Anda di halaman 1dari 12

Bab I

PEMBUKAAN
Latar Belakang
Sebagai seorang mahasiswa sudah sewajarnya memiliki tugas yang diberikan oleh dosen .
Selain berguna untuk penunjang edukasi , juga berguna untuk melatih mental agar bisa
terbiasa melakukan hal yang banyak menguras tenaga . Melalui tugas lah hal itu paling
efektif dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan seorang mahasiswa akan pekerjaan
uang menumpuk . Untuk itu penulis menulis makalah yang berjudul“Antropologi “ini ,
mengingat arahan dosen agama penulis itu sendiri.
Perumusan Masalah
1. Apa Arti Antropologi ?
2. Apa penjelasan tentang kepribadian manusia itu sendiri menurut Kristen ?
3. Apa Tujuan Manusia Diciptakan menurut Kristen ?
4. Apa itu manusia sebagai mahluk sosial, spiritual , dan rasional ?
Tujuan Dan Manfaat
1. Menjelaskan apa arti antropologi
2. Menjelaskan tentang apa kepribadian manusia itu sendiri menurut Kristen
3. Menjelaskan apa tujuan manusia diciptakan menurut Kristen
4. Menjelaskan apa itu manusia sebagai mahluk , sosial , spiritual ,dan rasional
Bab II
ISI
ANTROPOLOGI
Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος
(baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana"
(dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang
mempelajari manusia. Dalam melakukan kajian terhadap manusia, antropologi
mengedepankan dua konsep penting yaitu: holistik dan komparatif. Karena itu kajian
antropologi sangat memperhatikan aspek sejarah dan penjelasan menyeluruh untuk
menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial ilmu hayati (alam), dan juga
humaniora.
Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai entitas
biologis homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan
komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam
memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak
awal kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggris cross-
cultural) dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok
manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup
(worldview).[1]
Dengan orientasinya yang holistik, antropologi dibagi menjadi empat cabang ilmu yang
saling berkaitan, yaitu: antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan
linguistik. Keempat cabang tersebut memiliki kajian-kajian konsentrasi tersendiri dalam
kekhususan akademik dan penelitian ilmiah, dengan topik yang unik dan metode penelitian
yang berbeda-beda.

Antropologi lahir atau berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa pada ciri-ciri fisik, adat
istiadat, dan budaya etnis-etnis lain yang berbeda dari masyarakat yang dikenal di Eropa.
Pada saat itu kajian antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di suatu kawasan
geografis yang sama, memiliki ciri fisik dan bahasa yang digunakan serupa, serta cara hidup
yang sama. Namun demikian dalam perkembangannya, ilmu antropologi kemudian tidak lagi
hanya mempelajari kelompok manusia tunggal yang mendiami suatu wilayah geografis yang
sama. Kajian-kajian antropologi mengenai isu-isu migrasi misalnya kemudian melahirkan
penelitian-penelitian etnografis multi-situs. Hal ini terjadi karena dalam perkembangannya,
pergerakan manusia baik dalam satu kawasan regional tertentu hingga dalam cakupan global
adalah fenomena yang semakin umum terjadi.

Penjelasan spesifikasi Pertanyaan Antropologi oleh Dosen Agama


KEPRIBADIAN MANUSIA

Nas : Pengkh 12:6-7


Ayat: "Ingatlah akan Dia (tidak ada dalam terjemahan LAI) sebelum rantai perak diputuskan
dan pelita emas dipecahkan, sebelum tempayan dihancurkan dekat mata air dan roda timba
dirusakkan di atas sumur, dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali
kepada Allah yang mengaruniakannya."
Dari semua makhluk yang diciptakan Allah, manusia adalah jauh lebih mulia dan paling
kompleks. Akan tetapi, oleh karena kesombongan, manusia sering kali lupa bahwa Allah
adalah Pencipta mereka, bahwa mereka adalah makhluk ciptaan dan bergantung pada Allah.
Artikel ini menelaah perspektif alkitabiah mengenai kepribadian manusia.

KEPRIBADIAN MANUSIA DALAM GAMBAR ALLAH.

1. 1) Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa umat manusia, oleh suatu keputusan
khusus dari Allah, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26-27). Jadi,
Adam dan Hawa bukanlah hasil evolusi (Kej 1:27; Mat 19:4; Mr 10:6; lih.
art.PENCIPTAAN).

Karena diciptakan menurut rupa Allah, manusia mampu menanggapi dan menjalin
persekutuan dengan Allah, dan mencerminkan kasih, kemuliaan, dan kekudusan-
Nya(lihat cat. --> Kej 1:26). [atau --> Kej 1:26]

2. 2) Perhatikan sekurangnya tiga aspek berbeda dari gambar Allah di dalam


manusia(lihat cat. --> Kej 1:26):[atau --> Kej 1:26]

Adam dan Hawa memiliki kesamaan moral dengan Allah, karena mereka adalah benar
dan kudus (bd. Ef 4:24), dengan hati yang sanggup mengasihi dan ingin melakukan
yang benar. Mereka memiliki kesamaan inteligensi (akal) dengan Allah, karena
mereka diciptakan dengan roh, pikiran, perasaan, dan kuasa untuk memilih (Kej 2:19-
20; 3:6-7). Dalam arti kata tertentu, susunan jasmaniah manusia adalah menurut
gambar Allah dalam cara yang berbeda dengan binatang. Allah memberikan kepada
manusia rupa yang dengannya Dia akan menampakkan diri dalam PL (Kej 18:1-2)
dan bentuk yang sekali kelak akan dipakai oleh Anak-Nya (Luk 1:35; Fili 2:7).

3. 3) Ketika Adam dan Hawa berbuat dosa, gambar Allah ini menjadi sangat rusak tetapi
tidak seluruhnya binasa.
1. (a) Pasti kesamaan moral mereka dengan Allah rusak ketika mereka berdosa
(bd. Kej 6:5), sehingga mereka tidak sempurna dan kudus lagi, tetapi kini
cenderung berbuat dosa. Kecenderungan ini mereka turunkan kepada anak-
anak mereka (bd. Kej 4:1-26;lihat cat. --> Rom 5:12).[atau --> Rom 5:12]

PB menegaskan kerusakan gambar Allah ini ketika menyatakan bahwa orang


percaya tertebus harus dibaharui kepada kesamaan moral yang semula dari
Allah (bd. Ef 4:22-24; Kol 3:10).

2. (b) Pada saat bersamaan, manusia berdosa masih memiliki banyak aspek
kesamaan dengan Allah dalam hal akal, dengan kemampuan untuk bersekutu
dan berkomunikasi dengan Dia (bd. Kej 3:8-19; Kis 17:27-28). Dimensi
gambar Allah ini juga rusak tetapi tidak dihapuskan seluruhnya ketika Adam
dan Hawa berdosa di Taman Eden (bd. Kej 9:6; Yak 3:9).

KOMPONEN-KOMPONEN KEPRIBADIAN MANUSIA.


Alkitab menyatakan bahwa kepribadian manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah itu,
merupakan suatu ketritunggalan yang mencakup komponen roh, jiwa, dan tubuh (1Tes
5:23; Ibr 4:12).

1. 1) Allah membentuk Adam dari debu tanah (tubuh) dan menghembuskan nafas hidup
ke dalam hidungnya (roh), dan manusia pun menjadi "makhluk yang hidup"
(jiwa; Kej 2:7). Allah bermaksud agar dengan memakan buah pohon kehidupan dan
menaati perintah-Nya untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan tentang yang
baik dan yang jahat, manusia tidak akan pernah mati tetapi akan hidup selama-
lamanya (bd. Kej 2:16-17; Kej 3:22-24). Hanya setelah kematian memasuki dunia
sebagai akibat dosa manusia kita membaca tentang terbaginya pribadi manusia
menjadi debu tanah yang kembali kepada tanah dan roh yang kembali kepada Allah
(Kej 3:19; 35:18; Pengkh 12:7; Wahy 6:9;lih. art.KEMATIAN).

Dengan kata lain, pemisahan tubuh dari roh dan jiwa adalah akibat dari kutukan Allah
atas umat manusia karena dosa dan akhirnya akan diperbaiki hanya pada saat
kebangkitan tubuh pada hari terakhir(lih. art.KEBANGKITAN TUBUH).

