Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laboratorium Kesehatan merupakan salah satu sarana kesehatan yang


diharapkan mampu memberikan pelayanan terbaik terhadap kebutuhan
individu dan masyarakat dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010
yang berperan sebagai pendukung maupun penegak dari sebuah diagnosis
penyakit dalam upaya peningkatan kesehatan yang optimal.

Menurut Kep.Menkes No.943/Menkes/SK/VIII/2002 yang dimaksud


dengan Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan bukan berasal manusia untuk penentuan jenis penyakit,
kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat. Sebagai bagian yang integral dari pelayanan
kesehatan, pelayanan laboratorium sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
berbagai program dan upaya kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan
penegakan diagnosis, pemberian pengobatan, dan evaluasi hasil pengobatan
serta pengambilan keputusan lainnya.

Oleh karena itu, mutu pelayanan laboratorium kesehatan haruslah baik


dan bermutu agar dapat memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang
tepat, teliti, benar, dapat dipercaya, dan memuaskan pengguna jasa. Dalam
penatalaksanaan penyakit secara umum kita mengenal proses penanganan
pasien yang diawali dengan : anamnesa pasien dan pemeriksaan fisik. Dalam
kasus ringan mungkin dokter atau pengguna jasa lain dapat segera
menentukan diagnosa sehingga langsung dapat memberikan terapi. Namun
pada kasus-kasus yang lebih serius, pemeriksaan laboratorium menjadi
sangat dibutuhkan dalam penentuan diagnosa, prediksi, terapi, dan
pemantauan suatu penyakit. Maka sebagai konsekuensi, hasil pemeriksaan
laboratorium yang berkualitas/bermutu sangat diperlukan oleh dokter atau
pengguna jasa lainnya agar diagnosa dapat ditegakkan dan terapi yang
diberikan menjadi lebih tepat dan efisien. Pemberian pelayanan Laboratorium
Kesehatan di masyarakat dapat kita jumpai dalam bentuk pelayanan
terintegrasi dengan pelayananan kesehatan lainnya (misalnya ; laboratorium
di rumah sakit dan puskesmas), dan dalam bentuk pelayanan tersendiri atau
mandiri (Balai laboratorium kesehatan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
& Laboratorium Kesehatan Swasta/LKS).

Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan


bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan
secara tim, perawat melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan
tindakan. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam
membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan
prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat
mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :

1. Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.


2. Faktor Instrumentasi: saat pemeriksaan ( analisa ) sample.
3. Faktor Pasca instrumentasi: saat penulisan hasil pemeriksaan.
Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama
antara petugas , pasien, dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan
mengganggu /mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk
dalam tahapan pra instrumentasi meliputi:
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita.
3. Persiapan alat yang akan dipakai.
4. Cara pengambilan sample.
5. Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan) & transportasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa rumusan masalah yang akan dibahas mengenai prosedur pemeriksaan
laboratorium dalam keperawatan.

C. Tujuan Penulisan
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, penulisan ini disusun
dengan tujuan: “Mengetahui prosedur pemeriksaan laboratorium dalam
keperawatan.”

D. Manfaat Penulisan
1. Pendidikan
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan.
2. Perawat
Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada di rumah sakit
untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan
keperawatan.
3. Pasien
Meningkatkan kemandirian dan pengalaman dalam memberikan
prosedur pemeriksaan laboratorium sebagai acuan bagi keluarga untuk
melakukan perawatan kepada keluarga.
4. Penulis
Memperoleh pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan
laboratorium dalam keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Laboratorium Kesehatan

Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang


melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang
berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan
jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat
berpengaruh pada kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat.
Laboratorium kesehatan merupakan sarana penunjang upaya pelayanan
kesahatan, khususnya bagi kepentingan preventif dan curative, bahkan
promotif dan rehabilitatif. Pengertian pemeriksaan laboratorium adalah
merupakan suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan
mengambil bahan atau sampel dari penderita (pasien), yang bisa berupa urine
(air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan
diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes
penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainnya yang diperlukan.

Laboratorium klinik terdiri dari laboratorium klinik umum dan


khusus. Laboratorium klinik umum melaksanakan pelayanan pemeriksaan di
bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik &
imunologi klinik serta bidang lainnya, sedangkan laboratorium klinik khusus
hanya melaksanakan pelayanan satu bidang pemeriksaan khusus (misalnya ;
khusus mikrobiologi, parasitologi, patologi anatomi dll) dengan kemampuan
pemeriksaan tertentu.

Laboratorium kesehatan masyarakat adalah laboratorium kesehatan


yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika,
kimia dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan terutama untuk menunjang upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat.

Penyelenggaraan laboratorium kesehatan masyarakat umumnya


dilaksanakan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan. Sementara sampai saat
ini fungsi Balai Labkes merupakan laboratorium yang mampu
menyelenggarakan pelayanan klinik dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan
keterbatasan dan keluasan kemampuan parameter pemeriksaan yang dapat
dilakukan oleh suatu laboratorium maka laboratorium kesehatan tersebut
diklasifikasi menjadi laboratorium pratama dan utama.

B. Manfaat Laboratorium Kesehatan

Laboratorium sebagai pelaksana teknis kesehatan dan sebagai


satuan penelitian kesehatan mempunyai fungsi antara lain:

1. Pelaksana kesehatan sesuai dengan pembangunan kesehatan.


2. Pelaksana dan Pembina hubungan kerjasama dengan tenaga kesehatan
yang lain dan masyarakat. Agar pembangunan bidang kesehatan ini dapat
berhasil serta tugas dan fungsi kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik,
maka perlu peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan peningkatan
pemberdayaan sarana dan prasarana laboratorium bagi penunjangnya yang
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam peningkatan
mutu kesehatan dan akan mempengaruhi pula efisiensi dan efektivitas
dalam pelaksanaannya.

C. Jenis-Jenis Laboratorium Kesehatan

Di sejumlah negara, ada 2 jenis laboratorium yang memproses


sebagian besar spesimen medis. Laboratorium rumah sakit ada di rumah sakit,
dan melakukan tes pada pasien. Laboratorium swasta (atau masyarakat)
menerima sampel untuk dianalisis dari dokter umum, perusahaan asuransi,
dan klinikus kesehatan lainnya, yang juga dapat disebut sebagai laboratorium
rujukan di mana tes yang tidak umum dan tak jelas dilakukan.

1. Laboratorium kesehatan terdiri dari:


a. Laboratorium Klinik

Laboratorium klinik berfungsi sebagai laboratorium yang


melakukan pemeriksaan pada bidang hematologi, kimia klinik,
parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang
lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama
untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Laboratorium klinik ini sering dibagi atas:

1) Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak,


peralatan medis, begitu pun jaringan yang mungkin terinfeksi.
Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba patogen.
2) Parasitologi mengamati parasit.
3) Hematologi menerima keseluruhan darah dan plasma. Mereka
melakukan penghitungan darah dan selaput darah.
4) Koagulasi menganalisis waktu bekuan dan faktor koagulasi.
5) Kimia klinik biasanya menerima serum. Mereka menguji serum
untuk komponen komponen yang berbeda.
6) Toksikologi menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan
toksin lain.
7) Imunologi menguji antibodi.
8) Imunohematologi, atau bank darah menyediakan komponen,
derivat, dan produk darah untuk transfusi.
9) Serologi menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit
seperti hepatitis atau HIV.
10) Urinalisis menguji air seni untuk sejumlah analit
11) Histologi memproses jaringan padat yang diambil dari tubuh untuk
membuat di kaca mikroskop dan menguji detail sel.
12) Sitologi menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk
membuktikan kanker dan keadaan lain.
13) Sitogenetika melibatkan penggunaan darah dan sel lain untuk
mendapatkan kariotipe, yang dapat berguna dalam diagnosis
prenatal (mis. sindrom Down) juga kanker (beberapa kanker
memiliki kromosom abnormal).
14) Virologi dan analisis DNA juga dilakukan di laboratorium klinik
yang besar.
15) Patologi bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan
jaringan lain yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi
payudara.
b. Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Laboratorium kesehatan masyarakat merupakan laboratorium


kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang
mikrobiologi, fisika, kimia atau lingkungan terutama untuk menunjang
upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Jenis
laboratorium klinik umumnya diselenggarakan di rumah sakit umum
dan bersalin, dan laboratorium klinik swasta, serta puskesmas. Untuk
uji yang amat khusus, sampelnya bisa masuk ke laboratorium MIPA
maupun riset.

Banyak sampel yang dikirim antara laboratorium yang berbeda


untuk tes-tes yang tidak umum, yang lebih efektif ongkosnya jika
sebuah laboratorium khusus mengkhususkan diri pada tes yang jarang,
menerima spesimen (dan uang) dari laboratorium lain, bila
mengirimkan uji tak dapat dilakukan. Laboratorium kesehatan
contohnya:

1) Penunjang kuratif : Lab. Klinik di rumah Sakit, Balai Pengobatan,


Rumah Bersalin dan tempat Praktek Dokter.
2) Penunjang kuratif dan preventif : Balai Laboratorium Kesehatan
(BLK), Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) dan
Laboratorium Kesehatan Swasta (LKS).
3) Penunjang preventif : Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL).
4) Ada juga laboratorium yang bertindak dalam kegiatan pemeriksaan
dan pengawasan :
a) BPOM (Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan).
b) PPOM (Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan).
5) Laboratorium yang bertindak dalam kegiatan penelitian :
a) Pusat Penelitian Penyakit Menular (P3M).
b) Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi (P3F).
c. Untuk laboratorium Kesehatan Swasta terdiri atas:
1) Laboratorium Klinik Umum (pratama dan utama).
2) Laboratorium Klinik Khusus (Mikrobiologi dan Patologi Anatomi).
3) Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Pratama dan Utama).

Pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh laboratorium-laboratorium


tersebut, dibawah ini kemampuan minimal yang di persyaratkan untuk
laboratorium yang berdasarkan kepada alat yang di gunakan sekaligus
kemungkinan pencemaran/ limbah yang di akibatkannya. Ukuran ini tentu
saja dapat di lengkapi dengan kegiatan serta volume pemeriksaan
laboratorium tersebut.

1. Laboratorium Klinik Umum :


a. Hematologi
b. Hemostasis
c. Urinalisa
d. Tinja
e. Kimia Klinik
f. Immunologi
g. Mikrobiologi
2. Laboratorium Kesehatan Masyarakat :
a. Kimia Lingkungan
b. Pemeriksaan Jasaboga
3. Laboratorium Khusus Mikrobiologi :
a. Mikrobiologi Klinik
D. Pelayanan Laboratorium Kesehatan

Pelayanan Laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan


kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan, dan pengobatan, serta pemulihan kesehatan. Penyelenggara
sarana laboratorium kesehatan bisa dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah)
atau swasta, baik secara perseorangan atau berbadan hukum sesuai dengan
persyaratan jenis dan fungsi laboratorium yang diatur berdasarkan undang-
undang dan peraturan pemerintah, dan secara lebih khusus terhadap
penyelenggaraan pelayanan laboratorium kesehatan ini pemerintah telah
mengeluarkan aturan main dalam bentuk Kep.Menkes
No.04/Menkes/SK.I/2002 tentang Laboratorium Kesehatan Swasta yang
terdiri dari laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat.

Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap kondisi


kesehatan individunya, maka ke depan nantinya mereka dapat menggunakan
pelayanan laboratorium kesehatan tersebut secara lebih efisien dan efektif
sehingga kebutuhan untuk mengetahui dan mendeteksi secara dini kesehatan
dirinya tidak selalu harus dengan rujukan dari tenaga medis lainnya (terutama
parameter pemeriksaan yang berhubungan dengan upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan.

Dengan demikian laboratorium kehilangan kemandirian motivasi dan


inisiatif pengembangan dan menunjukkan kesehatan , termasuk perbaikan
mutu kesehatan yang merupakan salah satu tujuan kesehatan nasional. Peran
serta masyarakat, khususnya tenaga kesehatan dalam
penyelenggara kesehatan selama ini sangat minim. Dengan demikian hasil
laboratorium mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan
hasil penelitian kepada pasien, klien ataupun tenaga kesehatan lainya sebagai
penentu tindakan selanjutnya.

Laboratorium kesehatan yang bermutu menunjukkan pada derajat atau


tingkat keunggulan suatu kesehatan dalam memadukan berbagai input seperti
bahan dan alat penelitian, sarana kesehatan, suasana laboratorium yang
kondusif, lingkungan yang nyaman dan dukungan administrasi, sehingga
terjadi interaksi pelayanan yang baik.

Apabila dikaitkan dengan tuntutan program kesehatan yang


menginginkan masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan dan sekrining
penyakit dari gejala- gejala yang di rasakan dan mendapat kepastian diagnosa
agar bisa membatasi ataupun dapat mengobati lebih dini agar tercapainya
kesehatan masyarakat yang baik, menginginkan mutu kesehatan yang
meningkat sementara kemampuan dan keberadaaan laboratorium sangat
jarang di masyarakat sehingga untuk menjawab diagnosa itu sangat
memprihatinkan.

E. Tujuan Pemeriksaan Laboratorium

Tujuan dilakukannya pemeriksaan laboratorium adalah:

1. Menyaring berbagai penyakit dan mengarahkan tes ke penyakit tertentu


misalnya dengan urinalisis ditemukan bilirubin dan urobilin positif yang
berarti ikterus, maka tes selanjutnya adalah untuk melihat gangguan faal
hati.
2. Menegakkan atau menyingkirkan diagnosis misalnya anemia, malaria,
TBC, DM.
3. Memastikan diagnosis dari diagnosis dugaan, misalnya tifoid, hepatitis B,
HIV.
4. Memasukkan/mengeluarkan dari diagnosis diferensial misalnya pasien
dengan panas; tifoid, malaria, dengue hemorrhagic fever (DHF).
5. Menentukan beratnya penyakit, misalnya hepatitis, infeksi saluran kemih.
6. Menentukan tahap penyakit, misalnya penyakit kronis: tbc paru, sirosis
hati.
7. Menyaring penyakit dalam seleksi calon donor darah.
8. Membantu menentukan rawat inap, misalnya observasi tifoid, observasi
leukemia.
9. Membantu dalam menentukan terapi atau pengelolaan dan pengendalian
penyakit, misalnya leukemia, diabetes.
10. Membantu ketepatan terapi, misalnya tes kepekaan kuman.
11. Memonitor terapi, misalnya tes HbA1c pada diabetes, widal pada tifoid.
12. Menghindari kesalahan terapi dan pemborosan obat setelah ditemukan
diagnosis.
13. Membantu mengikuti perjalanan penyakit, misalnya diabetes, hepatitis.
14. Memprediksi atau menentukan ramalan (prognosis) penyakit, misalnya
dislipidemia dengan penyakit jantung, kanker dengan kematian.
15. Membantu menentukan pemulangan pasien rawat inap, misalnya bila
hasil pemeriksaan laboratorium kembali normal.
16. Mengetahui status kesehatan umum (general check up).

F. Produk Laboratorium Kesehatan

Laboratorium kesehatan merupakan sarana pelayanan jasa yang


menghasilkan produk berupa sekumpulan data yang akan digunakan sebagai
bahan informasi bagi pihak tertentu dalam upaya mendukung dan penegakan
diagnosis, evaluasi terhadap proses pengobatan, informasi terhadap adanya
suatu kasus di masyarakat dan lain sebagainya. Sebagai sebuah sarana
kesehatan yang menghasilkan data yang akan digunakan sebagai bahan
pengambilan keputusan dan tindakan bagi pengguna jasa tersebut maka
kehandalan hasil pemeriksaan tersebut sangat diutamakan.

Hasil pemeriksaan dikatakan handal jika hasil pemeriksaan tersebut


memenuhi syarat ketelitian, ketepatan hasil pemeriksaan, memiliki
sensitivitas dan spesifisitas metode yang tinggi. Apabila hasil pemeriksaan
laboratorium yang dikeluarkan oleh laboratorium tersebut handal
menunjukkan laboratorium tersebut memiliki kualitas yang baik, dan untuk
menunjang kualitas Laboratorium kesehatan tersebut maka 3 (tiga) faktor
utama yang perlu diperhatikan, yaitu : Manajemen, Sumber Daya Manusia,
dan Sarana Alat & Reagensia.

Sampai saat ini sarana laboratorium kesehatan di Kalimantan Selatan


umumnya memberikan pelayanan laboratorium klinik, terutama yang
diselenggarkan oleh laboratorium rumah sakit, Balai labkes dan laboratorium
klinik swasta, dengan parameter pemeriksaan pada bidang hematologi, kimia
klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi. Parameter
pemeriksaan tersebut ditujukan untuk mendukung dan mendiagnosis terhadap
fungsi-fungsi organ seperti jantung, paru, hati, pankreas, ginjal dan lain-lain.
Disamping itu pula untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit infeksi yang
mungkin diderita oleh pasien seperti penyakit yang disebabkan oleh berbagai
kuman atau bakteri, virus dan parasit/jamur serta mikroorganisme lainnya.

Untuk menjamin agar hasil pemeriksaan di laboratorium klinik ini


berkualitas baik, yaitu memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi maka
seluruh kegiatan dilaboratorium mulai dari kegiatan pra analitik (Persiapan
pasien, Pengambilan dan Penampungan spesimen, Penanganan spesimen,
Pengiriman specimen, serta Pengolahan dan Penyimpanan specimen), analitik
(Pemeriksaan spesimen, Pemeliharaan dan Kalibrasi alat, Uji kualitas Reagen,
Uji Ketelitian, dan Uji Ketepatan), pasca analitik (pencatatan dan pelaporan
hasil pemeriksaan) harus terkontrol dengan baik dan benar, dan jika ini
dilakukan oleh laboratorium maka umumnya jarang dijumpai adanya keluhan
bagi pengguna jasa.

D. Peranan Laboratorium Kesehatan bagi Masyarakat


Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia adalah
kesehatan. Untuk memperoleh kesehatan yang prima, setiap orang akan
berusaha dengan berbagai cara untuk mengatasi dan mengobati penyakit yang
dideritanya hingga sembuh. Seseorang dalam mencapai kesembuhan yang
diharapkan terkadang membutuhkan bantuan dari pihak lain dalam hal ini
adalah laboratorium klinik. Laboratorium klinik merupakan salah satu
instansi yang berwenang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat luas. Keadaan ini membuat laboratorium perlu memperhatikan
kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada kosumen dalam hal ini adalah
pasien yang akan menggunakan jasa laboratorium klinik, sehingga pasien
merasakan kepuasan dan loyal terhadap kualitas yang ditawarkan.

Pelayanan laboratorium merupakan salah satu bagian dari pelayanan


kesehatan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Melalui kualitas pelayanan
yang baik diharapkan pasien akan merasa puas sehingga pasien akan kembali
ke rumah sakit tersebut jika membutuhkan pelayanan kesehatan. Hal ini
nantinya akan dipertimbangkan oleh laboratorium klinik prodia dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kepuasan dan
loyalitas pasiennya. Prodia merupakan klinik (laboratorium medis) yang
memiliki manajemen yang tangguh fasilitas peralatan dan layanan
pemeriksaan yang berkualitas, ditambah kemampuan melayani lebih dari
2000 jenis pemeriksaan, Prodia telah berperan sebagai laboratorium rujukan
berskala nasional. Prodia memiliki berbagai macam layanan, diantaranya
adalah layanan pemeriksaan laboraturium rutin yang menggunakan sistem
Technical Quality Assurance (TQA) yang menjamin mutu pemeriksaan
disetiap cabang Prodia adalah sama dan memenuhi standar Prodia (mencakup
peralatan, prosedur serta kompetensi setiap personilnya). Namun demikian
tidak semua pelanggan loyal terhadap Prodia dan ada beberapa diantaranya
bahkan tidak kembali melakukan pemeriksaan di klinik Prodia.

1. Penyelenggaraan dan Penggunaan Jasa Laboratorium Kesehatan


Penyelenggaran sarana laboratorium kesehatan bisa dilakukan oleh
pemerintah (pusat/daerah) atau swasta, baik secara perseorangan atau
berbadan hukum sesuai dengan persyaratan jenis dan fungsi laboratorium
yang diatur berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah, dan
secara lebih khusus terhadap penyelenggaraan pelayanan laboratorium
kesehatan ini pemerintah telah mengeluarkan aturan main dalam bentuk
Kep.Menkes No.04/Menkes/SK.I/2002 tentang Laboratorium Kesehatan
Swasta. Dalam peraturan tersebut laboratorium kesehatan swasta terdiri
dari laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat.

Umumnya yang membutuhkan jasa laboratorium kesehatan


tersebut adalah sarana kesehatan pemerintah dan swasta, dokter, dokter
gigi, bidan, instansi pemerintah untuk kepentingan penegakan hukum, atau
oleh masyarakat langsung (namun untuk kebutuhan diagnosis penyakit
diharuskan melalui petunjuk dokter).

Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap kondisi


kesehatan individunya, maka ke depan nantinya mereka dapat
menggunakan pelayanan laboratorium kesehatan tersebut secara lebih
efisien dan efektif sehingga kebutuhan untuk mengetahui dan mendeteksi
secara dini kesehatan dirinya tidak selalu harus dengan rujukan dari tenaga
medis lainnya (terutama parameter pemeriksaan yang berhubungan dengan
upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

2. Aspek Mutu dalam Perencanaan SDM Laboratorium Kesehatan

Perlu disadari bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan


kesejahteraan masyarakat, tuntutan akan pelayanan kesehatan yang
bermutu pun semakin meningkat. Sejalan dengan itu maka pelayanan
diagnostik yang diselenggarakan oleh laboratorium kesehatan sangat perlu
untuk menerapkan sebuah standar mutu untuk menjamin kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Salah satu standar mutu pelayanan laboratorium klinik Rumah
Sakit adalah tersedianya SDM dengan jumlah yang cukup dan memenuhi
kualifikasi tenaga sesuai dengan jenis pelayanan laboratorium klinik yang
ada.

Berkaitan dengan mutu pelayanan laboratorium kesehatan, ada 3


variabel yang dapat digunakan untuk mengukur mutu, yaitu :

a. Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk


melakukan pelayanan laboratorium kesehatan, seperti SDM, dana,
fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-
lain. Pelayanan laboratorium kesehatan yang bermutu memerlukan
dukungan input yang bermutu pula. Hubungan input dengan mutu
adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
b. Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan
konsumen (pasien/ masyarakat). Proses ini merupakan variable
penilaian mutu yang penting.
c. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan
yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan
dari konsumen tersebut.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan, laboratorium klinik yang


terdapat dalam seluruh Rumah Sakit perlu dikelola dengan menggunakan
prinsip-prinsip manajemen yang tepat. Salah satu pendekatan mutu yang
digunakan adalah Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Magement,
TQM).

Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu dalam pelayanan


laboratorium adalah menggunakan konsep dari Creech, yaitu suatu
pendekatan manajemen yang merupakan suatu sistem yang mempunyai
struktur yang mampu menciptakan partisipasi menyeluruh dari seluruh
jajaran organisasi dalam merencanakan dan menerapkan proses
peningkatan yang berkesinambungan untuk memenuhi bahkan melebihi
harapan pelanggan. Terdapat lima pilar Manajemen Mutu Terpadu, yaitu
kepemimpinan, proses, organisasi, komitmen, produk dan layanan
(service). Manajemen mutu terpadu berfokus pada peningkatan proses.
Proses adalah transformasi dari input, dengan menggunakan mesin
peralatan, perlengkapan metoda dan SDM untuk menghasilkan produk
atau jasa bagi pelanggan.

E. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium


1. Pra Instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas,
pasien, dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan
mengganggu atau mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi:
a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar, apa yang diperintahkan
oleh dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk
menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu
persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti
pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas
pasien : nama, alamat / ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis /
diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan
yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya
hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien
yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.
b. Persiapan penderita
1) Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan
mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah
berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume
plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan
dalam plasma dan jumlah sel / µl darah.
2) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
hematologi misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada
pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang
adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit.
Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah
sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi
maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin
mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
3) Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada
pagi hari tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat
terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga
lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi
dan indikasi khusus atas perintah dokter. Selain itu juga ada
pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat
kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut
pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah
eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil
yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum
lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan
selisih 40-100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam
10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam
sampai pagi.
4) Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume
plasma 10 % demikian pula sebaliknya.
Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah
menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai
sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya
tidak merasa asing atau menjadi objek.
c. Persiapan alat yang akan dipakai.
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu
diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan
berkesan profesional dalam bekerja.
1) Pengambilan Darah
Yang harus dipersiapkan antara lain:
a) Kapas alkohol 70 %
b) Karet pembendung (torniket) spuit sekali pakai. umumnya 2.5 ml
atau 5 ml.
c) Penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa
antikoagulan atau mengandung antikoagulan tergantung
pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang
diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung
antikoagulan.
2) Penampungan Urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar,
berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril ( untuk biakan )
atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2
liter dengan memakai pengawet urin.
3) Penampung Khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau
pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label
harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada formulir
termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.
d. Cara pengambilan sample
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan,
lakukan pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan
sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan
identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang
akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan
mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi.
Darah dapat diambil dari vena, arteri, atau kapiler. Syarat
mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di
daerah tersebut, tidak pucat, dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan
darah vena: umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di
daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus
diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang
terpasang / sepihak harus kontra lateral. Darah arteri dilakukan di
daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan
(arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan
yaitu telunjuk, jari tengah, jari manis, dan anak daun telinga. Khusus
pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.
a) Cara pengambilan darah kapiler :
(1)Dilakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70 %, biarkan kering.
(2)Lakukan tusukan dengan arah memotong garis sidik jari.
(3)Tetesan pertama dibuang dengan menggunakan kapas kering.
(4)Selanjutnya dapat diambil dengan menggunakan tabung kapiler.
b) Cara pengambilan darah vena:
(1)Lakukan pembendungan dengan torniket.
(2)Dilakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70 % dengan arah
putaran melebar menjauhi titik tengah, biarkan kering.
(3)Ambil semprit dengan arah mulut jarum dan skala menghadap ke
atas.
(4)Arah tusukan jarum membentuk sudut sekitar 10-30° terhadap
permukaan kulit.
(5)Bila sudah terkena venanya, isap pelan-pelan darah supaya tidak
terjadi hemolisis. Cabut jarum, dengan sebelumnya melepas dan
menekan daerah tusukan.
(6)Jarum dilepas kemudian alirkan darah ke dalam penampung
melalui dinding penampung perlahan-lahan sehingga tidak
hemolisis.
(7)Bila penampung menggunakan antikoagulan segera campur darah
dengan mengocok tabung seperti angka 8.
Untuk pemeriksaan hematologi biasanya digunakan
antikoagulan Na2EDTA / K2EDTA, sedangkan untuk hemostasis
digunakan Na sitrat 0.109 M. Jangan melakukan pembendungan
terlalu lama karena akan terjadi perubahan komposisi plasma karena
terjadi hemokonsentrasi, selain itu pada darah kapiler jangan
menekan-nekan ujung jari karena akan terbawa cairan jaringan.
c) Cara pengambilan darah arteri:
(1) Siapkan semprit yang telah dibasahi antikoagulan heparin
steril.
(2) Tanda-tanda pembuluh darah arteri /nadi adalah terabanya
denyutan yang tidak ditemukan pada vena.
(3) Bila telah ditemukan arteri, lakukan tindakan asepsis dengan
alkohol 70 %.
(4) Dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan fiksasi arteri
tersebut.
(5) Kemudian lakukan tusukan/pungsi tegak lurus (letaknya
dalam) sampai terkena arteri tersebut.
(6) Bila arteri telah tercapai akan tampak darah yang akan
mengalir sendiri oleh tekanan darah ke dalam semprit yang
telah mengandung heparin. Cabut semprit dan segera ditutup
dengan gabus sehingga tidak terkena udara. Goyangkan
semprit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku.
(7) Tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak tampak darah
mengalir. Hal ini tidak sama dengan vena karena dengan
vena lebih mudah membeku daripada arteri.
(8) Segera kirim ke laboratorium (sito).
Perbedaan darah arteri dan vena :
a) Lokasi tusukan lebih dalam.
b) Teraba denyutan yang tidak ada pada vena.
c) Warna darah lebih merah terang dibandingkan vena.
d) Darah akan mengalir sendiri ke dalam semprit.
e. Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan) dan transportasi.
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi
sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan:
1) Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan
formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah
sudah terhitung biayanya (lunas).
2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung
antikoagulan.
3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah.
4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan
penundaan.
5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah
arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8°C dalam
air es bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis.
6) Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30
menit. Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat
mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh penundaan
pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa,
peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah
pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan
akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut
misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga
berubah sesuai dengan waktu. Batasan waktu maksimum yang
diijinkan:
a) Kadar hemoglobin stabil.
b) Jumlah leukosit < 2 jam.
c) Jumlah eritrosit < 6 jam.
d) Nilai hematokrit < 6 jam.
e) Laju endap darah < 2 jam.
f) Jumlah trombosit < 1 jam.
g) Retikulosit < 6 jam.
h) Sediaan apus darah tepi < 1 jam.
Untuk itu sebagai pegangan selalu berprinsip bahan
laboratorium harus selalu segar < 1 jam harus sudah tiba di
laboratorium.
2. Instrumentasi
Tahap ini adalah tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan. Tahap ini meliputi pelaksanaan pemeriksaan,
pengawasan ketelitian, dan ketepatan.
3. Pasca Instrumentasi
Tahap ini meliputi kegiatan pencatatan hasil pemeriksaan dan
pelaporan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan yang dikeluarkan untuk
meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar-benar valid
atau benar.

