BAB II Tinjauan Pustaka IPB PDF
BAB II Tinjauan Pustaka IPB PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Yodium
Yodium terdapat di tanah dan di laut dalam bentuk iodida. Tahun 1811
yodium ditemukan dalam ganggang laut oleh Bernard Courtois. Iodida berasal
dari kata iode yang dalam bahasa Yunani artinya berwarna ungu. Wilayah yang
paling memungkinkan untuk melepaskan yodium di permukaan bumi adalah
wilayah pegunungan. Oleh karena itu, defisiensi yodium lebih banyak terjadi
pada daerah pegunungan yang mempunyai curah kemasan hujan yang lebih
tinggi, sehingga yodium akan terbawa bersama aliran air menuju ke muara
terakhir yaitu laut (Picauly 2004).
Yodium di udara dikembalikan lagi ke tanah oleh air hujan dengan proses
yang sangat lambat dan konsentrasinya terbatas. Dengan demikian semua
tanaman hasil panen yang tumbuh di lahan ini akan mempunyai kandungan
yodium yang rendah (Hetzel et al 1996).
Fungsi Yodium
Yodium merupakan mineral yang termasuk unsur gizi esensial meskipun
jumlahnya sangat sedikit di dalam tubuh yaitu sekitar 20-30 µg. Oleh sebab itu
yodium sering disebut sebagai mineral mikro atau trace element. Walaupun
demikian, yodium sangat berfungsi dalam proses pertumbuhan, perkembangan,
dan kecerdasan otak manusia maupun hewan (Linder 1992 & Astawan 2003).
Yodium merupakan bagian integral dari kedua hormon tiroksin
triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi utama hormon-hormon ini
adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol
kecepatan tiap sel menggunakan oksigen. Dengan demikian hormon tiroid
mengontrol kecepatan pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi.
Tiroksin dapat merangsang metabolisme sampai 30%. Disamping itu kedua
hormon ini mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah
serta fungsi otot dan saraf. Yodium berperan pula dalam perubahan karoten
menjadi bentuk aktif vitamin A; sintesis protein dan absorpsi karbohidrat dari
saluran cerna. Yodium berperan pula dalam sintesis kolesterol darah (Almatsier
2006).
Proses Metabolisme Yodium
Yodium yang masuk ke dalam tubuh akan melewati tahap pencernaan
sampai tahap ekskresi. Ganong (1989) menjelaskan bahwa yodium dalam bahan
makanan setelah dicerna akan diubah menjadi iodida, selanjutnya proses
6
penyerapan akan terjadi dengan cepat dalam waktu 3 sampai 6 menit. Sebagian
besar yodium yang telah diubah menjadi iodid diserap melalui usus kecil,
kemudian langsung dibawa menuju kelenjar tiroid, tetapi beberapa diantaranya
langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding lambung.
Yodium bergabung dengan molekul tirosin dan membentuk tiroksin (T4)
dan triiodotironin (T3) di kelenjar tiroid. Hormon tersebut dikeluarkan ke dalam
saluran darah sesuai dengan kebutuhan dan permintaan tubuh. Komposisi T 4
sekitar 95% dari hormon tiroid dalam darah atau lebih besar dari T3. Dalam
kelenjar gondok, T4 dan T3 bergabung dengan sebuah molekul protein menjadi
tiroglobulin dan merupakan bentuk yodium yang siap untuk disimpan (Sauberlich
1999 & Linder 1992).
Selanjutnya T4 dan T3 mengalami metabolisme dalam hati dan dalam
kelenjar lainnya, sehingga dari sini dikeluarkan sekitar 60 µg ke dalam cairan
ekstra sel. Beberapa derivat hormon tiroid diekskresikan ke dalam empedu,
kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus. Dari sini sebagian mengalami
sirkulasi enterohepatik, yang lepas dari reabsorpsi akan diekskresikan bersama
feses hampir mencapai 20% µg/hr. Pembuangan yodium sebagian besar
dilakukan melalui ginjal, sedangkan dalam jumlah yang lebih kecil dikeluarkan
juga melalui usus dan keringat. Yodium yang tidak dapat diserap atau yang
berasal dari empedu akan dikeluarkan bersama feses (Winarno 1997 & Brody
1999).
Kecukupan Yodium
Konsumsi yodium sangat bervariasi di semua belahan dunia. Adapun
kecukupan yodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara lain:
Tabel 1 Angka Kecukupan Gizi untuk Indonesia dan RDA
RDA (µg)
No. Kelompok Usia Kecukupan Indonesia (AKG)
(UNICEF/WHO/ICCIDD)
1 0-9 tahun 50-120 90-120
2 10-59 tahun 150 120-150
3 Wanita hamil 150 (+50) 220
4 Ibu menyusui 150 (+50) 290
Sumber: Risalah WNPG 2000 dan Food and Nutrition (FNB) Institute of Medicine
2001
Defisiensi yodium dapat terjadi pada saat penerimaan yodium kurang dari
50 µg/hr. Asupan yodium pada manusia berasal dari makanan dan minuman
yang berasal dari alam sekitarnya. Di Indonesia, sejak tahun 1780 telah
ditemukan prevalensi gondok yang cukup tinggi terutama didataran pulau Jawa
dan Sumatra (92.5%) serta daerah pegunungan lainnya. Hal ini disebabkan
7
beryodium per hari per orang mendekati 10-12 g dimana garam tersebut
mengandung 76 µg yodium per g (Picauly 2004). Adapun kandungan yodium dari
pangan sumber yodium disajikan dalam tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Kandungan yodium pangan sumber yodium per URT
Bahan Pangan g/takaran saji Kandungan yodium/takaran saji (µg)
Hati sapi 50 6
Ikan asin 25 23.3
Ikan pindang 50 41.9
Ikan laut 82 61.0
Kerang 90 16
Udang 30 24
Telur 60 5.4
Susu 200 14
Bayam 100 13
Agar-agar 95 4.8
Sumber: Nutrisurvey 2007
Defisiensi yodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKY dan
merupakan kasus yang umum di dunia dimana sebagian besar adalah penderita
gondok dan kekerdilan pada anak. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid
melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur yodium dalam
makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto 1994). Faktor
kelebihan yodium terjadi apabila yodium yang dikonsumsi cukup besar secara
terus-menerus. Kelebihan yodium dalam tubuh dikenal sebagai hipertiroid,
dimana kelenjar tiroid terlalu aktif memproduksi hormon tiroid. Tanda-tanda yang
dapat dikenal adalah merasa gugup, lemah, sensitif terhadap panas, sering
berkeringat, hiperaktif, berat badan menurun, nafsu makan bertambah, jari-jari
tangan bergetar, jantung berdebar-debar, bola mata menonjol dan denyut nadi
bertambah cepat dan tidak beraturan (Soekirman 2000).
Garam Beryodium
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dapat berlanjut menjadi
masalah nasional, karena berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia
yang akhirnya akan menghambat tujuan pembangunan nasional. Upaya yang
dilakukan untuk menangani masalah tersebut adalah dengan upaya jangka
pendek dan upaya jangka panjang. Upaya jangka pendek dilakukan melalui
penyuntikan larutan lipiodol (1974-1991), dan pemberian kapsul minyak
beryodium (1992-sekarang). Suplemen kapsul minyak beryodium diberikan
kepada kelompok resiko tinggi atau sasaran stategis yaitu wanita usia subur
(WUS), ibu hamil, ibu menyusui dan anak sekolah pada daerah yang masuk
kategori endemik berat dan sedang. Upaya ini sangat mahal sehingga tidak
dapat dilakukan secara berkesinambungan, untuk itu upaya yang paling efektif
9
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi
atau lembaga pendidikan dan agama, serta faktor emosional (Maria 2012).
Menurut Notoatmodjo (2005) sikap mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, yaitu: (1) menerima (receiving) diartikan bahwa
seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek) (2)
menanggapi (responding) diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi (3) menghargai (valuing) diartikan
subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau
stimulus dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau
mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon (4) bertanggungjawab
(responsible) adalah sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung
jawab terhadap apa yang telah diyakininya.
Pengukuran sikap ini dapat dilakukan dengan menggunakan skala
hedonic likert type yaitu kepada contoh ditanyakan apakah setuju, ragu-ragu atau
tidak setuju terhadap pernyataan yang diberikan (Sanjur 1982).
Praktik Gizi
Berdasarkan Notoatmodjo (2005) suatu sikap belum otomatis terwujud
dalam suatu tindakan (cover behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu
perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga
diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain. Praktik dibedakan menjadi 3
tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:
1. Praktik terpimpin yaitu apabila subjek atau seseorang telah melakukan
sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.
2. Praktik secara mekanis yaitu apabila subjek atau seseorang telah melakukan
atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis
3. Adopsi yaitu suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang,
perilakunya sudah berkualitas.
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005) praktik ditentukan oleh
3 faktor utama yaitu sebagai berikut:
Faktor-faktor predisposisi (disposing faktors), yaitu faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya praktik seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.
Faktor-faktor pemungkin (enabling faktors) adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi praktik atau tindakan, yang dimaksud
13
faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
suatu praktik.
Faktor-faktor penguat (reinforcing faktors) adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya praktik.