Disusun oleh:
Musgenta Ade Surya
(5170811249)
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Waduk Sermo merupakan salah satu obyek wisata yang cukup berpotensi
untuk meningkatkan APBD di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai obyek
wisata, waduk ini masih kurang diminati oleh wisatawan. Kunjungan wisatawan
ke waduk hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya di masa-masa liburan.
Rendahnya minat wisatawan ke waduk, kemungkinan karena kurangnya hiburan
di waduk ini. Jumlah wisatawan kemungkinan dapat meningkat apabila disertai
atraksi wisata, pertunjukan kesenian atau paket wisata.
Waduk Sermo juga dimanfatkan untuk perikanan. Banyak ikan yang ditebar
di wilayah danau dan terdapat pula usaha keramba apung. Pakan ikan yang ditebar
dan sisa-sisa dari rumah makan yang di dibuang sekitar danau dapat menjadi
limbah di perairan. Namun sejak tahun 2010, usaha perikanan hanya berupa benih
yang langsung ditebar ke perairan danau tanpa ada jaring apung maupun keramba.
Menurut Yulianto (2002), Waduk Sermo menjadi salah satu aset daerah
yang diprogramkan untuk memulihkan kondisi perekonomian yang sempat
terpuruk dengan mengembangkan kegiatan perikanan darat. Konsep peningkatan
kegiatan perikanan darat ini juga ditujukan untuk mendukung sektor pariwisata
yang telah dikembangkan. Keberadaan perikanan darat ini menghasilkan limbah
dari pakan yang menyebabkan penurunan kualitas air waduk.
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Air yang ditampung di waduk digunakan untuk berbagai pemanfaatan, antara lain:
sebagai sumber baku air minum, pembangkit tenaga listrik, perikanan, pariwisata,
sumber air irigasi dan lain-lain. Barus (2002) menjelaskan bahwa waduk adalah
perairan menggenang yang terbentuk karena pembendungan sungai. Berdasarkan
tipe sungai yang dibendung dan kegunaan danau, maka dikenal tiga tipe waduk,
yaitu: waduk lapangan , waduk irigasi dan waduk serbaguna. Ketiga waduk ini
mempunyai perbedaan pada fungsi, dan perbedaan yang paling mendasar
adalah lama ketersediaan air di waduk. Waduk lapangan mampu berair
6-9 bulan dan mongering di musim kemarau. Waduk irigasi berair sekitar 9-12
bulan, dan dapat dikeringkan apabila akan dilakukan perbaikan. Waduk
Serbaguna akan berair sepanjang tahun dan tidak dapat dikeringkan.
Waduk Waduk
43 Masa berair(m)
maksimum (bulan) 6-9
5 9-12
25 12
100
Bendung/listrik/irigasi/
Sumber: Suwignyo,
5 2003 dalam
Fungsi Barus, 2002Lokal
(kegunaan) Irigasi PDAM (multifungsi)
a. Mengandung zat organik dan atau komponen lain yang dapat mengubah fungsi
air dengan peruntukannya. Zat organik dan atau komponen lain tersebut yang
disebut dengan parameter pencemar.
2. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan suatu penjelasan untuk sifat optik air sebagai benda
bening. Sama halnya benda bening lain, material dalam air akan menyerap dan
memancarkan cahaya yang diterima. Menurut APHA (1976, Davis dan Cornwell,
1991, dalam Effendi, 2003), kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan 6organik
dan anorganik yang tersuspensi maupun yang terlarut. Parameter ini dinyatakan
dalam satuan unit turbiditas atau setara dengan 1 mg/liter SiO. Kekeruhan dalam
perairan mempengaruhi produktifitas primer pada perairan tersebut. Peningkatan
turbiditas sebesar 5 NTU di danau dapat mengurangi produktifitas primer sebesar
75 %.
Air yang terdapat pada suatu perairan bukanlah air murni dalam konsep
kimia yaitu H2O. Didalam air tersebut terdapat berbagai bahan yang
mencampurinya. Material padatan yang ada dalam air dapat dalam bentuk
material yang tersuspensi maupun material yang terlarut. Material padat yang ada
dalam air ini disebut padatan total.
B. Parameter Kimia
2. Nitrat (NO3¯)
3. Nitrit (NO2¯)
Sumber nitrit di perairan adalah limbah yang berasal dari kegiatan industri
dan kegiatan domestik. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/l dapat bersifat racun
bagi organisme perairan yang organik. Bagi manusia dan hewan, senyawa ini
bersifat lebih beracun daripada nitrat. Pada manusia, konsumsi nitrit yang
berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh
hemoglobin darah yang kemudian dapat membentuk ,met-hemoglobin. Met-
hemoglobin ini tidak mampu mengikat oksigen.
4. Amoniak (NH3¯N)
Amoniak dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Sumber
amoniak di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen 9organik (protein dan urea)
dan nitrogen anorganng terdapat di dalam tanah dan air yangp berasal dari
dekomposisi bahan oorganik oleh mikroba dan jamur (Effendi, 2013). Denitrifkasi
oleh aktifitas mikroba pada kondisi anaerob, biasanya terjadi pada pengolahan
limbah jga menghasilkan gas amonia dan gas-gas lain.
5. DO (Dissolved oxygen)
Oksigen merupakan unsur yang sangat penting bagi makhluk hidup baik
di darat maupun di perairan. Apabila oksigen yang ada di bumi habis maka semua
makhluk hidup akan mati. Selain makhluk hidup, sebagian proses fisika dan kimia
juga membutuhkan keberadaan unsur ini.
Menurut Barus (2002), kadar oksigen di udara mencapai 21% dari seluruh
volume udara, sedangkan air hanya mampu menyerap air 1% dari keseluruhan
volume air. Namun menurut Cole (1988, dalam Effendi, 2003), menyatakan
bahwa oksigen yang terlarut dalam air dipengaruhi oleh kedalaman air tersebut.
Setiap peningkatan kedalaman sebesar 10 meter maka akan terdapat peningkatan
tekanan sebesar 1 atm. Sedangkan menurut Brown (1897, dalam Effendi, 2003),
yang mempengaruhi kadar oksigen terlarut adalah suhu dari suatu perairan. Hal
ini disebabkan karena peningkatan suhu sebesar 1°C akan meningkatkan
konsumsi oksigen sekitar 10%.
Oksigen terlarut berasal dari penyerapan oksigen di udara oleh air dan
proses fotosintesis tumbuhan akuatik. Menurut Barus (2002), di perairan
tergenang (waduk, danau, rawa), oksigen banyak dihasilkan oleh hasil fotosintesis
alga yang berada di mintakat epilimnion. Karena adanya proses fotosintesis ini
menyebabkan kadar oksigen di siang hari cenderung lebih tinggi daripada
di malam hari. Hal ini terjadi karena keberadaan sinar matahari membantu
fotosintesis dan meningkatkan kadar oksigen, sedangkan proses respirasi
organisme tidak mengalami perubahan.
Demand)
7. Fosfat (PO4¯P)
0-0,02 mg/l; perairan dengan tingkat kesuburan sedang dengan kadar fosfat
sekitar 0,021-0,05 mg/l; dan perairan dengan kesuburan tinggi memiliki kadar
fosfat mencapai 0,051-0,1 mg/l (Liaw, 1969; dalam Effendi, 2003)
C. Parameter Biologi
Menurut Alaert dan Santika (1987), air bisa menjadi suatu penrantara
penyakit. Hal ini dapat terjadi apabila air yang dimanfaatkan oleh manusia ini
mengandung berbagai bakteri patogen yang dapat menyerang manusia. Di
perairan bakteri patogen biasanya sangat sedikit dan cukup sulit untuk diukur
keberadaannya. Pengukuran bakteri coli ini biasanya dengan menggunakan
organisme petunjuk. Sumber utama bakteri coli adalah kotoran manusia dan
kotoran hewan berdarah panas.
Limbah adalah segala macam sisa dari adanya suatu kegiatan yang tidak
dimanfaatkan lagi baik untuk kegiatan produksi lebih lanjut, untuk konsumsi,
maupun untuk distribusi dan sisa tersebut kemudian di buang ke badan air, udara
ataupun tanah (Suparmoko, 2000). Limbah ini kalau melebihi daya tampung
lingkungan akan dapat menciptakan pencemaran lingkungan baik lingkungan air,
udara maupun tanah. Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukinya
mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam,
sehingga kualitas alam turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang sesuai peruntukannya (Sudarmadji, 2006; dalam
Supardiono 2010).
Limbah yang masuk ke perairan biasanya berasal dari kegiatan manusia.
Kegiatan manusia yang berpotensi menjadi sumber pencemar adalah kegiatan
industri, permukiman dan pertanian. Kondisi perairan yang mengandung bahan
pencemar maupun limbah yang berlebihan berpotensi menyebabkan turunnya
produktifitas manusia maupun lingkungan. Menurut Zulkarnaen (2005), air
tercemar akan mengurangi kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan. Hal
ini menunjukkan pentingnya upaya meningkatkan kualitas air dengan cara
kelestarian sumberdaya air. Secara terinci sumber dan dampak pencemar terdapat
pada Tabel 1.2.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan