Anda di halaman 1dari 7

Nama Anggota :

Mawar puspita 1610701010

Riyanto Yudistira

Jumiaty

Definisi TB-Paru

 Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim
paru, biasanya disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosi. TB dapat menyebar
hampir kesetiap bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
(Brunner & Suddarth).

 Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis menyerang
paru tapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).

 Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan asam (Suriadi, 2001)

Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis Paru dan Tipe Penderita

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis paru memerlukan suatu
definisi kasus yang meliputi empat hal, yaitu :

a. Organ tubuh yang sakit; paru atau ekstra paru


b. Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung; BTA positif atau BTA
negatif.
c. Riwayat pengobatan TB sebelumnya; baru atau sudah pernah diobati
d. Status HIV pasien

Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis Paru Berdasarkan buku Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis, 2011 pembagian klasifikasi penyakit TB Paru adalah :

a) Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :


1. Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru.
2. Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya selaput otak, selaput jantung, kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
1. Tuberkulosis paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) hasilnya
BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT (Obat Anti Tuberkulosis).
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b) Foto rontgen dada abnormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi pasien dengan HIV
negatif
d) Ditentukan oleh dokter untuk diberi pengobatan

Tipe Penderita Tuberkulosis Paru

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Dalam buku


Kementrian Kesehatan RI, 2010 Ada beberapa tipe penderita yaitu:

a) Kasus baru Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).

b) Kambuh (Relaps) Adalah penderita tuberkulosis paru yang sebelumnya pernah


mendapat pengobatan tuberkulosis paru dan telah dinyatakan sembuh, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

c) Pindahan (Tranfer In) Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain, kemudian pindah berobat ke kabupaten ini.

d) Pengobatan setelah lalai (Default / Drop-out ) Adalah penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali
berobat. umumnya penderita tersebut kembali dengan pemeriksaan dahak BTA
positif.

e) Gagal (1) Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan setelah pengobatan) atau lebih. (2)
Adalah penderita dengan hasil BTA negatif rontgen positif menjadi BTA positif pada
akhir bulan ke 2 pengobatan.

f) Lain-lain Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk pasien dengan kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif selesai pengobatan ulangan.

Etiologi Dan Faktor Resiko

TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh M.tubercolosis ,suatu


bakteri aerob yang tahan asam acid fast bacillus AFB .TB merupakan infeksi melalui udara
dan umumnya didapatkan dengan inhalasi pertikel kecil diameter satu sampai hingga 5 mm
yang mencapai alveolus. Droplet tersebut keluar saat berbicara ,batuk ,tertawa,bersin atau
menyanyi. Droplet nuklei terinfeksi kemudian tahap terhirup oleh orang yang rentan
(inang). Sebelum terjadi infeksi paru organisme yang terhirup harus melewati mekanisme
pertahanan paru dan menembus jaringan paru.

Paparan singkat dengan TB biasanya tidak menyebabkan infeksi. Orang paling umum
terserang infeksi adalah orang yang melakukan kontak dekat berulang dengan orang yang
terinfeksi yang penyakitnya masih belum terdiagnosis. Orang tersebut adalah orang yang
memiliki kontak berulang dengan klien yang kurang tertangani secara medis, populasi
pendapatan rendah orang yang dilahirkan diluar negri ,atau penghuni fasilitas perawatan
jangka panjang dan suatu asrama. populasi resiko tinggi lainnya adalah pengguna obat obatan
intravena ,tuna wisma dan orang orang yang pekerjanya sering terpapar TB aktif .

Dinegara yang tidak memiliki program kesehatan masyarakat dan TB yang sering terjadi
pada hewan ternak manusia dapat mengalami TB sapi setelah minum susu mentah dari ternak
yang terinfeksi. Bentuk TB ini dapat dicegah dengan mempasteurisasi susu dan memberikan
program uji kulit tuberculin untuk ternak.

Patofisiologi

a. Infeksi Primer (pertama)

Adalah waktu pertama kali terinfeksi TB. Infeksi TB biasanya menyerang apeks dari
paru paru yang terdekat pleura dan lobus bawah. Walaupun infeksi primer dapat berupa
mikroskopik (sehingga tidak muncul pada rongten dada), namun kelanjutan penyakit seperti
ini sering ditemui.

Muncul suatu bagian kecil yang terserang bronkopneumonia pada jaringan paru. TB
banyak menginfeksi secara fagositosis(dipencernaan) oleh makrofag yang beredar. Namun
sebelumnya berkembangnya hipersentivitas dan imunitas. Banyak basilus yang dapat
bertahan hidup dalam sel-sel darah tersebut dan terbawa ke bronkopulmonalis kelenjar getah
bening melalui system limfatik. Basilus dapat menyebar ke seluruh tubuh. Walaupun infeksi
kecil ,tapi penyebaranya sangat cepat. Lokasi infeksi primer dapat mengalami proses
digenerasi nekrotik, yang disebut kaseasi karena menghasilkan rongga yang terisi massa
seperti keju yang berisi basil tuberkel. Sel darah putih mati dan jaringan paru nekrotik.
Seiring waktu material ini mencair ,dan keluar kedalam saluran trakeobronkial dan dapat
dibatukkan keluar.

Kebanyakan TB primer dapat sembuh dalam priode beberapa bulan dapat membentuk
jaringan parut dan kemudian klasifikasi yang disebut dengan kompleks Ghon. Lesi-lesi
tesebut dapat mengandung basilus hidup yang mengalami reaktivasi terutama jika klien
mengalami masalah imunitas ,bahkan setelah bertahun dan menyebabkan infeksi sekunder.
Infeksi TB primer akan meyebabkan tubuh mengembangkan reaksi alergi terhadap basilus
tuberkel atau proteinnya .respon imunitas dimediasi sel ini muncul dalam bentuk sel T dan
dapat terdeteksi sebagai reaksi positif pada uji tuberculin . Munculnya sensitivitas tuberculin
ini terjadi pada semua sel tubuh 2 hingga 6 minggu setelah infeksi primer. Sensitivitas ini ada
selama basilus hidup masih berada dalam tubuh. Kekebalan yang didapat ini bisa
menghambat pertumbuhan lebih lanjut dari basil dan perkembangan infeksi aktif.

b. Infeksi Sekunder

Selain penyakit primer progresif ,terinfeksi ulang juga dapat menyebabkan dalam
bentuk klinis TB aktif atau infeksi sekunder.

Lokasi infeksi primer yang mengandung basilus TB mungkin tetap laten betahan
tahan dan dapat mengalami reaktinvasi jika resistasi klien turun . oleh karena dimungkinkan
terajdi infeksi ulang dan lesi dorman dapat mengalami reaktivasi ,maka penting bagi klien
dengan infeksi TB untuk dikajin secara periodik terhadap bukti-bukti penyakit aktif.

Manifestasi klinis

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah
dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik.

1) Gejala respiratorik meliputi :


a. Batuk, Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur
darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah, Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah 17 segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas, Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan
lain-lain
d. Nyeri dada, Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2) Gejala sistemik, meliputi :
a. Demam Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas
walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
Penatalaksanaan Medis

TB paru ditangani terutama dengan agens antituberkulosis selama 6 sampapi 12 bulan. Durasi
terapi yang lama penting untutk memastikan bahwa organisme telah diberantas dan
mencegah relaps.

Terapi Farmakologis

 Medikasi lini pertama : isoniazid atau INH (Nydrazid), rifampin (rifadin) pirazinamid
dan etambutol (Myambutol) setiaphari selama 8 minggu dan berlanjut sampai dengan
4 sampai 7 bulan.
 Mediaksi lini kedua : kapreomisin (Capastat), etionamid (trecator) natrium
paraaminosalisilat, dan sikloserin (seromycin)
 Vitamin B (pridoksin) biasanya diberikan bersama INH.

Komplikasi

Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi -
komplikasi yang terjadi pada penderita TB paru dibedakan menjadi dua, yaitu :

 Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema,laryngitis, usus.


 Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada
penderita stadium lanjut adalah :
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok hipovolemik
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan sebagainya
Pemeriksaan Penunjang

Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil

1) Sputum : Mycobacterium tuberculosis positif pada tahap aktif, penting


 Kultur untuk menetapkan diagnosa pasti dan melakukan uji kepekaan
terhadap obat,
 Ziehl – Neelsen BTA positif.

2) Tes kulit (PPD, Reaksi positif (area indursi 10mm atau lebih) menunjukan
Mantoux, Vollmer) infeksi masa lalau dan adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk
menunjukan keaktifan penyakit.

3) Foto thorax Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru, smpanan
kalsium lesi sembuh primer, efusi cairan, akkumulasi udara,
area cavitas, area fibrosa, dan penyimpangan struktur
mediastinal.

4) Histologi atau kultur Hasil positif dapat menunjukan serangan ekstrapulmonal


jaringan ( termasuk
bilasan lambung, urine,
cairan serebrospinal, biopsi
kulit)

5) Biopsi jarum pada jaringan Positif untuk gralunoma TB, adanya giant cell
paru menunjukkan nekrosis

6) Darah :

 LED Indikator stabilitas biologik penderita, respon terhadap


pengobatan dan predeksi tingkat penyembuhan. Sering
meningkat pada proses aktif.
 Limfosit Menggambarkan status imunitas penderita (normal atau
supresi)
 Eletrolit Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi cairan pada TB paru
kronis luas.
 Analisa Gas Darah Hasil bervariasi tergantung lokasi dan beratnya kerusakan paru.

7) Tes faal paru Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan
rasio udara residu dan kapasitas paru total, penurunan saturasi
oksigen sebagai akibat dari infiltrasi parenkim/fibrosa,
kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
Daftar Pustaka

Black, J.M & Hawks, J.H., (2005). Medical-Surgical Nursing Clinical Management For
Positive Outcomes. (8th ed). ST. Louis: Elseveir.

Keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth/ pengarang, Brunner & Suddarth : ahli
bahasa, Devi Yulianti, Amelia Kimin : editor bahasa indonesia, Eka Anisa Mardella.Ed.12.
Jakarta: EGC, 2013

Wijaya Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri.(2013).KMB ! KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai