Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL

“ keadaan moral dalam masyarakat pada saat ini di tinjau dari moral
pancasila“

Tugas ini di Buat Untuk Memenuhi Mata Kuliah pendidikan nilai dan moral

Di susun oleh :

1. Muhammad Azwan 181314010


2. Lilis
3. Khairu Nisak Sembiring 181314008

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Yang
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ keadaan moral dalam masyarakat
pada saat ini ditinjau dari moral pancasila.” Adapun pembuatan makalah ini
adalah sebagai tugas kelompok yang di berikan oleh dosen mata kuliah Etika
Profesi .
Dengan selesainya makalah ini, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu saya harapkan demi kemajuan dalam hal penyusunan
makalah di kemudian hari .
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dariawal sampi akhir.

Medan, 20 November 2019

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar .....................................................................................................i


Daftar isi ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan masala ......................................................................................1
1.3 Tujuan penulisn........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian moral.......................................................................................2
2.2 merosotnya moral bangsa.........................................................................3
2.3 Pancasila Menjadi Moral Kehidupan Bangsa .........................................4
2.4 Pancasila Sebagai Landasan Moral Masyarakat Indonesia.....................5
2.5 Praktik Pancasila Sebagai LandasanMoral Masyarakat Indonesia..........7
2.6 Resolusi Pancasila Sebagai Landasan Moral Masyarakat Indonesia.......7
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan.................................................................................................9
3.2 saran...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan. Dalam
hubungannya dengan Pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman
yang saling melengkapi sebagai sistem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
nilai yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum,
norma moral maupun norma kenegaran lainnya. Di samping itu, terkandung juga
pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan
komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai
yang bersifat mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau
kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan negara maka diwujudkan dalam
norma-norma yang kemudian menjadi pedoman.
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu
tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam
pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum.
Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu
pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan
suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.
1.2 Rumusan Masala
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makala ini adalah sebagai berikut ;
1. Pengertian moral
2. Merosotnya Moral Bangsa
1.3 Tujuan penulisan
Mengacu dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makala ini
adala sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian moral
2. Mengetahui penyebap merosot nya moral bangsa
BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Moral


Secara etimologis kata moral berasal dari kata mos artinya cara/adat
istiadat/kebiasaan, jamaknya mores. Kata moral sama dengan kata etos (Yunani)
menurunkan kata etika. Dalam bahasa Arab, moral berarti budi pekerti/akhlak.
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan,
kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya ,dianggap sesuai
dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya terjadi, pribadi itu dianggao
tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-
prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan,
kepatuhan terhadap nilai dan norma, moral pun dapat dibedakan seperti moral
ketuhanan atau agama, moral, filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan
sebagainya. Nilai, norma dan moral secara bersama mengatur kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspeknya.
Dalam konsep Indonesia, Menurut Driyarka, moral atau kesusilaan adalah
nilai yang sebenarnya bagi manusia, dengan kata lain moral atau kesusilaan
adalah kesempurnaan sebagai manusia atau kesusilaan adalah tuntutan kodrat
manusia. (Driyarkara, 1966 : 25). Norma atau kesusilaan adalah keseluruhan
norma yang mengatur tingkah laku manusiadi masyarakat untuk melaksanakan
perbuatan yang baik dan benar.

2
2.2 Merosotnya Moral Bangsa

Moral adalah suatu tata cara atau tingkah laku baik dan buruk seseorang
berdasarkanpandangan hidup dan agamanya. Moral itu sangat penting bagi setiap
orang maupun setiap bangsa. Mengapa penting? Karena apabila moral bangsa
hancur, maka akan hancurlah bangsa. Bangsa yang memperhatikan moral maka
akan hilang kententraman di dalamnya. Namun dewasa ini kebanyakan orang
cenderung mengabaikan perilaku yang mencerminkan sikap bermoral.Karena
moral tercermin pada perbuatan-perbuatan masyarakat itu sendiri khususnya para
remaja sebagai generasi penerus suatu negara. Dengan merosotannya moral
bangsa tersebut tentunya perlu adanya perbaikan dan juga koreksi bagi Negara ini.

Moral bangsa saat ini tak lagi sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang
berlandaskan Pancasila. Dapat kita lihat dari contoh tawuran antar
pelajar. Kekerasan dengan cara tawuran sudah menjadi hal biasa bagi setiap
remaja untuk memecahkan suatu masalah. Hal ini seolah-olah menjadi bukti
bahwa mirisnya moral bangsa yang sekarang tak lagi dicerminkan. Para pelajar
yang katanya mempunyai pendidikan yang baik pun juga dapat melakukan hal-hal
yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis.

Tentu saja perilaku iniburuk, yang dirugikan bukan hanya orang yang terlibat
tetapi juga dapat merugikan orang lain yang ada disekitar tempat tawuran tersebut.
Contoh lain yaitu demo mahasiswa yang dilakukan secara anarkis. Sikap yang
dilakukan para mahasiswa ini juga kurang baik, karena sebagai seorang
mahasiswa seharusnya menyampaikanpendapat ataupun kritik harusnya denga
cara yangbaik. Karena kemarahan yang dirasakan oleh mereka bukan terhadap
warga atau masyarakatnya tetapi kepada pemerintahan. Tetapi sikap yang
dilakukan oleh mereka ialah memblokade jalan yang mengakibatkan menjadi
macet. Selain itu, fasilitas umum yang telah mereka rusak itu sebenarnya tidak
telalu berpengaruh terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh pemerintah.
Mengapa demikian? karena pemerintah menggunakan anggaran Negara untuk
mengganti fasilitas yang telah rusak tadi yang diambil dari uang rakyat yang telah
dibayarkannya, seperti membayar pajak. Dengan demikian kita harusnya
memikirkan dahulu sikap atau perilaku yang akan kita lakukan saat akan

3
menyampaikan pendapat terhadap pemerintah. Sehingga orang lain pun yang
tidak dirugikan.