F. Persiapan Pemeriksaan Laboratorium/Spesimen


1. Darah
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan yang menggunakan
bahan atau spesimen darah. Antara lain:
a. Darah Rutin:
1) Hemoglobin/HB: Untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan
ginjal.
2) Hematokrit/HT: Mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah.
3) Trombosit: Mendeteksi adanya trombositopenia dan trombositosis.

b. Darah Kimia:
1) SGPT (serum glumatik piruvik transaminase): Pemeriksaan SGPT
digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler.
2) Albumin: Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi
kemampuan albumin yang disintesis oleh hepar, yang bertujuan
untuk menentukan adanya gangguan hepar seperti luka bakar,
gangguan ginjal.
3) Asam Urat: Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi
penyakit pada ginjal, luka bakar dan kehamilan.
4) Bilirubin: Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar
bilirubin. Bilirubin direct dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik
obstruktif oleh batu/ neoplasma, hepatitis. Bilirubin indirect
dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia, malaria.
5) Ekstrogen: Pemeriksaan ekstrogen dilakukan untuk mendeteksi
disfungsi ovarium, gejala menopause dan pasca menopause.
6) Gas Darah Arteri: Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk
mendeteksi gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan
oleh gangguan respiratorik/ gangguan metabolik.
7) Gula Darah Puasa: Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi
adanaya diabetes.
8) Gula Darah Postprandial: Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendeteksi adanya diabetes, pemeriksaan dilakukan setelah makan.
9) Gonadotropin Korionik Manusia (HCG). Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mendeteksi kehamilan.

2. urin
a. Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan
atau spesimen urin. Antara lain:

1) Asam urat: Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi berbagai


kelainan pada penyakit ginjal, eklampsia, keracunan timah hitam dan
leukemia.
2) Bilirubin: Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit
obstruktif saluran empedu, penyakit hepar dan kanker hepar.
3) Human Chorionic Gonadotropin (HCG): Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mendeteksi adanya kehamilan

b. Jenis urin

1) Urin sewaktu. Urin yang dikeluarkan seawaktu- waktu bila


diperlukan pemeriksaan
2) Urin pagi. Urin yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun
tidur
3) Urin pasca prandial. Urin yang pertama kali dikeluarkan setelah
pasien makan
4) Urin 24 jam : urin yang dikumpulkan selama 24 jam Pemeriksaan
lain yang menggunakan spesimen urine antara lain, pemeriksaan
urilinogen untuk menentukan kadar kerusakan hepar, penyakit
hemolisis dan infeksi berat. Pemeriksaan urinealisasi digunakan
untuk menentukan berat jenis kadar glukosa dan pemeriksaan
lainnya.

3. Feses
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi
adanya kuman seperti, salmonella, shigella, escherichiacoli,
staphylococcus dll.
Persiapan dan Pelaksanaan:

a. Tampung bahan dengan menggunakan spatel steril.


b. Tempatkan feses dalam wadah steril dan ditutup.
c. Feses jangan dicampur dengan urin.
d. Jangan berikan Barium atau minyak mineral yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.
e. berikan label nama dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
4. Sputum
Pemeriksaan dengan bahan sekret atau sputum dilakukan untuk
mendeteksi adanya kuman.
Persiapan dan Pelaksanaan:

a. Siapkan wadah dalam keadaan steril.


b. Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan.
c. Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum.
d. Pertahankan wadah dalam keadaan tertutup .
e. Bila kultur untuk pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam) ikut
instruksi yang ada pada botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc
sputum yang dilakukan selama 3 hari berturut turut.

Anda mungkin juga menyukai