TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
adalah sebuah penyakit yang sering terjadi pada pria dewasa di Amerika dimana
terjadi pembesaran prostat (Dipiro , 2015). BPH terjadi pada zona transisi prostat,
dimana sel stroma dan sel epitel berinteraksi. Sel sel ini pertumbuhannya
dipengaruhi oleh hormon seks dan respon sitokin. Pada penderita BPH hormon
mengeluarkan urin disertai darah, dan merasa tidak tuntas setelah berkemih
(Dipiro, 2015).
a. Anatomi
berat sekitar 20 gram (Muruve, 2013). Kelenjar ini terletak di bawah kandung
perineal (Muruve, 2013). Kelenjar prostat dibungkus oleh suatu kapsul yang
terdiri dari kolagen, elastin, dan otot polos (Muruve, 2013).
zona sentral, dan zona perifer (Muruve, 2013). Menambahkan selain ketiga
zona tersebut masih terdapat zona lain yaitu zona preprostatik sfingter dan zona
anterior. Klinis dari zona tersebut adalah pada zona transisional dimana pada
zona inilah Benign Prostate Hyperplasia (BPH) terjadi dan menyebabkan suatu
merupakan cabang dari arteri iliaca interna. Arteri vesikalis inferior ini akan
pembuluh darah utama yang memberikan suplai darah pada proses terjadinya
BPH. Cabang kedua arteri vesikalis inferior adalah arteri capsularis yang
prostat dan memberikan suplai darah pada jaringan di dalam kelenjar prostat
(Muruve, 2013).
Kelenjar prostat mendapat inervasi dari sistem saraf otonom yaitu sistem
saraf simpatik dan parasimpatik yang berasal dari pleksus prostatikus atau
akan berakhir di sel kelenjar pada prostat dan memicu sekresi dari kelenjar
pada otot polos prostat, kapsul prostat, dan leher kandung kemih. Di dalam
otot polos prostat, kapsul prostat maupun leher kandung kemih (Muruve, 2013;
Purnomo, 2011).
1. Zona sentral.
bawah blader dan di atas rektum. dan mengelilingi uretra. Perannya untuk
menghasilkan cairan kental yang membuat sebagian besar air mani pria. Otot
uretra. dengan demikian, kelenjar prostat yang sehat diperlukan untuk kinerja
b. Fisiologi Prostat
1) Vesikel Seminalis
menghasilkan secret berupa cairan kental dan basa yang kaya akan
sampi ke tuba fallopi. Setengah lebih sekresi vesik seminalis dalah semen
(Wibowo, 2012).
2) Kelenjar Prostat
kemih. Tertutup oleh kapsul jaringan conective tebal, terdiri dari 20-30
saluran prostat ketika kontrak otot polos saat ejakulasi. Hal ini
Prostat sering membesar pada pria setengah umur atau umur tua, dan
pembesaran ini karena tekanan lain yang disebabkan oleh apa saja pada
sphincter urethra atau urethra itu sendisi, akan menyebabkan retensi urin
urogenital atau sering disebut otot dasar panggul.Kelenjar ini pada laki -
laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri, dengan panjang sekitar
3 cm, lebar 4 cm dan tebal kurang lebih 2,5 cm. Beratnya sekitar 20
gram.
ini manifestasinya biasanya pada laki - laki usia lanjut (Indah, 2011)
stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar
BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel
mediator utama munculnya BPH ini. Pada penderita ini hormon DHT
uretra yang mengakibatkan aliran urin melemah dan gejala obstruktif yaitu
(DHT).
reductase. Ada dua tipe enzim 5α-reductase, tipe pertama terdapat pada
folikel rambut, kulit kepala bagian depan, liver dan kulit. Tipe kedua
terdapat pada prostat, jaringan genital, dan kulit kepala. Pada jaringan-
hyperplasia
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-
tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher
buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan
resistensi uretra.
dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah
hambatan normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra
pada saat miksi) jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak
ginjal.
j. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian
urin tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media
pielonefritis.
