LB41-A-22.7 +
ISSN : 1412 - 9612
SIMPOSIUM NASIONAL
yn) aly,
ULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ®
RuangSeminarPascaSarjana UMS, EKNOLOG!,
» PENGEMBANGAN TEKNOLOG|
/MENUIU KEMANDIRIAN. BANGSA
t ‘ ‘‘Simposium Nasional RAPI VI2007 _ISSN:1412-9612
SUSUNAN PANITIA
SIMPOSIUM NASIONAL
REKAYASA APLIKASI PERANCANGAN DAN INDUSTRI
Penanggung Jawab
Panitia Pengarah
Panitia Pelaksana
Ketua
Sekretaris
Bendahara/Dana
Seksi-seksi
Publika:
‘Acara, dekorasi & dokumentasi
Naskah dan Prosiding
Reviewer
Konsumsi
Perlengkapan
(RAP) VI 2007
Ir. H. Sri Widodo, MT.
1. Ir, Subroto, M.T.
2. Ir, H, Aliem Sudjatmiko, MT.
3. Drs. Sudjalwo, MKom.
Ir Agung Setyo Darmawan, MT.
1, Farida Nur Cahyani, ST, MSc.
2, Eko Setiawan, ST, MT.
3. Ashar M. Akbar
1. Suryaning Setyowati, ST., MT.
2. Indah Pratiwi, ST, MT.
1. Ir Dhani Mutiari, MT.
2, Heru Supriyono, ST, MSc.
1, Ir Indrawati, MT.
2. Ir Sartono Putro, MT.
1, Denny Vitasari, ST, M-Eng.Se.
2. Umi Fadlilah, ST. ;
1, Marwan Effendy, ST., MT.
2. Ir H Haryanto, MS.
3, Ir Jatmiko, MT.
4, Munajat Tri Nugroho, ST., MT.
5, Wisnu Setiawan, ST., M.Arch,
6. Muhammad Ujianto, ST., MT.
1. Ir Renaningsih, MT.
2. Siti Nandiroh, ST.
1, Anto Budi Listyawan, ST, MSc.
2. Ir. Sri Wiji, MT.Simposium Nasional RAPI VI 2007. ISSN:1412-9612
RAPI K-015
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN PATI DENGAN METODA
HIDROLISA DARI PATI UMBI-UMBIAN SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI
PENGOLAHAN PANGAN
Agus Triyono, Rima Kumalasari .. K88-K93
RAPI K-016
STUDI PENGARUH WAKTU PENUAAAN DAN KRISTALISASI PADA.
PEMBUATAN ZEOLIT Y DARI ABU SEKAM PADI DAN TAWAS
Farid Hayu Kurniawan, Ibrahim Kamil, Didi Dwi Anggoro............. K94-K99
RAPI K-017
PENGARUH SUHU DAN RATIO Si02/Al,0; PADA PEMBUATAN ZEOLIT Y
DARI ABU SEKAM PADI DAN TAWAS
Hendra Pranoto, Imron Masfuri, Didi Dwi Anggoro ... . K100-K105,
RAPI K-018
FACTORS AFFECTING FLOTATION DEINKING EFFICIENCY
Denny Vitasari -K106-K112
RAPI K-019
PENERAPAN KONSEP CLEANER PRODUCTION DI PABRIK UREA KALTIM-3
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR.
Ir. Agus Subekti .. KII3-K17
RAPI K-020
PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN KONSENTRASI
LARUTAN EM4 PADA PEMBUATAN KOMPOS DARI SAMPAH RUMAH
TANGGA (Studi Kasus di RW 19 Kadipiro Surakarta)
Haryanto, Farida NC ...... .. K118-K121
RAPI K-021
DEGRADASI SELULOSA PADA PROSES BLEACHING DENGAN H202
Ahmad M Fuadi, Wahyudi B Sediawan, Rochmadi, Suryo P K122-K127
RAPI K-022
PENGAMBILAN KEROSIN, PREMIUM DAN SOLAR DARI BATU BARA.
