktu tertentu.) yang ditargetkan.
2. Pekerjaan‐pekerjaan apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan proyek harus diuraikan dan
didaftar.
3. Organisasi proyek dirancang untuk menentukan departemen‐departemen yang ada, subkontraktor
yang diperlukan dan manajer manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pekerjaan yang ada.
4. Jadwal untuk setiap aktifitas pekerjaan dibuat yang memperlihatkan waktu tiap aktifitas dan batas
selesai.
5. Ramalan mengenai waktu, biaya dan performansi penyelesaian proyek.
Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur unsure-unsur sumber daya
perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli, material, dana, dan lain-lain dalam suatu gerak
langkah yang sinkron untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien.
Agar proses diatas berlangsung dengan baik, dibutuhkan suatu wadah dalam bentuk struktur organisasi.
Struktur ini akan menggambarkan hubungan formal, bentuk bentuk struktur formal yang terkenal adalah
fungsional, produk, area dan matriks
a. Organisasi fungsional
Dalam organisasi proyek fungsional, susunan organisasi proyek dibentuk dari fungsi-fungsi yang terdapat
dalam suatu organisasi. Mereka yang mengerjakan pekerjaan sejenis dikelompokkan dalam satu unit
yang dinamakan bidang atau departemen. Dengan maksud yang sama bidang dipecah lagi menjadi
subunit yang lebih kecil.
Adapun beberapa kelebihan yang terdapat dalam organisasi proyek ini antara lain memudahkan
pengawasan dan kepenyeliaan karena personil melapor hanya pada 1 atasan, adanya potensi
meningkatkan keterampilan dan keahlian individu serta kelompok untuk menjadi spesialis pada
bidangnya, konsentrasi perhatian personil terpusat pada sasaran bidang yang bersangkutan,
penggunaan sumberdaya yang semakin efisien sebagai akibat pekerjaan yang sejenis dan berulang-
ulang, memudahkan pengendalian kinerja personil serta biaya jadwal dan mutu produk.
Sedangkan beberapa kelemahan yang ditemui dalam organisasi proyek fungsional antara lain cenderung
memprioritaskan kinerja dan keluaran (output) masing-maisng bidang. Hal ini dapat mengurangi
perhatian tujuan perusahaan secara menyeluruh, sulit mengkoordinasi dan mengintegrasikan pekerjaan
yang multidisiplin dan melibatkan banyak pihak di luar organisasi dan kurangnya jalur komunikasi
horizontal.
Jangan lupa tinggalkan komentar ya.. Terima Kasih !
BAB 3
PEMBAHASAN
2. Proyek Engineering-Manufaktur
Proyek manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru. Jadi produk tersebut
adalah hasil usaha kegiatan proyek. Kegiatan utamanya meliputi desain engineering,
pengembangan produk (product development), manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan
operasi produk yang dihasilkan. Contohnya seperti pembuatan generator listrik, mesin pabrik,
kendaraan. Bila kegiatan manufaktur dilakukan berulang-ulang, rutin dan menghasilkan produk
yang sama dengan terdahulu, maka kegiatan ini tidak lagi diklasifikasikan sebagai proyek.
5. Proyek kapital
Kegiatan yang dilakukan dalam proyek ini biasanya digunakan oleh sebuah badan usaha atau
pemerintah. Proyek ini biasanya berupa pengeluaran biaya untuk pembebasan tanah, pembelian
materiil, pembelian peralatan, pemasangan fasilitas, desain mesin dan konstruksi guna
pembangunan instalasi pabrik/gedung baru.
Pada kenyataan yang sesungguhnya tidak mudah memilah-milah macam proyek berdasarkan
criteria diatas karena seringkali satu proyek mengandung macam-macam komponen kegiatan
dengan bobot(harga, atau jam, orang) yang tidak jauh berbeda. Sebagai contoh, proyek instalasi
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dari segi pembangunannya dapat digolongkan sebagai
proyek engineering-konstruksi. Namun bila dilihat komponen utamanya seperti ketel uap,
generator listrik, turbin uap, dan peralatan lainnya yang semuanya melibatkan engineering-
manufaktur, maka secara keseluruhan kegiatan manufaktur akan memiliki bobot(biaya) tidak
jauh berbeda dari kegiatan konstruksi, bahkan mungkin lebih. Atas dasar itulah pengelompokan
seperti diatas tidak boleh diartikan secara sempit karena memang tidak terdapat batas yang jelas,
tetapi hendaknya dilihat dari komponen kegiatan yang diperkkirakan memiliki bobot terbesar.
a. Tahap Persiapan
a.a Identifikasi gagasan atau analisis pendahuluan.
a.b Pengembangan ide menjadi konsep-konsep alternatif.
a.c Formulasi lingkup proyek.
a.d Evaluasi lanjutan dan keputusan untuk investasi.
b. Tahap Implementasi
b.a Penyiapan desain-engineering terinci, jadwal induk, dan anggaran.
b.b Pengadaan kontrak dan pembelian.
b.c Pengerjaan aplikasi, kontruksi, uji coba, dan start-up.
Setelah proyek selesai kemudian dilanjutkan dengan operasi rutin dari instansi yang baru selesai
dibangun.
a. Front End
Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi lingkup gagasan (ide) yang timbul.
2. Memikirkan alternatif-alternatif yang mungkin.
3. Memilih alternatif dan merumuskannya menjadi lingkup kerja pendahuluan.
4. Membuat perkiraan biaya dan jadwal pendahuluan.
5. Menyiapkan angka anggaran biaya tahap berikutnya.
b. Tahap 1
Terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Memperjelas definisi lingkup kerja.
2. Menyusun anggaran proyek dan jadwal induk;
3. Menyiapkan dokumen tender, rancangan kontrak, dan memilih calon pelaksana (kontraktor) untuk
pekerjaan Tahap 2.
c. Tahap 2
Kegiatan utama pada tahap ini terdiri dari :
1. Membuat desain-engineering terinci.
2. Melakukan pembelian atau kontrak material dan jasa.
3. Manufaktur (pabrikasi) peralatan dan konstruksi.
4. Melakukan inspeksi, uji coba, dan start-up.
Penyebab utama konflik yang terjadi dalam manajemen proyek adalah 3 hal yakni penjadwalan proyek,
prioritas proyek dan tenaga kerja. Sedangkan penyebab lain adalah masalah teknis dan trade off hasil
fisik, administrasi dan organisasi, perbedaan interpersonal dan biaya. Contohnya jika pada tahap akhir
proyek banyak pekerjaan belum selesai maka jadwal akan menjadi sumber konflik.
Setelah kontrak proyek ditandatangani, maka perusahaan harus memberi wewenang untuk melakukan
perencanaan sebagai berikut :
1. Penentuan tujuan proyek dan kebutuhan‐kebutuhannya. Dalam hal ini perlu ditentukan hasil akhir proyek,
waktu, biaya dan performansi (cacatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau
kegiatan selama suatu periode waktu tertentu.) yang ditargetkan.
2. Pekerjaan‐pekerjaan apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan proyek harus diuraikan dan
didaftar.
3. Organisasi proyek dirancang untuk menentukan departemen‐departemen yang ada, subkontraktor
yang diperlukan dan manajer manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pekerjaan yang ada.
4. Jadwal untuk setiap aktifitas pekerjaan dibuat yang memperlihatkan waktu tiap aktifitas dan batas
selesai.
5. Ramalan mengenai waktu, biaya dan performansi penyelesaian proyek.
Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur unsure-unsur sumber daya
perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli, material, dana, dan lain-lain dalam suatu gerak
langkah yang sinkron untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien.
Agar proses diatas berlangsung dengan baik, dibutuhkan suatu wadah dalam bentuk struktur organisasi.
Struktur ini akan menggambarkan hubungan formal, bentuk bentuk struktur formal yang terkenal adalah
fungsional, produk, area dan matriks
a. Organisasi fungsional
Dalam organisasi proyek fungsional, susunan organisasi proyek dibentuk dari fungsi-fungsi yang terdapat
dalam suatu organisasi. Mereka yang mengerjakan pekerjaan sejenis dikelompokkan dalam satu unit
yang dinamakan bidang atau departemen. Dengan maksud yang sama bidang dipecah lagi menjadi
subunit yang lebih kecil.
Adapun beberapa kelebihan yang terdapat dalam organisasi proyek ini antara lain memudahkan
pengawasan dan kepenyeliaan karena personil melapor hanya pada 1 atasan, adanya potensi
meningkatkan keterampilan dan keahlian individu serta kelompok untuk menjadi spesialis pada
bidangnya, konsentrasi perhatian personil terpusat pada sasaran bidang yang bersangkutan,
penggunaan sumberdaya yang semakin efisien sebagai akibat pekerjaan yang sejenis dan berulang-
ulang, memudahkan pengendalian kinerja personil serta biaya jadwal dan mutu produk.
Sedangkan beberapa kelemahan yang ditemui dalam organisasi proyek fungsional antara lain cenderung
memprioritaskan kinerja dan keluaran (output) masing-maisng bidang. Hal ini dapat mengurangi
perhatian tujuan perusahaan secara menyeluruh, sulit mengkoordinasi dan mengintegrasikan pekerjaan
yang multidisiplin dan melibatkan banyak pihak di luar organisasi dan kurangnya jalur komunikasi
horizontal.