5. Klasifikasi
Prostate Symptom Score (PSS). Derajat ringan: skor 0−7, sedang: skor
8−19, dan berat: skor 20−35 (Sjamsuhidajat dkk, 2012). Selain itu, ada
stadium :
a. Stadium I
b. Stadium II
kira 60-150cc. Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan menjadi
nocturia.
c. Stadium III
d. Stadium IV
(urgensi)
dengan baik
2005)
malam hari.
3) Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini
hidronefrosis.
dkk, 2011).
sendiri, dengan hasil yang lebih baik bila disertai dengan bantuan dari
petugas kesehatan. Ozturk dkk membuktikan bahwa nilai dari IPSS yang
dilengkapi oleh pasien sendiri dengan nilai IPSS yang dilengkapi oleh
IPSS saat ini telah divalidasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa yang
mengedan, dan pancaran yang lemah). IPSS juga menilai tingkat dari
untuk menilai kualitas hidup, dimana pasien dapat menilai keluhan secara
kuantitatif dalam skala 0-5.Nilai maksimal dari IPSS adalah 35. Derajat
gejala saluran kemih bagian bawah dikelompokkan menjadi tiga, nilai 0-8
derajat ringan, 9-19 derajat sedang, dan 20 ke atas derajat berat. IPSS hanya
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urine dan telah
gagal ginjal (17%), dan mortalitas menjadi enam kali lebih banyak.
Oleh karena itu pemeriksaan faal ginjal ini berguna sebagai petunjuk
untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal ini jika
cepat, (b) keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan
(c) lebih mudah terjadinya retensi urine akut. Kadar PSA di dalam
urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua.
karsinoma prostat. Oleh karena itu pada usia ini pemeriksaan PSA
b. Pencitraan
kelenjar prostat) atau ureter di sebelah distal, dan (3) penyulit yang
1. Hematuria.
4. riwayat urolitiasis.
c. Pemeriksaan Lain
1) Residual urin yaitu jumlah sisa urin setelah miksi yang dapat
2) Pancaran urin atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu
8. Penatalaksanaan
a. Observasi
b. Terapi Medikamentosa
1) Penghambat adrenergik a
destrusor.
2) Penghambat 5-a-reduktase
akan mengecil.
3) Fitoterapi
a. Terapi Bedah
25
Hematuri.
dan hidronefrosis.
9. Komplikasi
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila
26
1. Pengkajian Keperawatan
kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan lingkungan
(Dermawan, 2012).
1. Pengumpulan Data
sebelumnya.
yang dihadapinya.
a) Pola Nutrisi
b) Pola Eliminasi
kedalam rectum.
sekitarnya.
g) Hubungan peran
dirasakan
berapah ?
4. Pemeriksaan fisik
C, nadi 60
penekanan
trauma?
31
5. Pemeriksaan dada
6. Kardiovaskuler
tumor,)
permenit.
h) Reflek patella
9. Pemeriksaan pelvis/genitalia
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi :
d. Ansietas (D.0080)
Post operasi :
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien benigh
(SDKI, 2017) :
34
Pre operasi :
a. Nyeri akut
1) Definisi
2) Penyebab
neoplasma)
a) Subjektif
Mengeluh nyeri
b) Objektif
Tampak meringis
Gelisah
Sulit tidur
a) Subjektif
Tidak tersedia
35
b) Objektif
Menarik diri
Diaforesis
Kondisi pembedahan
b. Retensi urin.
1) Definisi
2) Penyebab
c) Blok spingter
a) Subyektif
b) Obyektif
Dysuria/anuria
a) Subjektif
Dribbling
b) Objektif
Inkontinensia berlebih
1) Definisi
2) Penyebab
kandung kemih
a) Sybjektif
Nocturia
b) Objektif
a) Subjektif
b) Objektif
d. Ansietas
1) Definisi
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
ancaman.
