Anda di halaman 1dari 3

Akselerasi Bukan Alasan untuk Berhenti Berkreasi

Oleh : Irfaninda Putri I. A.

Kata lagu lawas “masa-masa paling indah, masa-masa di sekolah”. Ya, Namaku Irfaninda
Putri Imroatul Azizah. Aku merupakan satu dari tiga puluh tiga anak yang mengikuti program
akselerasi di SMA tercinta kami, SMA Negeri 1 Talun. Mungkin kata ‘akselerasi’ sudah tidak
asing lagi ditelinga kita semua. Benar sekali, akselerasi merupakan program belajar yang hanya
menempuh pendidikan selama dua tahun saja, berbeda dengan sekolah pada umumya yang harus
menempuh pendidikan selama tiga tahun. Jujur saja tak mudah bagi kami melalui ini semua,
ditambah ini tahun pertama sekolah kami mengadakan kelas percepatan (akselerasi).

Semua berawal ketika sekolah kami diharuskan mengadakan kelas akselerasi, kelas
olimpiade, dan kelas unggulan. Saat itu kami yang berada di kelas MIPA 1, 2, dan 3 ada
beberapa yang direkomendasikan oleh Bapak/Ibu Guru untuk mengikuti program akselerasi dan
ada juga yang ingin menjadi bagian dari kelas akselerasi karena tekad yang kuat. Tak semudah
itu untuk masuk di kelas akselerasi, kami harus menjalani serangkaian tes untuk bisa menjadi
bagian dari kelas percepatan (akselerasi). Peserta tes sebenarnya diperuntukkan untuk semua
kelas, namun rata-rata peminatnya hanya dari kelas MIPA 1, 2, dan 3. Sebenarnya banyak dari
kelas lain yang berkompeten dan layak. Namun, sepertinya banyak dari mereka yang kurang
percaya diri dan berminat.

Ketika pengumuman sudah keluar, siap tidak siap kami harus menerima kenyataan bahwa
sebentar lagi kami berpisah dengan teman sekelas. Ya, kami sudah bersama-sama selama satu
semester. Mungkin banyak dari kalian yang berpikiran “halah, cuma pindah kelas aja mewek!”.
Ini bukan hanya soal berpindah kelas atau apa, tapi kedekatan yang kami bangun selama satu
semester ini cukup menyisakan luka jika akhirnya harus dipindah karena sebuah kebijakan.
Alhasil, ada yang berada di kelas olimpiade (MIPA 1), ada juga yang berada di kelas akselerasi
(MIPA 2), dan di kelas unggulan (MIPA 3). Ya, setiap cerita punya porsi luka dan bahagia
masing-masing.

Tak hanya perihal persahabatan yang diuji, melainkan kami harus benar-benar
mempersiapkan diri untuk hal-hal penting ke depan. Porsi belajar ekstra harus kami lakukan. Les
sana-sini pun kami lakukan. Mungkin terkesan sangat memaksakan, namun ketahuilah kami
sangat solid. Berada di satu kelas yang notabene harus “ngebut” justru membuat kami merasa
harus berjuang bersama, melalui semua bersama-sama. Benar-benar jauh dari kata “sendirian”.
Resiko demi resiko harus mampu kami hadapi. Setiap pembagian rapor terkadang beberapa dari
kami ada yang mendapat teguran dari wakasek karena nilai kami menurun. Tak hanya itu,
beberapa oknum yang notabene “kurang suka” dengan kelas akselerasi pun tak jarang
mematahkan semangat kami. Namun, energi kami akan terbuang sia-sia jika hanya untuk
memikirkan omongan segelintir orang. Kami tak terlalu menanggapinya, karena mindset orang
pintar adalah diam dan buktikan. Keren kan? Hehe.
“Kalian pasti kehilangan masa-masa SMA ya?” Pasti banyak sekali pertanyaan serupa
yang mendekam di benak kalian. Berbohong jika kujawab tidak, karena otomatis bagi
anak-anak akselerasi diharuskan fokus untuk persiapan-persiapan ujian layaknya kelas
12. Mereka sangat dibatasi dalam mengikuti kegiatan yang dapat mengganggu
belajarnya. Namun siapa sangka, beberapa dari kami pun masih ada yang nekat
mengikuti kegiatan di dalam dan diluar sekolah. Contohnya Naufal, ia masih sering
mengikuti kegiatan Pramuka. Diam-diam di hari jumat ia tidak pulang karena ingin
melihat kegiatan adi-adik dan membantu teman-teman mengajar Pramuka. Selanjutnya
ada Irvan, yang masih sering pulang sore karena membantu kegiatan yang diadakan
OSIS. Irvan sangat handal di bidang IT, dan karena jiwa CINTA SMANTA yang begitu
kuat, membuat ia tetap andil dalam kegiatan sekolah kami. Selanjutnya ada Ariel, peraih
juara 1 lomba cerdas cermat PPKN dan juga juara 1 presentation skills competition.
Wow, keren kan? Kemudian ada aku yang diam-diam kecewa karena dibatasi dalam
kegiatan sekolah. Akhirnya aku pun mengikuti kegiatan diluar sekolah dan mendapat
juara 3 lomba duta genre kabupaten blitar, juara 1 presentation skills competition, dan
juga juara 3 lomba cerdas cermat bahasa Indonesia. Tak hanya itu aku pun mulai menulis
di wattpad, dan sekarang karyaku sudah dibaca lebih dari 60 ribu pembaca. Terkadang
ketika kita merasa bosan akan sesuatu, kita perlu melihat dunia luar yang lebih luas. Asal
belajar tetap nomor satu yaa.

Kisah kami tak hanya sebatas belajar dan belajar, melainkan lebih dari itu. Ada tujuan
besar di depan kami yang harus kami capai. Ya, bisa menuju jenjang yang lebih tinggi.
Ketika seleksi perguruan tinggi tak disangka kelas kami yang justru berkesempatan lebih
besar daripada kakak kelas. Sebanyak 22 anak berkesempatan mendaftar SNMPTN.
Jumlah yang cukup besar. Seperti halnya kompetisi, selalu ada yang menang dan ada
yang kalah. Masuk PTN pun demikian. Dari kelas kami sebanyak 5 anak berhasil lolos
SNMPTN. Jumlah yang cukup memuaskan untuk sebuah kelas akselerasi tahun pertama.
Bahkan PTN yang menerima kami dapat dibilang cukup populer. Seperti UGM, UB, ITS,
dan UM. Untuk teman-teman kami yang belum mendapat Perguruan Tinggi, mereka
sedang berjuang mempersiapkan diri melalui SBMPTN maupun kedinasan. Semangat
mereka sangat tinggi, tentu kami merupakan siswa yang berkualitas. Meskipun kami
hanya menempuh pendidikan selama dua tahun, namun kami tak kalah dengan yang tiga
tahun, hehe.

Nah, sekarang tak ada alasan lagi untuk ragu menjadi bagian dari kelas akselerasi. Kalian
berbeda, kalian istimewa. Mungkin, beberapa cerita akan kalian lewatkan. Namun, kalian
justru akan membuat cerita kalian sendiri yang orang lain belum tentu bisa
mendapatkannya. Selamat berjuang adik-adik manis.

Dari Kami, Akselerasi Angkatan Pertama

Anda mungkin juga menyukai