Anda di halaman 1dari 10

CV.

BOGAN RENCANA KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA KONTRAK
(RK3K)

A. KEBIJAKAN K3

Pekerjaan bidang konstruksi adalah merupakan hal yang kompleksitas dan begitu banyak melibatkan
unsure ataupun pihak lain, terutama tenaga kerja, alat dan bahan material dengan kapasitas besar atau
dalam jumlah yang besar baik secara pribadi ataupun secara kolektif bersama – sama dapat menjadi
sumber terjadinya kecelakaan. Kurangnya terampilnya tenaga kerja akan mempengaruhi kelancaran
pekerjaan dan sangat merugikan semua pihak yang terkait dalam kegiatan proyek.
Mengenai pentingnya RK3K sebelum pelaksanaan pekerjaan lapangan dimulai, diharapkan dapat
memberikan pertimbangan bahwa pentingnya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja yang
bermanfaat bagi pekerja proyek untuk dapat berprestasi secara optimal.
RK3K bertujuan untuk menciptakan pekerjaan yang aman dan menekankan Zero accident (nihil
kecelakaan fatal) dalam pelaksanaan proyek. Untuk itu agar dalam pelaksanaan proyek nantinya
terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta sebagai kerangka untuk menyusun sasaran
K3, dengan ini kami sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi menetapkan kebijakan K3 sebagai
berikut :

A.1 CV. BOGAN Menerapkan Kebijakan K3 pada kegiatan konstruksi yang dilaksanakan

Kewajiban Pengurus Terhadap Penerapan K3


Kewajiban Pengusaha (Pengurus) Terhadap Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja )
di tempat kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal
14 dimana terdapat 3 (tiga) kewajiban pengusaha (pengurus) terhadap penerapan K3 antara lain:
1. Menulis dan memasang semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat
kerja yang dipimpinnya.
2. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.
3. Menyediakan (APD) Alat Pelindung Diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang dipimpin
maupun orang lain yang memasuki tempat kerja disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.
4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja merupakan tanggung-jawab bersama-
sama. Dengan saling menunaikan kewajiban di tempat kerja, maka diharapkan penerapan K3 di
tempat kerja dapat berjalan dengan baik. Perusahaan dan tenaga kerja sama-sama memiliki
kewajiban terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

Pengertian, Dasar Hukum dan Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee 1995 ialah penyelenggaraan dan
pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja di
semua pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya,
perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang mengganggu kesehatan, penempatan
dan pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya, dan
sebagai kesimpulan ialah penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada
pekerjaannya.
A.2 KEBIJAKAN K3 YANG DITETAPKAN
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
 Sarana dan Prasarana.
 Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter Perusahaan dan paramedis
Perusahaan).
 Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja, pengesahan penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja).
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
 Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan pekerjaan).
 Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).
 Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan tingkat resiko yang
diterima).
 Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun).
3. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K). Pertolongan P3K
4. Pelaksanaan Gizi Kerja.
 Kantin (50-200 tenga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih dari 200 tenaga kerja
wajib menyediakan kantin Perusahaan).
 Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja.
 Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja.
 Pengelola dan Petugas Katering.
5. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.
- Prinsip Ergonomi:
 Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
 Efisiensi Kerja.
 Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
 Faktor Manusia dalam Ergonomi.
- Beban Kerja :
 Mengangkat dan Mengangkut.
 Kelelahan.
 Pengendalian Lingkungan Kerja.
6. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dan
Penyakit Akibat Kerja)

Dasar Hukum Kesehatan Kerja


1. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan
serta Penerangan di Tempat Kerja.
2. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
3. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
4. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
5. Permenaker No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga
Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jamsostek.
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosa dan Pelaporan Penyakit
Akibat Kerja.
7. Mematuhi , Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3
8. Mematuhi UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
9. Menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3;
10. UU RI No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
11. UU RINo.14 Tahun 1969 tentang ketentuan mengenai tenagakerja. e.UU RINo.3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
12. UU RINo. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
13. UU RINo. 13 Tahun 2003 tentangketenagakerjaan.
14.Peraturan Pemerintah RINo. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
15.Peraturan Menteri PU No.09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen danKeselamatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang PU.
16. Keputusan bersama Menakertrans dan Menteri PU No. Kep-174/MEN/86 dan
No.104/KPTS//1986 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan
Konstruksi.
17. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2). Pekerjaan yang layak
bagi kemanusiaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi sesuai dengan harkat dan martabat
manusia, sehingga pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, terhindar dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Berdasarkan ketentuan tersebut, telah diterbitkan Undang-undang No. 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, antara lain mengatur tentang perlindungan tenaga kerja yaitu
bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan,
pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan
nilai agama.
18. Penerapan Jam kerja setiap hari mulai dari Jam 0.8.00 s/d 16.00 WIB
19. Pekerja yang diterapkan dilapangan adalah tenaga kerja yang berpengalaman.
20. Setiap pekerja diwajibkan mematuhi prosedur MK3K dan K3

SASARAN K3

Tujuan Pokok K3
Tujuan dari dilaksanakannya K3 yaitu
1. Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam pekerjaannya
2. Orang lain yang berada di tempat kerja perlu menjamin keselamatannya Sumber-sumber produksi
dapat dipakai secara aman dan efisien

Unsur Dasar Kegiatan K3


1. Unsur kegiatan kerja dari suatu sistem operasional yang berinteraksi dengan lingkungan dan akan
berpengaruh langsung bagi keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Unsur-unsur yang berpotensi memiliki dampak terhadap setiap perubahan lingkungan
keselamatan dan kesehatan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan baik secara
keseluruhan maupun sebagian.

Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
 Sarana dan Prasarana.
 Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter Perusahaan dan paramedis
Perusahaan).
 Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja, pengesahan penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja).
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
 Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan pekerjaan).
 Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).
 Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan tingkat resiko yang
diterima).
 Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun).
3. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K). Pertolongan P3K
4. Pelaksanaan Gizi Kerja.
 Kantin (50-200 tenga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih dari 200 tenaga kerja
wajib menyediakan kantin Perusahaan).
 Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja.
 Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja.
 Pengelola dan Petugas Katering.
5. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.
- Prinsip Ergonomi:
 Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
 Efisiensi Kerja.
 Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
 Faktor Manusia dalam Ergonomi.
- Beban Kerja :
 Mengangkat dan Mengangkut.
 Kelelahan.
 Pengendalian Lingkungan Kerja.
6. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dan
Penyakit Akibat Kerja)

Identifikasi Bahaya

Sebuah Bahaya didefinisikan sebagai situasi dengan potensi menyebabkan kerugian kepada
manusia kesehatan atau keselamatan.

Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain : faktor bahaya
biologi(s), faktor bahaya kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta
faktor bahaya sosial-psikologis.
Setelah bahaya telah diidentifikasi, operator fasilitas akan dapat mengambil tindakan untuk benar-
benar mengatur mereka. Sangat penting untuk menguasai teknik dalam mengidentifikasi bahaya,
atau teknik, yang memberikan memadai kedalaman analisis. Identifikasi bahaya harus memberikan
kesadaran yang cukup, pengetahuan dan pemahaman tentang bahaya untuk dapat mencegah dan
mengurangi hasil yang tidak diinginkan. identifikasi bahaya memberikan dasar untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, mendefinisikan dan membenarkan pilihan dari tindakan
pengendalian untuk mengurangi risiko.

a. Lengkap dan acara jenis bahaya harus dipertimbangkan dan output dari bahaya proses identifikasi
sepenuhnya didokumentasikan.
b. bahaya yang teridentifikasi tidak boleh diabaikan atau dengan potongan hanya karena tindakan
kontrol, atau akan, di tempat.
c. Proses identifikasi bahaya harus mempertimbangkan semua modus pengoperasian fasilitas
tersebut, dan semua kegiatan yang diharapkan terjadi. Hal ini juga harus mempertimbangkan
masalah-masalah manusia dan sistem serta sebagai isu rekayasa.
d. Proses identifikasi bahaya harus mengakui bahwa kombinasi kegagalan dapat terjadi, walaupun
mungkin tampak sangat tidak mungkin. Hal ini penting untuk sistematis, juga diperlukan untuk
berpikir lateral.
e. Proses identifikasi bahaya harus terus menerus dan dinamis. Seharusnya tidak hanya dilakukan
selama perkembangan kasus keselamatan, tetapi juga dalam berbagai keadaan yang ditetapkan,
seperti ketika ada modifikasi fasilitas, sesudah kejadian kecelakaan besar atau terjadinya
berbahaya, jika kekurangan ukuran kontrol diidentifikasi, dan pada interval ditetapkan.
.
A. Kontrol Ukur
Kontrol adalah setiap sistem, prosedur, proses, perangkat atau cara lain menghilangkan, mencegah,
mengurangi atau mengurangi risiko peristiwa kecelakaan besaryang timbul pada atau di dekat
fasilitas.Tindakan Control berarti dimana risiko kesehatan dan keselamatan dari peristiwa
dihilangkan atau diminimalkan.Kontrol dapat mengambil banyak bentuk, termasuk peralatan fisik,
sistem kontrol proses, manajemen,proses, atau pemeliharaan prosedur operasi, rencana tanggap
darurat,dan kunci personil dan tindakan mereka.

B. Formal Keselamatan Penilaian


Suatu penilaian keselamatan formal adalahpenilaian atau serangkaian penilaian yang
mengidentifikasi semua bahaya memiliki potensi menimbulkan peristiwa kecelakaan besar, adalah
rinci dan sistematis penilaian risiko yang terkait dengan masing-masing bahaya, termasuk
kemungkinan dan konsekuensi dari setiap peristiwa besar kecelakaan potensial; dan mengidentifikasi
langkah-langkah lain kontrol dan teknis yang diperlukan untuk mengurangi risiko ke tingkat yang
serendah praktis.

C. Standar Kinerja
Standar Kinerja berarti standar, didirikan oleh operator, darikinerja yang diperlukan dari suatu
sistem, item peralatan, orang atau prosedur yangdigunakan sebagai dasar untuk mengelola risiko
sebuah peristiwa besar kecelakaan.

D. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah proses estimasi kemungkinan kejadian darikonsekuensi tertentu (kejadian
yang tidak diinginkan) dari keparahan diberikan.

E. Tenaga Kerja
Anggota dari angkatan kerja termasuk anggota angkatan kerja yang:
a. diidentifikasi sebelum kasus keselamatan dikembangkan, dan
b. bekerja, atau mungkin bekerja, pada fasilitas yang relevan.

F. Tujuan dan Hasil Identifikasi Bahaya


Hasil dari proses identifikasi bahaya adalah untuk:
1. mengidentifikasi semua bahaya untuk kesehatan dan keselamatan orang pada atau dekat fasilitas;
2. mengidentifikasi peristiwa yang terkait dan hasil dan peringkat mereka berdasarkan risiko;
3. menunjukkan hubungan yang jelas antara bahaya, penyebab dan peristiwa potensial;
4. mengidentifikasi bahaya dapat menyebabkan peristiwa kecelakaan besar;
5. menyediakan operator dan tenaga kerja dengan pengetahuan yang cukup kesadaran, dan
6. pemahaman tentang bahaya untuk dapat mencegah dan menangani kecelakaan dan bahaya

7. memberikan catatan sistematis dari semua bahaya yang teridentifikasi yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan orang pada atau dekat fasilitas, dan khususnya mereka yang dapat
mengakibatkan kecelakaan besar acara, bersama dengan asumsi, dan
8. memberikan dasar untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mendefinisikan dan membenarkan
seleksi (dan penolakan) langkah-langkah kontrol untuk menghilangkan atau mengurangi resiko

G. Poin Sukses Proses Identifikasi Bahaya


Faktor-faktor berikut mengarah ke identifikasi bahaya yang sukses:
1. Proses identifikasi bahaya harus sesuai dan relevan dengan fasilitas;
2. bahaya harus mengambil pandangan segar dari setiap pengetahuan yang ada, dan harus tidak
secara otomatis menganggap bahwa tidak ada pengetahuan baru yang diperlukan;
3. anggota yang tepat dari tenaga kerja secara aktif terlibat dan teratur dan berkelanjutan konsultasi
terjadi;
4. Asumsi dan ketidakpastian secara eksplisit diidentifikasi dan dicatat untuk analisis selanjutnya;
5. Semua metode, hasil, asumsi dan data sepenuhnya didokumentasikan

Identifikasi didokumentasikan dari bahaya secara teratur dipelihara (update misalnya dari alert dan
insiden) dan digunakan sebagai dokumen hidup Hasil dari identifikasi bahaya harus digunakan untuk
rencana pengelolaan kesehatan dan keselamatan dan harus diberikan kepada orang yang
membutuhkan dalam rangka untuk bekerja dengan aman. Pengetahuan tentang bahaya dan
implikasinya diperlukan untuk langkah berikutnya dari pengembangan kasus proses keselamatan,
termasuk penilaian risiko dan evaluasi tindakan pengendalian.

H. Ruang Lingkup Identifikasi Bahaya


Dalam menentukan lingkup dari proses identifikasi bahaya, operator harus mempertimbangkan mana
untuk mengatur batas-batas untuk belajar masing-masing. Hal ini penting untuk mendefinisikan dan
merekam setiap asumsi yang relevan dengan fasilitas atau kegiatan dan kemudian memastikan bahwa
proses identifikasi bahaya beroperasi dalam koridor yang ditetapkan.

Pengendalian Resiko K3
Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila
berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan suatu fungsi.
Penilaian Resiko merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan suatu resiko.
Untuk menentukan kagori suatu resiko apakah itu rendah, sedang, tinggi ataupun ekstrim dapat
menggunakan metode matriks resiko seperti pada tabel matriks resiko di bawah :
Contoh matriks resiko:

Gambar 3. Matriks Resiko


Tabel 1. Contoh pemberian nilai parameter resiko kerja

Kategori
Contoh Parameter I Contoh Parameter II
Keseringan

Terjadi 1X dalam masa lebih dari 1 Probabilitas 1 dari 1.000.000 jam kerja
Sangat Jarang
tahun orang lebih

Probabilitas 1 dari 1.000.000 jam kerja


Jarang Bisa terjadi 1X dalam setahun
orang

Sedang Bisa terjadi 1X dalam sebulan Probabilitas 1 dari 100.000 jam kerja
Kategori
Contoh Parameter I Contoh Parameter II
Keseringan

orang

Sering Bisa terjadi 1X dalam seminggu Probabilitas 1 dari 1000 jam kerja orang

Sangat Sering Terjadi hampir setiap hari Probabilitas 1 dari 100 jam kerja orang

Tabel di bawah merupakan representasi kategori resiko yang dihasilkan dari penilaian matriks
resiko:
Tabel 2. Kategori resiko kerja

Rendah Perlu Aturan/Prosedur/Rambu

Sedang Perlu Tindakan Langsung

Tinggi Perlu Perencanaan Pengendalian

Ekstrim Perlu Perhatian Manajemen Atas


Dari representas`i di atas, maka dapat kita tentukan langkah pengendalian resiko yang paling tepat
berdasarkan5 (lima) hirarki pengendalian resiko/bahaya K3 .Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi
dan dilakukan penilaian memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-
nya menuju ke titik yang aman.Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat
keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya. Dan pada urutan hierarki
setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun seperti diilustrasikan pada gambar di
bawah:

Gambar 4. Ilustrasi hierarki pengendalian resiko K3


Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai dengan tingkat
resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman). Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah
eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat pada tabel
di bawah:
Tabel 3. Contoh Hierarki Pengendalian Resiko K3

Hierarki Pengendalian Resiko K3

Eliminasi Eliminasi Sumber Bahaya

Substitusi Substitusi Alat/Mesin/Bahan Tempat Kerja/Pekerjaan Aman


Mengurangi Bahaya
Perancang Modifikasi/Perancangan Alat/Mesin/Tempat Kerja
an yang Lebih Aman

Administra Prosedur, Aturan, Pelatihan, Durasi Kerja, Tanda


si Bahaya, Rambu, Poster, Label Tenaga Kerja Aman
Mengurangi Paparan
APD Alat Perlindungan Diri Tenaga Kerja
B. PERENCANAAN K3

TABLE 1
IDENTIFIKASI BAHAYA ,SASARAN K3,PENGENDALIAN RESIKO DAN
PROGRAM K3
Perusahaan : CV. BOGAN
Pekerjaan : PENINGKATAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN BUMI AGUNG PERMAI 1 KEL. UNYUR KEC.
SERANG KOTA SERANG

URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKA SASARAN K3 PENGENDALIA PROGRAM


NO SI PROYEK N SUMBER DAYA
BAHAYA RESIKO K3
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

I PEKERAJAAN PERSIAPAN
1. Memasang rambu
Papan Nama Proyek + 1. Tertabrak 1. Seluruh 1. Seluruh Pekerja
peringatan K3,
pengguna
pekerjaan barikade dan mengikuti Standar
Rambu-rambu Jalan
safetyline.
2. Tertusuk Paku persiapan sesuai Sistem Management
2. Menyusun
3. Terkena Alat
dengan prinsip instruksi kerja. K3
kerja (Palu)
3. Melakukan
K3 2. Tanggung jawab
pelatihan kepada
pekerja. program adalah
Penanggung jawab
Teknis
3. Bila terjadi
kecelakaan berat
segera dilarikan ke
RSUD terdekat
4. Bila terjadi
kecelakaan korban
jiwa kami akan
mengurus ganti rugi
kepada pihak
keluarga korban

Mobilisasi dan 1. Tertabrak 1. Seluruh 1. Menyusun 1. Seluruh


pengguna instruksi kerja.
Demobilisasi Alat Berat pekerjaan
Jalan 2. Melakukan Pekerja mengikuti
2. Terjebit pada persiapan pelatihan kepada
Standar Sistem
saat menaikan pekerja.
sesuai dengan
alat ke 3. Melakukan Management K3
transfortasiny prinsip K3 pengawalan
2. Menyiapkan rambu-
a selama proses
3. Terjadi mobilisasi dan rambu lalulintas
kecelakaan demobilisasi alat
(portable)
lalu lintas
Site Manager Serang, 09 November
3. Melakukan kordinasi 2018
CV. pihak
dengan BOGAN
berwenang
Ttd/stampel
4. Tanggung jawab
program adalah
Penanggung jawab
Miftah
Teknis Fariz
SEKSI
SEKSI P3K SEKSI
5. Bila Direktur
KEBAKARAN
terjadi kecelakaan
EMERGENCY/KEDARURATAN berat segera dilarikan

Anda mungkin juga menyukai