2. 2) Jiwa (Ibr. _nephesh_; Yun. _psyche_) sering diterjemahkan "hidup", secara singkat
dapat didefinisikan sebagai aspek non-materi dari pikiran, perasaan, dan kehendak
dalam kepribadian manusia yang menjadi hasil perpaduan roh dan tubuh. Jiwa
bersama dengan roh manusia akan hidup terus ketika tubuh seseorang meninggal.
Jiwa demikian terkait dengan batin seseorang sehingga sering kali dipakai sebagai
sinonim untuk "orang" (mis. Im 4:2; 7:20; Yos 20:3). Tubuh (Ibr. _basar_; Yun.
_soma_) dapat didefinisikan secara singkat sebagai unsur materi seseorang yang
kembali ke tanah pada saat orang itu meninggal (kadang-kadang disebut daging). Roh
(Ibr. _ruach_; Yun. _pneuma_) secara singkat dapat didefinisikan sebagai unsur hidup
non-materi manusia. Dalam roh ini tinggal kemampuan rohani dan hati nurani kita;
melalui aspek inilah kita berhubungan dengan Roh Allah.
3. 3) Dari ketiga komponen yang merupakan "keseluruhan" kepribadian manusia hanya
jiwa dan roh yang tidak bisa musnah dan tetap ada setelah kematian, apakah untuk
tinggal di sorga (Wahy 6:9; 20:4) atau di neraka (bd. Mazm 16:10; Mat 16:26). Akan
tetapi, Alkitab menandaskan bahwa selama kita hidup, orang percaya harus
memelihara dengan baik tubuh mereka dengan menjauhkannya dari kebejatan dan
kejahatan (Rom 6:6,12-13; 1Kor 6:13- 20; 1Tes 4:3-4) dan dengan mengabdikannya
kepada pelayanan Allah (Rom 6:13; 12:1;lih. art.NORMA-NORMA MORALITAS
SEKSUAL).

Tubuh juga akan mengalami perubahan pada hari kebangkitan sehingga kepribadian
manusia pada akhirnya tertebus secara sempurna bagi mereka yang ada di dalam
Kristus Yesus.

BERBAGAI TANGGUNG JAWAB KEPRIBADIAN MANUSIA.


Ketika Allah menciptakan umat manusia, Dia mempercayakan beberapa tanggung jawab
kepada mereka.

1. 1) Allah menciptakan mereka menurut gambar-Nya sendiri supaya Ia dapat menjalin


hubungan kasih pribadi dengan mereka untuk selama-lamanya dan supaya mereka
dapat memuliakan Dia sebagai Tuhan. Allah begitu mendambakan umat manusia
yang bergembira di dalam Dia, memuliakan diri-Nya, dan hidup dalam kebenaran dan
kekudusan di hadapan-Nya sehingga ketika Iblis berhasil mencobai Adam dan Hawa
untuk memberontak dan tidak menaati Allah, Tuhan berjanji akan mengirim seorang
Juruselamat untuk menebus dunia(lihat cat. --> Kej 3:15;[atau --> Kej 3:15]lih.
art.PENCIPTAAN).
2. 2) Allah menghendaki manusia mengasihi diri-Nya melebihi segala sesuatu dan
sesamanya seperti diri sendiri. Perintah ganda untuk mengasihi ini merangkum
seluruh hukum Allah (Im 19:18; Ul 6:4-5; Mat 22:37-40; Rom 13:9- 10).
3. 3) Allah juga menetapkan lembaga pernikahan di Taman Eden (Kej 2:21-24). Ia
bermaksud bahwa pernikahan harus bersifat monogami, hubungan seumur hidup di
antara suami dengan istri (bd. Mat 19:5-9; Ef 5:22-33). Di dalam konteks pernikahan,
Allah memerintahkan agar manusia "beranakcucu dan bertambah banyak" (Kej 1:28;
9:7). Laki-laki dan wanita harus memperanakkan keturunan yang saleh dalam konteks
keluarga. Allah menganggap keluarga saleh dan membesarkan anak-anak di dalam
hubungan keluarga yang sehat sebagai prioritas tertinggi di dunia(lihat cat. --> Kej
1:28).[atau --> Kej 1:28]
4. 4) Allah juga memerintahkan Adam dan seluruh keturunannya untuk "taklukkanlah"
bumi, dan "berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
segala binatang yang merayap di bumi" (Kej 1:28). Di Taman Eden itu Adam sudah
menerima tanggung jawab untuk memelihara kebun itu dan memberi nama kepada
semua binatang yang ada (Kej 2:15,19-20).
5. 5) Perhatikan bahwa ketika Adam dan Hawa berbuat dosa dengan memakan buah
terlarang, sebagian dari kekuasaan mereka atas dunia beralih kepada Iblis yang kini
selaku "ilah zaman ini" (2Kor 4:4) menguasai zaman jahat dewasa ini(lihat cat. --
> 1Yoh 5:19;[atau --> 1Yoh 5:19]bd. Gal 1:4; Ef 6:12;lih. art.PEMELIHARAAN
ALLAH).