2) Penyebab
Krisis situasional.
a) Subjektif
Merasa bingung.
dihadapi.
Sulit berkonsentrasi.
b) Objektif
Tampak gelisah
Tampak tegang
Sulit tidur
a) Subjektif:
Mengeluh pusing
b) Objektif:
Sering berkemih
39
a) Penyakit akut
Post operasi :
a. Nyeri akut
1) Definisi
2) Penyebab
neoplasma)
a) Subjektif
Mengeluh nyeri
b) Objektif
Tampak meringis
nyeri)
Gelisah
Sulit tidur
40
a) Subjektif
Tidak tersedia
b) Objektif
Menarik diri
Diaforesis
Kondisi pembedahan
b. Retensi urin.
1) Definisi
2) Penyebab
c) Blok spingter
a) Subyektif
b) Obyektif
Dysuria/anuria
41
a) Subjektif
Dribbling
b) Objektif
Inkontinensia berlebih
c. Defisit pengetahuan
1) Definisi
2) Penyebab
a. Subjektif
b. Objektif
2. Objektif :
d. Intoleransi aktivitas
1) Definisi
2) Penyebab
Kelemahan
a) Subjektif
Mengeluh Lelah
b) Objektif
a) Subjektif
Merasa lelah
b) Objektif
43
a) Gangguan metabolik
e. Risiko Infeksi
1) Definisi
2) Faktor Risiko :
a. Tindakan invasive
f. Risiko perdarahan
1) Definisi
2) Factor risiko
b) Tindakan pembedahan
c) Trauma
a) Tindakan pembedahan
45
3. Intervensi keperawatan
Tujuan dan
No Diagnose Intervensi
kriteria hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan Obsevasi
agen pencedera keperawatan 1.1 Identifikasi lokasi,
fisiologis diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
( Mis.Neoplasma ) berkurang dengan frekuensi, kualitas,
( D.0077 ) Kriteris hasil : intensitas nyeri
1) Klien melaporkan 1.2 Identifikasi skala nyeri
nyeri berkurang. 1.3 Identifikasi respons
2) Pasien tampak nyeri non verbal
tenang dan tidak 1.4 Identifikasi factor yang
meringis. memperberat dan
3) TTV dalam batas memperingan nyeri
normal. 1.5 Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
1.6 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
1.7 Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah di berikan
1.8 Monitor efek samping
penggunaan analgesic
Terapeutik
1.9 Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
46
Kolaborasi
2.13 Kolaborasi
pemberian obat
suposutoria uretra, jika
perlu
kolaborasi
3.10 kolaborasi
pemberian obat
suposutoria uretra,
jika perlu
4.9 anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan presepsi
4.10 latih Teknik
relaksasi
4.11 anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
4.12 latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
4.13 latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
kolaborasi
4.14 kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Post operasi :
Terapeutik
1.6 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
1.7 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1.8 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
1.9 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
1.10 Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgetik, sesuai
indikasi
2. Retensi urin Setelah dilakukan Manajemen eliminasi urine
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
blok spingter kemampuan 2.1 Identifikasi penyebab
(D.0050) berkemih retensi urine ( mis.
Dengan kriteria hasil : Peningkatan tekanan
1) Kemampuan uretra, kerusakan arkus
berkemih reflek, disfungsi
meningkat neurologis, efek agen
2) Nocturia menurun farmakologis)
3) Residu volume 2.2 Monitor intake dan
urine stelah output cairan
berkemih 2.3 Monitor distensi
meningkat kandung kemih dengan
4) Tidak ada distensi palpasi/perkusi
kandung kemih Terapeutik
5) Frekuensi 2.4 Pasang kateter urine, jika
berkemih perlu
membaik Edukasi
2.5 Jelaskan penyebab
retensi urine
2.6 Anjurkan pasien atau
keluarga mencatat
output urine
52
4. Implementasi
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter & Perry, 2011).
keperawatan.
5. Evaluasi
2013):
(Nurhayati, 2011)
a. Masalah teratasi