Agung Sugiharto, Nur Khasan Setyadika, Putri Phamela Sari, Totalis ....... K128-K133
RAPI K-023
PEMANFAATAN BUANGAN PROCESS CONDENSATE YANG MENGANDUNG,
UREA DAN AMMONIA MENJADI BOILER FEED WATER
Ariffianto, Maryono... .. K134-K138
RAPI K-024
MOLECULAR DYNAMICS SIMULATIONS OF SPRAY DRYING DROPLET
EVAPORATION : ADIABATIC PRESSURE JUMP EVAPORATION
S. Sumardiono, Ratnawati, S. J. Munarso, and D. Nugraheni.. K139-K148‘Simposium Nasional RAPI VI 2007 ISSN : 1412-9612
DEGRADASI SELULOSA
PADA PROSES BLEACHING DENGAN H;0,
Ahmad M Fuadi’, Wahyudi B Sediawan’, Rochmadi’, Suryo P*
Jurusan Teknik Kimi, Fakultas Teknik, Universitas Mubammadiyah Surakarta
Jalan A. Yani Tromol Pos 1 Pabelon Kertasura 57102 Telp. 0271-717417 ext. 224
2° JurusanTeknik Kimi, Fekultas Teknik, Universites Gadjah Mada Yogyakarta
Jalan Grafika No 2 Buleksumur Yogyakarta
Email: fuadi60@vahoo.com
= \ 5 Abstrak
‘Hidrogen peroksida merupkan salah satu bahan pemutih yang pada penggunaannya tidak
‘menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Hal ini yang menjadikan peran hidrogen
eroksida pada proses bleaching uniuk menggantikan senyawa yang mengandung klor menjadi
sangat penting. Namun demikian, perlu diperhatikan akibat penggunaan hidrogen peroksida
terhadap kualitas pulp yang diputikan. Pada penelitan ini, diamati pengaruh penggunaan
HO; pada proses bleaching terhadap degradasi selulosa,
Sebanyak 20 gram pulp kering yang akan dibleaching mula-mula dikenakan proses chelating.
Kemudian, pulp dimasukkan daiam kantong plasi dengan ditambah 2,5 % HO, serta NaQH
pada berbagai konsentrasi, dicampur sampai benar-benar merata. Selanjuinya, campuran
dimasukkan dalam water bath pada suku 70°C pada berbagai waktu. Hasil bleaching yang
diperoleh diamaui viskositas serta bilangan kappanya,
Hasil penelitian menunjukkan proses bleaching dengan berbagai kondisi yang dilakukan tidak
‘menyebabkan degradasi selulosa yang berart, hal ini ditunjukkan dengan penurunan viskositas
pulp yang tidak terlalu besar yait sekitar 8 %, sementara penurunan bilangan kappanya cukup
besa yaitu mencapai sekitar 23 %.
Kata kunci; Bleaching; degradasi selulosa; hidrogen peoksida
Pendabuluan
Proses bleaching merupakan satu proses yang penting dalam pembuatan kertas. Dewasa ini
bbahan kimia yang banyak digunakan untuk proses bleaching adalah bahan-bahan yang mengandung Klor.
Ditinjau dari dampak lingkungan, pemakaian bahan yang mengandung klor ini sangat berbahaya.Cairan
Jimbah yang ditimbulkan dari proses bleaching dengan menggunakan CIO; diketahui memberikan
Pencemaran terhadsp lingkungan sekitamya (Coakley, 2001). Khlorin bisa bereaksi dengan senyawa-
senyawa organik yang ada membentuk senyawa organo-kblorin yang bersifat racun, misalnya dioksin,
Dioksin ditemakan tidak hanya dalam cairan limbab, tetapi juga dalam pruduk-produk kertas yeng
dihasilkan, Nakatama, dkk.,(2004) melakakan proses pemutihan dengan C1O,, Dalam penelitiannya, air
limbah dari proses ini mengandung khloroform. Hel ini dibuktikan dengan pengujian sampel air buangan
ddan udara di sekitar proses yang temyata mengandung Khloroform pada batas yang bisa diukur.
Khloroform merupakan racun bagi organ-organ yang vital seperti jantung, ginjal maupun hati, Kloroform
juga dipastikan sebagai zat carcinogenic serta sangat beracun. Mengingat betapa bahayanya senyawa
‘yang mengandung Klorin, maka perlu dicari alternatif penggantinya yang aman bagi lungkungan.
Hildrogen peroksida salah satu bahan kimia yang ramah lingkungan mulai memegang peranan
yang penting. Beberapa penelitian yang terkait dengan pemakaian hidrogen peroksida sebagai bahan
pemutih pulp telah banyak dilakukan untuk mendapat hasil pemutihan yang maksimal. Hidrogen
Peroksida termasuk zat oksidator yang bisa digunakan sebagai pemutih pulp.Hidrogen peroksida juga
mempanyai beberapa kelebihan anfara lain pulp yang diputihkan mempunyai ketahanan yang tinggi seria,
Penurunan kekuatan serat sangat kecil. Pada Kondisi asam, hidrogen peroksida sangat setabil, pada
kkondisi basa mudah terurai. Peruraian hidrogen peroksida juga dipercepat oleh naiknya suhu. Zat reaktif
dalam sistem pemutihan dengan hidragen peroksida dalam suasana basa adalah perhydraxy! anion (HOO™
) (Dence dan Reeve, 1996). Anion ini terbentuk dari penambahan alkali terhadap hidrogen peroksida
sebagaimana persamaan (1) (Lackenal 1996):
HOOH+HO'4—> —HOO"+H,0 a
K122Simposium Nasional Rapr}07 ISSN 1412-9612
on HOO’ ini yang mempunyai peran aktif di dalroses pemutihan, perusian hidrogen peroksida
sebagaimana persamaan (1) dikenal dengan deprofion. Dengan adanya logam-lagam transisi seperti
Fe, Ma dan Cu, dekomposisi dari hidrogen ida dalam larutan besa dianggap berlengsung
sebageimana reat oni beri:
H,0;+HOy —4 20 + 02+ HO" @
Logam-logam transsi bertindak sebagaialis yang mengarahkan dekomposisi HO: mengikuti
persamaan reaksi (2). Pada kondisi basa, deng#danya Katalisator, hasil-hasil dekomposis! hidrogen
peroksida antara lain radikal-radikal anion hidro dan superoksid sebagai zat intermadiate scbagaimana
persamaan (2). Pada proses Bleaching dengan 2» beberapa pengotor yang ada di dalam pulp sangat
nempengaruhi kualtas hasil yang diperoleh, Eoter-pengotor yang ada tergantung dari jenis dan asal
kayu yang diolah Basta, dkk., 1991). Agar bigendapatkan hasil bleaching yang baik, maka pengotor-
pengotor yang ada di dalam pulp harus dikelxan terlebih dabulu. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
Thelating. Dengan proses chelating ini, me.ions yang ada di dalam pulp akan bisa teekstralsl
Sebenarnya metal ions yang ada di dalam puljlak semuanya memberikan efek yang tidak balk terhedap
hasil bleaching dengan menggunakan hidrogPeroKsida. Magnesium (Mg) adalah salah satu meal ion
yang ada di dalam pulp yang memberikan i posit tethadap hasil bleaching dengen menggunakan
ihidrogen peroksida. Sayangnya secara kesehhan metal ions ini memberikan efek yang negatip
‘Secara garis besat, komponen-kopnen yang ada di dalam Kayu dapat dibedakan menjadi
beberapa kelompok antara lain zat-at orge: dengan berat molekul kecl, zat-zat organik dengan beret
‘molekal besar serta zatzat an organik. Zatt organik dengan berat molekul besar antara lain kelompole
selulosa dan lignin. Selulosa adalah biopole® yang paling banyak di kayu, berkisar antara 4045 % dari
material kering. Selulosa terdiri dari unitat unhidroglukopiranosa yang bersambung membentuk rant
tmolela, Olch karena itu, sclulosa dapat /yatakan sebagai polimer linier glukan dengan struktur ranta
‘yang seragam, Buicti adanya keseragamaznit dan ikatan dalam selulosa diperolch melalui metilasi dan
Pereobsan-percobaan lain (Freudenbergi967). Derajat polimerisasi dari selulosa kayu diperkirakan
10,000 (Fengel, dan Wegener, 1983) . [nin adalah polimer tiga dimensi yang heterogen yang tersusun
dari satuan-satuan phenylpropane, bely ditemukan stuktur kimia yang pasti dari lignin. Kandungen
lignin di softwood lebih tinggi daripadii hardwood. Komponen-komponen Iain dalam kayu yang larut
dalam larutan organik atau air diseb ekstraktif, kandungannya bervariasi antara 4-10 % dari kay
ering yang mengumpul pada daerah tentu, Total kandungan bahan-bahan anorganik dalam tumbuh-
‘tumbuhan umumnya sangat keel, seruergantung dari asal tumbul-tumbuhan itu tambub. Proses pulping
‘menyebabkan terjadinya pemotonganlan pelarutan lignin serta beberapa pengotor yang ada, fenomena
ini akan menyebabkan adanya sedit perbedaan kandungan zat-zat an-organik yang ada di kayu dan
‘yang ada di pulp. Sifatsifat pulmerupakan hasil dari sifa-sifat Komponen utamanya (selulosa,
ihemiselulosa dan lignin). Kekuatan srtas tergantung dari kekuatan individual dari rantairantai selulosa
dan ikatan hidrogen yang terbentu antara molekul-molekul selulosa di dalam serat dan antar serat
Kemampuan selulosa untuk membdtuk ikatan hidrogen ini menyebabkan kemampuan yang besar pula
untuk menyatu dengan ar.
Tujuan utama dari bleaching, sela untuk meningkatkan derajat putih serta menjaga kesetabilannya,
‘adalah untuk memperoleh Kandugan selulosa yang tinggi. Tujuan ini harus dicapai tanpa adanya
perobahan kekuatan yang berarti da akhir produk. Degradasi selulose selama proses bleaching dapat
‘menurunkan kekuatan serat yangoerarti pada saat pembuatan lembaran-lembaran kertas. Sebenamya
selulosa merupakan senyawa yan tidak berwama, schingga tidak periu dibleaching. Proses bleaching
dijalankon untuk menghilangkan rama-warna komponen lain. Namun demikian, degradasi selulosa bisa
terjadi selama proses. bleaching seriangsung. Hal ini bisa menyebabkan potongan-potongan selulosa
terlarut, lebih jauh, bila degradai selulosa cukup kuat, maka Kekuatan pulp akan menurun. Degradasi
selulosa merupakan fenomena yang perlu dipethatikan untuk mengetahui efek samping dari proses
Bleaching. Untuk menentukan tingkat degradasi selulosa, bisa dilakukan dengan cara tidak langsung yaitt
dengan mengukur viskositas lertan pulp. Untuk melakukan ini, pulp dilarutkan dalam pelarut selulosa
kemudian diukur viskositasnya, Viskosites pulp selalu digunakan sebagai indikator terjadinya degradasi
selama bleaching dan untuk menunjukkan kekuatan lembaran-lembaran pulp. Meski demikian hubungan
antara viskositas dan kekuatan lembaran Kertas tidak linier. Penurunan viskositas tidak mesti difkust
dengan penurunan kekuatan, penuranan kekuatan akan terjadi jike nilai kritis dari viskositas terlampoi
Lopez, F., (2003) melakukan penelitian dengan menggunakan hidrogen peroksida yang dikombinastkan
dengan berbagai zat pemutih, Kemudian dicari Kondisi optimumnya. Penentuan Kondis) optimum
dikaitkan dengan derajat puih yang dicapai, dan kekuatan serat pulp yang dikaitkan dengan viskositas.
K-123‘Simposium Nasional RAPI ¥I2007 ISSN : 1412-9612
Ton HOO" ini yang mempunyai peran aktif di dalam proses pemutihan, peruraian hidrogen peroksida
ssebagaimana persamaan (1) dikenal dengan deprotonation. Dengan adanya logam-lagam transisi seperti
Fe, Mn dan Cu, dekomposisi deri hidrogen peroksida dalam larutan basa dianggap berlangsung,
ssebagaimana reaksi ionik berikut:
H,0,+HO;——> —-H,0+0;+HO" @
Logam-logam transisi bertindak sebagai katalis yang mengerahkan dekomposisi HOs mengikuti
persamaan reaksi (2). Pada kondisi base, dengan adanya katalisator, hasil-hasil dekomposisi hidrogen
pperoksida antara lain radikal-radikal anion hidroksil dan superoksid sebagai zat intermadiate sebagaimana
ppersamaan (2). Pada proses bleaching dengan H,O2, beberapa pengotor yang ada di dalam pulp sangat
mempengaruhi kualitas hasil yang diperoleh. Pengotor-pengotor yang ada tergantung dari jenis dan asal
kayu yang diolsh (Basta, dkk., 1991). Agar bisa mendapatkan hasil bleaching yang baik, maka pengotor-
pengotor yang ada di dalam pulp harus dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
chelating. Dengan proses chelating ini, metal fons yang ada di dalam pulp akan bisa terekstraksi.
Sebenamya metal ions yang ada di dalam pulp tidak semuenya memberikan efek yang tidak baik terhadap
hasil bleaching dengan menggunakan hidrogen peroksida. Magnesium (Mg) adalah salah satu metal ion
‘yang ada di dalam pulp yang memberikan efek positip techadap hasil bleaching dengan menggunakan
hhidrogen peroksida. Sayangnya secara keselurahan metal fons ini memberikan efek yang negatip.
Secara garis besar, komponen-komponen yang ada di dalam kayu dapat dibedakan menjadi
beberapa kelompok antara Jain zat-zat organik dengan beret molekul kecil,zat-zat organik dengan berat
rmolekul besar serta 7at-zat an organik. Zat-zat organik dengan berat molekul besar antara lain kelompok
sclulosa dan lignin. Sclulosa adalah biopolimer yang paling banyak di kayu, berkisar antara 40-45 % dari
material kering, Selulose terdiri dari unit-unit unhidroglukopiranosa yang bersambung membentuk rantai
‘molekul, Oleh karena itu, selulosa dapat dinyatakan sebagai polimer linier glukan dengan struktur rantai
yang seragam. Bukti adanya keseragaman unit dan ikatan dalam selulosa diperoleh melalui metilasi dan
pereobaan-percobaan lain (Freudenberg, 1967). Derajat polimerisasi dari selulosa kayw diperkirakan
10,000 (Fengel, dan Wegener, 1983) . Lignin adalah polimer tiga dimensi yang heterogen yang tersusun
ari satuan-satvan phenylpropane, belum ditemukan stuktur kimia yang pasti dari lignin, Kandungan
lignin di softwood lebih tinggi éeripada di hardwood. Komponen-komponen Iain dalam kayu yang larut
alam larutan organik atau air disebut ekstraktif, kandungannya bervariasi antara 4-10 % dari kayu
kkering yang mengumpul pada daerah tertentu. Total kandungan bahan-bahan anorganik dalam tambuh-
tumbuhan umumnya sangat kecil, serta tergantung dari asal tumbuf-tumbuban itu tambuh, Proses pulping
‘menyebabkan terjadinya pemotongan dan pelarutan lignin serta beberapa pengotor yang ada, fenomena
ini akan menyebabkan adanya scdikit perbedean kandungan zat-zat an-orgenik yang ada di kayu dan
yang ada di pulp. Sifatsifat pulp merupakan hasil dari sifat-sifat Komponen utamanya (selulosa,
hhemiselulosa dan lignin). Kekuatan kertas tergantung dari kekuatan individual dati rantai-rantai selulosa
ddan ikatan hidrogen yang terbentuk antara molekul-molekul selulosa di dalam serat dan antar serat,
Kemampuan selulosa untuk membentuk ikatan hidrogen ini menycbabkan kemampuan yang besar pula
‘untuk menyatu dengan air.
Tujuan utama dari bleaching, selein untuk meningkatkan derajat putih serta menjaga kesetabilannya,
adalah untuk memperoleh kandungan selulosa yang tinggi. Tujuan ini harus dicapai tanpa adanya
perobahan kekuatan yang berarti pada akhir produk. Degradasi selulosa selama proses bleaching dapat
menurunkan kekuatan serat yang berarti pada saat pembuatan Jembaran-lembaran kertas, Sebenamya
selulosa merupakan senyawa yang tidak berwama, sehingga tidak perlu dibleaching. Proses bleac!
dijalankan untuk menghilangkan wara-warna komponen lain. Nemun demikian, degradasi selulosa bisa
terjadi selama proses bleaching berlangsung. Hal ini bisa menyebabkan potongan-potongan selulosa
terlarut, lebih jaub, bila degradasi selulosa cakup kuet, maka kekuatan pulp akan menurun. Degradasi
selulosa merupakan fenomena yang perlu diperhatikan untuk mengetahui efek samping dari proses
bleaching. Untuk menentukan tingkat degradasi selulose, bisa dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu
dengan mengukur viskositas lerutan pulp. Untuk melakukan ini, pulp dilarutkan dalam pelarut selulosa
kemudian diukur viskositasnya. Viskositas pulp selalu digunakan sebagai indikator terjadinya degradasi
selama bleaching dan untuk menunjukkan kekuatan lembaran-lembaran pulp. Meski demikian hubungan
antara viskositas dan kekuatan lembaran kertas tidak linier. Penurunan viskositas tidak mesti difkuti
dengan penurunan kekuatan, penurunan kekuatan akan terjadi jika nilai kritis dari viskositas terlampoi.
Lopez, F., (2003) melakukan penelitian dengan menggunakan hidrogen peroksida yang dikombinasikan
dengan berbagai zat pemutih, kemudian dicari Kondisi optimumnya. Penentuan kondisi optimum
dikaitkan dengan derajat puih yang dicapai, dan kekuatan serat pulp yang dikatkan dengan viskositas.
K-123‘Simposium Nasional RAPI VI 2007 ISSN : 1412-9612
Metode Penelitian
Bahan dan alat
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah pulp dengan bilangan kappa 10,13
brightness 59,47 % ISO dan viscosity 1175,7 dim'”kg, sedangkan alat yang digunakan pada penelitian ini
antara lain: water bath, seperangkat alt titrasi, viscosimater, dan lain-lain.
Pelaksanaan penelitian
Sebelum proses bleaching dijalankan, terlebih dahulu pulp ditreatment di chelating stage, yaitu
dengan menimbang pulp basah yang ckivalen dengan 20 gram pulp kering. Kemudian memasukkan asam
sulfat 5 g/1 scbanyak 10 ml, EDTA 2 kg/(ton pulp) serta aquades, sehingga diperolch konsistensi 10 %,
dicampur sampai benar-benar homogen. Campuran dimasukkan dalam kantong plastik, kemudian
dlipanaskan dalam water bath pada suhu 70 °C selama 1 jam. Setelah kondisi dicapai, pulp divacuum dan
dicuci dengan hati-hati. Sclanjutaya pulp dibleaching dengan menggunakan hidrogen peroksida 2,5 %,
NaOH 1,25 %, 1,5 % dan 1,75 % dan aquades schingga konsistensinya 10 %. Campuran dimasukkan
dalam kantong plastik dan ditempatkan dalam water bath pada subu 70 °C pada berbagai waktu. Setelah
kondisi bleaching dicapai, pulp dipisahkan dari air fitrtnya, dan dicuci secara hatichat. Filtrat yang
diperolch dari pemisalan pertama disimpan untuk dianslisasisa bidrogen peroksidanya serta pH filtrat.
Pulp yang diperoleh diukur bilangan kappa serta viskositasnya.
Penentuan sisa HyOe dilakukan dengan cara mengambil aquades sebanyak 30 ml dimasukkan
dalam labu erlenmeyer bersama-sama dengan 10 ml H;SOx (20 %), 10 ml sampel, 10 mt larutan KI (50
e/L) dan beberapa tetes larutan jenuh ammunium molybdate sebagai katalis, Jika di dalam sampel ada
hidrogen peroksida, maka akan terjadi pembentukan iodine. Iodine yang terbentuk dianalisa dengan titrasi
‘menggunaken 0,1 molar Na;S0), Konsentrasi hidrogen peroksida dalam sampel dapat dihitung dengan:
be34
@
|s.07]-0m :
Pengukuran bilangan kappa dilakukan dengan cara menimbang pulp sekitar 0,5 sampai 3 gram
(Gergantung perkiraan nilsi bilangen kappa pulp) diletakkan dalam gelas beaker bersama-sama dengan
230 ml aguades, Campuran dicampur dengan blender untuk memisa-misahkan pulp. Kemudian
dimasukkan 25 ml KMn0, (0,1 N) dan 25 ml HzSO, (2M). Reaksi dijlankan pada suhu 25 °C, setelah 10
tmenit reaksi dihentikan dengan menambahkan 6 ml KI 1 M, lodine yang terbentuk dittrasi dengan
‘menggunakan Na,S:03, Bilangan kappa bisa dihitung dengan:
Happ Gev)ra ®
Pengukuran viskositas pulp dilakukan dengan cara menimbang pulp sekitar 130 mg sampai 180
mg (tergantung perkiraan nilai viskositas pulp), dimasukkan dalam botol plastik $0 ml, ditambakkan 25
mllaquades dan 2 batang tembaga kemudian digojok. Setelah pulpnya terurai, ditambahican 25 ml larutan
cupriethylenediamine (CED) 1M. Udera yang ada di dalam botol dikeluarkan, kemudian ditutup dan
dikocok hingga semua pulp terlarut, Selanjutnya, larutan pulp ini diukur viskositas intrinsicnya, Selama
melakukan percobaan ini, pH pada akhir proses juga diukur dengan alat ukur pH meter,
Hasil dan Pembahasan
Data-data yang diperolch pada penelitian disajikan pada tabel I, I, HI, IV, V dan VI
‘Tabel I. Hasil Bleaching dengan 2,5 % H,0, dan 1 % NaOH
Waktu, Sisa H:02, | pH akhir Viskositas, Kappa
mat gL dmg,
a 2778 11757 1013
40, 2.397 10,43 | 1153,1 897.
120 2,227 10.48 [11668 847
240 2,057 10,41___| 1127.8 816
480 2,040 10,39 | 1111.2 7.85,‘Simposium Nasional RAPI V1 2007 ISSN: 1412-9612
‘Tabel II, Hasil Bleaching dengan 2,5 % HO; dan 1,25 % NaOH
Waktu, | SisaH02, | pH akhir | Viskositas, | Kappa
mnt gL mike
0 2.778 1175.7 10.3
5 2,567 10,889 | 1163.65 9.95
10 2,533 10,832__| 154,63 9,83
20 2.516 10,784__| 115625 9,62,
40 2413 10,7 | 1159.45 9.58.
120 2,295 10,703 | 1143.1 878
180 2,108 10,573__| 11304 8,52
240 2,074 10,660__[ 1121,1 8.24
480 2,006 10,592 | 1096.5 7,94
‘Tabel II. Hasil Bleaching dengan 2,5 % H,O3 dan 1,5 % NaOH
Waktu, | Sisa 20x, | pH akhir | Viskositas, | Kappa
mat_"_| g/L meg
0 2.778 1175,7, 10.15,
10, 2,567 11,075 11778. 9,38,
40 2,397 10,935. 11578 9.19)
120_| 2.278 10,932 1141.6 8.61
240 [2,193 10,855 131 83
480___| 2,057 10,655 11361 7,82
‘Tabel IV. Hasil Bleaching
dengan 2,5 % HO; dan 1,75 % NaOH
‘Waktu, | Sisa H0:, | pH akhir | Viskositas, | Kappa
mnt g/L am*kg,
0 2,778 11757 10,13
3 2.567 11,165 [1160 9.94
10, 2.55, 11,136 | 11606 9.81
20 2,499 11132 [ 1151.2 9.47
40 2.465 11,084 [1145.5 9.22
120 | 2,142, 1,121 1135.7 8,6
130 | 2,125 11,062 [1111.8 8,45
240 | 2,074 11,105 [1118.9 827
430 [1,921 11,0421 7,95
‘Tabel V. Hasil Bleaching dengan 2,5 % H,O; dan 2.% NaOH.
Waktu, | SisaH02, | pH akhir | Viskositas, | Kappa
mint gil dm‘/kg
0 2,778 11757 To.15
40 2,465 107 [114955 8.874
120) 2,295 11,26 [11265 8,341
240 2,210 1124 [11169 7,924
480 2,023 1123 [11214 7,833
‘Tabel VI. Hasil Bleaching dengan 2,5 % H,On dan 2,5 % NaOH
Waktu, | SisaHO2, | pHakhir | Viskositas, | Kappa
mnt gL dm'kg
0 2,778 11757 10.13
0 2,397 ToAs__[1153.1 8.97
120 2.227 10.48___[ 11658 8.47
240. 2,057 104l___[ 1127.8 8.16
“480
2,040.
10,39
TIL2
7.85‘Simposiwm Nasional RAPI V12007 ISSN: 1412-9612
Data pada tabel I sampai VI menunjukkan hasil bleaching yang sangat bagus, dtandsi dengan
Penurunan bilangan keppe yang culup beser, sementara penggunaan hidrogen peroksida sangat sedikit
Rala-rata penggunaan HO; pada berbagai penambahan NaOH adalah sekitar 0,6 % dari beret pulp
kering, pada kondisi ini bilangan kappanya bisa berkurang hingga 23 %. Bilangan kappa berhubungan
dengan jumlah lignin yang terkandung di dalam pulp. Semakin keri! bilengan kappanya, semakin kecil .
pula kandungan lignin yang ada di dalamnya yang berarti derajat putihnya semakin tinggi.
‘Berdasarkan data pada tabel[ sampat VI menunjukkan adanya kecenderungan degradasi selulosa,
sebagai akibet proses bleaching yang ditandai dengan berkurangnya viskositas larutan pulp. Namun
demikian penurunannya tidak begitu besar, yaitu maksimum 8 %, Penurunan viskositas pulp ada
hubungannya dengan jumlah hidrogen peroksida yang dikonsumsi pada proses bleaching sebagaimana