Tetapi Allah masih mengharapkan agar orang percaya memenuhi maksud ilahi ini dengan
memelihara dunia ini dengan baik, dengan menyerahkan segala hal di bumi ini
kepada-Nya dan dengan mengelola ciptaan-Nya sehingga memuliakan Dia (bd. Mazm
8:7-9; Ibr 2:7-8).

6. 6) Karena kehadiran dosa di dalam dunia, Allah mengutus Anak-Nya Yesus untuk
menebus dunia. Tugas berat memberitakan amanat kasih penebusan Allah itu telah
diberikan kepada umat Allah, yang telah dipanggil-Nya menjadi saksi-saksi Kristus
dan keselamatan-Nya hingga ke ujung bumi (Mat 28:18-20; Kis 1:8) dan untuk
menjadi garam dan terang dunia (Mat 5:13-16).

Tujuan Manusia Diciptakan

Pertanyaan ini adalah pertanyaan "klasik" yang selalu muncul dari abad ke abad, dari
generasi ke generasi, baik miskin atau kaya. Manusia mencari jawaban atas pertanyaan ini
karena dari lubuk hatinya yang paling dalam, manusia tahu bahwa tidak mungkin ia
diciptakan oleh Penciptanya tanpa tujuan. Ada banyak orang masih percaya sampai sekarang
bahwa Allah menciptakan manusia karena Ia kesepian dan Ia membutuhkan persekutuan
dengan orang lain, maka diciptakanNyalah manusia. Hal ini sulit kita terima karena sebagai
orang Kristen kita tahu bahwa di dalam ketiga oknum Allah Tritunggal ada persekutuan yang
sempurna. Ada juga yang berkata bahwa Allah menciptakan manusia untuk membuat dunia
lebih baik. Hal ini juga tidak menolong kita karena kita tahu bahwa dunia tidak bertambah
baik dan "dunia akan lenyap dengan segala keinginannya".
Sumber utama bagi iman Kristen untuk mencari kebenaran adalah dari Alkitab, karena
Alkitab adalah Penyataan Allah tentang Diri-Nya dan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya
dari manusia. Alkitab berkata bahwa Allah mempunyai tujuan yang jelas mengapa Ia
menciptakan manusia:

1. Manusia diciptakan untuk memuliakan Tuhan


Yesaya 43:7
"Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-
ujung bumi, semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku, yang Kuciptakan untuk
kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang Kujadikan!"

Efesus 1:11-12
"Aku katakan 'di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang
dijanjikan -- kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan
maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak- Nya --
supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-
pujian bagi kemuliaan-Nya."

Wahyu 4:11
"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa;
sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendakMu semuanya
itu ada dan diciptakan."

1 Korintus 10:31
"Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang
lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah."

2. Manusia diciptakan untuk menikmati persekutuan dengan Tuhan


Mazmur 27:4
"Satu hal yang kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini; diam di rumah Tuhan seumur
hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati Bait-Nya."

1 Korintus 1:9
"Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan
kita, adalah setia."

2 Korintus 13:13
"Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus
menyertai kami sekalian."

3. Manusia diciptakan untuk melakukan kehendak-Nya Yohanes 14:21


"Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan
barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun akan mengasihi dia
dan akan menyatakan diriKu kepadanya."
1 Tesalonika 2:12
"dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang
memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya."

