Anda di halaman 1dari 25

PROFIL KASUS KISTOMA OVARIUM

DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2016

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh :
Yanuar Mahatma Hata Sari
20120310108

Diajukan Kepada :
dr. I Nyoman Tritia W, Sp. OG

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

PROFIL KASUS KISTOMA OVARIUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI


BANTUL

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh :
Yanuar Mahatma Hata Sari
20120310108

Telah dipresentasikan dan disetujui


Bantul, …………………….....

Dokter Penguji :

dr. I Nyoman Tritia W, Sp. OG

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 4
B. Tujuan................................................................................................................................... 6
BAB II .............................................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................... 7
A. Kista...................................................................................................................................... 7
B. Anatomi Ovarium ............................................................................................................... 18
BAB III ........................................................................................................................................... 20
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 20
BAB IV........................................................................................................................................... 23
KESIMPULAN .............................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan memiliki berbagai macam ruang lingkup yang harus dipenuhi. Salah

satu ruang lingkupnya adalah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah keadaan

sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit

atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi baik pada

laki-laki dan wanita (Depkes RI, 2009).

Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan reproduksi, diantaranya penyakit

yang berkaitan dengan sistem reproduksi. Kista ovarium adalah suatu penyakit gangguan

organ reproduksi wanita. Kista ovarium merupakan tumor jinak ginekologi yang paling

sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya (Depkes RI, 2011).

Kista ovarium adalah suatu kantong berisi cairan seperti balon berisi air yang

terdapat di ovarium (Owen, 2005). Kista merupakan kantong yang berisi cairan dan dapat

berlokasi di bagian mana saja dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat

terbentuk. Tipe kista ovarium yang paling umum dinamakan kista fungsional, yang

biasanya terbentuk selama siklus menstruasi normal. Setiap bulan, ovarium seorang

wanita tumbuh kista kecil yang menahan sel telur. Ketika sebuah sel telur matur, kantung

membuka untuk mengeluarkan sel telur, sehingga dapat berjalan melewati tuba falopii

untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung pecah. Salah satu tipe dari kista

fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini tidak terbuka untuk

mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini biasanya akan menghilang setelah

satu sampai tiga bulan. Kista korpus luteum, bentuk lain dari kista fungsional, terbentuk

apabila kantung kista ini tidak menghilang. Malahan kantung kista menutup lagi setelah

sel telur dikeluarkan (Wiknjosastro, 2007).

4
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium

merupakan pembunuh yang diam-diam (silent killer). Karena, memang seringkali

penderita tidak ada perasaan apa-apa. Kalaupun terjadi keluhan biasanya sudah lanjut

misalnya: sering kembung, teraba massa atau ada benjolan di perut bagian bawah,

gangguan pencernaan, dan lain-lain. Sampai sekarang belum ada cara deteksi dini yang

sederhana untuk memeriksa adanya keganasan ovarium itu. Sekarang ini yang bisa

dipakai masih menggunakan USG, tetapi itu agak sulit kalau diterapkan secara massal

karena biayanya cukup mahal. Berbeda halnya dengan kanker serviks yang bisa dideteksi

dini dengan papsmear (Moeloek FA,2006). Orang yang menggunakan pil KB risiko

terjadinya kanker ovarium bisa lebih kecil. Karena kanker ovarium itu terjadi apabila

ovarium aktif mengalami pertumbuhan folikel. Tapi dengan menggunakan kontrasepsi

hormonal terutama pil KB, proses itu pada ovarium ditekan, sehingga risikonya terjadi

keganasan pada ovarium menurun. Kista ovarium ini bisa juga terjadi pada anak-anak,

bahkan ketika masih bayi, pada remaja sampai orang tua. Tetapi kebanyakan dialami

wanita berusia di atas 40 tahun. Bahkan, pada bayi dalam kandungan bisa ditemukan kista

ovarium. Pada ibu hamil yang terdapat kista, bila menutupi jalan lahir kistanya bisa

dioperasi saat hamil. Tetapi jika kistanya tidak menutupi jalan lahir, kista dapat dioperasi

setelah melahirkan (Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004).

Di Amerika pada tahun 2009 diperkirakan jumlah penderita keseluruhan kista

ovarium sebanyak 20.180 orang, yang meninggal sebanyak 15.310 orang, dan yang masih

menderita penyakit sebanyak 4.870 orang. Angka kejadian Kista Ovarium di Aia semakin

tinggi pada tahun 2010 sebanyak 60.113 penderita yang meninggal 21.004 orang dan

masih menderita sebanyak 39.109.

Di Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita subur disebabkan oleh masalah

yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit system reproduksi yang

5
lain, misalnya kista ovarium (Depkes RI, 2011). Insiden di Indonesia ditemukan 2,39-

11,7% kista ovarium pada semua kasus ginekologi yang dirawat.

B. Tujuan

Mengetahui data dan jumlah pasien kista ovarium di RSUD Panembahan

Senopati Bantul tahun 2016.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kista

1. Definisi

Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong yang tumbuh abnormal di

bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah atau bahan-bahan lain.

Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semi solid yang

tumbuh pada sekitar ovarium.

Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non neoplastik.

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat,

jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan tumor ovarium yang paling

sering dijumpai ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor Ovarium yang

cukup besar dapat menyebabkn kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-

halangi masuknya kepala kedalam panggul (Wiknjosastro,2007).

Kista ovarium adalah tumor jinak yang diduga timbul dari bagian ovum yang

normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri atas sel-

sel embrional yang tidak berdiferensiasi, kista ini tumbuh lambat dan ditemukan selama

pembedahan yang mengandung material sebasea kental berwarna kuning yang timbul dari

lapisan kulit (Smeltzer,2002).

2. Jenis Kista

Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non neoplastik dan

neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri

setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun

hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya. (Prawirohardjo,2002)

7
Kista ovarium neoplastik jinak diantaranya: (Mansjoer, 2000)

a. Kistoma Ovarium Simpleks

Kistoma ovarium simpleks merupakan kista yang permukaannya rata dan halus,

biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis

berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan

pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.

b. Kistadenoma Ovarium Musinosum

Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat besar.

Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga

timbul perlekatan kista dengan omentum, usus-usus, dan peritoneum parietale. Selain

itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi musin yang terus bertambah

akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista in vito

tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung

besarnya kista.

c. Kistadenoma Ovarium Serosum

Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, tapi jika

multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak

sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites.

Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarium musinosum.

d. Kista Dermoid

Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi

sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm. Bentuk cairan kista

ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel

lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan dan

agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi

8
ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui

proses patogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah

karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar

di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dermoid bersama

seluruh ovarium.

Kista non neoplastik terdiri dari (Prawirohardjo, 2002):

a. Kista Folikel

Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh

terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di

bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan

membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya

dengan diameter 1 – 1,5 cm. Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian

dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan

tetapi karena tekanan di dalam kista, maka terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan

dalam kista berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab itu,

kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat laun

dapat mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun

menghilang. Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat

ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang

sendiri.

b. Kista Korpus Luteum

Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus

albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum

persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista,

berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus

9
luteum lebih jarang dari pada kista folikel. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna

kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum

dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak

teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan

perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam

perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam

diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan

operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis.

Penanganan kista korpus luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam

hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum

diangkat tanpa mengorbankan ovarium.

c. Kista Lutein

Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan

tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan

bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi

sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi

seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat

pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola

atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.

d. Kista Inklusi Germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel

germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada wanita

yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya

secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat

10
waktu operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas

satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.

e. Kista Endometriosis

Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput

dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang

menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena

berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis

yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal dari sel-sel

selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi menahun,

misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam

selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan

selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena

berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan tumpah

dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi

ini merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang

dikenal dengan endometriosis. Karena sifat penyusupannya yang perlahan,

endometriosis sering disebut kanker jinak.

f. Kista Stein-Leventhal

Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya

licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein-

Leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya

pada penderita terhadap gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya

dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.

Menurut Nugroho, klasifikasi kista terdiri dari: (Nugroho,2010)

11
a. Tipe Kista Normal

Tipe kista yang termasuk dalam kista normal adalah kista fungsional. Kista tersebut

merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari

sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.

Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk

melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah,

kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista

fungsional terdiri dari kista folikel dan kista luteum. Keduanya tidak mengganggu,

tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang dengan sendiri dalam waktu 6-8

minggu.

b. Tipe Kista Abnormal

Jenis kista yang termasuk pada kista abnormal adalah kistadenoma, kista coklat

(endometrioma), kista dermoid, kista endometriosis, kista hemorrhage, dan kista

Lutein. Kistadenoma merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.

Biasanya bersifat jinak, tetapi dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri. Kista

Coklat merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Kista ini berisi timbunan

darah yang berwarna coklat kehitaman. Kista Dermoid merupakan kista yang berisi

berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista dapat

ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak

menimbulkan gejala. Kista Endometriosis merupakan kista yang terjadi karena ada

bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan

dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri

hebat. Kista Hemorrhage merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan

sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah. Kista Lutein

merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Beberapa tipe kista lutein antara

12
lain Kista Granulosa Lutein merupakan kista yang terjadi di dalam korpus luteum

ovarium yang fungsional. Kista yang timbul pada permulaan kehamilan ini dapat

membesar akibat dari penimbunan darah yang berlebihan saat menstruasi dan bukan

akibat dari tumor. Diameternya yang mencapai 5-6 cm menyebabkan rasa tidak enak

di daerah panggul. Jika pecah, akan terjadi perdarahan di rongga perut. Pada wanita

yang tidak hamil, kista ini menyebabkan menstruasi terlambat, diikuti perdarahan

yang tidak teratur. Kemudian Kista Theca Lutein merupakan kista yang berisi cairan

bening dan berwarna seperti jerami.Timbulnya kista ini berkaitan dengan tumor

ovarium dan terapi hormonal. Dan kista polikistik ovarium merupakan kista yang

terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu.

Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista

ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan

untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.

3. Epidemiologi

Angka kejadian kista sering terjadi pada wanita berusia produktif. Jarang sekali di

bawah umur 20 maupun di atas 50 tahun. Kista Ovarium ditemukan pada hampir semua

wanita premenopause dan pada 18% wanita post menopause. Insiden yag sering terjadi

pada wanita usia 30- 54 tahun dan yang paling tinggi adalah wanita dengan kulit putih

(William, 2007).

Di Indonesia sekitar 25-50 % kematian wanita usia subur disebabkan oleh

masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, serta penyakit yang mengenai

sistem reproduksi misalnya kista ovarium (Manuaba, 2010).

Di Amerika insidensi kista ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000

populasi pada tahun 1988 sampai 1991. Sebagian besar kista adalah kista fungsional dan

jinak. Di Amerika karsinoma ovarium didiagnosa pada kira-kira 22.000 wanita, kematian

13
sebanyak 16.000 orang. Berdasarkan data yang diperoleh CDC di Amerika pada tahun

2011 insidensi kanker ovarium tertinggi terjadi di kota New York, Columbia dan

Washington dengan interval 12,5-14,9 per 100.000 penduduk. Dan yang paling rendah

terjadi di kota Hawaii, Virginia, dan Louisiana dengan interval 7,5-10,4 per 100.000

penduduk (Fadhilah, 2014).

4. Etiologi

Penyebab pasti dari penyakit kista Ovarium belum diketahui secara pasti. Akan

tetapi salah satu pemicunya adalah faktor hormonal. Penyebab terjadinya kista ovarium

ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan. Beberapa faktor resiko yang

mempengaruhi terjadinya kista ovarium adalah

a. Gangguan pembentukan hormone

Kista ovarium disebabkan oleh 2 gangguan (pembentukan) hormon yaitu pada

mekanisme umpan balik ovarium dan hipotalamus. Estrogen merupakan

hormone yang disekresi oleh ovarium sebagai respon hipersekresi folikel

stimulasi hormon. Dalam menggunakan obat-obatan yang merangsang ovulasi

atau pada pola hidup yang tidak sehat bisa menyebabkan gangguan hormon

yang pada akhirnya dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon.

Gangguan keseimbangan hormon dapat berupa peningkatan hormon

Luteinizing Hormon (LH) yang menetap sehingga dapat menyebabkan

ganguan ovulasi (Mansjoer, 2000).

b. Memiliki Riwayat kista ovarium atau keluarga memiliki riwayat kista ovarium

(Wiknjosastro, 2007)

c. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen)

(William,2007)

d. Pada pengobatan infertilitas

14
Pasien infertilitas dengan induksi ovulasi menggunakan gonadotropin atau

agen lainnya, seperti clomiphene citrate atau letrozole, dapat menumbuhkan

kista sebagai bagian dari sindrom hiperstimulasi ovarium (William, 2007)

e. Gaya hidup yang tidak sehat

Gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit kista ovarium.

Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan kebiasaan merokok risiko

dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh

menurun. Selain dikarenakan merokok pola makan yang tidak sehat seperti

konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat tambahan pada makanan,

konsumsi alcohol dapat juga meningkatkan risiko menderita kista ovarium

(Bustam,2007). Pada wanita yang sudah menopause kista fungsional tidak

terbentuk karena menurunnya aktivitas indung telur (Manuaba,2010).

5. Tanda dan Gejala

Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala dalam

waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Sebagian gejala

dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor

tersebut. Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid. Dapat juga terjadi peregangan

atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat

bersenggama. Jika tumor sudah menekan rectum atau kandung kemih mungkin terjadi

konstipasi atau sering berkemih.

Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya ascites

(penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum dan organ di dalam

rongga perut lainnya seperti usus dan hati. Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada

rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita

merasa sesak napas.

15
Pada umumnya gejala yang timbul dan patognomonik adalah:

a. Penekanan terhadap vesika dan rektum.


b. Perut terasa penuh
c. Pembesaran perut
d. Perdarahan (jarang)
e. Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)
f. Sesak napas, oedema tungkai (pada tumor yang sangat besar)
6. Diagnosis

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan

atau rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan,

konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlu ditentukan jenis tumor tersebut.

Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika

tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu

konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kemih penuh,

sehingga anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan.

Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium dapat

menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang

sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites,

akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran

ini biasanya dapat diatasi.

Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor

ovarium, maka perlu diketahui apakah tumor yang ditemukan ialah tumor

ovarium maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau non-

neoplastik. Tumor non-neoplastik akibat peradangan umumnya dalam

anamnesis menunjukkan gejala kearah peradangan genital dan pada

pemeriksaan tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan kerena

16
perlengketan. Kista non-neoplastik umumnya tidak menjadi besar dan

diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.

7. Pemeriksaan Penunjang

Tidak jarang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian

sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis

yang tajam dari gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan

diferensial diagnosis. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu

menegakkan diagnosis adalah:

a. L a p a r o s k o p i

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor

berasal dari ovarium atau bukan, serta untuk menentukan sifat tumor itu.

b. U l t r a s o n o g r a f i

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor

berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau

solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas

dan yang tidak.

c. F o t o R o n t g e n

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks. Selanjutnya,

pada kista dermoid kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

d. P a r a s i n t e s i s

Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu

diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari cavum

peritoneum dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) kista abnormal dapat

memberikan gambaran kantung dengan banyak ruang dan terlihat

17
pertumbuhan sel yang menonjol dari dinding dalam kista. Ini membuat

permukaan kista menjadi bergigi atau tidak mulus. Dan tidak seperti kista

fungsional yang hanya terisi cairan kista abnormal memperlihatkan campuran

cairan kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid.

B. Anatomi Ovarium

Ovarium biasa disebut dengan indung telur. Ovarium memiliki ukuran kurang

lebih sebesar ibu jari tangan. Kira-kira lebar 4 cm dan tebal kira-kira 1,5 cm. ovarium

terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (cortex) dan bagian dalam (medulla). Pada cortex

terdapat folikel-folikel primordial. Pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf dan

pembuluh limpa (Anggun, 2012).

Ovarium terletak antara Rahim dan panggul dan disamping kanan-kiri uterus yang

menghasilkan hormon estrogen dan progesterone, mempengaruhi kerja uterus serta

memberikan sifat kewanitaan dan mempunyai dampak dalam mengatur proses menstruasi

(Prawirohardjo,2010).

Ovarium berbentuk bulat lonjong agak pipih, permukaan halus dan ukurannya

bervariasi sesuai dengan pertambahan usia. Gambaran ovarium bayi baru lahir warna

agak coklat, memanjang, struktur rata. Ukuranya kira-kira 1,3 x 0,5 x0,3 cm, beratnya

kurang dari 0.3 gram, dengan bertambahnya usia, ovarium juga bertambah besar dan saat

usia prepubertas dijumpai follicle kistik yang dominan yang hampir mirip dengan

penyakit polikistik ovariun. Pada periode reproduksi, ovarium berbentuk agak oval,

ukuran (3-5cm) x (1,5-3,0cm) x (0.6-1,5) cm dan berat kira-kira 5-8 gram, warna putih

kemerah-merahan dan permukaan lebih halus. Pada pemotongan dijumpai follikel-follikel

kistik, korpous lutea warna kuning, korpus albikan warna putih umumnya dijumpai di

korteks dan medula. Wanita post menopause ovariumnya bertambah kecil. Ukurannya

18
bervariasi, ada yang lisut/berkerut, gyriform, dan konsistensi biasanya padat

(wiknjosastro,2005).

Produksi telur pada perempuan sesuai dengan usia adalah :

a. Saat bayi lahir : mempunyai sel telur 750.000

b. Umur 6-15 tahun : mempunyai sel telur 439.000

c. Umur 6-25 tahun : mempunyai sel telur 159.000

d. Umur 26-35 tahun : mempunyai sel telur 59.000

e. Umur 35-45 tahun : mempunyai sel telur 34.000

f. Masa menopause semua telur menghilang.


Indung telur merupakan sumber hormonal perempuan yang paling utama, sehingga

mempunyai peranan dalam mengatur proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur

( ovum ) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.

19
BAB III

PEMBAHASAN

Data Profil kistoma ovarium di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2016

didapatkan dari buku catatan register kasus Ginekologi dari bangsal Alamanda 2 dan

Alamanda 3, dan juga dikonfirmasi dengan buku catatan register ginekologi dari ruang

bersalin selama periode Januari - Desember 2016.

Dari catatan tersebut didapatkan jumlah keseluruhan kasus Kista selama tahun

2016 di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebanyak 69 kasus. Kasus terbanyak adalah

kista ovarium dengan 46 kasus, diikuti 15 kasus kista bartolini, 3 kasus kista gartner, dan

5 kasus kista coklat.

Kasus Kista di RSUD Panembahan


Senopati Bantul tahun 2016
50

40 46

30

20

10 15
5 3
0
Kista ovarium Kista Bartolini Kista Cokelat Kista Gartner

Dalam presentasi kasus ini akan di fokuskan pada kasus kista ovarium yang ada di

RSUD Panembahan Senopati periode Januari sampai Desember 2016. Data didapatkan

dari buku catatan register ginekologi bangsal Alamanda 2 dan Alamanda 3 sebanyak 46

data pasien dengan kista ovarium. Dalam periode tersebut kasus terbanyak ada pada bulan

Februari dan Desember sebanyak 6 kasus kista ovarium.

20
Angka Kejadian Kista Ovarium
Bulan Januari-Desember 2016 RSPS Bantul
6
5
4
3
2
1
0

Kejadian kista ovarium yang ada RSUD Panembahan Senopati tahun 2016

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok umur yang dijabarkan dalam tabel di bawah.

