Anda di halaman 1dari 46

FARMAKOLOGI

OBAT ANALGETIK &


ANTIPIRETIK

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2018
???
 Pengertian
 Macam-macam obat
 Cara Kerja obat
 Indikasi dan Kontra indikasi obat
 Peringatan
 Interaksi Obat
 Dosis Obat
 Efek Samping Obat
 Nama-nama obat yang dijual di pasaran
Pernah Merasa Sakit:
Nyeri ?

Bisa :
 Sakit kepala, Nyeri haid, Nyeri punggung,
Rematik, dan lain-lain,
 Sampai nyeri yang berat, seperti Nyeri
kanker, Nyeri pasca operasi, dll.

Obat anti nyeri itu namanya Analgesik.


Obat Analgetik dapat digunakan sbg pereda
nyeri dalam persalinan.
PATOFISIOLOGI NYERI &
MEKANISME NYERI
 NYERI adalah gejala penyakit yang ditimbulkan oleh
RANGSANGan mekanik, panas, kimia, fisik, listrik
melampaui suatu nilai ambang nyeri tertentu sehingga
dapat menyebabkan KERUSAKAN JARINGAN dengan
melepaskan senyawa MEDIATOR NYERI.
(Mediator nyeri yang terpenting adalah : histamin, serotonin, bradikinin,
prostaglandin dan ion – ion kalium).

 Nyeri adalah perasaan sensorik dan emosional yang tidak


menyenangkan bagi tubuh sebagai alarm adanya ancaman
gangguan/kerusakan jaringan yang aktual atau potensial bahwa ada
yang salah atau tidak normal pada tubuh.
 Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi yang bervariasi serta
ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang.
Skema Terjadinya Rasa Nyeri
OBAT ANALGETIK

Definisi :
adalah obat yang mempunyai efek
MENGURANGI atau
MENGHILANGKAN NYERI (rasa
sakit) tanpa mempengaruhi
kesadaran.
MEKANISME KERJA OBAT
Efek analgetik dapat dicapai dengan berbagai
cara:
1. Meningkatkan nilai AMBANG PERSEPSI RASA
SAKIT dengan cara menekan kepekaan
reseptor nyeri terhadap rangsangan mekanik,
termal, listrik atau kimiawi di pusat atau perifer;
2. Menghambat pembentukan PROSTAGLANDIN
sebagai mediator sensasi nyeri dengan cara
menghambat kerja enzim cyclooxygenase
(COX), yang bertanggung jawab terhadap
produksi prostaglandin.
Biosintesis dan Penghambatan Prostaglandin
Macam Obat
Obat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

I. ANALGETIK NON NARKOTIK (berefek AINS/OAINS):


Yaitu analgetik yang berkhasiat lemah sampai sedang yang bekerja terutama
pada perifer.

1. Salisilat – salisilat : asetosal/aspirin


2. Derivat Asam propionat : ibuprofen, ketoprofen
3. Derivat Antranilat : asam mefenamat
4. Derifat Asam fenilasetat : diklofenak
5. Derivat Asam asetat inden/indol : indometasin
6. Derivat Para amino fenol : asetaminofen,
fenasetin (ES: Hepatotoksik, Nefrotopksik).
7. Derivat Pirazolon : fenilbutazon, antipirin, dipiron
8 Derivat Oksikam : piroksikam, meloxicam
Analgesik non-opioid memiliki 2 mekanisme penghambatan/inhibisi :
A. Selektif terhadap cyclooxygenase-2 (COX-2) : Generasi I: Celecoksib, Etoricoxib.
Generasi II: Lumiracoxib
B. Non-selektif (termasuk AINS), artinya menghambat siklooksigenase 1 (COX1) dan juga
siklooksigenase 2 (COX2) contohnya antara lain aspirin (asam asetilsalisilat /
asetosal), ibuprofen, ketoprofen, diklofenak, serta asam mefenamat, ketorolac,
piroxicam, meloxicam.

II. ANALGETIK NARKOTIK :


Yaitu analgetika yang berkhasiat kuat yang bekerja pada pusat. U/ nyeri
sedang-hebat spt krn infark jtg, operasi/terpotong, viseral (organ), kanker.
1. Garam morfin 5. Tramadol (sekarang masuk OOT)
2. Kodein fosfat 6. Metadon
3. Fentanil
4. Petidin hidroklorida
Kenapa obat analgetik non-selektif menyebabkan GANGGUAN
LAMBUNG?

 Obat-obat analgetik non-selektif ini bekerja secara tidak selektif. Ia


bisa menghambat COX-1 dan COX-2 sekaligus. Jadi, ia bisa
menghambat pembentukan prostaglandin pada peradangan, tetapi
juga menghambat prostaglandin yang dibutuhkan untuk melindungi
mukosa lambung. Akibatnya lambung menjadi terganggu.
 Obat-obat analgetik non-selektif (AINS)  menghambat sintesis
prostaglandin. Prostaglandin = mediator nyeri dan radang/inflamasi yang
terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim
cyclooxygenase (COX). Jika enzim COX dihambat, maka prostaglandin tidak
terbentuk, dan nyeri atau radang pun reda. Namun COX ada 2 : COX-1 dan
COX-2.
 COX-1 secara normal selalu ada dalam tubuh untuk membentuk prostaglandin
yang dibutuhkan untuk proses-proses normal tubuh, antara lain menghasilkan
mucus sehingga dapat mellindungi mukosa lambung.
 COX-2 terbentuk saat cedera/radang yang menghasilkan prostaglandin yang
menjadi mediator nyeri/radang.
 Jadi, sebenarnya yang perlu dihambat hanyalah COX-2 saja yang berperan
dalam peradangan, sedangkan COX-1 mestinya tetap dipertahankan.
Untuk mengatasi efek obat analgetik non-seletif terhadap LAMBUNG, maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yakni :
1. Sebaiknya digunakan setelah makan (pc) untuk mengurangi efeknya terhadap lambung,
2. Obat ini umumnya dalam bentuk bersalut selaput yang bertujuan mengurangi efeknya pada
lambung, maka jangan digerus atau dikunyah, dan
3. Jika memang menyebabkan lambung perih atau sudah ada riwayat maag atau gangguan
lambung sebelumnya, bisa diiringi penggunaannya dengan obat-obat yang menjaga lambung
seperti antasid; golongan H2 bloker (simetidin atau ranitidin); golongan penghambat pompa
proton/PPI (omeprazol atau lansoprazol), atau melapisi mukosa dengan sukralfat, misoprostol
(tapi ingat: kategori X), atau
4. Alternatif lain celecoxib selektif Cox-2 (celecoksib) jika pasien tidak mengalami gangguan
kardiovaskuler atau yang aman adalah paracetamol/acetaminophen.

Parasetamol termasuk obat lama yang bertahan lama sebagai analgesik, karena relatif aman terhadap
lambung. Juga merupakan analgesik pilihan untuk anak-anak maupun ibu hamil/menyusui.

Parasetamol memiliki sedikit perbedaan dalam target aksi obatnya. Parasetamol tidak berefek sebagai
anti radang, tetapi lebih sebagai analgesik dan anti piretik (obat turun panas). Selain COX-1 dan COX-2,
ada pula COX-3. Ada peneliti yang menyatakan bahwa COX-3 adalah varian dari COX-1, yang
terdistribusi di sistem saraf pusat. Dengan penghambatan terhadap COX-3 di otak/sistem saraf pusat,
maka efeknya lebih terpusat dan tidak menyebabkan gangguan pada lambung.

Maka bagi mereka yang mempunyai gangguan lambung, parasetamol adalah pilihan yang aman. Tapi
bukan berarti parasetamol tidak mempunyai efek samping. Efek samping parasetamol ke LIVER/HATI
(NEKROSIS HEPATIK/HEPATOTOKSIK). Ia bersifat toksik di hati jika digunakan dalam dosis besar (7g).
Karena itu, dosis maksimal penggunaan parasetamol adalah 4 gram/sehari atau 8 tablet @ 500
mg/sehari. Melebihi itu, akan berisiko terhadap hati.
Selain berefek samping terhadap lambung, analgetik non-
selektif juga bisa memicu kekambuhan ASMA buat mereka
yang sudah punya riwayat asma.
Bahkan cukup banyak pula penderita asma yang sensitif
terhadap ASPIRIN, yang terpicu kekambuhan asmanya jika
minum aspirin.
Penyebabnya tidak diketahui pasti, tetapi diduga hal ini
berkaitan dengan dampak dari penghambatan terhadap
enzim COX. Penghambatan terhadap COX akan
mengarahkan metabolisme asam arakidonat ke arah jalur
LIPOKSIGENASE yang menghasilkan LEUKOTRIEN.
Leukotrien sendiri adalah suatu senyawa yang memicu
penyempitan saluran nafas (BRONKOKONSTRIKSI).
Karena itu, penderita dengan riwayat asma juga harus hati-
hati menggunakan obat-obat analgetik non-selektif. Alternatif
paling aman kembali ke parasetamol.
 Alternatif lainnya adalah setelah mengetahui bahwa enzim COX yang lebih
berperan dalam peradangan adalah COX-2, bukan COX-1, maka para ahli
berpikir untuk membuat obat yang khusus menghambat COX-2 saja sehingga
terhindar dari efek samping terhadap lambung. Maka muncullah obat-obat
coxib, yaitu celecoxib, rofecoxib, valdecoxib, etoricoxib dll.
Ternyata obat ini tidak bebas dari efek samping : gangguan kardiovaskular yaitu
terjadinya gangguan jantung iskemi atau stroke iskemi. Terjadinya karena
penghambatan secara selektif terhadap COX-2 juga memunculkan masalah lain.
Diketahui bahwa selain prostaglandin, COX-1 juga mengkatalisis pembentukan
TROMBOKSAN A2, suatu senyawa dalam tubuh yang berperan dalam
PEMBEKUAN DARAH dan bersifat VASOKONSTRIKTOR (menyebabkan
penyempitan pembuluh darah).
Ketika COX-1 dibiarkan tidak terhambat, maka pembentukan tromboksan
jalan terus, dan ini ternyata dapat menyebabkan meningkatnya risiko
terbentuknya gumpalan-gumpalan darah kecil (blood clots) yang dapat
menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah sehingga terjadilah gangguan
kardiovaskuler.
 Karena itu, VIOXX (rofecoxib) yang sudah beredar di pasar, pada tahun 2004
ditarik lagi dari peredaran oleh produsennya. Sementara itu, celecoxib
(Celebrex) tetap masih boleh beredar tetapi perlu ada pelabelan ulang pada
kemasannya, di mana perlu dinyatakan bahwa obat ini harus digunakan secara
hati-hati oleh mereka yang memiliki riwayat gangguan kardiovaskuler.
Kasus ESO lain
 Seorang mahasiwa menggunakan obat anti nyeri natrium
diklofenak setelah dia terkena cedera sehabis olahraga.
Dia mengalami reaksi obat yang disebut
Stevens-Johnson syndrome,
yaitu reaksi alergi berat yang ditandai dengan melepuh dan
membengkaknya selaput mukosa di rongga mulut, kulit
kemerahan, demam, dan beberapa gejala lain.
Ini memang reaksi alergi yang sulit diprediksi sebelumnya.
Artinya individunya HIPERSENSITIF terhadap golongan obat
ini  harus hati-hati untuk memilih obat analgesik, jangan
menggunakan obat sejenis apapun merk-nya.
I. Analgetik Non Narkotik :
1. Asetaminofen / Parasetamol
Parasetamol merupakan obat pilihan pertama pada kehamilan dan laktasi (tanpa bukti
teratogenesis). Pct bekerja pd pusat pengatur suhu di hipotalamus utk menurunkan suhu tubuh
(antipiretik). Bekerja menghambat sintesis prostaglandin shg dpt mengurangi nyeri ringan sd
sedang. Efek anti-inflamasi sgt lemah/hampir tidak ada, shg tdk digunakan sbg antirematik.
 Indikasi :
Analgetik – antipiretik sbg pengganti aspirin pada penderita yang KI thd aspirin, Nyeri ringan
s.d. Sedang, demam.
 Kontra Indikasi: Hipersensitif, Gangguan hati. Peringatan: Ggn fungsi hati, ginjal,
ketergantungan alkohol.
 ES :
Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema/utikaria, kelainan darah, bertambah parahnya
penyakit asma (Tidak lazim), trombositopenia. Pada over dosis dapat terjadi nekrosis hati,
koma hipoglikemik, hipotensi.
 Dosis :
Dosis lazim dewasa : oral 500mg/kali, tiap 4-6 jam ; 500mg-2g/hari
Dosis lazim (oral) anak/bayi tergantung umur dan BB, dan sebaiknya tidak diberikan > 10 hari.
10-15mg/kgBB/kali, diberikan tiap 4-8 jam, tiap 4-6 jam
6-12 bln = 50mg/kali; 200mg/hari
1-5 th = 50-100mg/kali; 200mg-400mg/hari
5-10 th = 100-200mg/kali; 400-800mg/hari
≥10 th = 250mg/kali; 1g/hari
Oral 325–1000 mg/4-6jam (rektal 650 mg). Dosis max 4 g (8 tab) perhari cz hati rentan.
Dosis 10-15 g (200-250mg/kgBB) pd org dewasa menyebabkan hepatotoksik (nekrosis hati) & dosis
20-25g berakibat fatal.

Preg Cat = B
 MIGRAIN : parasetamol, merupakan preparat
yang direkomendasikan untuk mengatasi
serangan migrain pada kehamilan.

 Banyak preparat parasetamol berkombinasi


dengan obat seperti kafein dan fenilefrin 
HINDARI pada kehamilan.
 Konsumsi 600mg kafein  berat bayi lahir rendah
dan malformasi janin.
 Obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) seperti
aspirin, ibuprofen HANYA boleh digunakan pada
kehamilan jika pemakaiannya di bawah pengawasan
dokter.
 HARUS DIHINDARI pada trimester III karena resiko
komplikasi perdarahan dan penutupan prematur
duktus arteriosus yang dapat menimbulkan hipertensi
pulmonalis, kerusakan paru, penurunan ekskresi urin
janin, dan keadaan oligohidramnios.
 Ibuprofen gel atau preparat topikal guna mengatasi iritasi
kulit berpotensi menimbulkan efek sistemik yang
merugikan, dan peringatan yang sama juga berlaku bagi
preparat oralnya.
2. Ibuprofen
Efek : memiliki anagetik serupa dengan aspirin, namun efek anti inflamasinya tidak
terlalu kuat.
 Indikasi :
Demam, nyeri, rhematoid arthritis
 Dosis :
perhari 3200 mg,nyeri sedang 400 mg
 KI :
Tukak lambung, riwayat asma, rinitis, hipersensitifitas AINS,
 P:
Jgn melebihi dosis anjuran, riwayat tukak peptic, ggn ginjal, jantung, hipertensi,
wanita hamil, menyusui, anak <1th.
 ES :
Ggn GI termasuk mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri lambung epigastrium,
rasa terbakar perut bagian atas, ruam kulit, sakit kepala, pusing, konstriksi
bronkus, trombositopenia, penglihatan kabur,
 IO :
Asam asetil salisilat, antikoagulan: walfarin.

Preg Cat = B dan


D pada trimester III atau menjelang persalinan
3. Diklofenak
Diclofenak, memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi.
Kalium diclofenak lebih larut air daripada Natrium diclofenak, dan
dapat diabsorbsi cepat shg onset kerja lebih cepat.
 Indikasi :
Meringankan sakit/nyeri, AR, OA
 KI :
Perdarahan,
 ES :
Ggn GI termasuk mual, muntah, diare, dispepsia, kembung, sakit kepala,
 IO :
Antikoagulan, digoksin, diuretik, AINS, antidiabetik
 Dosis :
oral 100-150mg/hari terbagi dalam 2-3 sehari.

Preg Cat = B dan


D pada trimester III atau menjelang persalinan
4. Indometasin
 Indikasi :
Meringankan sakit/nyeri, radang
 KI :
Tukak lambung, ggn fgs hati, ginjal, jantung, hipertensi, asma, hamil.
 P:
Riwayat peny. Yg di-KI-kan epilepsi, asma, lansia, laktasi
 ES :
Ggn sal. Cerna, serangan asma, sindrom steven jhonson, sakit kepala,
 IO :
Perdarahan diperkuat probenesit, efek berkurang oleh Aspirin, indometasin
mengurangi efek beta bloker, kaptopril, tiazid, furosemid.
 Dosis :
oral 100-200mg/hari 2 x sehari, sesudah makan.

Preg Cat =
B dan D jika digunakan ≥48 jam atau menjelang persalinan
5. Asetosal (Acetyl salicylic acid) / Aspirin
Efek: Analgetik, antipiretik dan antiinflamasi
 Indikasi :  Sediaan dan dosis :
- analgetik rhematoid - sodium salicylate reguler 325,650mg
arthritis - aspirin reguler 65 – 975mg
- peny. Yg berhubgn dgn - salsalate 500 & 750 mg, kaplet 500
hiperagregasi trombosit. mg,dosis max 3 gram.
(antitrombisis/antiplatelet),
menghambat agregasi trombosit / 100mg/hari analgetik antiinflamasi
antikoagulan.
 KI :
- demam karena infeksi virus 80 mg sebagai antipembekuan darah
 ES :
- reye’s syndrom, berkeringat, Nyeri
lambung (gunakan setelah makan),
trombosit berkurang

Preg Cat = C dan


D pada trimester III
6. Fenilbutazon
 Efek analgetik < salisilat
 Indikasi :
gout akut,rheumatoid arthritis
 KI :
hipertensi,disfungsi renal,hepar,riwayat ulkus peptik,anak
usia dibawah 14 thn.
 Es :
mual,diare dan kadang perdarahan / tukak lambung.
 Dosis :
dss harian 300 – 600 mg untuk pemberian jangka panjang.

Preg Cat =
C dan D pada trimester III atau menjelang persalinan
7. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sbg analgetik. Sbg
antiinflamasi kurang efektif dibanding aspirin.
 Indikasi :
analgetik untuk meringankan sakit pada penderita.
 KI :
riwayat gastrointestinal, jika tjd diare / ruam kulit obat
dihentikan.
 ES :
Dispepsi,diare,gangguan fs hepar,ruam kulit,anemia
hemalitik.
 Dosis :
oral 250 mg dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
Preg Cat = C dan
D pada trimester III atau menjelang persalinan
Ketoprofen
 Preg Cat. B, D pada kehamilan trimester 3
atau menjelang persalinan.

Colecoxib
dll
Sediaan Kombinasi
2 Jenis Obat Analgetik
 Ibuprofen 200 mg + Paracetamol 325 mg

 Ibuprofen 200 mg + Paracetamol 350 mg

 Ibuprofen 200 mg + Paracetamol 400 mg



 Paracetamol 325 mg + Tramadol 37,5 mg
Analgesia Inhalasi
 Analgesia inhalasi dicapai melalui penggunaan
gas anastesi dengan konsentrasi subanastetik.
 Jika dosis keliru  stadium anastesi.
 Cth: Gas N2O (Dinitrogen Monoksida) 50% N2O
+ 50% O2
 N2O bukan preparat relaksan otot polos.
 ES: depresi sistem syaraf pusat (sedasi),
halusinasi, mual, hipoksia (jika N2O bercampur
udara misal pada kebocoran),
Pada pejanan lama (pada petugas) : mengganggu
kesuburan reproduksi, defisiensi vit. B12.
II. Analgetik Narkotik
 Analgetik opioid digunakan utk mengurangi nyeri sedang sd berat, terutama
pd bagian viseral. Penggunaan berulang dpt mengakibatkan ketergantungan
dan toleransi, tetapi hal ini bukan alasan tdk digunakannya dlm mengatasi
nyeri pd penyakit terminal. Penggunaan opioid kuat mungkin sesuai untuk
beberapa kasus nyeri kronis non-keganasan; pengobatan sebaiknya diawasi
oleh dokter spesialis dan kondisi pasien sebaiknya dikaji setiap interval ttt.
 Opioid sebagai analgesia
 Opioid digunakan dalam persalinan, prabedah, intrabedah, pascabedah dan
dalam perawatan intensif untuk menghasilkan analgesia, sedasi serta
pengurangan rasa cemas.
 Dapat disuntikan epidural/intratekal (spinal) efek cepat dan efektif.
 ES : retensi urin, sedasi (susah ngejan dan persalinan jadi lama), sulit inisiasi
ASI, mual, gatal-gatal, hipotensi, henti nafas.
 Opioid sebagai anastesi dan pengurangan ansietas (ansiolitik)
 Rasa nyeri dan ansietas menyebabkan pelepasan adrenalin/efinefrin &
noradrenalin/norefinefrin sehingga akan menurunkan aliran darah ke uterus,
hal ini dibalikkan dg opioid sehingga bermanfaat u/ janin.

Aman, namun harus hati-hati dan dipantau ketat


1. Petidin (mepetidin)
 Indikasi :
nyeri sedang sampai berat, pascabedah
 ES :
pusing, mual, muntah, berkeringat dingin, mulut
kering, konstipasi, ketergantungan dll.
 KI :
penderita dgn gguan fgs hati yg berat, pada depresi
pernafasan, alkoholisme akut, penderita asma
bronkial, dan payah jantung.
 Dosis :
1 – 2 x sehari ( 1 – 2 tablet) IM, subkutan 50 – 100 mg

Preg Cat = B dan


D jika digunakan dlm waktu lama atau dosis tinggi pd akhir masa
kehamilan.
2. Morfin
 Indikasi :
untuk pengobatan oral nyeri berat, analgetik selama dan
setelah pembedahan
 KI :
hindari pada depresi napas akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut, dll
 ES :
mual,muntah,konstipasi,mengantuk,dll
 Dosis :
nyeri akut (injeksi subkutan) 10 mg tiap 4 jam disesuaikan
dgn keadaan pasien.

Preg Cat = C dan


D jika digunakan dlm waktu lama atau dosis tinggi
pd akhir masa kehamilan.
3. Fentanil HCl
 Indikasi :
nyeri kronik yg sukar ditangani pada kanker
 KI & ES :
idem garam morfin
 Dosis :
injeksi iv 50 – 200 mcg sesuai dengan
kebutuhan,anak 3 - 5 mcg/kg sesuai dgn kebutuhan.

Preg Cat = C dan


D jika digunakan dlm waktu lama atau dosis tinggi
pd akhir masa kehamilan.
4. Kodein Fosfat
 Indikasi :
nyeri ringan sampai sedang, antitusiv
 KI :
asma bronkial, depresi pernapasan akut, trauma kepala,
alkoholisme akut, penyakit perut akut, setelah operasi
saluran empedu.
 ES :
mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, ketergantungan,
sembelit.
 Dosis :
anak – anak 3 – 4x sehari 1 mg pertahun usia,dewasa 10 – 20
mg.
Preg Cat = C dan
D jika digunakan dlm waktu lama atau dosis tinggi pd akhir
masa kehamilan.

5. Tramadol
.
DEMAM (PYREXIA)
 Demam merupakan salah satu gejala.
 Demam adalah suatu keadaan saat suhu badan melebihi batas normal yaitu
36,5 - 37,5oC yang disebabkan oleh penyakit atau peradangan.
 Demam juga bisa merupakan pertanda bahwa sel antibodi manusia ( sel darah
putih ) sedang melawan suatu infeksi virus atau bakteri (suatu homeostatis).
 Terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan suhu tubuh, diantaranya
adalah:
 hipotermia (suhu tubuh < 35º C),
 suhu normal (36,5 – 37,5 º C),
 demam (>37,5º C),
 hyperpyrexia (>40º C).

Beberapa lokasi tubuh yang dapat dijadikan lokasi acuan untuk mengukur suhu
diantaranya adalah mulut, ketiak (aksila), anus (rektal), dan telinga (otic).
Pengukuran suhu pada anus akan menunjukkan suhu normal sedikit lebih tinggi
(37,5 – 38,3º C).
.
Pengertian

adalah obat – obat atau zat yang dapat


menurunkan suhu badan pada keadaan
demam.
MEKANISME KERJA OBAT
 Antipiretik
Bekerja dengan
meningkatkan eliminasi panas dengan suhu
badan tinggi, dengan cara :
menimbulkan dilatasi pembuluh darah
(vasodilatasi) perifer dan
mobilisasi air
sehingga terjadi pengenceran darah dan
pengeluaran keringat.
.
1. Parasetamol  Dominan Analgetik-Antipiretik, efek
antiinflamasi rendah
2. Asetosal ( ? )  Analgetik-antipiretik, dominan
antiinflamasi
3. Ibuprofen  Analgetik/Antipiretik, Antiinflamsi tdk
sekuat aspirin.
Obat – obat ini bekerja dgn menurunkan suhu badan
.
 Indikasi : ?
 KI : ?
 Es : ?
 Dosis : ?
 WARNING !!!
Perhatikan Kategori US FDA Pregnancy Category
(keamanan jika diberikan selama kehamilan).
Penggolongan Obat berdasarkan Keamanan
Jika Diberikan Selama Kehamilan
Kategori Definisi Contoh
Obat-obat yg telah banyak digunakan Parasetamol, penisilin,
A oleh wanita hamil tanpa disertai
kenaikan frekuensi malformasi janin atau
pengaruh buruk lainnya
eritromisin, digoksin, isoniazid,
dan asam folat

Obat yg pengalaman pemakaiannya B1: Simetidin, dipiridamol,


B pd wanita hamil masih terbatas,
tetapi tdk terbukti meningkatkan
frekuensi malformasi / pengaruh
spektinomisin
B2: Tikarsilin, amfoterisin,
buruk lainnya pd janin. dopamine, asetilkistein,
Berdasarkan studi toksikologi pd alkaloid belladonna
hewan terbagi: B3: Karbamazepin,
1. B1: Dari penelitian hewan tdk
terbukti meningkatnya kejadian
pirimetamin, griseofulvin,
kerusakan janin. trimethoprim, mebendazol
2. B2: Data dari penelitian pd
hewan belum memadai, ttp ada
petunjuk tdk
meningkatnyakejadian
kerusakan janin.
3. B3: Penelitian pd hewan
menunjukkanpeningkatan
kejadian kerusakan janin, ttp
belum tntu bermakna pd
manusia.
Penggolongan Obat berdasarkan Keamanan
Jika Diberikan Selama Kehamilan

Kategori Definisi Contoh


Obat-obat yg dpt memberi Narkotik, fenotiazin,
C pengaruh buruk pd janin tanpa
disertai malformasi anatomi dan
semata-mata krn efek
rifampisin, aspirin, AINS,
diuretik
farmakologinya. Efeknya bersifat
reversible.
Obat-obat yg terbukti Androgen, fenitoin,
D menyebabkan meningkatnya
kejadian malformasi janin pd
manusia / menyebabkan
pirimidon, fenobarbiton,
kinin, klonazepam, asam
kerusakan janin yg bersifat valproate, anabolic steroid
irreversible. Obat-obatan dlm
kategori ini juga mempunyai efek
farmakologi yg merugikan janin.
Kategori obat yg telah terbukti Isotretionin,
X mempunyai risiko tinggi terjadinya
pengaruh buruk yg menetap
(irreversible) pd janin jika diminum
dietilstilbesterol, tolidomid

pd masa kehamilan. Obat dlm


kategori ini merupakan
kontraindikasi mutlak selama
kehamilan.
.
1. Fungsi hati
2. Usia
3. Faktor genetik
4. Adanya pemakaian obat lain scr bersamaan.
Semoga diberi
kemudahan
dan
Sukses
Keterangan Sediaan
tambahkan dari buku
MMN Basic
Farmakologi !!! Hal
267)
ISOFARMAKOTERAPI

Anda mungkin juga menyukai