Wahyu 2:26
"Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaanKu sampai kesudahannya, kepadanya
akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa- bangsa."
Manusia Sebagai mahluk Rasional , Sosial , Spiritual
1. Manusia sebagai mahluk Rasional
Bertrand Russel sempat mengungkapkan bahwa ‘banyak orang akan lebih cepat mati
daripada berpikir. Dalam kenyataannya mereka begitu’.

Berpikir merupakan proses internal dimana informasi ditransformasikan, berpikir dapat


diarahkan dan mengambil peranan penting dalam pengambilan keputusan dan pada level
struktural, menghasilkan formasi dari representasi mental. Kemudian beberapa perselisihan
terjadi terkait dengan berpikir merupakan proses internal ataukah hanya sejauh yang dapat
diukur secara perilaku. Konsep formasi melibatkan bentuk yang tajam untuk
mengklasifikasikan objek dan pencarian tata cara yang relevan dengan konsep tersebut.
Aktivitas kognitif melibatkan proses proses penting meliputi belajar, asosiasi, dan pengujian
hipotesis.

Strategi untuk formulasi dan pengujian hipotesis selama formasi konsep meliputi scanning
dan fokus pada prosedur, dengan fokus pada tekhnik (hampir sama dengan prosedur ilmiah)
yang menjadi lebih efektif daripada strategi scanning. Subtype pada masingmasing partisipan
strategi boleh memilih dalam pembentukan konsep untuk menyertakan pemindaian dan
pemusatan antara lain ; pemindaian simultan, pemindaian berturut-turut, pemusatan
konservatif dan kemungkinan focus (focus gambling).

Berpikir merupakan proses umum untuk menentukan sebuah isu dalam pikiran, sedangkan
logika sendiri adalah ilmu berpikir. Penelitian mengenai penalaran deduktif mengindikasikan
bahwa kesimpulan silogisme dipengaruhi oleh bentuk presentasi (visual vs verbal, banyaknya
alternatif bagi premis umum, bentuk argumen (positif vs negatif), pengetahuan jangka
panjang yang berhubungan dengan masalah, dan level intelegensi problem solver.

Penalaran induktif menghasilkan kesimpulan yang sering diekspresikan pada kemungkinan


pernyataan dan kesesuaian lebih pada pengambilan keputusan sehari-hari daripada silogisme
atau penalaran deduktif. Seperti yang dinyatakan dalam EnsklopediColumbia Ringkas
tentang deduksi yakni Deduksi 1) dalam logika tradisonal, proses penarikan, dengan
penalaran, konklusi tertentu dari prinsip-prinsip umum yang diasumsikan benar. Silogisme
Aristoteles adalah contoh klasik dari penalaran deduktif dalam tradisi. 2) Dalam logika
kontemporer, pernyataan apapundiperoleh dengan sebuah transformasi aturan dalam sebuah
aksioma; lebih umum. Istilah ini sekarang ditujukan pada sebuah proses mendapatkan
teorema dalam aksioma-aksiama, atau konklusi dari premis-premis, dengan aturan formal
(aturan transformasi).

DidalamEnsklopediColumbia ringkas juga disebutkan mengenai induksi, induksi dalam


proses penalaran dari khusus ke umum. FrancisBacon mengajukan induksi sebagai logika
penemuan ilmiah dan Deduksi sebagai logika argumentasi. Sebenarnya, kedua proses ini
digunakan bersama secara teratur dalam ilmu empiric: dengan pengamatan terhadap
peristiwa-peristiwa tertentu (induksi) dan dari prinsip-prinsip yang sudah diketahui (deduksi),
prinsip hipotesis baru kemudian dirumuskan dan hukum dimunculkan.

Penelitian pada pengambilan keputusan menunjukkan bahwa solusi untuk suatu masalah
dipengaruhi oleh faktor memori (keberadaan hipotesis), referensi sudut pandang yang
mempengaruhi formulasi masalah, kegagalan untuk menyadari seberapa samakah sebuah
kejadian pada populasinya, dan meremehkan signifikansi matematis dari kejadian yang
mungkin.