Kejadian paling tinggi pada kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 16 pasien, diikuti

dengan kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan kelompok usia yang >60 tahun terdapat 3

pasien. Ini sesuai dengan teori dimana dikatakan bahwa kista ovarium merupakan kasus

yang paling sering ditemui pada wanita usia subur.

Kista ovarium berdasarkan kelompok usia


di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2016
18
16
14 16

12
10 12

8 9
6
4
2 4
2 2 0 1
0
10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89

21
Jika dilihat dari paritas pasien yang mengalami kasus kista ovarium kebanyakan

pada wanita dengan paritas lebih dari satu kali, yaitu sebanyak 26 pasien, pada primipara

sebanyak 13 kasus, dan pada nulipara terdapat 7 kasus kista ovarium.

Status Paritas Pasien Kista Ovarium


RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2016
Nulipara Primipara Multipara

26 13

22
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan Penelitian

Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non neoplastik.

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat,

jinak atau ganas yang berada di ovarium. Kista ovarium adalah tumor jinak yang diduga

timbul dari bagian ovum yang normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya tidak

teridentifikasi dan terdiri atas sel-sel embrional yang tidak berdiferensiasi, kista ini

tumbuh lambat dan ditemukan selama pembedahan yang mengandung material sebasea

kental berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit (Smeltzer,2002).

Dari data yang dijabarkan diatas bisa dilihat bahwa kasus kista ovarium banyak

terjadi pada wanita dengan kelompok umur 40-49 tahun ada 16 pasien, kelompok usia 30-

39 tahun 12 pasien, dan 9 pasien pada kelompok usia 50-59 tahun. Dalam tinjauan

pustaka menurut William (2007), juga disebutkan bahwa insiden kista ovarium paling

tinggi pada wanita usia 30-54 tahun. Jarang sekali ada kasus di usia kurang dari 20 tahun

ataupun pada wanita post menopause.

B. Saran dan Masukan

Dari penelitian kecil yang dilakukan ini sekaligus menjadi evaluasi terhadap

sistem pencatatan register pasien dengan kasus ginekologi khususnya kasus kista

ovarium. Dimana akan lebih baik jika data yang dimasukkan dalam buku register juga

mencantumkan diagnosis keluar, tindakan yang dilakukan pada masing-masing kasus

ginekologi, dan mungkin juga dapat disertakan keluhan utama pasien masuk ataupun

ukuran kista pada pasien yang dapat digunakan sebagai acuan tindakan selanjutnya.

23
Dari situ akan lebih tergambar karakteristik pasien-pasien kista yang ada di RSUD

Panembahan Senopati tanpa harus mengambil status atau rekam medis pasien satu per

satu. Sehingga memudahkan peneliti selanjutnya dalam mengambil data dikemudian hari.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2009. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang


kesehatan.availablewww.depkes.go.id/downloads/UU_No._36_Th_2009_ttg_Kes
ehatan.pdf
2. Depkes RI. 2011. Kista Ovarium. Available online http:// www.medinuc.com
Diakses tanggal 15 Juni 2017
3. Fadhilah, Elicia., Hiswani., Jemadi. 2014. Karakteristik Wanita Penderita Kista
Ovarium di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2011-2013. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
4. Mansjoer, et al (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius
5. Manuaba,I.B.C., & Manuaba, I.B.G.. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah
Ginekologi. Jakarta: Penerbit CV. Trans Ino Media
6. Moeloek, F.A., Nuranna, L., Wibowo, N.,Purbadi, S.. 2006. Standar Pelayanan
Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia.
7. Nugroho,T,. 2010. Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika
8. Owen, E. 2005. Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya.
9. Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
10. Sastrawinata, Sulaiman., dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Patologi edisi 2.
Jakarta: EGC.
11. Smeltzer, S. C. & Bare, B. G.. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner &. Suddart. Jakarta :EGC.
12. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina. Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
13. William H., C..2007. American College of Obstetricians and Gynecologists
Ovarian Cysts. http://emedicine.com diakses tanggal 26 Juni 2017

25

Anda mungkin juga menyukai