Anda di halaman 1dari 45

BAB IV

INGGRIS & UNI EROPA

4.1. Masa Lalu Inggris dan Uni Eropa

Britania Raya merupakan bagian Eropa yang memiliki sejarah dan peranan

penting di Eropa bahkan di dunia. Britania Raya, dengan kekuatan angkatan

lautnya berhasil menyebarkan pengaruhnya ke hampir seperempat luas total bumi

yang dalam sejarah dikenal dengan sebutan Imperium Britania (Britisih Empire).

Britania Raya berhasil menaklukkan banyak negara di seluruh penjuru dunia

hingga terjadi beberapa perang kemerdekaan di daerah jajahannya di kawasan

Amerika Utara membuat Britania Raya kehilangan banyak wilayah koloni disana.

Imperium Britania kemudian fokus dengan wilayah koloni di belahan

dunia Afrika, Asia, dan Pasifik. Hingga terjadi Perang Dunia I yang disebabkan

oleh ketegangan ekonomi dan militer antara Britania Raya dan Jerman. Perang

Dunia I ini menyebabkan hancurnya sistem keuangan Britania Raya. Kebangkitan

Jerman dan Amerika Serikat membuat Britania Raya tidak lagi memimpin

perekonomian dan militer dunia.

Britania Raya memenangkan perang berikutnya- Perang Dunia II, namun

menyebabkan semakin sempitnya wilayak Imperium Britania. Dekolonisasi

negara-negara jajahan Inggris menyebabkan berkurangnya pengaruh Inggris di

dunia. Beberapa negara bekas jajahan Inggris bergabung dalam Persemakmuran

44
Inggris dan masih mengakui Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara dan Ketua

Persemakmuran.

Perang Dunia II yang mengakibatkan banyak kerugian dan korban jiwa

terutama di Eropa, memunculkan ide dibentuknya sebuah blok negara-negara

Eropa yang menjamin perdamaian di antara anggotanya. Organisai pertama yang

dibentuk adalah blok Eropa yang mengatur penjualan dan produksi batu bara dan

baja bernama European Coal and Steel Community (ECSC). Komunitas ini

digagas oleh Jerman Barat, Prancis, Italia, Belgia, Luksemburg, dan Belanda pada

tahun 1951.

Gagasan tersebut merupakan upaya kerja dama dalam memastikan

kebijakan yang adil dan merata di seluruh negara yang berpartisipasi serta untuk

menjaga perdamaian di antara negara-negara Eropa. Uni Eropa merupakan

gabungan dari tiga organisasi yang dibentuk lewat perjanjian-perjanjian yang

dibuat negara anggotanya, yaitu:

a. Perjanjian Paris (1951) membentuk Komunitas Baja dan Batu Bara Eropa

(European Coal and Steel Community - ECSC). Organisasi ini bertujuan

untuk mengatur praktik manufaktur di antara negara-negara anggota.


b. Komunitas Energi Atom Eropa (European Atomic Energy Community -

EAEC), yaitu organisasi yang dibuat untuk menciptakan pasar untuk

energy nuklir.
c. Komunitas Ekonomi Eropa (European Economic Community - EEC),

biasa disebut dengan pasar tunggal. Organisasi ini bertujuan untuk

menyatukan perekonomian di Eropa. EAEC dan Komunitas Ekonomi

45
Eropa merupakan organisasi yang digagas dalam Perjanjian Roma tahun

1957.

Sebelum bergabung dengan Uni Eropa, Inggris pernah membentuk

Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) bersama Austria, Denmark,

Norwegia, Portugal, Swedia, dan Swiss. Blok ini merupakan blok negara-negara

Eropa yang tidak dapat atau tidak mau bergabung dengan Uni Eropa. Saat ini

EFTA hanya memiliki empat anggota yaitu Norwegia, Liechtenstein, Norwegia

dan Swiss sejak ditinggal anggotanya untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Inggris bergabung setelah pengajuan ketiga pada tahun 1969 berkat

persetujuan negara anggota Komunitas Eropa pada masa itu serta dorongan

perusahaan-perusahaan besar sektor manufaktur, termasuk Konfederasi Industri

Inggris yang pernah menentang serikat pabean Eropa pasca-Perang Dunia II.

Pelaku industri di Inggris mulai menyadari pentingnya investasi asing dari negara-

negara tetangga, kerjasama serta kebijakan industri yang terkoordinasi. Perdana

Menteri Edward Heath menandatangani Perjanjian Aksesi (the Treaty of

Accession) untuk masuk Komunitas Eropa pada tahun 1972 yang kemudian

disambut Komunitas Eropa dengan menerbitkan Undang Undang Parlemen Eropa

1972 yang salah satu isinya adalah tentang keanggotaan Inggris mulai berlaku

mulai 1 Januari 1973.

Pada tahun 1975 terjadi peristiwa politik di Inggris. Partai Buruh yang

merupakan partai oposisi pada saat itu mempermasalahkan keanggotaan Inggris di

Komunitas Eropa. Keanggotaan Inggris di Pasar Tunggal diangggap tidak perlu

46
sehingga dilakukan referendum pertama di Inggris. Partai oposisi menganggap

keanggotaan Inggris di Komunitas Eropa dapat menimbulkan masalah ekonomi,

pertahanan, serta kedaulatan Inggris dalam urusan internasional di masa depan.

Referendum tersebut menghasilkan kemenangan besar untuk tetap tinggal di

Komunitas Eropa. Hal ini dipengaruhi oleh ingatan tentang Perang Dunia II yang

baru saja terjadi pada masa itu. Pada saat itu Komunitas Eropa merupakan pilihan

yang bijak untuk menghindari konflik di masa depan.41

Komunitas Eropa kemudian berubah nama menjadi Uni Eropa pada

tanggal 1 November 1993 sebagai hasil Perjanjian Maastricht. Perubahan nama

ini merupakan cerminan evolusi organisasi tersebut dari hanya kesatuan ekonomi

kini berkembang pada kesatuan politik. Di tahun yang sama, Partai Independen

Inggris (“UK Independence Party” – UKIP), sebuah partai politik euroskeptis,

juga dibentuk. Partai ini meraih tempat ketiga di Inggris selama pemilihan Eropa

2004, tempat kedua dalam pemilihan Eropa 2009 dan tempat pertama dalam

pemilihan Eropa 2014. Keberhasilan UKIP dalam pemilihan Eropa 2014 memiliki

pengaruh besar dalam referendum Brexit 2016.

Bergabungnya Inggris dengan Uni Eropa dan sebelumnya di EFTA

merupakan upaya Inggris untuk mewujudkan tujuan, cita-cita dan harapan yang

ingin dicapainya. Inggris bergabung dengan organisasi supranational untuk

memudahkan urusannya terkait dalam menentukan dan memenuhi regulasi yang

dibutuhkan untuk kepentingan nasionalnya. Terkait Brexit, penulis

41
Walsh, James. 2016. “Britain’s 1975 Europe referendum: what was it like last time?”, diakses
pada tanggal 30 Januari 2020, https://www.theguardian.com/politics/2016/feb/25/britains-1975-
europe-referendum-what-was-it-like-last-time

47
menghubungkan Euroskeptis dan Populisme yang terjadi di Eropa dengan

mundurnya Inggris dari Uni Eropa. Meningkatnya jumlah Euroskeptis dan

Populisme di Inggris yang menentang kebijakan Uni Eropa yang dianggap

mengganggu kedaulatan Inggris dalam menentukan kebijakan dalam negerinya

dalam hal ekonomi, sosial, politik, dan imigrasi berhasil memicu Brexit.

4.2. Perjanjian Lisbon Pasal 50

Referendum Brexit sering dihubungkan dengan “Lisbon Treaty” atau

Perjanjian Lisbon, terutama pasal 50 pada perjanjian tersebut. Pasal tersebut tidak

lebih dari lima paragraph pendek, namun menjadi senjata politik yang berharga

setelah keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa. Pasal 50 Perjanjian

Lisbon menetapkan bagaimana suatu negara Uni Eropa dapat secara sukarela

mengundurkan diri dari keanggotannya.42 Hingga penelitian ini dilakukan, hanya

Pemerintah Inggris yang memutuskan untuk menggerakkan Pasal 50 secara

sukarela. Dalam Pasal 50, keputusan pengunduran diri dapat dibuat oleh Perdana

Menteri sesuai dengan 'hak prerogatifnya' atas urusan luar negeri, atau setelah

berkonsultasi dengan kabinetnya.

Theresa May, Perdana Menteri pengganti Cameron, mengatakan bahwa

Parlemen akan memiliki kesempatan untuk memperdebatkan soal menggerakkan

Pasal 50 sebelum keputusan dibuat. May menekankan bahwa keputusan akhir

42
Rankin, Jennifer, Julian Boger and Mark Rice-Oxley. 2016. “What is Article 50 And Why is It So
Central to the Brexit Debate?”. Diakses pada tanggal 17 Januari 2020,
https://www.theguardian.com/politics/2016/jun/25/article-50-brexit-debate-britain-eu

48
tetap pada pemerintahan Inggris dan Parlemen tidak memiliki kesempatan untuk

membuat keputusan yang mengikat terkait Pasal 50. Pengunduran diri Inggris dari

Uni Eropa menurut Perjanjian Lisbon Pasal 50 harus dilakukan secara lisan

maupun tulisan secara langsung kepada Dewan Uni Eropa.43

Artikel 50 dari Perjanjian Uni Eropa yang disahkan lewat Perjanjian

Lisbon pada 1 Desember 2009 menjelaskan sebuah prosedur bagi sebuah negara

anggota untuk menarik diri secara sukarela dari Uni Eropa. Prosedurnya adalah:

a. Setiap negara anggota dapat memutuskan untuk menarik diri dari

Uni Eropa sesuai dengan persyaratan konstitusionalnya sendiri,


b. Negara Anggota yang memutuskan untuk menarik diri harus

memberi tahu Dewan Eropa tentang niatnya. Dalam pedoman yang

disediakan oleh Dewan Eropa, Uni Eropa akan menegosiasikan

dan menyimpulkan kesepakatan dengan negara tersebut,

menetapkan pengaturan untuk penarikannya, dengan

mempertimbangkan kerangka kerja untuk hubungan masa depan

dengan Uni Eropa. Perjanjian itu harus dinegosiasikan sesuai

dengan Pasal 218 (3) pada Perjanjian tentang Fungsi Uni Eropa.

Hal tersebut harus diputuskan oleh mayoritas Dewan Uni Eropa

yang memenuhi syarat dan mendapatkan persetujuan dari Parlemen

Eropa.
c. Perjanjian harus berhenti berlaku untuk negara yang bersangkutan

sejak tanggal mulai berlakunya perjanjian penarikan atau, jika

gagal, dua tahun setelah pemberitahuan yang disebut dalam ayat 2,


43
Ibid

49
kecuali Dewan Eropa, dalam perjanjian dengan negara anggota

yang bersangkutan dengan suara bulat memutuskan untuk memper-

panjang periode tersebut.


d. Untuk keperluan paragraf 2 dan 3, anggota Dewan Eropa atau

Dewan yang mewakili negara anggota yang ditarik tidak akan

berpartisipasi dalam diskusi Dewan Eropa atau Dewan atau dalam

keputusan mengenai hal tersebut.


e. Jika suatu Negara yang telah mengundurkan diri dari Uni Eropa

meminta untuk bergabung kembali, permintaannya harus tunduk

pada prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.

Inggris telah menyepakati anggaran jangka panjang Uni Eropa dan

berkontribusi pada proyek infrastruktur besar yang memiliki jangka waktu

penyelesaian yang panjang. Kerangka anggaran Uni Eropa tidak dihitung dari

tahun ke tahun, melainkan kesepakatan hukum yang lebih dari tujuh tahun.

Kerangka anggaran terakhir dimulai pada tahun 2014 dan berakhir pada 2020.

Inggris masih akan bertanggung jawab untuk membayar bagiannya selama tujuh

kuartal tersisa hingga akhir 2020 jika keluar dari Uni Eropa.44

Ketika pembayaran pertama kali diusulkan sebagai bagian dari

kesepakatan penarikan Theresa May, rincian diberikan tentang bagaimana hal itu

akan dihitung dan bukan angka yang tepat. Pada saat itu, penyelesaian

diperkirakan sekitar £39 miliar, didasarkan pada tenggat waktu Brexit 29 Maret

2019. Ketika Brexit ditunda, sebagian dari uang tersebut dibayarkan sebagai

44
Brinded, Lianna. 2017. “Everything you need to know about Brexit divorce bill”, diakses pada
tanggal 30 Januari 2020, https://qz.com/1134703/brexit-divorce-bill-explained-why-the-uk-needs-
to-pay-the-eu-to-leave/

50
kontribusi anggaran normal Inggris, jadi sisanya merupakan bagian dari tagihan

dari Uni Eropa. Jadi ketika tanggal Brexit adalah 31 Oktober 2019, Kantor untuk

Penanggung Jawab Anggaran (OBR) memperkirakan bahwa tagihannya turun

menjadi £32,8 miliar. Untuk tenggat waktu 31 januari 2020 diperkirakan total

tagihan di bawah £ 30 miliar. OBR mengharapkan sebagian besar dari ini

dibayarkan pada tahun 2022, dengan beberapa pembayaran yang relatif kecil

masih dilakukan sampai tahun 2060-an.45

Dalam perjanjian-perjanjian yang disepakati Uni Eropa dengan negara

anggotanya, tidak semuanya membahas tentang pengunduran diri negara anggota

dari Uni Eropa. Baru pada tahun 2007, Perjanjian Lisbon disepakati dan

membahas tentang hal tersebut. Hal ini bagaikan “lampu hijau” bagi kaum

Euroskeptis. Setelah hasil referendum Brexit didapat pada tahun 2016, pasal 50

Perjanjian Lisbon ini digunakan pertama kali oleh Inggris.

4.3. Kebijakan Uni Eropa

Uni Eropa yang dulunya merupakan sebuah blok negara-negara Eropa

yang hanya mengatur ekonomi kini telah berkembang menjadi lebih kompleks.

Kini Uni Eropa mengatur bukan hanya pasar tunggal dan serikat pabean tapi ikut

dalam menentukan kebijakan negara anggotanya. Kebijakan-kebijakan Uni Eropa

45
Reality Check. 2020. “Brexit divorce bill: How much does the UK owe the EU?”, diakses pada
tanggal 30 Januari 2020, https://www.bbc.com/news/51110096

51
dituangkan dalam perjanjian-perjanjian yang disepakati bersama, salah satunya

adalah Perjanjian Lisbon (2007).

Perjanjian Lisbon merupakan perjanjian internasional yang mengubah dua

perjanjian yang membentuk dasar konstitusional Uni Eropa yaitu Perjanjian

Maastricht (1993) yang sudah diperbarui dengan Perjanjian Uni Eropa (2007), dan

Perjanjian Roma (1957), yang diperbarui dengan Perjanjian tentang Fungsi Uni

Eropa (2007). Perjanjian ini banyak dikaitkan dengan referendum Brexit karena

kebijakan-kebijakan di dalamnya banyak membuat rakyat Inggris terpecah antara

meneruskan keanggotaan atau berhenti bergabung dengan Uni Eropa. Beberapa

polemik yang muncul akibat Perjanjian Lisbon, antara lain;

1. Pada tahun 2020, Inggris dan anggota Uni Eropa lainnya akan kehilangan

“veto abstain”. Namun hal ini, menurut Steve Peers merupakan anggapan

yang salah. Perjanjian Lisbon memang membuat perubahan tentang tata

cara undang-undang Uni Eropa disahkan dan mengurangi ruang lingkup

kemampuan veto negara-negara, tetapi tidak menghapuskan kekuatan

veto. Istilah "veto abstain" bukan bagian dari hukum Uni Eropa. Undang-

undang Uni Eropa harus disetujui oleh Dewan Uni Eropa, yang terdiri

dari perwakilan kementerian pemerintah semua negara anggota Uni

Eropa.46

46
Clews, David. 2019. “Special Report-What does the Lisbon Treaty REALLY mean?”. Diakses pada
tanggal 7 Februari 2020, https://unitynewsnetwork.co.uk/bombshell-report-what-does-the-
lisbon-treaty-really-mean/

52
2. Anggapan bahwa semua negara anggota akan menjadi negara dari negara

federal baru Uni Eropa pada tahun 2022 tanpa pengecualian atau veto.

Steve Peers kembali menerangkan bahwa anggapan tersebut tidak

terkandung dalam Perjanjian Lisbon atau dalam perjanjian Uni Eropa

lainnya. Perjanjian Lisbon hanya menggunakan istilah "federal" ketika

menggambarkan Republik Federal Jerman, Austria dan Belgia.

3. Beredar asumsi bahwa semua negara anggota harus mengadopsi mata

uang Euro pada tahun 2022 dan setiap negara anggota baru harus

melakukannya dalam waktu 2 tahun setelah bergabung dengan UE

sebagaimana tercantum dalam perjanjian Lisbon. 19 dari 28 anggota Uni

Eropa adalah bagian dari wilayah Eropa. Inggris "tidak berkewajiban"

untuk mengadopsi Euro. Perjanjian Lisbon memang merujuk tujuan akhir

Euro menjadi mata uang semua anara anggota Uni Eropa, namun tidak

memaksa dan memberikan tenggang waktu Inggris untuk bergabung.

Setiap negara anggota diharapkan untuk bergabung dengan Euro, tetapi

hanya ketika mereka memenuhi persyaratan tertentu. Kriteria ini meliputi:

inflasi (cara harga berubah dari waktu ke waktu) dan suku bunga jangka

panjang di negara itu harus berada dalam jarak tertentu dari tiga negara

"berkinerja terbaik" di Uni Eropa, keuangan publik harus "sehat dan

berkelanjutan", nilai tukar harus stabil.47

4. Pasar Saham London (LSE) akan pindah ke Frankfurt pada tahun 2020

dan diintegrasikan ke dalam Pasar Saham Uni Eropa yang akan


47
Ibid

53
mengakibatkan hilangnya 200.000 lapangan pekerjaan di Inggris karena

relokasi. London Stock Exchange (LSE) dan Deutsche Börse (pasar saham

yang setara LSE di Jerman) mengumumkan pada bulan Februari 2016

akan merger untuk menggabungkan kegiatan mereka. Namun merger

tersebut diblokir oleh Uni Eropa pada Maret 2017 dengan alasan bahwa

hal itu berisiko menciptakan monopoli.

Di bawah ketentuan proposal, kedua bisnis akan terus beroperasi di bawah

nama merek mereka yang ada dan tidak akan bergabung menjadi "Bursa

Efek Uni Eropa". Ada diskusi tentang beberapa tingkat kehilangan

pekerjaan sebagai hasil potensial dari merger, tetapi tidak ada yang

mendekati skala 200.000, dan LSE membantah bahwa ada rencana

relokasi ke Frankfurt.

5. Parlemen Uni Eropa dan Pengadilan Eropa menjadi yang tertinggi di atas

semua badan legislatif Inggris. Undang-undang Uni Eropa harus disetujui

oleh Parlemen Eropa- yang terdiri dari anggota parlemen terpilih dari

semua negara anggota Uni Eropa, dan Dewan Uni Eropa- yang terdiri dari

perwakilan pemerintah yang relevan dari masing-masing negara Uni

Eropa. Traktat Lisabon meletakkan kekuasaan Parlemen Eropa untuk

menyetujui undang-undang sejajar dengan Dewan, dan memperlebar

jumlah bidang di mana mereka dapat membuat undang-undang di Inggris.

Anggapan ini pun dibantah oleh Peers karena Pengadilan adalah

pengadilan tertinggi tentang masalah hukum Uni Eropa yang bertujuan

54
agar aturan diterapkan di seluruh negara anggota Uni Eropa. Inggris telah

menerima supremasi hukum Uni Eropa sejak parlemen mengesahkan

Undang-Undang Komunitas Eropa pada tahun 1972 sehingga ini bukan

sebagai hasil dari Perjanjian Lisbon. Hukum Uni Eropa juga tidak

mencakup semua aspek hukum Inggris. Di daerah di mana tidak ada

hukum Uni Eropa yang berlaku, parlemen dan pengadilan Inggris adalah

badan tertinggi untuk membuat dan menilai hukum.

6. Inggris akan mengadopsi 100% dari apa pun yang ditetapkan oleh

Parlemen Uni Eropa dan Pengadilan Eropa tanpa bisa abstain atau veto,

meniadakan pentingnya House of Lords atau bahkan House of Commons.

Nyatanya, Inggris memiliki beberapa kemampuan untuk memveto

undang-undang Uni Eropa, dan memiliki pilihan keluar dari kebijakan

Uni Eropa. Memang Inggris harus mengikuti hukum Uni Eropa, tetapi ada

banyak bidang hukum Inggris yang tidak dicakup oleh Uni Eropa.

7. Inggris tidak akan dapat membuat transaksi dagang sendiri. Beberapa

item berikutnya dalam daftar sebagian besar menggambarkan status quo

dari keanggotaan Uni Eropa. Benar bahwa Inggris tidak dapat mencapai

kesepakatan perdagangannya sendiri jika kita tetap berada di Uni Eropa,

karena ini harus dilakukan di tingkat Uni Eropa.

8. Inggris tidak akan dapat menetapkan tarif perdagangannya sendiri. Di

bawah aturan serikat pabean Uni Eropa, semua negara Uni Eropa harus

55
menetapkan tarif impor yang sama dari luar Uni Eropa. Tidak ada tarif

perdagangan antara negara-negara UE.

9. Inggris akan kehilangan kemampuannya untuk membentuk dan

mengimplementasikan hukumnya sendiri. Hal ini tidak benar dan sudah

dijelaskan di poin kelima dan keenam sebelumnya.

Masih banyak anggapan yang berakar dari kebijakan Uni Eropa. Sebagian

ada yang benar berkaitan dengan perjanjian yang disepakati, sebagian lagi

merupakan kesalahpahaman dalam menginterpretasikan isi perjanjian tersebut.

Baik anggapan yang berkaitan dengan perjanjian yang disepakati Uni Eropa

maupun yang “hoax” telah digunakan dalam kampanye pro-Brexit.

4.4. Kiprah Perdana Menteri Inggris dalam Referendum Brexit

David Cameron (2010 - 2016)

Perdana Menteri David Cameron dari Partai Konservatif menggantikan

Perdana Menteri Gordon Brown dari Partai Buruh. Sebelum memenangkan

pemilu, isu utama yang diangkat pada masa kampanye adalah mengenai imigrasi,

kebijakan penghematan pemerintah, masa depan Layanan Kesehatan Nasional

(NSH), dan keanggotaan Inggris di Uni Eropa. Untuk mengatasi euroskeptis di

dalam partai yang dipimpinnya dan tantangan partai independen (UKIP),

Cameron menjanjikan akan menegosiasikan ulang keanggotaan Inggris di Uni

Eropa jika ia terpilih kembali. Ketika pemungutan suara dilakukan, Cameron

56
memenangkan pemilu dengan meraih 331 kursi, mengalahkan Partai Buruh

sebanyak 232 kursi.

Cameron memenuhi janjinya unutk menegosiasikan ulang keanggotaan

Inggris ke Uni Eropa. Pada pertemuan puncak para pemimpin negara-negara

anggota Uni Eropa di Brussels pada bulan Februari 2016, Dewan Eropa

mengumumkan kesepakatan tentang reformasi keanggotaan Inggris yang telah

diminta oleh Cameron dalam upaya untuk mencegah mundurnya Inggris dari Uni

Eropa. Cameron percaya hasil referendum tentang keanggotaan Inggris yang

berkelanjutan. Meskipun dalam partainya banyak yang mendukung Brexit, namun

Cameron tetap berkampanye agar Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa dan

menjadwalkan referendum tanggal 23 Juni 2016.

Saat pemungutan suara diumumkan, sebanyak 52 persen pemilih memilih

untuk meninggalkan Uni Eropa, menjadikan Inggris sebagai negara pertama yang

melakukannya. Cameron mengumumkan niatnya untuk mengundurkan diri

sebagai perdana menteri pada saat konferensi Partai Konservatif pada Oktober

2016. Pengunduran dirinya tersebut sekaligus sebagai pendelegasian kepada

penggantinya untuk menegosiasikan penarikan Inggris berdasarkan ketentuan

Pasal 50 Perjanjian Lisbon.

Theresa May (2016 – 2018)

Setelah pemungutan suara Brexit dan pengumuman pengunduran diri

David Cameron, terjadi gelombang politik di dalam Partai Konservatif. Partai

Konservatif harus memilih antara Boris Johnson- lawan Cameron dalam

57
kampanye Brexit, Theresa May- Menteri Dalam Negeri pada saat itu, dan Menteri

Energi Andrea Leadsom. Baik Johnson dan Leadsom mengundurkan dari dari

pertimbangan menjadi pemimpin Partai Konservatif, Theresa May pun menjadi

pemimpin Partai Konservatif dengan segera. Theresa May kemudian menjadi

wanita kedua dalam sejarah Inggris yang menjabat sebagai perdana menteri.

Melanjutkan hasil referendum Brexit, memimpin pemerintahnya dalam

gerakan yang hati-hati untuk memicu Pasal 50, meskipun sebelumnya ia

menentang Brexit. Upaya tersebut terhambat pada Januari 2017 atas putusan

Mahkamah Agung yang mencegah perdana menteri memicu Pasal 50 tanpa

terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Parlemen. Pada bulan Februari 2017,

House of Commons memberikan persetujuan kepada Perdana Menteri May

dengan suara mayoritas. Pada Bulan Maret 2017, Perdana Menteri May secara

resmi mengirimkan surat kepada Presiden Dewan Eropa memicu pasal 50

Perjanjian Lisbon. Donald Tusk, Presiden Dewan Eropa menetapkan masa transisi

dua tahun untuk perundingan tentang perincian pemisahan Inggris dari Uni Eropa.

Hal ini memicu referendum baru di negara bagian Skotlandia yang menginginkan

kemerdekaan. Hasil pemilu Brexit menunjukkan mayoritas rakyat Skotlandia

ingin bertahan dengan Uni Eropa.

Pada tanggal 25 November para pemimpin 27 negara anggota Uni Eropa

lainnya secara resmi menyetujui ketentuan-ketentuan perjanjian penarikan yang

dinegosiasikan PM May. Dalam kesepakatan tersebut Britania Raya setuju untuk

membayar sekitar 50 miliar dolar ke Uni Eropa untuk memenuhi kewajiban

58
keuangan jangka panjangnya. Kepergian Inggris dari Uni Eropa akan dilakukan

pada Maret 2019, tetapi menurut perjanjian tersebut, Inggris akan terus mematuhi

peraturan dan regulasi Uni Eropa sampai Desember 2020 sementara negosiasi

berlanjut pada perincian hubungan jangka panjang antara Uni Eropa dan Inggris.

Perjanjian tersebut menjadi perdebatan dalam House of Commons. PM

May menghadapi oposisi kuat di parlemen, tidak hanya dari Partai Buruh,

Demokrat Liberal, SNP, Plaid Cymru, dan DUP tetapi juga dari puluhan anggota

parlemen Konservatif. Poin penting yang menentang perjanjian itu adalah tentang

kesepakatan perbatasan di Irlandia Utara. Perjanjian tersebut menyepakati

perbatasan terbuka antara Irlandia Utara dan Irlandia, setelah Brexit. Hal tersebut

akan menghambat regulasi antara Irlandia Utara dan seluruh Inggris.

Atas tekanan politik dalam negeri tentang kesepakatan perjanjian

penarikan Inggris dengan Uni Eropa, PM May melanjutkan negosiasi dengan para

pemimpin Eropa dalam upaya untuk memenangkan konsesi yang akan

mendapatkan dukungan yang lebih luas di Parlemen atas perjanjian penarikan

Brexit. Menjelang pemungutan suara di House of Commons tentang kesepakatan

penarikan yang telah direvisi, PM May mendapatkan janji-janji kerja sama baru

tentang kesepakatan perbatasan Irlandia dari para pemimpin Uni Eropa. Akhirnya,

Inggris mengajukan "deklarasi sepihak" yang menekankan bahwa tidak ada yang

mencegah Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa. Muncul gagasan untuk

meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan (no deal) di dalam parlemen.

59
Inggris memiliki waktu hingga 12 April 2019 untuk memutuskan apakah

akan meninggalkan UE tanpa persetujuan pada hari itu atau meminta penundaan

yang lebih lama yang mengharuskannya untuk berpartisipasi dalam pemilihan

untuk Parlemen Eropa. May meminta Uni Eropa untuk mendorong kembali

tenggat waktu Brexit hingga 30 Juni 2019, dan pada 11 April 2019 Dewan Eropa

mengumumkan bahwa mereka memberikan kepada Inggris "perpanjangan yang

fleksibel" hingga 31 Oktober 2109.

Ketidakmampuan Partai Konservatif untuk mengurus kesepakatan Inggris

meninggalkan Uni Eropa, Nigel Farage meluncurkan Partai Brexit yang menjadi

pemenang besar dalam pemilihan umum untuk Parlemen Eropa pada bulan Mei.

Partai Brexit meraih sekitar 31 persen suara sementara Partai Konservatif hanya

sekitar 9 persen. Karena gagal mendapatkan dukungan yang cukup dari

Konservatif untuk kesepakatan Perjanjian Penarikan Uni Eropa, PM May

mengadakan diskusi dengan para pemimpin Partai Buruh tentang kemungkinan

kompromi, tetapi ini juga terbukti tidak berhasil. PM May mengumumkan pada

24 Mei bahwa ia akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif

pada 7 Juni tetapi akan tetap sebagai perdana menteri sementara sampai partainya

memilih penggantinya.

Boris Johnson (2019 – sekarang)

Boris Johnson, lahir dengan nama Alexander Boris de Pfeffel Johnson,

adalah seorang Perdana Menteri Inggris dari Partai Konservatif. Johnson

menggantikan Theresa May yang mundur dari jabatannya atas kegagalannya

60
mengurus kelanjutan referendum Brexit yang diwariskan pemerintah sebelumnya,

David Cameron, untuk keluar dari Uni Eropa. Johnson resmi menjadi Perdana

Menteri Inggris pada tanggal 23 Juli 2019.48

Kiprahnya pada Pemerintahan Inggris dimulai pada tahun 2001 dimana ia

memenangkansatu kursi untuk masuk parlemen lewat Partai Konservatif. Lalu

pada tahun 2003 -2004 ia menjadi wakil ketua Partai Konservatif Inggris.

Kemudian di bulan Mei 2008, ia terpilih menjadi walikota London dan kemudian

terpilih kembali pada tahun 2012. Ia kemudian terpilih lagi dalam parlemen pada

tahun 2015 sebagai perwakilan daerah Uxbridge dan Ruslip Selatan. Di tahun

2016, karir Johnson di pemerintahan Inggris menanjak sejak ia diangkat menjadi

menteri luar negeri oleh Perdana Menteri Theresa May.49

Johnson mengkampanyekan dukungannya terhadap Brexit di tahun yang

sama ia diangkat menjadi Menteri Luar Negeri, namun tahun 2018, Johnson

mengundurkan dirinya dari posisi Menteri Luar Negeri karena ia bertentangan

dengan Perdana Menteri Theresa May terkait masalah pendekatan kesepakatan

May dengan Uni Eropa atas kemunduran Inggris.

Menyusul kegagalan Inggris untuk meratifikasi perjanjian atau “deal”

Brexit dengan batas waktu 12 April, Perdana Menteri Theresa May meminta

perpanjangan dari Uni Eropa. Uni Eropa pun mengabulkan dengan menunda batas

48
CNN Editorial Research. 2019. “Boris Johnson Fast Facts”, diakses pada tanggal 18 Januari
2020, https://edition.cnn.com/2019/08/13/uk/boris-johnson-fast-facts/index.html
49
Ibid

61
waktu hingga 31 Oktober, meskipun Inggris bisa lebih awal jika dapat meratifikasi

kesepakatan sebelum batas waktu.

Di tengah meningkatnya frustrasi di London, para pemimpin Uni Eropa

berusaha membatasi kerusakan di Uni Eropa. Mayoritas dari mereka, termasuk

Kanselir Jerman Angela Merkel menganjurkan perpanjangan batas waktu yang

lebih lama. Pendekatan ini akan menghapus Brexit dari agenda langsung,

memberikan waktu bagi politik domestik Inggris untuk terungkap, dan mungkin

menakut-nakuti Partai Konservatif untuk mendukung kesepakatan jika Brexit

lolos. Namun,

Presiden Prancis Emmanuel Macron bersikeras tenggat waktu yang lebih

pendek untuk memfokuskan pikiran Inggris dan mencegah Inggris mengganggu

siklus politik Uni Eropa yang baru (termasuk rencananya untuk reformasi).

Kompromi yang dihasilkan menandai keretakan terbesar saat ini dalam persatuan

Uni Eropa karena Brexit.50

May tidak dapat mempertahankan posisinya karena kondisi Partai

Konservatif yang semakin melemah. Di daerah-daerah, partainya muali kehilang

banyak kursi dan secara mengejutkan berada di urutan ke-lima dalam Parlemen

Negara Eropa. Ia gagal berkompromi dengan Partai Buruh, yang mengusulkan

pemungutan suara atas kesepakatan pengunduran diri Inggris dari Uni Eropa.

Namun, daripada melakukan voting atas kesepakatan itu, May malah

50
Sloat, Amanda. 2019. “Brexit endgame: A withdrawal agreement for Theresa May, but no clarity
on Brexit”. Diakses pada tanggal 18 Januari 2020 https://www.brookings.edu/blog/order-from-
chaos/2019/05/30/brexit-endgame-a-withdrawal-agreement-for-theresa-may-but-no-clarity-on-
brexit/

62
menginginkan Majelis untuk mempertimbangkan Undang-Undang yang

dibutuhkan untuk menetapkan kemunduran Inggris dari Uni Eropa dengan

harapan Inggris dapat mundur sebelum Majelis Uni Eropa yang lama berganti.

Meskipun menurut May hal tersebut merupakan kesepakatan Brexit yang baru,

namun para Brexiteers- sebutan untuk pendukung Brexit, merasa dikhianati. May

mengumumkan pengunduran dirinya karena banyak tekanan politik.

Pemerintahannya telah membatalkan rencana untuk memperkenalkan dan

menjadwalkan pemungutan suara untuk RUU tersebut. Ia pun digantikan Boris

Johnson.51

Baik David Cameron maupun Boris Johnson merupakan Perdana Menteri

dari Partai Konservatif, namun memiliki pandangan yang berbeda tentang Brexit.

Meskipun Cameron menginisisasi referendum Brexit namun hal itu didasari oleh

keyakinan serta janjinya agar Inggris tetap berada di Uni Eropa. Berbeda dengan

Boris Johnson yang sejak sebelum pemungutan suara Brexit dilakukan, ia

mengkampanyekan dukungannya terhadap Brexit. Bahkan pada era pemerintahan

Theresa May, ia menganggap kesepakatan perjanjian penarikan Inggris dari Uni

Eropa merugikan Inggris sehingga ia berkampanye agar Inggris mundur dari Uni

Eropa tanpa kesepakatan (no deal). Namun pada saat ia menjabat sebagai Perdana

Menteri, ia menegosiasikan kembali Perjanjian Penarikan yang di buat pada masa

pemerintahan Theresa May dengan Uni Eropa. Strategi Boris Johnson untuk

mendapatkan dukungan Parlemen atas Perjanjian Penarikan tersebut adalah

dengan memenangkan mayoritas suara dalam pemilu dan ia berhasil baik dalam

51
Ibid

63
memenangkan pemilu maupun mendapatkan persetujuan Parlemen atas Perjanjian

Penarikan yang telah disetujui Uni Eropa.

4.5. Tantangan Inggris Untuk Mundur Dari Keanggotaan Uni Eropa

Sejak menjabat Perdana Menteri, banyak hal yang telah terjadi terkait

dengan Brexit. Meskipun Johnson menyangkal, Ratu Elizabeth menyetujui

permintaan Johnson untuk menunda parlemen Inggris mulai pertengahan

September, untuk mengurangi waktu yang tersedia bagi anggota parlemen yang

ingin memblokir Brexit tanpa kesepakatan (dengan Uni Eropa). Berita itu

mendapat tentangan dari para politisi yang mengecamnya sebagai berpotensi tidak

konstitusional dan tidak demokratis. Kecaman ini beralasan, karena kampanye

Johnson yang sangat vokal dalam mendukung Brexit dan pernyataannya yang

mengatakan bahwa Inggris akan segera mundur dari Uni Eropa meskipun tanpa

kesepakatan, suatu hal yang meresahkan sebagian masyarakat Inggris.

Johnson telah berkampanye dengan janji untuk meninggalkan Uni Eropa

tanpa kesepakatan (“no deal Brexit”) jika perjanjian keluar dengan Uni Eropa

tidak diubah sesuai kepuasannya pada 31 Oktober 2019, tenggat waktu

keberangkatan yang direvisi yang telah dinegosiasikan, dan kini tenggat waktunya

adalah hingga akhir Januari 2020. Dalam pidato kemenangannya, dia berjanji

64
untuk mundur dari Uni Eropa, menyatukan negara, dan mengalahkan Jeremy

Corbyn- lawan dari Partai Buruh.52

Anggota oposisi yang melawan Johnson atas niatnya untuk mundur dari

Uni Eropa tanpa kesepakatan, dan 21 anggota parlemen Konservatif berkumpul

bersama dalam pemungutan suara. Johnson mengalami kekalahan memalukan

dalam pemungutan suara tersebut, ia menanggapi dengan mengusir 21 anggota

parlemen yang tidak setuju dari Partai Konservatifnya. Hasil pemungutan tersebut

mengharuskan Johnson untuk menunda Brexit dan segera membuat kesepakatan

terkait Brexit dengan Uni Eropa.

Johnson berusaha untuk mendapatkan kembali kendali narasi dengan

mengumumkan bahwa ia akan menyerukan pemilihan cepat. Di bawah Ketentuan

Tetap dari Parlemen Act, bagaimanapun, seorang perdana menteri harus

memenangkan dukungan setidaknya dua pertiga dari “House of Commons” untuk

mengadakan pemilihan seperti itu, yang berarti bahwa Johnson akan harus

memenangkan dukungan oposisi untuk pemungutan suara itu.

Drama politik meningkat pada 4 September, ketika “House of Commons”

memilih memaksa Johnson untuk meminta penundaan penarikan Inggris dari Uni

Eropa hingga 31 Januari 2020, jika pada 19 Oktober 2019 ia belum mengajukan

kesepakatan tentang Brexit untuk persetujuan Parlemen atau meyakinkan “House

of Commons” untuk menyetujui Brexit tanpa kesepakatan.53

52
Britannica. “Boris Johnson: Prime Minister of United Kingdom”, diakses pada tanggal 18
Januari 2020, https://www.britannica.com/biography/Boris-Johnson
53
Ibid

65
Pada Oktober, Johnson dapat menemukan titik temu dengan Uni Eropa

pada perjanjian yang dinegosiasikan ulang. Kesepakatan baru akan

memungkinkan Inggris untuk menandatangani dan mengimplementasikan

perjanjian dagangnya sendiri dengan negara-negara di seluruh dunia, tetapi juga

menciptakan perbatasan bea cukai dan peraturan antara Irlandia Utara dan Inggris

Raya. Ini berarti beberapa barang yang memasuki Irlandia Utara dari Inggris akan

dikenakan pemeriksaan dan membayar pajak impor Uni Eropa.54 Selebihnya,

kesepakatan yang dibuat tidak terlalu berbeda dengan kesepakatan yang dibuat

Perdana Menteri sebelumnya, Theresa May. Pada 22 Oktober, “House of

Commons” menyetujui rencana kesepakatan yang telah direvisi tersebut, namun

mereka tetap menangguhkan keputusan tersebut hingga tenggat waktu 31 Oktober.

Dengan demikian, Johnson terpaksa meminta perpanjangan waktu dari Uni Eropa.

Permintaan Johnson dikabulkan Uni Eropa dan tenggat waktu diatur ulang

untuk 31 Januari 2020. Setelah tiga upaya gagal untuk mengadakan pemilihan

cepat, Johnson akhirnya dapat membawa kasusnya kepada masyarakat, dan dalam

kampanyenya ia berjanji untuk segera menjalankan Brexit pada tenggat waktu

yang baru. Meskipun solusi Johnson untuk jebakan backstop tampaknya pasti

akan kehilangan dukungannya dari Partai Unionis Demokrat, kemenangan Partai

Konservatif yang diproyeksikan terbukti jauh lebih menentukan daripada yang

diperkirakan. Karena sudah memenangkan 365 kursi, partai ini meningkatkan

kehadirannya di “House of Commons” dengan 47 kursi dan mencatat kemenangan

paling berkuasa dalam pemilihan parlemen sejak 1987. Dengan mayoritas kursi
54
Prescott, Emily. 2020. “BREXIT BOOM: What will happen after Brexit?”, diakses tanggal 19
Januari 2020, https://www.thesun.co.uk/news/10717266/brexit-dates-for-2020-uk/

66
yang dimilikinya, Johnson siap untuk memandu Brexit sesuai rencananya.55

Persetujuan tersebut sekaligus mengakhiri perbedaan pendapat yang terjadi

selama bertahun-tahun hingga menggulingkan dua pemerintah Inggris. “House of

Commons” meledak dengan sorak-sorai setelah anggota parlemen meratifikasi

kesepakatan perceraian Inggris dengan Uni Eropa yang diajukan Perdana Menteri

Boris Johnson.56

4.6. Proses Brexit (2016 – 2019)

Pada tanggal 23 Juni 2016, rakyat Inggris memilih untuk meninggalkan

Uni Eropa. Namun pemungutan suara pada hari itu bukanlah satu-satunya proses

Brexit yang perlu diketahu. Ada beberapa proses yang tidak kalah penting dan

berkaitan dengan apakah Inggris akan meninggalkan Uni Eropa dengan “deal”

atau “no deal”, serta kapan saja tenggat waktu yang ditentukan oleh Uni Eropa

terhadap Inggris untuk dapat menentukan hal tersebut. Jadwal-jadwal tersebut

dijelaskan sebagai berikut:

Tanggal Agenda Keterangan


23 Juni 2016 Referendum 52% pemilih memenangkan

pemungutan suara untuk me-

ninggalkan Uni Eropa dengan

referendum Brexit.

55
Ibid. Op cit. Britannica
56
CNN Indonesia. 2020. “Parlemen Inggris Akhirnya Setujui Kesepakatan Brexit”, diakses pada
tanggal 19 Januari 2020, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200110015352-134-
464086/parlemen-Inggris-akhirnya-setujui-kesepakatan-brexit

67
24 Juni 2016 Pengunduran diri PM Setelah kalah dalam kampanye

David Cameron untuk mempertahankan hubu-

ngan Inggris dengan Uni Eropa

pada pemungutan suara Brexit,

PM Cameron mengundurkan

diri dari posisinya sebagai

Perdana Menteri Inggris.


15 Juli 2016 Theresa May: PM Menggantikan PM Cameron,

Inggris Baru Theresa May diangkat menjadi

PM Inggris.
2 Februari 2017 Proposal Brexit I PM May mengajukan

proposal / "white paper"

kepada Uni Eropa yang berisi

penyesuaian-penyesuaian

kebijakan dan pe-raturan

pasca-Brexit.
29 Maret 2017 Perjanjian Lisbon Pasal PM Theresa May menanda-

50 tangani surat yang berisi ten-

tang penggunaan Pasal 50 Per-

janjian Lisbon untuk benar-

benar meyakinkan Inggris

mundur dari Uni Eropa. Surat

tersebut diterima Presiden De-

wan Uni Eropa- Donald Tusk.57


57
BBC. 2017. “Brexit: Article 50 triggered – what now?”, diakses pada tanggal 19 Januari 2020,
https://www.bbc.com/news/uk-politics-39143978

68
18 April 2017 Pemilihan Umum Awal / Pada hari ini PM May meng-

"Snap Election" umumkan agar dilakukan Pe-

milihan Umum Awal. Pemilih-

an umum awal ini

dilakukannya untuk

mengumpulkan mayo-ritas

suara di "House of Common"

untuk kemudian da-pat

digunakan dalam peng-ambilan

keputusan-keputusan disana,

terutama yang terkait dengan

Brexit.58
8 Juni 2017 PM May kalah dalam Perdana Menteri Theresa May

pemilihan umum awal kalah dalam pemilu awal yang

diusulkannya. Ia kehilangan

mayoritas suara yang dibutuh-

kannya dalam parlemen. Hal

ini menyebabkan

ketidakpastian dalam

pemerintahannya karena

jadwal negosiasi Brexit dengan

Uni Eropa yang tinggal dua

58
Asthana, Anushka dan Peter Walker. 2017. “Theresa May calls fprgeneral election to secure
Brexit mandate”, diakses tanggal 19 Januari 2020,
https://www.theguardian.com/politics/2017/apr/18/theresa-may-calls-for-general-election-in-bid-
to-secure-brexit-mandate

69
minggu lagi.59

19 Juni 2017 Babak pertama Negosiasi antara Inggris dan

negosiasi Inggris dengan Uni Eropa dimulai. Uni Eropa

Uni Eropa ingin negosiasi dibagi menjadi

empat minggu, masing-masing

berfokus pada masalah utama.

Minggu pertama akan me-

libatkan persiapan politik,

diikuti dengan minggu di mana

dokumen akan diungkapkan

oleh kedua belah pihak.

Minggu ketiga agendanya ada-

lah pertemuan Uni Eropa de-

ngan sekretaris Brexit. Pada

minggu terakhir, Barnier, nego-

siator Uni Eropa akan melapor-

kan hasil negosiasi ke 27

negara anggota dan parlemen

Eropa.60
8 Desember 2017 Laporan bersama Laporan yang berisi kese-

59
Erlanger, Steven dan Stephen Castle. 2017. “Theresa May Loses Overall Majority in U.K.
Parliament”, diakses pada tanggal 19 Januari 2020,
https://www.nytimes.com/2017/06/08/world/europe/theresa-may-britain-election-conservatives-
parliament.html
60
Boffey, Daniel. 2017. “Brexit negotiations set to start on 19 June”, diakses pada tanggal 19
Januari 2020, https://www.bbc.com/news/uk-politics-39143978

70
(Peme-rintah Inggris pakatan atau “deal” mengenai

dan negosiator Uni Perbatasan Irlandia yang di-

Eropa) dan usulan solusi negosiasikan oleh negosiatior

untuk perbataasan Uni Eropa dan pemerintahan

Irlandia Inggris. Dalam usulan kesepa-

katan ini disebutkan perbatasan

Irlandia tetap dalam kerjasama

Uni Eropa, termasuk di dalam-

nya kerjasama pasar tunggal

dan urusan kepabeanan.61


28 Februari 2018 Publikasi komisioner Rancangan kesepakatan

Uni Eropa tentang Pasal penarikan Brexit terdiri dari

50 kesepakatan penari- enam bagian, termasuk keten-

kan Brexit tuan pengantar, hak warga

negara, masalah pemisahan

lainnya seperti barang yang

ditempatkan di pasar sebelum

tanggal penarikan, penyele-

saian finansial, pengaturan

transisi, dan ketentuan kelem-

bagaan dan protokol tentang

Irlandia / Utara Irlandia.62


14 November 2018 PM May dan Uni Eropa Kesepakatan Penarikan ini me-
61
TPF50. 2017. “Joint Report from the Negotiators from the European Union and the United
Kingdom Government”. Diakses pada tanggal 19 Januari 2020,
https://ec.europa.eu/commission/sites/beta-political/files/joint_report.pdf

71
mempublikasikan kese- nuai banyak kritik dari dalam

pakatan penarikan negeri. Pimpinan Partai Buruh

Brexit menganggap kesepakatan ini

merugikan Inggris. Boris

Johnson juga menentang kese-

pakatan tersebut karena

kesepa-katan tersebut tidak

melepas-kan Irlandia dari

serikat kepabeanan Uni Eropa.


25 November 2018 Uni Eropa menyetujui Setelah dipublikasikan sebe-

kesepakatan penarikan lumnya, Uni Eropa menyetujui

Brexit kesepakatan penarikan Brexit

yang dibuat.
17 Desember 2018 PM Theresa May meng-

umumkan tanggal pe-

mungutan suara terkait

kesepakatan penarikan

Brexit

62
European Commission. 2018. “Brexit: European Commission publishes draft Article 50
Withdrawal Agreement”. Diakses pada tanggal 19 Januari 2020,
https://ec.europa.eu/commission/presscorner/detail/en/IP_18_1243

72
16 Januari 2018 Pemungutan suara atas Seperti yang diharapkan, par-

Kesepakatan Penarikan lemen Inggris memilih untuk

Brexit menolak kesepakatan penari-

kan Brexit yang dinegosiasikan

oleh Theresa May dan Uni

Eropa. Dia kalah dengan 230

suara.64
24 Mei 2019 PM May mengundurkan Pengunduran diri PM May dari

diri. posisinya sebagai pemimpin

Partai Konservatif setelah me-

ngalami banyak tekanan baik

dari partai oposisi maupun dari

dalam partainya sendiri

mengenai kesepakatan penarik-

an Brexit yang dinegosiasi-

kannya tidak mendapat

dukungan.
24 Juli 2019 Boris Johnson menjadi PM Boris Johnson

Perdana Menteri Inggris menggantikan Theresa May

menjadi pemimpin Partai

Konservatif dan

menjadikannya Perdana

63
BBC. 2018. “Theresa May sets January date for MPs’ Brexit vote”. Diakses pada tanggal 19
Januari 2020, https://www.bbc.com/news/uk-politics-46586673
64
Lowe, Sam dan John Springford. 2019. “After the meaningful vote: What are Theresa May’s
options?”. Diakses pada tanggal 19 Januari 2020, https://www.cer.eu/insights/after-meaningful-
vote-what-are-theresa-mays-options

73
Menteri yang baru.

PM Johnson berhasil

meyakinkan “House of

Commons” dengan

kampanyenya untuk segera

mewujudkan Brexit bahkan

tanpa kesepakatan dengan Uni

Eropa.65
2 Oktober 2019 PM Boris Johnson me- Boris Johnson mulai

ngusulkan kesepakatan mempertimbangkan

baru tentang perma- kesepakatan penarikan Brexit.

salahan Irlandia. Permasalahan kesepakatan

tentang Irlandia menjadi hal

yang menahan “deal” atau “no

deal” Brexit. PM Johnson

mengusulkan beberapa hal

mengenai Irlandia yang mana

intinya adalah Irlandia Utara

tidak lagi dalam serikat

kepabeanan Uni Eropa, namun

masih termasuk dalam pasar

tunggal Uni Eropa.66


65
Springford, John. 2019. “Boris Johnson and Brexit: What to Expect”. Diakses pada tanggal 19
Januari 2020, https://www.cer.eu/insights/boris-johnson-and-brexit-what-expect
66
O’Caroll, Lisa. 2019. “Boris Johnson’s Brexit alternative to Irish backstop: what’s new”.
Diakses pada tanggal 19 Januari 2020, https://www.theguardian.com/politics/2019/oct/02/boris-

74
17 Oktober 2019 PM Johnson setuju Dengan adanya penyesuaian

dengan kesepakatan pe- kesepakatan terkait Irlandia,

narikan Brexit dengan PM Johnson menyetujui ke-

Uni Eropa sepakatan penarikan Brexit

yang baru. Hal tersebut

disampaikannya lewat media

Twitter.67
28 Oktober 2019 Uni Eropa menunda Setelah tiga kali ditunda, Uni

masa tenggang hingga Eropa kembali mengganti masa

31 Januari 2020 tenggang pengajuan kesepa-

katan penarikan Brexit setelah

mengadakan pertemuan

dengan 27 perwakilan negara

anggota. Penambahan masa

tenggang ini memberikan

Pemerintah Inggris waktu

untuk menye-tujui kesepakatan

penarikan Brexit yang telah

dibuat PM Johnson dengan 27

perwakilan negara Uni Eropa.68


12 Desember 2019 PM Johnson memenang- Boris Johnson memenangkan

johnsons-brexit-alternative-to-the-irish-backstop-whats-new
67
Ellyatt, Holly. 2019. “UK and EU strike new Brexit deal in last-ditch talks”. Diakses pada
tanggal 19 Januari 2020, https://www.cnbc.com/2019/10/17/uk-and-eu-agree-on-new-brexit-deal-
boris-johnson-says.html
68
Amaro, Silvia. 2019. “EU agrees to give the UK a Brexit extension until January 31”, diakses
pada tanggal 19 Januari 2020, https://www.cnbc.com/2019/10/28/the-eu-discusses-three-month-
brexit-extension.html

75
kan pemilihan umum mayoritas suara mengalahkan

lawannya Jeremy Corbyn.


9 Januari 2020 Kesepakatan penarikan Hal ini sudah diperkirakan

Brexit disetujui mayori- sebelumnya, mengingat keme-

tas parlemen dalam nangan PM Johnson dalam

“House of Commons” pemilihan umum dimana ia

memenangkan mayoritas suara.

4.7. “No Deal” Brexit

Kemungkinan terjadinya Brexit tanpa kesepakatan perjanjian penarikan

dengan Uni Eropa pada saat PM Johnson baru menjabat begitu besar karena

pernyataan PM Johnson bahwa ia tidak akan melakukan negosiasi dengan Uni

Eropa jika persoalan Irlandia di kesepakatan penarikan yang sebelumnya dibuat

dengan Theresa May belum diubah. Uni Eropa kemudian membalas pernyataan

tersebut dengan pernyataan bahwa kesepakatan yang akan dibuat dengan

Pemerintah Inggris harus berdasarkan kesepakatan penarikan yang telah dibuat

sebelumnya, termasuk permasalahan Irlandia. Tidak ada kesepakatan sampai pada

tahap ini.

Dalam artikelnya di euronews.com, Sandford menyampaikan jika Inggris

meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan, pengaturan hukum yang ada

sebelumnya akan tiba-tiba berhenti berlaku dan banyak aspek kehidupan sehari-

hari akan terpengaruh. Persiapan untuk skenario tanpa kesepakatan telah

ditingkatkan di Inggris, demikian pula peringatan akan konsekuensi yang merusak

76
ekonomi dan hubungan Inggris - Uni Eropa di masa depan.69 Jika demikian, tidak

akan ada periode transisi. Inggris akan segera meninggalkan pasar tunggal dan

serikat pabean, serta lembaga Uni Eropa lainnya. 70

Meskipun masih kemungkinan, baik Uni Eropa maupun Inggris sama-

sama tidak menginginkan Brexit terjadi tanpa kesepakatan perjanjian penarikan.

Beberapa kemungkinan yang diperkirakan akan terjadi jika Inggris meninggalkan

Uni Eropa tanpa kesepakatan tersebut antara lain:

1. Perdagangan
Kemungkinan Inggris harus kembali ke aturan Organisasi

Perdagangan Dunia tentang perdagangan. Sementara Inggris tidak

lagi terikat oleh peraturan UE, Inggris harus menghadapi tarif

eksternal Uni Eropa. Dampak lainnya bisa jadi harga barang-

barang impor di toko-toko untuk orang Inggris menjadi lebih

tinggi. Pabrik-pabrik akan memindahkan operasinya ke Uni Eropa

untuk menghindari keterlambatan komponen yang melintasi

perbatasan.
2. Warga negara Inggris dan Uni Eropa
Baik Pemerintahan Inggris maupun Uni Eropa akan mengatur

kembali kebijakan imigrasinya masing-masing. Warga negara Uni

Eropa yang tinggal di Inggris dapat mengajukan permohonan status

menetap untuk tetap tinggal meskipun Brexit tidak ada

69
Sandford, Alasdair. 2019. “No-deal Brexit: everything you need to know”, diakses pada tanggal
19 Januari 2020, https://www.euronews.com/2019/02/22/no-deal-brexit-everything-you-need-to-
know
70
Sandu, Serina. 2019. “What is a no-deal Brexit? Consequences of the UK leaving the UE
without a deal”, diakses pada tanggal 19 Januari 2020, https://inews.co.uk/news/politics/brexit/no-
deal-brexit-what-meaning-uk-leave-uk-consequences-67511

77
kesepakatan. Warga negara Inggris yang tinggal di luar negeri

disarankan untuk melalui proses serupa di negara tempat tinggal

mereka. Akan ada proses yang lama di perbatasan jika pemeriksaan

paspor dan bea cukai ditingkatkan. Dan ada kekhawatiran bahwa

harga makanan bisa naik, dan mungkin ada kekurangan barang,

termasuk obat-obatan.
3. Hukum
Inggris tidak lagi harus mematuhi putusan Pengadilan Eropa tetapi

akan terikat ke Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa, sebuah

badan non-Uni Eropa.


4. Masalah finansial
Pemerintah Inggris tidak perlu lagi membayar miliaran ke

anggaran Uni Eropa. Namun Inggris akan kehilangan beberapa

subsidi Uni Eropa seperti Kebijakan Pertanian Bersama

memberikan dukungan keuangan senilai £ 3,5 miliar kepada petani

pada 2018 kepada Inggris.


5. Perbatasan Irlandia
Masalah perbatasan Irlandia masih belum terselesaikan. Sementara

infrastruktur fisik telah diveto, perbatasan akan menjadi perbatasan

eksternal untuk Uni Eropa jika Brexit tidak ada kesepakatan. Tetapi

Pemerintah Inggris mengatakan akan tetap bertujuan untuk

menghindari perbatasan yang keras dan untuk sementara waktu

tidak akan ada tarif baru untuk barang-barang yang melintasi

perbatasan dari Irlandia ke Irlandia Utara.71

71
Ibid

78
Tenggat waktu pada masa itu adalah 31 Oktober 2018. Pemerintah Inggris

dihadapkan pada pilihan antara keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan atau

mencabut penggunaan Pasal 50 Perjanjian Lisbon yang diajukan PM Theresa May

kepada Uni Eropa, atau dengan membuat kesepakatan baru. Sebab tenggat waktu

yang sudah dekat, maka tidak mungkin bagi Pemerintah Inggris dan Uni Eropa

untuk melakukan negosiasi ulang kesepakatan penarikan Brexit. Begitu juga

dengan pencabuatan penggunaan Pasal 50 Perjanjian Lisbon karena mayoritas

majelis Inggris setuju dengan Brexit.

PM Johnson sadar akan keputusan Uni Eropa yang tegas akan kesepakatan

yang telah disetujui sebelumnya. Ia melihat, jika Inggris keluar tanpa kesepakatan

maka dampaknya akan mengejutkan seperti jatuhnya pasar keuangan, kepanikan

dalam jual beli, menyulitkan investor asing, termasuk ancaman petani yang akan

menyembelih ternaknya, ketegangan meningkat di Irlandia Utara dan

nasionalisme melonjak di Skotlandia. Kondisi yang merugikan tersebut harus

dihindari karena dalam waktu dekat akan diadakan pemilihan umum karena akan

berdampak pada popularitasnya sebagai Perdana Menteri.72

PM Johnson mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang cukup

menyulitkan kedua belah pihak tersebut dan mulai menawarkan negosiasi dengan

Uni Eropa untuk mengubah beberapa poin kesepakatan penarikan yang

mengganjal bagi Pemerintah Inggris, terutama masalah perbatasan Irlandia.

72
Grant, Charles. 2019. “A no deal Brexit is inevitable”, diakses pada tanggal 19 Januari 2020,
https://www.cer.eu/insights/no-deal-brexit-not-inevitable

79
Setelah beberapa kali negosiasi, kesepakatan baru pun terjadi antara Pemerintah

Inggris dan Uni Eropa sesaat sebelum pemilihan umum berlangsung di Inggris.

Hasil negosiasi kesepakatan Uni Eropa dengan pemerintahan yang

dipimpinnya menjadi bahan kampanye yang kuat dan janji yang sudah lama

ditunggu oleh rakyat Inggris. Berbeda dengan lawannya, Jeremy Corbyn yang

menawarkan referendum lainnya dan pemungutan suara kedua atas kemerdekaan


73
Skotlandia. Hasil pemilihan umum tersebut memenangkan Boris Johnson

dengan perolehan mayoritas suara.

Hasil pemilihan umum ini dinilai luar biasa bagi Partai Konservatif. Lebih

baik dari yang telah diperkirakan. PM Johnson telah memenangkan mayoritas

yang memungkinkan Boris Johnson memastikan Brexit akan terjadi Januari 2020.

Pemilihan umum yang dilakukan menunjukkan perpecahan yang terjadi di dalam

badan oposisi yaitu Partai Buruh. Beberapa anggota parlemen Partai Buruh ikut

memilih Boris Johnson sehinggga partai tersebut berada dalam posisi yang lebih

buruk. 74

Dengan kemenangan mayoritasnya di “House of Common” sangat tidak

mungkin Brexit akan terjadi tanpa kesepakatan penarikan. Kesepakatan penarikan

telah disetujui pada bulan November baik oleh Uni Eropa maupun Pemerintah

Inggris. Kesepakatan penarikan Brexit juga telah disetujui mayoritas dalam

“House of Commons” pada tanggal 9 Januari lalu.

73
BBC. 2019. “General election 2019: Conservative Party launches campaign”, diakses pada
tanggal 19 Januari 2020, https://www.bbc.com/news/election-2019-50311003
74
BBC. 2019. “Election results 2019: Boris Johnson returns to power with big majority”, diakses
pada tanggal 19 Januari 2020, https://www.bbc.com/news/election-2019-50765773

80
Kelebihan “No Deal” Brexit hanya terletak pada kemudahan Inggris untuk

lepas begitu saja dari Uni Eropa. Tidak ada proses kesepakatan yang berbelit-belit

antara Uni Eropa dan Inggris. Namun “No Deal” Brexit akan mengakibatkan

kejutan dalam bidang perdagangan, masalah kewarganegaraan, perubahan hukum,

denda yang harus dibayarkan dan bantuan Uni Eropa kepada Inggris yang akan

dibatalkan serta polemik perbatasan Irlandia Utara.

4.8. “Deal” Brexit

Perjanjian yang sedang diabadikan dalam undang-undang Inggris oleh

RUU Penarikan Perjanjian, juga mencakup rencana untuk periode transisi mulai

setelah hari Brexit pada tanggal 31 Januari. Berikut adalah poin utama dari

kesepakatan perceraian:

1. Periode Transisi
Jika Parlemen Inggris dan Parlemen Eropa memilih mendukung

perjanjian Brexit, Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada tanggal 31

Januari 2020. Ini akan diikuti oleh periode transisi, yang akan berlangsung

hingga 31 Desember 2020. Selama periode ini, semua peraturan dan

regulasi UE akan terus berlaku di Inggris. Tidak ada yang akan berubah

untuk bisnis atau untuk publik. Hal ini akan memberikan setiap orang

waktu lebih untuk mempersiapkan diri mereka untuk perjanjian baru yang

81
akan dibuat oleh Uni Eropa dan Inggris mengenai hubungan keduanya di

masa depan setelah 31 Desember 2020. 75


Jika Inggris dan Uni Eropa setuju, periode transisi ini dapat

diperpanjang sekali dua tahun, artinya itu bisa tetap berlaku sampai 31

Desember 2022. Namun PM Johnson mengatakan bahwa dia tidak akan

mencari perpanjangan. Transisi diberikan untuk memberikan kesinam-

bungan sampai kedua belah pihak menyetujui kemitraan baru, yang

mencakup segala sesuatu mulai dari perdagangan hingga hak dan

keamanan penangkapan ikan. Ketika kesepakatan perceraian pertama kali

dirancang, transisi akan berlangsung hampir dua tahun. Namun penundaan

Brexit telah mempersingkat transisi menjadi hanya 11 bulan.


Uni Eropa telah memperingatkan akan mustahil untuk menyepakati

perjanjian perdagangan bebas yang komprehensif dalam waktu itu, dan

London memiliki opsi untuk memperpanjang transisi satu atau dua tahun.

Tetapi Perdana Menteri Boris Johnson menegaskan tidak akan ada

perpanjangan. Hal itu meningkatkan spekulasi bahwa ia harus menerima

kesepakatan perdagangan yang kurang ambisius. Garis besar longgar dari

jenis hubungan yang diinginkan kedua belah pihak diatur dalam Deklarasi

Politik yang menyertai Perjanjian Penarikan Uni Eropa.76


2. Hak warga negara Uni Eropa
Kesepakatan Uni Eropa melindungi hak untuk hidup, bekerja,

belajar dan mengklaim layanan kesehatan dan manfaat sosial dari sekitar

3,6 juta warga Uni Eropa di Inggris, dan satu juta warga Inggris yang

tinggal di tempat lain di blok tersebut. RUU Perjanjian Penarikan Inggris


75
Government of Netherlands. 2020. “Brexit: Where do we stand?” diakses pada tanggal 19
Januari 2020, https://www.government.nl/topics/brexit/brexit-where-do-we-stand
76
Ibid

82
juga mencakup kesepakatan serupa yang berkaitan dengan warga Swiss,

Islandia, Liechtenstein dan Norwegia, yang berada di luar Uni Eropa tetapi

di dalam wilayah perdagangan bebas Eropa.


Di Inggris, warga negara Eropa yang tiba dalam periode transisi

harus mendaftar sebelum 30 Juni 2021, untuk mempertahankan hak-hak

mereka. Penduduk lebih dari lima tahun akan diberikan "status menetap",

atau cuti tak terbatas untuk tetap. Sementara itu untuk yang baru datang,

akan diizinkan untuk tinggal sampai mereka memenuhi ambang batas.

London mengatakan warga Uni Eropa yang tiba setelah transisi akan

tunduk pada aturan yang lebih ketat yang diterapkan pada kedatangan non-

Eropa. Tetapi Brussel dapat membuat pergerakan bebas terus menjadi

persyaratan jika Inggris ingin mempertahankan akses ke pasar tunggal Uni

Eropa.77
3. Penyelesaian finansial Inggris
Inggris telah setuju untuk menghormati komitmen yang dibuat

selama keanggotaan UE, dari investasi hingga pensiun staf, yang akan

dibayarkan saat pembayaran jatuh tempo. Tahun lalu angka itu mencapai £

39 miliar (44 miliar euro, $ 51 miliar pada saat itu), berdasarkan Inggris

meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019. Tiga penundaan Brexit

berikutnya, di mana Inggris terus membayar biaya keanggotaan penuh,

berarti tagihan akhir kemungkinan akan lebih tinggi.


4. Irlandia Utara.
Pengaturan untuk Irlandia Utara yang dikelola Inggris dalam

rancangan perjanjian sebelumnya memicu kemarahan di antara anggota

parlemen, dan ketika Johnson mulai menjabat Juli lalu, dia bersikeras

77
Ibid

83
untuk mengubahnya. Semua pihak sepakat tentang perlunya menghindari

pemeriksaan perbatasan antara Irlandia Utara dan anggota Uni Eropa,

Irlandia, untuk menghindari gangguan perdamaian yang rapuh di wilayah

yang dilanda kekerasan pada 1970-an, 1980-an dan 1990-an. Pendukung

Brexit menolak rencana awal untuk menjaga Inggris di bawah aturan

perdagangan Uni Eropa tetapi sistem baru tetap kontroversial. Di bawah

kesepakatan yang direvisi, Irlandia Utara tetap berada di wilayah pabean

Inggris, tetapi dalam praktiknya akan ada semacam perbatasan pabean

dengan Uni Eropa.


Barang-barang yang tiba dan tinggal di Irlandia Utara dari negara-

negara non-UE akan berada di bawah aturan bea cukai Inggris, sementara

barang-barang yang masuk ke Uni Eropa melalui Republik Irlandia akan

berada di bawah sistem Uni Eropa. Irlandia Utara akan tetap selaras

dengan Uni Eropa pada beberapa standar untuk memastikan makanan,

hewan, dan barang industri yang diizinkan dapat lebih mudah melintasi

perbatasan Irlandia.
Dalam upaya untuk meredakan kekhawatiran tentang rencana itu,

Uni Eropa dan Inggris sepakat bahwa itu akan tunduk pada persetujuan

oleh majelis yang dilimpahkan Irlandia Utara. Mayoritas sederhana harus

memilih kelanjutannya setiap empat tahun, atau delapan tahun jika ada

dukungan lintas-komunitas yang cukup besar. Jika pemungutan suara

gagal, protokol akan berhenti diterapkan dua tahun kemudian, memberi

kedua belah pihak waktu untuk mencoba menemukan alternatif yang bisa

diterapkan.78
78
Ibid

84
“Deal” Brexit memudahkan Inggris dan Uni Eropa dalam

menjalani kehidupan pasca-Brexit. Kesepakatan yang dibuat dalam

Perjanjian Penarikan menghindarkan Uni Eropa dan Inggris dari proses

transisi yang tergesa-gesa. Dalam masa transisi ini, Uni Eropa dan Inggris

dimungkinkan untuk membuat perjanjian-perjanjian kerjasama yang baru

yang diatur untuk menguntungkan kedua belah pihak pasca-Brexit. Proses

mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa terkait Perjanjian Penarikan serta

proses meminta persetujuan Parlemen Inggris, House of Commons, dan

House of Lords merupakan tantangan yang tidak mudah namun harus

dilewati pemerintah Inggris di masa Perdana Menteri Boris Johnson.

4.9. Proses Brexit 2020

Inggris sudah akan meninggalkan Uni Eropa per- 31 Januari 2020, namun

ini bukan akhir dari proses Brexit. Kedua belah pihak, Inggris dan Uni Eropa

harus menegosiasikan kebijkan-kebijakan baru untuk melanjutkan hubungan

setelah Brexit. Berikut adalah jadwal penting Brexit selama tahun 2020:

85
Gambar 2. Jadwal Proses Brexit tahun 202079
Sumber: bbc.com

Keterangannya adalah sebagai berikut:

1. Pertengahan Januari. Anggota parlemen Eropa bertemu untuk pertama

kalinya pada tahun 2020 dan menyetujui Perjanjian Penarikan, yaitu

dokumen yang menguraikan bagaimana Inggris harus meninggalkan Uni

Eropa. 541 halaman Sebelumnya Perjanjian Penarikan ini telah disetujui di

79
Barnes, Peter. 2020. “Brexit: What happens now?”. Diakses pada tanggal 19 Januari 2020.
https://www.bbc.com/news/uk-politics-46393399

86
“House of Commons” dan sedang dalam pengawasan lebih lanjut di

Parlemen.
2. 31 Januari 2020. Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa. Ini adalah

awal masa transisi. Dalam masa ini belum ada perubahan kebijakan terkait

bisnis dalam masyarakat Inggris. Namun, pemerintah Inggris akan

kehilangan hak suara di Uni Eropa, hukum Uni Eropa masih akan berlaku

di wilayah Inggris dan pemerintah Inggris akan dapat membuat

kesepakatan perdagangan dengan negara-negara dunia lainnya selama

periode ini.80
3. 25 Februari 2020. Para Perdana Menteri negara-negara Eropa dijadwalkan

bertemu di Brussels. Ini bisa menjadi saat ketika mereka menyetujui

mandat negosiasi baru dengan Michel Barnier, yang telah memimpin

proses Brexit dari pihak Eropa sejak permintaan resmi Inggris untuk

meninggalkan Uni Eropa pada tahun 2017. Ini berarti bahwa pembicaraan

tentang hubungan masa depan mereka dapat dimulai pada akhir Februari,

awal Maret.
4. Juni 2020. Pada bulan ini rencananya akan diadakan konferensi antara Uni

Eropa dan Inggris. Pada titik ini kedua belah pihak harus memutuskan

apakah mereka dapat menyelesaikan hubungan perdagangan baru mereka

pada akhir tahun 2020. Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan bahwa

ia tidak ingin memperpanjang transisi dan ia telah membuat undang-

undang terhadap penundaan lebih lanjut untuk proses Brexit.

80
Amaro, Silvia. 2019. “UK is set to exit the EU next month: Here are some important Brexit-
related dates of 2020”, diakses pada tanggal 18 Januari 2020,
https://www.cnbc.com/2019/12/30/here-are-the-main-brexit-dates-in-2020.html

87
5. November 2020. Para pejabat Uni Eropa mengatakan bahwa kesepakatan

perdagangan harus dinegosiasikan, diperiksa, diterjemahkan, dan

disampaikan kepada Parlemen Eropa pada bulan ini.


6. 31 Desember 2020. Asalkan tidak ada perpanjangan dan kesepakatan telah

tercapai, hari ini akan menandai saat ketika pengaturan baru dan hubungan

baru akan berlaku.81

81
Ibid

88

Anda mungkin juga menyukai