Anda di halaman 1dari 30

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran membaca puisi adalah bagian dari pembelajaran
apresiasi sastra. Pembelajaran apresiasi sastra merupakan proses antara guru
dan siswa, yang menjadikan proses pengenalan, pemahaman dan penghayatan.
Pada akhirnya dalam menikmati karya sastra akan mampu menerapkan di
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sastra khususnya puisi dalam
kegiatan belajar belum diupayakan secara maksimal, karena sebenarnya
pembelajaran puisi merupakan kegiatan pementasan karya seni yang
memerlukan kemampuan khusus.
1. Identifikasi Masalah
Proses belajar mengajar di SD Negeri 1 Mlandingan khususnya siswa
kelas VI dalam pembelajaran membaca puisi belum sepenuhnya menguasai.
Dikarenakan beberapa hal diantaranya; Siswa tidak berani tampil dan
membaca dengan baik, hal ini juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, merasa
asing, merasa malu, merasa takut dan kurang percaya diri.
Kegagalan pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VI SD
Negeri 1 Mlandingan kulon mencapai 70% lebih. Sebagai gambaran antara
lain; mereka membaca sambil tertawa sendiri karena merasa lucu dan aneh,
siswa yang berani tampil secara sukarela tidak ada, seandainya ada yang
berani tampil karena terpaksa, akan membaca jauh dari norma membaca puisi
yang baik dan suasana kelas sama sekali tidak mendukung.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran di kelas VI SDN 1 Mlandingan Kulon secara klasikal kurang
berhasil . Ketuntasan belajar siswa mencapai 30% . Hal ini menunjukkan
bahwa lebih dari separuh dari keseluruhan siswa tidak tuntas belajarnya atau
mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) . Maka dapat
dikatakan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran kurang optimal.
Berdasarkan analisis peneliti, rendahnya ketuntasan belajar yang
dicapai siswa disebabkan oleh pendidik kurang menggunakan pendekatan dan
2

metode yang tepat dalam mengelola kelasnya menjadikan siswa kurang


konsentrasi dengan materi yang dipelajarinya.

3. Alternatif dan Prioritas Masalah


Berdasarkan analisis masalah di atas, peneliti bermaksud mengadakan
perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa menulis dan
membaca puisi melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD .
Model Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achiement
Divisions (STAD) merupakan pendekatan yang menekankan pada aktivitas
dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Pembangkit motivasi siswa agar menyukai pembacaan puisi dapat
ditempuh dengan langkah-langkah; dengan mengajak siswa berdiskusi tentang
puisi yang akan dibacakan, siswa biasa melihat langsung dengan kata lain
dapat menggunakan metode demonstrasi dan diharapkan dapat
mengapresiasikan puisi melalui menulis atau menceritakan kembali dan
memparafrasekan.
Dalam buku Strategi Belajar Mengajar (2001:114), ada beberapa
macam metode mengajar, antara lain; Metode Ceramah, Tanya Jawab,
Diskusi, Kerja Kelompok, Pemberian Tugas, Demonstrasi, Eksperimen.
Berkaitan dengan pembelajaran membaca puisi, metode demonstrasi
dapat dijadikan pilihan yang paling tepat dan efektif. Kelebihan metode ini
dalam pembelajaran membaca puisi adalah; (1) Siswa dapat secara langsung
mengamati bentuk pembacaan puisi, (2) Siswa dapat secara langsung
mengetahui pelafalan kata, intonasi dalam membaca puisi dengan baik, (3)
Siswa dapat secara langsung mengetahui pentingnya interpretasi,penampilan
ketika membaca puisi, (4) Suasana kelas akan lebih hidup karena
menghilangkan kejenuhan serta dapat dijadikan sebagai hiburan.
Pemilihan metode demonstrasi merupakan tantangan bagi guru.Guru
akan menjadi model didepan kelas, dengan demikian guru akan berusaha
meningkatkan kualitas diri. Penyajian pembelajaran yang dipersiapkan
3

dengan baik akan mendapat respon dari siswanya. Dengan penyajian


berulang-ulang dan selalu menarik akan menimbulkan motivasi siswa
terhadap minat membaca puisi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Model STAD Dan Metode
Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Materi Membaca Puisi Pada Siswa Kelas VI SDN 1 Mlandingan Kulon”.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka dirumuskan
permasalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1
Mlandingan Kulon pada ketrampilan membaca puisi melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Bagaimanakah peningkatan motivasi siswa kelas VI SD Negeri 1
Mlandingan dengan metode demonstrasi dapat membantu meningkatkan
ketrampilan membaca puisi?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji hasil belajar, pemahaman dan penguasaan mata pelajaran
Bahasa Indonesia setelah diterapkannya model STAD pada siswa kelas VI
SD Negeri 1 Mlandingan Kulon Kecamatan Mlandingan Kabupaten
Situbondo.
2. Mengkaji pengaruhnya metode demonstrasi dalam meningkatkan
keterampilan membaca puisi setelah diterapkan pembelajaran dengan
metode demonstrasi pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Mlandingan Kulon
Kecamatan Mlandingan Kabupaten Situbondo.
4

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Adapun maksud diadakannya perbaikan ini diharapkan dapat berguna
bagi:
1. Bagi Siswa
a) Menciptakan suasana belajar siswa yang tidak membosankan sehingga
ia punya tambahan persepsi yang positif bahwa belajar bukan hanya
suatu kewajiban melainkan sebagai suatu kebutuhan.
b) Meningkatkan minat belajar siswa, yang akhirnya akan meningkatkan
prestasi yang dicapai.
c) Mampu mengeluarkan semua potensi siswa yang sebelumnya belum
sempat ditampakkan, agar guru dapat dengan mudah membantu
meningkatkan potensi siswa.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat menjadi tolok ukur dan bahan pertimbangan guna
melakukan pembenahan serta koreksi diri bagi pengembangan
profesionalisme dalam pelaksanaan tugas profesinya.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama
dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran
sehingga tercapai optimal.
5

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Puisi

Puisi adalah Jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan
cermat sehingga mampu meningkatkan kesadaran orang akan suatu
pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan
makna khusus. Adapula yang mengatakan puisi adalah karangan bahasa yang
khas yang memuat pengalaman yang disusun secara khas pula. Pengalaman
batin yang terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi
makna yang ditafsirkan secara estetik. Puisi juga dapat disebut sebagai karya
seni yang puitis karena puisi dapat membangkitkan perasaan, menarik
perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, atau dapat pula menimbulkan
keharuan.Haryadi (1996:113).

B. Pembelajaran Membaca Puisi di SD

Guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca puisi sesuai dengan


jenjang kelas SD berdasarkan Kurikulum Pendidikan dan Garis-garis Besar
Program Pengajaran Bahasa Indonesia.Ruang lingkup mata pelajaran bahasa
dan sastra Indonesia meliputi penguasaan kebahasaan, kemampuan
memahami, mengapresiasikan sastra, dan kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia.
Perbandingan bobot pembelajaran bahasa dan sastra sebaiknya seimbang
dan dapat disajikan secara terpadu. Dalam pembelajaran membaca puisi di SD
hal yang perlu diperhatikan adalah siswa, sasaran, metode dan evaluasi.
Setelah persiapan pembelajaran dilakukan, dilaksanakan pembelajaran
membaca puisi melalui pendekatan metode demonstrasi dengan langkah pra
membaca, saat membaca, dan pasca membaca. Pada langkah pra membaca
siswa diajak memahami puisi yang akan dibacakan dengan membicarakan
kosakata yang dianggap sukar bagi siswa. Kemudian dilanjutkan dengan
memberi tanda jeda pada baris-baris puisi, guna mengatur pernafasan. Pada
langkah saat membaca siswa diajak menyimak model yang
6

mendemonstrasikan pembacaan puisi,dengan tidak lupa mendiskusikan apa


yang siswa saksikan.Pada pasca membaca siswa dapat menerapkan
keterampilannya dengan pembacaan puisi yang lain atau bahkan prosa dengan
aspek-aspek yang telah dipelajari dalam membaca puisi

C. Pembelajaran Puisi Dengan Metode Demonstrasi


Dalam pembelajaran, adakalanya siswa sulit menangkap hal-hal
yang bersifat abstrak untuk itu perlu diberi peragaan supaya pembelajaran itu
bersifat konkrit. Untuk menghindari semua itu dalam pengajaran bahasa
diperlukan alat peraga seperti yang disarankan pada rambu-rambu
pembelajaran bahasa perlu memperhatikan prinsip pengajaran, Antara lain;
dari yang mudah ke yang sukar, dari hal-yang dekat ke yang jauh, dari yang
sederhana ke yang rumit, dari yang diketahui ke yang belum diketahui, dari
yang konkrit ke yang abstrak. Berkaitan dengan pembelajaran puisi,
penggunaan pendekatan metode demonstrasi merupakan pilihan yang tepat
dan efektif dalam Dalam pembelajaran, adakalanya siswa sulit menangkap
hal-hal yang bersifat abstrak untuk itu perlu diberi peragaan supaya
pembelajaran itu bersifat konkrit. Untuk menghindari semua itu dalam
pengajaran bahasa diperlukan alat peraga seperti yang disarankan pada rambu-
rambu pembelajaran bahasa perlu memperhatikan prinsip pengajaran, Antara
lain; dari yang mudah ke yang sukar, dari hal-yang dekat ke yang jauh, dari
yang sederhana ke yang rumit, dari yang diketahui ke yang belum diketahui,
dari yang konkrit ke yang abstrak.
Berkaitan dengan pembelajaran puisi, penggunaan pendekatan metode
demonstrasi merupakan pilihan yang tepat dan efektif dalam membaca puisi
diharapkan akan banyak menguntungkan siswa untuk meningkatkan
apresiasinya.
7

D. Model Pembelajaran Tipe STAD


Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD) ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995). Slavin memaparkan bahwa:
“gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan
yang di ajarkan guru”. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh
hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam
mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk
melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma – norma bahwa belajar itu
penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja
sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu
ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu
(tanggung jawab perseorangan). Para siswa mungkin bekerja berpasangan dan
mungkin bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling
membantu satu sama lain. Mereka bisa mendiskusikan pendekatan-
pendekatan untuk memecahkan masalah itu atau mereka bisa saling
memberikan pertanyaan tentang isi dari materi yang mereka pelajari itu.
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu
metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan
baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam
kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang
efektif. Dikatakan sederhana karena mulanya siswa ditempatkan dalam tim
belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut
tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis
tentang materi itu dengan catatan saat kuis mereka tidak boleh saling
membantu.
Ide dasar model STAD adalah bagaimana memotivasi siswa dalam
kelompoknya agar mereka dapat saling mendorong dan membantu satu sama
8

lain dalam menguasai materi yang disajikan, serta menumbuhkan suatu


kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna dan menyenangkan. Seperti
dalam kebanyakan model pembelajaran kooperatif, model STAD bekerja
berdasarkan prinsip siswa bekerja bersama-sama untuk belajar dan
bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim juga dirinya
sendiri (Handayanto,2003:115)

a) Ciri-ciri dan Komponen Utama Tipe STAD


Menurut Slavin (2008: 10), ciri-ciri model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yaitu:
1. Bahan pelajaran disajikan oleh guru dan siswa harus mencurahkan
perhatiannya, karena hal itu akan mempengaruhi hasil kerja mereka dalam
kelompok.
2. Anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, mereka heterogen dalam
berbagai hal seperti prestasi akademik dan jenis kelamin.
3. Setelah tiga kali pertemuan diadakan tes individu berupa kuis mingguan
yang dikerjakan siswa sendiri-sendiri.
4. Materi pelajaran disiapkan oleh guru dalam bentuk lembar kerja siswa.
Penempatan siswa dalam kelompok lebih baik ditentukan oleh guru daripada
memilih sendiri.
Adapun menurut Slavin (1995) ada lima komponen utama dalam model
STAD (student teams achievement division), yaitu:
a. Penyajian kelas (class presentation).
Guru menyajikan materi didepan kelas secara klasikal yang difokuskan
pada konsep-konsep materi yang akan dibahas saja. Selanjutnya siswa
disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
b. Pembentukkan kelompok belajar (teams).
Siswa disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen (baik
kemampuan akademiknya maupun jenis kelaminnya). Caranya dengan
merangkingkan siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai yang diperoleh oleh
9

siswa sebelum pembelajaran kooperatif model STAD. Adapun fungsi


pengelompokkan ini adalah untuk mendorong adanya kerjasama kelompok
dalam mempelajari materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
c. Pemberian tes atau kuis (quizzes).
Setelah belajar kelompok selesai, diadakan tes atau kuis dengan tujuan
untuk mengetahui atau mengukur kemampuan belajar siswa terhadap materi
yang telah dipelajari. Dalam hal ini siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk
kerjasama dengan temannya. Tujuan tes ini adalah untuk memotivasi siswa
agar berusaha dan bertanggung jawab secara individual. Siswa dituntut untuk
melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain
bertanggung jawab secara individual, siswa memberikan sumbangan yang
sangat berharga bagi kesuksesan kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu
sampai dua kali penyajian kelas dan pembelajaran dalam kelompok.
d. Pemberian skor peningkatan individu (individual improvement scores).
Hal ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang
dapat dicapai bila mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang baik
dibandingkan dengan hasil yang sebelumnya. Pengelola skor hasil kerjasama
siswa dilakukan dengan urutan berikut: skor awal, skor tes, skor peningkatan
dan skor kelompok.
e. Penghargaan kelompok (team recognition).
Penghargaan kelompok ini diberikan dengan memberikan hadiah sebagai
penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar.
Pemberian penghargaan ini bukan hanya berupa hadiah, tapi juga bisa dalam
bentuk pujian.
b) Langkah-langkah Tipe STAD
Menurut Maidiyah (1998:7-13) langkah-langkah pembelajaran kooperatif
metode STAD adalah sebagai berikut:
1) Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa
untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi
10

pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari


kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.
2) Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap
kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus
diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh
membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung
memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan
kelompok dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8):
a) Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam kelas.
Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan rangking
tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor tes.
b) Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa. Untuk menentukan
berapa banyak kelompok yang dibentuk, bagilah banyaknya siswa dengan
empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti ada
delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang
beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang
akan dibentuk.
c) Membagi siswa dalam kelompok
Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok-kelompok yang
dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang
hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan demikian
tingkat hasil belajar rata-rata semua kelompok dalam kelas kurang lebih
sama.
d) Mengisi lembar rangkuman kelompok
Isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar rangkuman
kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk pembelajaran kooperatif
metode STAD).
11

3) Menentukan Skor Awal


Skor awal siswa dapat diambil melalui Pretest yang dilakukan guru
sebelum pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor tes
paling akhir yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat diambil dari
nilai rapor siswa pada semester sebelumnya.
4) Kerja sama kelompok
Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali dengan
latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan bagi
setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling
mengenal antar anggota kelompok
5) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu
penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan
kelompok dan laporan berkala kelas.
Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang
meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok,
dan kuis. Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Pendahuluan
a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal
itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memberi teka-teki, memunculkan masalah-masalah
yang berhubungan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari, dan
sebagainya.
b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan
konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran.

2) Pengembangan
a) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran.
b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa mempelajari
dan memahami makna, bukan hafalan.
12

c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan


pertanyaan-pertanyaan.
d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok masalahnya.
Praktek Terkendali
a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau
menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan
menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan atau
soal-soal yang diajukan.

c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama


penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu
atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.

Kegiatan Kelompok

1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan


apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:
a.) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam
kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang
diberikan oleh guru.
b) Tidak seorang pun siswa diizinkan selesai belajar sebelum semua anggota
kelompok menguasai pelajaran.
c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota
kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta
bantuan kepada guru.
d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.
2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan - peraturan
lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru
adalah:

a) Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya.


13

b) Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar


jawabannya.
c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan
seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika
mereka mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan
sendiri dan selanjutnya mencocokkan jawabannya dengan teman
sekelompoknya. Jika ada seorang teman yang belum memahami, teman
sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan.
d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan
dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk
diperiksa oleh teman sekelompoknya.

3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa


bekerja dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk
mendengarkan bagaimana anggota kelompok berdiskusi.
d) Kuis atau Tes
Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali
penyajian, guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima
satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah
sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan
disumbangkan sebagai skor kelompok.

e) Penghargaan Kelompok
1) Menghitung skor individu dan kelompok
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan
skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor
perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.

2) Menghargai hasil belajar kelompok

Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok,


guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi.
Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang
14

berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini


tergantung dari kreativitas guru.

Kelebihan dan Kekurangan Tipe STAD


1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
a. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung
norma-norma kelompok.
b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk keberhasilan
bersama.
c. Aktif sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok.
Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
a. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian (adaptasi).
b. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
c. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
d. Dapat mengembangkan bakat kepemimpina dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
e. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
f. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
g. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru
maupun tes baku.
2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
a. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak
belajar jika mereka diterapkan dalam grup.
b. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerjasama
atau belajar dalam kelompok.
c. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerjasama dengan yang lain.
15

d. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain
dalam grup mereka, sedangkan siswa kurang mampu merasa minder
ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
e. Siswa yang yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu
hanya menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.
f. Membutuhkan waktu lebih lama (pemborosan waktu).
g. Menuntut kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukannya

E. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1995:22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut
Hudoyo (1990:134), hasil belajar adalah pengalaman dan penjelasan
hubungan antara bagian – bagian informasi yang telah diperoleh sehingga
orang tersebut dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan
pelajaran yang dipelajari. Pada hakekatnya hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang biasanya
ditunjukkan dalam bentuk nilaiatau angka.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor.


Menurut Purwanto (1987:106), faktor–faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dibedakan menjadi dua macam :

1) Faktor individual
Faktor indidual adalah faktor yang ada pada organisme itu sendiri
atau factor antara lain : kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan atau
intelegensi, latihan dan ulangan, motivasi, sikap, dan sifat – sifat pribadi
seseorang.
2) Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor yang ada di luar individu antara lain:
keadaan keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat pengajaran, motivasi
social, lingkungan dan kesempatan.
16

Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian dan evaluasi,


dimana menurut Dimyati dan Mudjiono (1997:76), penilaian itu menetapkan
baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran yang menekankan
diperolehnya informasi tentang perolehan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan dan evaluasi digunakan untuk mengetahui
sejauh mana bahan yang dipelajarinya dapat dipahami oleh siswa.

Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah nilai ulangan
harian atau tes formatif yang diperoleh siswa setelah menerima rangkaian
proses pembelajaran. Hasil tes siswa ini dapat diketahui melalui penilaian dan
evaluasi dengan menggunakan alat yang berupa tes. Melalui penilaian ini
dapat ditetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran yang
menekankan diperolehnya informasi tentang perolehan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Sehingga dari tes hasil belajar siswa
dapat diketahui ketuntasan belajarnya.
17

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subyek , Tempat, Waktu Penelitian, dan Pihak yang Membantu
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK)
Penelitian dilaksanakan terhadap 15 siswa Kelas VI SDN 1 Mlandingan Kulon
Kecamatan MlandinganKabupaten Situbondo. Siswa sebagian besar berasal
dari keluarga petani dengan tingkat kemampuan yang beragam. Dari 15 siswa
terdapat 3 orang siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata, 7 siswa
berkemampuan sedang dan 5 lainnya berkemampuan kurang.
Lokasi penelitian merupakan yang menjadi pusat pelaksanaan suatu
kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini lokasinya direncanakan akan
dilaksanakan di SDN 1 Mlandingan Kulon Kecamatan Mlandingan kabupaten
situbondo.
Waktu pelaksanaan akan di laksanakan mulai bulan Oktober sampai
dengan bulan November 2014. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dapat
terlaksana dari bantuan pihak SDN 1 Mlandingan Kulon dan bimbingan tutor
UPBJJ-UT Jember.
Mata pelajaran yang menjadi subyek adalah Bahasa Indonesia dengan
materi membaca puisi.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Gambar 3.1. Desain Perbaikan Pembelajaran


18

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan


dari kegiatan yang berbentuk siklus diawali dengan kegiatan pra siklus, siklus
1, siklus 2 . Setelah tindakan pada siklus 1 diharapkan meningkat dan siswa
dapat mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan antusias, senang
tanpa ada faktor keterpaksaan karena ada variasi pembelajaran dibanding
pembelajaran sebelumnya.
Dalam penelitian ini, faktor yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
a. Aspek yang akan diobservasi meliputi respon siswa terhadap proses
pembelajaran yaitu kesungguhan/antusiasme siswa dalam aktivitas
pembelajaran.
b. Daya serap siswa terhadap tingkat pencapaian hasil belajar

1. Perencanaan
a. Pra Siklus
Pada tahap pra siklus merencanakan pelaksanaan untuk
memperoleh data nilai awal materi membaca puisi dengan menggunakan
metode ceramah tanpa menggunakan media dan model pembelajaran.
b. Siklus 1
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan model
STAD dan metode demonstrasi. Demonstasi dilakukan oleh guru
kemudian secara bergantian siswa mendemonstrasikan membaca puisi.
Media yang dipakai berupa rekaman tape recorder tentang mambaca puisi.
c. Siklus 2
Pada siklus yang kedua, dengan pendekatan model STAD dan
metode demontrasi dilaksanakan dengan bantuan nara sumber untuk
mendemonstrasikan pembacaan puisi, media computer dan LCD proyektor
untuk menayangkan video pembacaan puisi, kemudian siswa secara
bergantian membacakan puisi di depan kelas. Sekaligus nara sumber
memberikan koreksi terhadap bacaan puisi siswa.
19

2. Pelaksanaan
a. Pra siklus
Pelaksanaan pra siklus dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2014
dengan menggunakan metode ceramah dan tanpa menggunakan media.
Terlihat siswa kebingungan atas penjelasan guru. Hal ini disebabkan siswa
belum dapat memahami penjelasan tata cara membaca puisi.
b. Siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan pada Selasa, 21 Oktober 2014 Peneliti
menggunakan metode demonstrasi. Demontrasi dilakukan oleh guru
dengan memberi contoh membaca puisi, sekali-kali guru memberikan
penjelasan. Siswa diberi kesempatan untuk membacakan puisi di depan
kelas. Pada siklus 1 ini siswa mulai menangkap apa yang harus dilakukan
pada saat membaca puisi, terbukti dengan mulai lancar dan tepat
pembacaan puisi beberapa siswa.
c. Siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan pada Selasa, 4 November 2014 Peneliti tetap
menggunakan metode demonstrasi dengan pendekatan model STAD,
namun kali ini demontrasi dilakukan orang yang ahli membaca puisi di
depan kelas dan penayangan sebuah video pembacaan puisi yang
ditayangkan lewat computer dengan LCD proyektor. Setelah tayangan
selesai guru memberikan penjelasan tambahan. Satu persatu siswa maju ke
depan kelas untuk membaca puisi. Pada siklus ini terlihat antusias siswa
sudah mulai tinggi, terutama pada saat pemutaran video dan demonstrasi .
Demontrasi yang dilakukan oleh narasumber yang ahli membaca
puisi. Setelah demontrasi selesai guru menunjuk satu atau dua orang siswa
secara bergantian untuk membaca puisi. Narasumber memberikan koreksi
dan penjelasan cara membaca puisi yang baik. Setelah itu semua siswa
diberikan kesempatan untuk membacakan puisi di depan kelas. Bentuk
penilaian yang dilaksanakan berupa performance tes.
20

3. Refleksi
Refleksi merupakan ulasan dari hasil kegiatan dan pengamatan. Refleksi
dilakukan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar yang sudah
dilaksanakan. Melalui refleksi dapat diungkapkan kelebihan dan kekurangan
yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pada setiap putaran
yang dilihat dari lembar observasi pembelajaran.
Berikut refleksi pada masing-masing siklus:
1. Siklus 1
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan siklus 1
dan tindakan berikutnya pada siklus 2 adalah sebagai berikut:
a. Guru hendaknya lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melihat demonstrasi lebih dari dua kali
b. Metode pembelajaran yang dilaksanakan sudah termasuk metode
pembelajaran yang berpusat pada siswa namun pelaksanaannya
memerlukan persiapan agar peneliti dapat mengusai kelas.
2. Siklus 2
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan siklus 2
adalah sebagai berikut:
a. Model pembelajaran yang dipakai dalam siklus 2 sudah dapat
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Metode pembelajaran yang dilaksanakan sudah dapat memotivasi
siswa namun dalam pelaksanaannya siswa masih terlihat kurang
mampu menagkap informasi dari demonstrasi lewat media tersebut.
c. Metode demontrasi yang dilakukan dengan mendatangkan narasumber
merupakan suatu hal yang baru dan menarik bagi siswa.
d. Proses pembelajaran sudah lebih terarah karena guru sudah dapat
menguasai kelas dan kegiatan siswa dapat terakomodasi dalam
kegiatan yang mengarah pada tujuan pembelajaran.
e. Penggunaan media juga membantu proses pembelajaran sehingga
dapat terlaksana dengan optimal dan tercapainya tujuan pembelajaran.
21

C. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian tindakan kelas instrumen utama penelitian adalah
peneliti.Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan Biklen (1982), bahwa
peneliti adalah orang yang mengetahui seluruh data dan cara menyikapinya.
Untuk mendukung dan melengkapi instrumen utama digunakan instrumen
penunjang (Moeloeng, 1991). Instrumen penunjang dalam penelitian ini
adalah pedoman observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan
Berikut beberapa instrumen yang disiapkan untuk pelaksanaan
tindakan:
Tabel 2.1 Format Penilaian Performance Membaca Puisi
Aspek Penilaian
NO NAMA SISWA Jumlah
Intonasi Vokal Ekspresi Nada
1
2
3

Tabel 2.2 Format Analisis Data Hasil Belajar Siklus 1


Nilai
No Nama Siswa Peningkatan Keterangan
Pra Siklus Siklus 1
1
2
3

Keterangan :
 Kolom nilai diisi dengan nilai hasil belajar pra siklus dan hasil
belajar siklus1
 Kolom peningkatan diisi dengan ada/ tidaknya peningkatan nilai
 Kolom keterangan diisi dengan tuntas/ tidak tuntas ( tuntas apabila
nilai > 65)

Tabel 2.3 Format Analisis Data Hasil Belajar Siklus 2


Nilai
No Nama Siswa Peningkatan Keterangan
Siklus 1 Siklus 2
1
2
3
22

Keterangan :
 Kolom nilai diisi dengan nilai hasil belajar siklus 1 dan hasil
belajar siklus 2
 Kolom peningkatan diisi dengan ada/ tidaknya peningkatan nilai
 Kolom keterangan diisi dengan tuntas/ tidak tuntas ( tuntas apabila
nilai > 65)

Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan dua cara sebagaimana


yang dikemukakan oleh Silverman (1995 : 156) sbb:
Pertama : Membandingkan jenis data yang berbeda seperti data kualitatif dan
sumber data yang berbeda, serta data observasi dan tanya jawab untuk
melihat apakah memiliki kecocokan antar data yang satu dengan yang lain.
Kedua : Mencocokkan kembali data yang diperoleh kepada subyek peneliti.
Kedua cara ini digunakan penulis untuk memeriksa keabsahan data dalam
penelitian. Selain itu untuk menguatkan data penelitian, penulis juga
melakukan pemeriksaan silang dengan cara tukar pendapat dengan
Supervisor 2. Mengklarifikasi kembali pada subjek, meninjau ulang
catatan lapangan, merenungkan kembali bagian-bagian fenomena
penting selama tindakan dan menyempurnakannya sehingga diperoleh
secara lengkap dan utuh.
Analisis data cara yang paling menentukan untuk menyusun dan
mengolah data yang terkumpul dalam penelitian ini agar dapat dihasilkan
suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan dan mengukur
ketuntasan belajar siswa dengan rumus:

Ketuntasan Individu = Jml Perolehan Skor x 100% = ≥ KKM


Jml Skor Keseluruhan

Ketuntasan Klasikal = Jml siswa tuntas x 100% = ≥75%


Jml siswa
23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Pra Siklus
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mengadakan observasi awal
yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 9 Oktober 2014. Tujuannya untuk
mengetahui lebih mendalam kondisi sekolah, sebagai kelas yang akan
mendapat perlakuan. Kondisi tersebut mencakup kondisi fisik kelas,
kondisi siswa, guru, proses pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar
dikelas serta sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di kelas
maupun di sekolah. Pada observasi awal, kegiatan pembelajaran terdiri
dari 3 tahapan, 1) Kegiatan awal, 2) Kegiatan Inti, dan 3) Penutup. Pada
kegiatan awal yang berupa apersepsi, siswa diajak tanya jawab tentang
materi yang akan dibahas, yang akhirnya mengaitkan dengan materi inti;
Sedangkan pada kegiatan inti dalam pembelajaran banyak menggunakan
metode ceramah tanpa menggunakan media hanya buku pelajaran Bahasa
Indonesia digunakan sebagai sumber belajar. Guru lebih banyak
menerangkan dengan menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan
konsep sehingga terkesan siswa hanya mendapatkan konsep yang abstrak
dan kegiatan belajar mengajar terfokus kepada guru. Selain itu,
keterlibatan siswa masih tampak kurang optimal, ini terlihat dari kepasifan
dan kebingungan siswa dalam mengikuti dan memahami pelajaran yang
disampaikan guru. Adapun kegiatan penutup siswa diberi tugas
mengerjakan soal atau evaluasi.
Berikut data hasil belajar pra siklus:
Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
No Uraian Hasil Pra Siklus
1 Nilai rata-rata kelas 61,67
2 Nilai tertinggi 80
3 Nilai terendah 50
4 Jumlah siswa tuntas 5
5 Jumlah siswa tidak tuntas 10
6 Persentase Ketuntasan Klasikal 33,33%
24

Dari tabel 3.1 di atas diperoleh data bahwa secara klasikal pembelajaran
masih belum tuntas dikarenakan prosentase ketuntasan klasikal hanya
33,33 % masih jauh dari batas minimal ketuntasan klasikal yaitu 75 %.

Pada refleksi awal melalui observasi dapat ditemukan beberapa


kekurangan pada kegiatan proses pembelajaran tersebut antara lain :
1) Guru banyak menyampaikan informasi tentang konsep materi walau
hanya dengan menggunakan metode ceramah dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
2) Guru banyak menghabiskan waktu pembelajaran (sekitar 65-70%)
hanya menjelaskan secara verbal konsep yang abstrak tanpa dibantu
dengan sarana dan atau media penunjang yang memadai;
3) Siswa cenderung bersifat pasif (tidak berani menjawab pertanyaan
guru secara lepas mungkin karena takut salah, kurang antusias
mengikuti pelajaran, merasa kebingungan memahami konsep yang
dijelaskan guru.
Selama observasi awal ini juga, siswa belum menunjukkan
perilaku yang diharapkan. Memang, siswa sesekali menjawab pertanyaan
guru dengan mengungkapkan kembali apa yang disampaikan guru, tetapi
sangat abstrak sehingga tidak bisa dipahami sedikitpun oleh siswa lainnya.
Hal ini karena metode konvensional tidak banyak memberi kesempatan
yang luas bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih variatif dan
tahan lama retensinya karena kurang menekankan ketrampilan proses.
Akibatnya, siswa bahkan kesulitan memvisualisasikan konsep abstrak
yang didapatkannya.
2. Pelaksanaan Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari observasi awal,
peneliti memberi tindakan siklus I yang dilaksanakan pada hari Selasa, 21
Oktober 2014 dalam kegiatan ini dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai
berikut :
1) Hasil pengamatan terhadap guru
25

a) Pada awal pembelajaran yang dilakukan guru, masih terdapat


sebagian siswa melakukan kegiatan di luar tugas yang diberikan
b) Siswa diberikan demonstrasi membaca puisi
c) Siswa dipaparkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola
belajar siswa dan minat belajarnya terhadap Bahasa Indonesia.
Siswa yang terkesan sangat tertarik terhadap demonstrasi yang
dilakukan guru.
d) Siswa dipaparkan tentang kaitan waktu pengerjaan, dimana
diharapkan waktu penjelasan tidak terlalu banyak dan sebaliknya
waktu untuk berlatih lebih banyak.
2). Hasil Pelaksanaan Siklus I
Tabel 3.2. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus 1


1 Nilai rata-rata kelas 66,67
2 Nilai tertinggi 80
3 Nilai terendah 60
4 Jumlah siswa tuntas 8
5 Jumlah siswa tidak tuntas 7
6 Persentase Ketuntasan Klasikal 53,33%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan


pembelajaran koperatif dengan metode demonstrasi oleh guru
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 66,67 dan
ketuntasan belajar mencapai 53,33 % atau ada 8 siswa dari 15 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama ada peningkatan tetapi secara klasikal siswa belum tuntas
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 55,33
% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 75%. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan
metode pembelajaran yang dilaksanakan guru.
Setelah melakukan tindakan ini, peneliti menghasilkan rekomendasi
berdasarkan refleksi siklus I . Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dan
ditingkatkan selanjutnya pada tindakan II adalah :
26

a. Guru hendaknya lebih mempersiapkan media yang dapat


meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Metode pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya lebih ke metode
yang dapat mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran lebih
bermakna.
c. Guru hendaknya menggunakan model – model pembelajaran yang
dapat meningkatkan hasil belajar.

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus II


Pertemuan Siklus Kedua ini dilakukan pada tanggal 4 November
2014. Pada siklus ini peneliti memberikan tindakan seperti pada Siklus I,
namun dalam pelaksanaannya pada kegiatan pembelajaran guru
mengunakan media komputer dan LCD proyektor untuk menayangkan
video membaca puisi, yang dilanjutkan guru mendemonstrasikan
pembacaan puisi di depan kelas. Dengan model STAD siswa berdiskusi.
tindakan ini berlangsung 70 menit untuk kemudian diberi evaluasi dan
refleksi guna tercapainya proses belajar mengajar sesuai skenario
pembelajaran yang terdapat pada rencana pengajaran pada siklus kedua.
Dalam siklus II ini, setelah selesai para siswa disuruh
mendemonstrasikan membaca puisi di depan kelas satu persatu. Hal ini
agar dapat dilihat secara nyata kemampuan siswa tidak hanya angan-angan
tapi sudah merupakan hasil yang nyata.
Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus 1


1 Nilai rata-rata kelas 75,33
2 Nilai tertinggi 90
3 Nilai terendah 60
4 Jumlah siswa tuntas 13
5 Jumlah siswa tidak tuntas 2
6 Persentase Ketuntasan Klasikal 86,67%
27

Dari tabel 3.2 dan tabel 3.3 di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 75,33 dan ketuntasan belajar mencapai 86,67 %
atau ada 13 siswa dari 15 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal
telah mengalami peningkatan signifikan dari siklus I.

Setelah siklus II selesai dilaksanakan, guru atau peneliti mengadakan


refleksi akhir. Dari pengamatan peneliti, secara umum pembelajaran pada
siklus II lebih baik daripada siklus I. Beberapa kelebihan pada siklus II ini
adalah sebagai berikut :
1) Peneliti sudah bisa menguasai situasi kelas dengan membawa siswa
untuk lebih bisa memahami konsep lebih mudah serta lebih aktif
karena rasa percaya diri mulai tumbuh.
2) Pembelajaran yang dilakukan kepada para siswa semakin lebih efektif
dan menarik dengan lebih menekankan pada pengalaman belajar
dengan menggunakan model STAD dan metode demontrasi.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan data diatas, ditunjukkan bahwa pembelajaran koperatif sangat
menunjanng peningkatan hasil belajar siswa. Pelaksanaan model ini
mengadaptasi model sebelumnya yang pernah dilaksanakan pada beberapa
pembelajaran, sehingga beberapa para siswa tidak terlihat mengalami
kesulitan dalam beraktifitas selama pembelajaran berlangsung. Hal ini
dibuktikan dengan data hasil belajar yang terus meningkat dari siklus 1 dengan
nilai rata-rata 66,67, siklus 2 dengan nilai rata-rata sebesar 75,33. Data lain
yang juga mendukung bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan
kemampuan membaca puisi adalah jumlah siswa yang tuntas belajar secara
individu meningkat drastis dari siklus 1 sebanyak 8 siswa, siklus 2 ada
peningkatan yang signifikan yaitu 13 siswa dari 15 siswa di kelas VI, jadi
hanya 2 siswa yang tidak tuntas. Secara klasikal pada siklus 2 ketuntasan
28

belajar kelas telah mencapai 86,67 % ( prosentase ketuntasan diatas batas


minimal ketuntasan kelas 80% ).
Faktor lain yang menyebabkan hal diatas adalah disebabkan kondisi
pembelajaran yang menyenangkan bagi para guru, hal ini dinyatakan sekitar
90 % siswa terlihat antusias dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Keaktifan siswa mulai ditunjukkan sejak siklus 2 dengan model STAD dan
metode demonstrasi konsep membaca puisi yang baik dapat diserap langsung
oleh siswa yang dibuktikan dengan kemampuan membaca puisi secara klasikal
telah mencapai ketuntasan 86,67 %.
29

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan dan Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan sebagaimana
diuraikan diatas, maka dapat disimpulkankan sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam membaca puisi
kelas VI semester I SDN 1 Mlandingan Kulon Kecamatan Mlandingan
setelah menggunakan model STAD.
2. Terdapat peningkatan motivasi belajar percaya diri siswa dalam
ketetrampilan membaca puisi kelas VI SDN I Mlandingan Kulon
Kecamatan Mlandingan setelah menggunakan metode demonstrasi.
3. Hasil belajar siswa sesudah menggunakan model dan metode pembelajaran
lebih baik daripada sebelum menggunakannya.

B. Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan diuraikan dimuka
serta kesimpulan yang telah dipaparkan, maka dapat diberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi guru yang bersangkutan, hendaknya dapat melakukan penelitian
tindakan untuk meningkatan kualitas pembelajaran.
2. Bagi lembaga, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pencerahan, bahwa peran model dan metode pembelajaran sangat berperan
dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa.
3. Bagi peneliti lain yang nantinya juga melakukan penelitian dengan bahasan
Bahasa Indonesia ( penelitian tindakan ) hendaknya dilakukan lebih dari dua
siklus agar dapat lebih membiasakan guru atau peneliti melakukan kajian
tindakan di kelas.
30

DAFTAR PUSTAKA

Sumantri dan Permana.(2001).Strategi Belajar Mengajar. Bandung :CV Maulana.

Syah, M.(1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung:


Remaja RosdaKarya.

Haryadi, Zamzani.(1996).Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.

Aminuduin.(1987). Pengantar Apresiasi Karya Sastra: Sinar Baru.

Anda mungkin juga menyukai