Pengambilan keputusan dalam dunia nyata dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni
dengan dialog penalaran, buah pemikiran yang keliru dari Reifikasi, Argumen adHomien,
Argumen yang menggunakan paksaan dan kekuatan, menggunakan kekuasaan dan ketenaran,
argument mayoritas pasti benar serta argument manusia jerami.

Manusia direpresentasikan sebagai makhluk yang paling rasional karena seluruh makhluk
hidup membentuk konsep menggunakan ketentuan rasional. Dalam siligisme, Validitas
sebuah argumen dapat ditentukan oleh ketentuan logis, bahkan jika diketahui oleh salah satu
dari struktur atau isi argument yang salah. Manusia yang awalnya rasional dapat bertindak
irasional ketika mengambil keputusan tentang sekumpulan kejadian yang benar.

2. Manusia Sebagai Mahluk Spiritual


Manusia adalah satu kata yang sangat bermakna dalam dimana makhluk yang sangat
sempurna dari makhluk makhluk lainya ,makhluk yang sangat spesial dan berbeda dari
makhluk yang ada sebelumnya ,makhluk yang bersifat nyata dan mempunyai akal fikiran dan
nafsu yang diberikan Tuhan untuk berfikir,mecarikebenaran,mencari Ilmu Pengetahuan ,
membedakan mana yang baik atau buruk, dan hal lainya.karena begitu banyak kesempurnaan
yang di miliki manusia tidak terlepas dari tugas mereka sebagai khalifah di Bumi ini Karena
itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada
makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun
demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu
mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut
mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat
seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada tantangan moral yang
saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan
jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia
berkualitas.

Secara fitrah manusia menginginkan “kesatuan dirinya” dengan Tuhan, karena itulah
pergerakan dan perjalanan hidup manusia adalah sebuah evolusi spiritual menuju dan
mendekat kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah yang akhirnya akan mengarahkan dan
mengaktualkan potensi dan fitrah tersembunyi manusia untuk digunakan sebagai sarana
untuk mencapai “spiritualityprogress”.
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-
tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan
dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat
dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi. Kebutuhan maslow harus
memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu
penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu
kebutuhan yang berada di bawahnya .

Lima (5) kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting
hingga yang tidak terlalu krusial :

1. Kebutuhan Fisiologis. Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan


/ rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan
lain sebagainya.

2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan. Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas
dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.

3. Kebutuhan Sosial. Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan


cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.

4. Kebutuhan Penghargaan. Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi
lainnya.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka
hati sesuai dengan bakat dan minatnya

Menjelang akhir hayatnya, Abraham Maslow menyadari dan menemukan adanya


kebutuhan yang lebih tinggi lagi pada sebagian manusia tertentu, yaitu yang disebut sebagai :
kebutuhan transcendental. Berbeda dengan kebutuhan lainnya yang bersifa horizontal
(berkaitan hubungan antara manusia dengan manusia), maka kebutuhan transcendental lebih
bersifat vertikal (berakaitan dengan hubungan manusia dengan Sang Pencipta). Muthahhari,
Seorang filsuf muslim dunia yang menghasilkan banyak karya filosofis berharga– pernah
menyatakan bahwa manusia itu sejati dan senyatanya adalah sosok makhluk spiritual.

Untuk Apa Beragama ? Sebagaimana kita fahami, agama merupakan sebuah jalan bagi
manusia untuk mencari kebahagiaan. Agama menjadi pedoman dan ajaran yang dikuti oleh
banyak manusia, sebagai upaya untuk mendapatkan kebahagiaan. Orang beragama pada
dasarnya adalah untuk mendapatkan kebahagiaan.

Menurut Karl Marx (1818-1883), seorang ahli


filsafat kelahiran Jerman. Menurut Marx, agama sebagai candu masyarakat Dalam pandangan
Marx, agama memang pantas disebut sebagai candu masyarakat karena seperti candu, ia
memberikan harapan-harapan semu, dapat membantu orang untuk sementara waktu
melupakan masalah real hidupnya. Seorang yang sedang terbius oleh candu/opium dengan
sendirinya akan lupa dengan diri dan masalah yang sedang dihadapinya. Ketika orang sedang
masuk dalam penderitaan yang dibutuhkan tidak lain adalah candu yang dapat membantu
melupakan segala penderitaan hidup, kendati hanya sesaat saja.
Bagi Marx, agama merupakan medium dari ilusi sosial.Dalam agama tidak ada
pendasaran yang real-obyektif bagi manusia untuk mengabdi pada kekuasaan
supranatural. Hal ini bisa dijelaskan dari bagaimana agama berkembang. Agama
berkembang karena diwartakan oleh masyarakat yang mempunyai kekuasaan atau oleh
masyarakat yang mempunyai kekuasaan atau oleh masyarakat yang didukung oleh orang-
orang yang memiliki kekuasaan itu. Agama tidak berkembang karena ada kesadaran dari
manusia akan pembebasan sejati, tetapi lebih karena ada keasadaran dari manusia akan
pembebasan sejati, tetapi lebih karena kondisi yang diciptakan oleh orang-orang yang
memiliki kuasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Propaganda agama yang dilakukan
oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan dipandang oleh Marx sebagai sikap meracuni
masyarakat. (EustaSupono, Agama Solusi atau Ilusi?, 2003)

3. Manusia Sebagai Mahluk Sosial


Benarkan manusia sebagai makhul sosial? karena manusia melampaui batas kebutuhan
manusia. Pada usia bayi ia sudah menjalin hubungan dengan ayah dan ibu, dalam bentuk
gerakan, senyuman, dan kata-kata. Pada usia 4 tahun ia mulai berhubungan dengan teman -
teman sebaya dan melakukan kontak sosial. Pada usia - usia selanjutntya ia berhasil dengan
norma- norma pergaulan dengan Lingkungan yang semakin luas. Manusia hidup dalam
Lingkungan sosialnya.

Berdasarkan proses diatas, manusia dilahirkan dengan keterbatasan dan manusia


naluriah membutuhkan hidup dengan manusia lain. Manusia sejak lahir dipelihara dan
dibesarkan dalam masyarakat yang diambil keluarga. Keluarga terbentuk karena adanua
pergaulan antar anggota sehingga dapat diminta agar berkeluarga merupakan kebutuhan
manusia. Esensi manusia memerlukan orang lain atau hidup dalam kelompoknya.

Jadi menurut kodratnta manusia mana pun pada zaman apa pun selalu hidup bersama, hidup
berkelompok. Dalam sejarah perkembangan manusia tidak ada kata pun yang hidup terpisah
dari kelompok manusia lain. Hidup menyendiri terlepas dari pergaulan masyarakat hanya
mungkin terjadi dalam dongen belaka (seperti Tarzan) namun dalam hal hal itu tidak
mungkin terjadi. Karena dulu pada diri manusia terdapat hasrat untuk membantu dengan
hasrat dalam satu kelompok hasrat untuk bermasyarakat.
Bab III

Penutup

Kesimpulan
Manusia Pada dasarnya diciptakan bukan sebagai mahluk yang sempurna , yang bisa
seperti Allah . Kita diciptakan segambar dan serupa dengan Allah karena kebijaksanaan Allah
itu sendiri . Untuk itu mengingat kita adalah manusia yang tidak sempurna maka kita
sepatutnya menyembah Allah . Agar apa yang kurang ada pada kita Ia Tuntun melalui Roh
Kudus yang memimpin . Sudah selayaknya Tuhan diatas segalanya , sebab tidak ada yang
layak menyamakan diri kedudukannya disurga. Dan juga manusia ada adalah mahluk rasional
yang berpikir secara logika , hal itu karena kita telah jatuh kedalam dosa setelah Adam dan
hawa memakan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk . Kita sadar akan
adanya Allah dihidup kita melihat pola pikir manusia yang rasional melihat gejala alam yang
begitu teratur maka kita tahu bahwa Allah pencipta segalanya dan kita harus menyembah nya
. Untuk itu kita disebut sebagai mahluk spiritual . Dibalik itu juga kita disebut sebagai
mahluk sosial , mahluk yang membutuhkan orang lain karena kita bukan manusia yang
sempurna .
Makalah “ANTROPOLOGI”
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
1. Pius Haris Fahriyan
2. Jeremia Hadinata Sihombing
3. RosalyndaPardede
4.

Universitas Asahan
Fakultas Teknik
T.A 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai