FInal 2
FInal 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini berangkat dari isu Brexit yang dibahas di beberapa penelitian
terdahulu berikut ini sebagai sumber informasi dan data yang dipakai untuk
1. Jurnal yang dibuat oleh Rakyan Rachman Bimoseno pada tahun 2015
Inggris dan Uni Eropa”. Kajian ini menarik kesimpulan bahwa rencana
Inggris untuk keluar dari Uni Eropa merupakan ide buruk, apalagi jika
keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan sangat buruk karena dapat memicu
23
Cameron merupakan sebuah proses yang bahkan dia sendiri tidak dapat
mengontrolnya.17
2. Skripsi yang dibuat oleh Mashita Dewi Tidore tentang “Dinamika
17
Bimoseno, Rakyan Rachman. 2015. “Signifikansi Rencana Referendum 2017 Terhadap Masa
Depan Inggris dan Uni Eropa”. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
18
Tidore, Mashita Dewi. 2017. “Dinamika Referendum Inggris di Uni Eropa, Studi Kasus:
Referendum Brexit”. Makassar: Universitas Hasanuddin.
24
memengaruhi keputusan David Cameron sehingga ia mengeluarkan
Inggris terhadap keanggotannya di Uni Eropa atau lebih dikenal dengan istilah
British Exit (Brexit). Penulis tetap tertarik untuk melakukan studi tentang
2016” karena hingga saat penelitian ini dilakukan, tenggat waktu “deal” atau “no
deal” masih berjalan hingga tanggal 31 Januari 2020. Hal tersebut memberikan
referendum Brexit serta kondisi politik, sosial, dan ekonomi selama masa
transisinya.
Landasan konsep dan teori adalah fondasi dalam sebuah penelitian. Seperti
yang diungkapkan oleh Sugiyono (2010), bahwa landasan teori itu perlu
ditegakkan agar penelitian itu memiliki dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
19
Pratiwi, Niken. 2017. “Pengaruh Tory Political Cabinet Terhadap Keputusan Referendum
British Exit (Brexit)”. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
25
perbuatan coba-coba (trial and error)20. Berikut adalah landasan konsep dan teori
ini dapat dilihat dari kondisi internalnya, baik dari kondisi politik-ekonomi,
militer, dan sosial-budaya. Kepentingan juga didasari suatu “power” yang ingin
pertimbangan negara agar dapat pengakuan dunia. Peran suatu negara dalam
memberikan bahan sebagai dasar dari kepentinga nasional tidak dipungkiri akan
berbagai macam hal yang secara logika, kesamaan dengan isinya, konsep ini
ditentukan oleh tradisi politik dan konteks kultural dalam politik luar negeri
bersifat vital atau esensial juga kepentingan nasional yang bersifat non-vital atau
20
Sugiyono. 2010. “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&L”
Bandung: Alfabeta.
21
Sitepu, P. Antonius. 2011. “Studi Hubungan Internasional”. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 163
22
Sitepu, P. Antonius. 2011. Op,Cit. Hal.165
26
kelangsungan hidup negara tersebut serta nilai-nilai inti (core values) yang
vital atau sekunder tidak berhubungan secara langsung dengan eksistensi negara
itu namun tetap diperjuangkan melalui kebijakan luar negeri. 23 Kepentingan vital
menjelaskan seberapa jauh kepentingan tersebut ada dan digunakan, dimana lebih
kepada keadaan darurat suatu negara sehingga harus segera diputuskan. Berbeda
namun hasilnya dan fungsinya dapat dirasakan lebih baik dikemudian hari dengan
Eropa. Konsep ini cocok untuk diasosiasikan dengan Inggris yang mengundurkan
23
Jemadu, Aleksius. 2008. “Politik Global dalam Teori dan Praktik”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hal. 67-69
27
kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian
yang timbul.24
Eropa dan Inggris. Tujuan didirikannya Uni Eropa cukup banyak tergambar dalam
pada satu ujung spektrum, berdasarkan pada norma dan aturan yang
(secara relatif) dengan baik oleh kepemimpinan kuat suatu negara dan negara-
negara sekutunya. Di ujung lain dari spektrum ini, kita menemukan bilateralisme
menggambarkan situasi di mana negara yang kuat seorang diri (tanpa persetujuan
24
Suherman, Ade Maman, 2003. “Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional
Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi”. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, hal. 45
25
Tago, Atsushi. 2017. “Multilateralism, Bilateralism, and Unilateralism in Foreign Policy”.
Diakses pada tanggal 17 Januari 2020,
https://oxfordre.com/politics/view/10.1093/acrefore/9780190228637.001.0001/acrefore-
9780190228637-e-449
28
Dalam kerjasama multilateral terdapat perjanjian multilateral. Yang
diadakan oleh lebih dari dua negara. Biasanya perjanjian ini mangatur hal-hal
negara lain yang tidak turut (bukan peserta) dalam perjanjian multilateral
penting peranannya. Menurut sejarah, asal kata kedaulatan berasal dari bahasa
Inggris yang dikenal dengan istilah sovereignity. Tiap negara memiliki sifat
kedaulatan yang melekat padanya, karena kedaulatan merupakan sifat atau ciri
hakiki dari suatu negara. Bila dikatakan suatu negara berdaulat, maka makna yang
tergantung adalah negara itu mempunyai suatu kekuasaan tertinggi dan secara de
facto menguasai.27
26
Rustandi, Ahmad dan Zul Afdi Ardian. 1988. “Tata Negara Jilid 2”, hal. 176
27
Suherman E., 1984. “Wilayah Udara dan Wilayah Dirgantara”. Bandung: Penerbit Alumni, hal.
4
28
Nkambo Mugerwa dalam Boer Mauna. 2005. “Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global”. Bandung: PT. Alumni, hal. 24-25
29
a. Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap negara untuk secara
kelompok lain tanpa kekangan, tekanan, atau pengawasan dari negara lain.
b. Aspek intern kedaulatan adalah hak atau kewenangan eksklusif suatu
(negative/positif).
kerangka analisa. Inggris, dalam mencapai tujuan dalam dan luar negerinya telah
dengan Uni Eropa sudah mulai dikaji ulang di dalam pemerintahan Inggris.
30
Dalam kerjasama multilateral dengan Uni Eropa terdapat standar-standar
rakyat Inggris yang memilih agar Inggris keluar dari Uni Eropa, kerjasama
negaranya serta secara de facto pun demikian. Inggris ingin berdaulat kembali
Proses Brexit melalui tiga periode Perdana Menteri yang berbeda yaitu PM
dilakukan. Tidak ada kesepakatan antara Uni Eropa dan Pemerintah Inggris pada
Eropa resmi dikirim dan proses kesepakatan perjanjian penarikan dengan Uni
dari Parlemen Inggris terkait poin kesepakatan tentang perbatasan Irlandia Utara.
Partai Konservatif yang dipimpin PM May kalah dalam pemilu karena dianggap
tidak becus mengurusi perjanjian penarikan Uni Eropa sehingga muncul gerakan
untuk mundur dari Uni Eropa tanpa perjanjian penarikan (no deal). Beberapa
31
Awalnya, PM Johnson mengkampanyekan Brexit tanpa perjanjian
penarikan namun hal itu tidak mungkin dilakukan karena akan memicu
perjanjian dengan Uni Eropa, maka akan terjadi perubahan yang tiba-tiba pada
penarikan yang dibuat pada masa pemerintahan PM May dengan Uni Eropa,
Johnson antara Uni Eropa terkait perjanjian penarikan yang dibuat mendapatkan
dukungan Parlemen Inggris, hal ini terkait kemenangannya pada pemilu yang
disetujui oleh Parlemen Uni Eropa sendiri, juga oleh House of Commons. Saat ini
32
Mundurnya Inggris dari Keanggotaan Uni Eropa
Melalui Referendum Brexit 2016
Brexit dengan
Kesepakatan Penarikan
yang Dibuat PM Johnson
& Uni Eropa
33