Anda di halaman 1dari 6

“METODE SDLC DALAM KINERJA PERUSAHAAN”

Gesi Anefi
1710533002

I. Pendahuluan

Sebuah perusahaan besar akan memproduksi barang dalam kuantiti yang banyak. Jika perusahaan
masih menerapkan teknik lama untuk merekam dan memproses hasil produksi mereka maka akan
berpengaruh pada produksi. Sistem manual yang masih digunakan perusahaan untuk mencatat hasil
produksi harian mereka dapat menyebabkan kemungkinan kesalahan yang menyebabkan timbulnya
kesulitan dalam pengolahaan data sehingga berdampak pada pembuatan laporan keuangan.

Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat menimbulkan dorongan bagi perusahaan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Teknologi informasi membuat aliran informasi dapat berjalan
dengan optimal dan terintegrasi sehingga memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan informasi yang
cepat, tepat, dan akurat. Sistem basis data sebagai salah satu penyalur informasi, dapat digunakan beberapa
pihak atau departemen dalam suatu perusahaan dan salah satu kegunaan sistem basis data dapat digunakan
dalam proses produksi. Sistem basis data adalah sekumpulan file-file yang mempunyai kaitan antara satu
file dengan file lainnya sehingga membentuk suatu bangunan data untuk menginformasikan suatu
perusahaan atau instansi dalam batasan tertentu.

SDLC(System Development Life Cycle) akan berperan dalam merencanakan dan merancang system
baru yang terkomputerisasi yang dapat membantu perusahaan dalam pengolahaan data dan membuat
laporan secara otomatis dengan tingkat kesalahan yang kecil. Untuk itu dalam hal ini akan dibahas lebih
dalam tentang siklus SDLC dan perannya terhadap kinerja perusahaan. Maka dari itulah perancangan
system menggunakan metode SDLC adalah solusi untuk memecahkan masalah yang ada di dalam
perusahaan bahkan bisa lebih berkembang dari sebelumnya.
II. Pembahasan
Daur Hidup Pengembangan Sistem (SDLC)
Hoffer (dalam Kadir, 2002) Kebanyakan perusahaan menggunakan metode pengembangan system
dalam mengembangkan suatu sistem informasi. Yang dimaksud dengan metodologi ini adalah suatu
proses standar yang diikuti oleh organisasi untuk melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan untuk
menganalisa, merancang mengimplementasikan dan memelihara sistem informasi.
Pola siklus hidup sistem ini lebih dipengaruhi oleh kebutuhan untuk mengembangkan sistem yang
lebih cepat. Pengembangan sistem yang lebih cepat dapat dicapai dengan peningkatan siklus hidup dan
penggunaan peralatan pengembangan berbasis komputer (Wahyudi, 2019)
Metode siklus hidup pengembangan sistem mempunyai beberapa tahapan. Sesuai dengan namanya,
SLDC dimulai dari suatu tahapan sampai tahapan terakhir dan kembali lagi ketahapan awal membentuk
suatu siklus atau daur hidup. Siklus atau daur hidup pengembangan sistem tampak jika sistem yang
sudah dikembangkan dan dioperasikan tidak dapat dirawat lagi sehingga dibutuhkan pengembangan
sistem kembali yang tampak seperti gambar dibawah ini:

Analisis Sistem

Perancangan Sistem

Implementasi Sistem

Operasi dan Perawatan Sistem

1. Analisis Sistem

Analisis sistem digunakan dalam metode SDLC adalah untuk mengembangkan sistem
teknologi informasi yang komplek dan kemudian dianalis oleh yang ahli dibidangnya sehingga
masalah dapat dipecahkan dan kebutuhan pemakai sistem dapat diidentifikasi dengan benar.
Dalam analisis sistem ada beberapa kegiatan, yang pertama melakukan studi
pendahuluan sebagai studi awal tentang jenis, ruang lingkup dan pemahaman awal dari proyek
pengembangan sistem teknologi informasi. Dari studi ini diperoleh pemahaman awal ,
perkiraan biaya yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan untuk pengembangan. Kedua
yaitu studi kelayakan meliputi studi kelayakan Teknologi, studi kelayakan Ekonomis, studi
kelayakan Legal, studi kelayakan Operasi, dan studi kelayakan Sosial. Selanjutnya adalah
mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan informasi pemakai. Dilakukan dengan cara
mencari penyebab dari permasalahan itu. Setelah mengetahui penyebab masalah kita dapat
memahami sistem yang ada untuk mendapatkan data dan menganalisis permasalahannya.
Langakah terakhir adalah menganalisis hasil penelitian yang terdiri dari menganalisis sistem
yang lama dan menganalisis kebutuhan informasi pemakai. Jika yang baru merupakan sistem
teknologi informasi, maka perbaikan dari sistem yang lama berupa perbaikan-perbaikan dalam
bentuk informasi yang disediakan oleh sistem yang baru. Agar sistem yang baru berhasil,
informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan pemakainya (Jogiyanto, 2003).

2. Perancangan Sistem

Tahap perancangan ini memiliki dua tujuan utama: Memberikan gambaran secara
umum tentang kebutuhan informasi kepada pemakai sistem secara logika dan memberikan
gambaran yang jelas dan perancangan yang lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli
teknik lainnya (Jogiyanto, 2003).

1. Perancangan sistem secara umum memberikan gambaran umum bagi pemakai


sistem tentang sistem teknologi informasi yang baru. Yang dirancang adalah
penggambaran bentuk dari sistem teknologi informasinya secara logika atau secara
konsep dan mengidentikasikan komponen-komponen dari sistem teknologi
informasinya. Perancangan sistem secara umum lebih diarahkan pada pemakai
sistem untuk mnyetujuinya ke perancangan sistem selanjutnya yaitu perancangan
sistem secara terperinci.
2. Perancangan sistem terperinci dimaksudkan untuk menggambarkan bentuk secara
fisik dari komponen-komponen STI yang akan dibangun oleh pemrograman dan
ahli teknik lainnya.
3. Implementasi Sitem

Implementasi sistem adalah tahap meletakkan sistem agar siap untuk dioperasikan. Fase
implementasi terdiri dari programming, testing, training, dan convertion (Lucas, 2013)

a. Programming
Fase ini dilakukan penulisan program aktual operasi logika, pada beberapa perusahaan
tertentu, pekerjaan ini dapat dilakukan oeleh programmer terpisah. Yang terlibat adalah
programmer sebagai pembuat program dengan desain yang dibuat analis. Kemudian
analis yang mendukung dan mengatur kerja programmer agar sesuai dengan desain
yang sudah pernah dibuat sebelumnya.
b. Testing
Melakukan pengujian pada sistem, apakah telah sesuai dengan desain yang diinginkan
pemakai. Fase testing melibatkan desainer dan pemakai yang bekerja sama dalam
melakukan percobaan terhadap sistem yang dibuat, apakah output telah sesuai dengan
yang diharapkan.
c. Training
Yaitu memberikan pelatihan kepada pengguna sistem. Yang terlibat dalam fase ini
adalah analis yang menyelenggarakan pelatihan kepada karyawan tentang sistem baru.
Kemudian user atau pemakai yang berpartisipasi penuh dalam pelatihan sambil
mereview kecocokkan pada output yang dihasilkan.
d. Convertion
Melakukan migrasi data dari sistem lama ke sistem yang baru. Yang terlibat pada fase
ini adalah analis yang melakukan konversi sistem dari sistem lama ke sistem baru
menggunakan metode pendekatan yang ada. User yang memberikan estimasi dampak
dari sistem baru terhadap organisasi atau individu.

4. Operasi dan Perawatan Sistem


Pentingnya dilakukan perawatan sistem karena selalu ada kemungkinan bahwa sistem
menyisakan kesalahan-kesalahan yang tidak terdeteksi pada saat pengujian sistem. Alasan lain
pentingnya dilakukan perawatan adalah sistem mengalami perubahan-perubahan karena
permintaan baru dari pemakai sistem (Lucas, 2013)
Biaya perawatan sistem yang sering diabaikan sebenarnya merupakan biaya yang
cukup besar yang tidak disadari. Biaya-biaya itu seperti biaya analisis, biaya perancangan,biaya
implementasi dan biaya perawatan (Jogiyanto, 2003).
Sebagai contoh, bila biaya perawatan dimasukkan ke dalam analisis kelayakan
ekonomis dapat menyebabkan perubahan hasil analis. Besarnya biaya perawatan dapat
dikurangi dengan cara menggeser biaya perawatan ke biaya analisis yaitu dengan cara lebih
meningkatkan aktivitas di analisis supaya hasil dari analisis menjadi lebih baik. Jika hasil dari
sistem lebih baik diharapkan kegiatan perawatan akan berkurang yang akan mengakibatkan
berkurangnya biaya perawatan.

Kelebihan Metode SDLC:

1. Menyediakan tahapan yang dapat digunakan sebagai pedoman mengembangkan sistem.


2. Memberikan hasil sistem yang lebih baik karena sistem dianalisis dan dirancang secara keseluruhan
sebelum diimplementasikan.

Kekurangan Metode SDLC:

1. Hanya menyediakan tahapan-tahapan saja namun tidak menyediakan metodologi untuk


mengembankan sistem sehingga harus digabungkan dengan metodologi pengembangan sistem
terstruktur.
2. Hasilnya sangat bergantung dari hasil tahap analisis sehingga jika terjadi kesalahan analisis akan
terbawa terus dengan hasil sistem yang kurang memuaskan.
3. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkannya karena sistem harus dikembangkan
sampai selesai terlebih dahulu.
4. Membutuhkan biaya yang besar dibandingkan dengan metode lainnya.
5. Hasil dari sistem tidak luwes untuk dimodifikasi karena perlu dilakukan analisis ulang.
III. Daftar Pustaka
Henry C. Lucas Jr. (1987). Analisis, Desain dan Implementasi Sistem Informasi.
Diterjemahkann oleh: Abdul Basith. Jakarta: Erlangga.
Jogiyanto, H.M, Akt, MBA, Ph.D. (2003). Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.
Kadir, A. (2002). Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.
Wahyudi, A. (2019). Perancangan Sistem Menggunakan Sistem SDLC.

Anda mungkin juga menyukai