Sedangkan dari sisi lain dapat dilihat dari cara berpakaian remaja masa kini.
Remaja mempunyai berbagai cara untuk mendapatkan simpati atau perhatian dari
lawan jenis. Beberapa cara yang mereka lakukan yaitu dimulai dari pakaian
menjadi serba mini bagi remaja wanita. Cara berpakaian ini cenderung banyak
disukai oleh kalangan wanita. Tampilan cara berpakaian yang dikenankan remaja
sangat bergantung terhadap mode yang sedang tenar. Penampilan mereka ini
berbanding terbalik dengan kepribadian bangsa Indonesia. Sebagai remaja yang
beradap, tentunya kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan
kesantunan dalam berpakaian. Bukan dengan cara tersebut yang tidak seharusnya
patut kita lakukan, seharusnya kita tidak merusak kepribadiab bangsa sendiri.
Bangsa yang bermoral adalah bangsa yang menjaga moral bangasanya sendiri.
Sebagai generasi muda sekaligus sebagai generasi penerus bangsa mempunyai
kesadaran akan sikap yang dapat menjaga dan berperilaku moral. Karena dengan
begitu para generasi penerus bangsa dapat memiliki kepribadian dan moral yang
baik. Sehingga kita mempunyai generasi penerus yang baik juga.

2.3 Pancasila Menjadi Moral Kehidupan Bangsa


Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral Pancasila
menjadi moral kehidupan negara dalam arti menuntut penyelenggara dan
penyelenggaraan negara menghargai dan menaati prinsip-prinsip moral atau etika
politik. Sebagai konsekuensinya, negara tunduk kepada moral dan wajib
mengamalkannya. Moral menjadi norma tindakan dan kebijaksanaan negara
sehingga perlu dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Moral Pancasila memberikan inspirasi dan menjadi pembimbing dalam
pembuatan undang-undang yang mengatur kehidupan negara, menetapkan
lembaga-lembaga negara dan tugas mereka masing-masing, serta hubungan kerja
sama diantara mereka, hak-hak dan kedudukan warga negara, dan hubungan
warga negara dan negara dalam iklim semangat kemanusiaan.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa semua norma moral harus
dijadikan norma yuridis. Norma moral ditetapkan menjadi norma hukum positif
selama norma itu mengatur tindakan-tindakan lahiriah yang menyangkut

4
masyarakat. Sementara itu, masalah yang semata-mata batiniah merupakan urusan
pribadi warga negara. Hal ini harus senantiasa diperhatikan dalam pelaksanaan
pembinaan dan pengaturan negara terhadap peri kehidupan bangsa.
Oleh karena itu, tampaklah bahwa materi perundang-undangan terbatas
pada moral bersama rakyat Sehubungan dengan pengamalan Pancasila dalam
konteks moral perorangan, negara wajib menciptakan suasana yang mampu
memupuk budi pekerti luhur dengan baik. Dalam penjelasan umum UUD 1945
dengan tepat ditandaskan bahwa “undang-undang dasar harus mengandung isi
yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur.
2.4 Pancasila Sebagai Landasan Moral Masyarakat Indonesia
Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci sangat
penting dalam mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua
masalah, maka melalui moralitas pula krisis dapat diatasi. Indikator kemajuan
bangsa tidak cukup diukur hanya dari kepandaian warga negaranya, tidak juga
dari kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang lebih mendasar adalah sejauh
mana bangsa tersebut memegang teguh moralitas. Moralitas memberi dasar,
warna sekaligus penentu arah tindakan suatu bangsa.
Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu moralitas individu,
moralitas sosial dan moralitas mondial. Moralitas individu lebih merupakan
kesadaran tentang prinsip baik yang bersifat ke dalam, tertanam dalam diri
manusia yang akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak. Moralitas sosial
juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat kenyataan sosial. Bisa jadi
seorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya kurang, hal ini terutama
terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk.
Moralitas dapat dianalogikan dengan seorang kusir kereta kuda yang
mampu mengarahkan ke mana kereta akan berjalan. Arah perjalanan kereta tentu
tidak lepas dari ke mana tujuan hendak dituju. Orang yang bermoral tentu
mengerti mana arah yang akan dituju, sehingga pikiran dan langkahnya akan
diarahkan kepada tujuan tersebut, apakah tujuannya hanya untuk kesenangan
duniawi diri sendiri saja atau untuk kesenangan orang lain atau lebih jauh untuk

5
kebahagiaan rohaniah yang lebih abadi, yaitu pengabdian pada Tuhan. Alinea
pertama pada Pembukaan Undang Undang Dasar yang berbunyi, “bahwa
kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh karena itu penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan”. Alinea ini menjadi payung moral para pejuang kita bahwa telah
terjadi pelanggaran hak atas kemerdekaan pada bangsa kita. Pelanggaran atas hak
kemerdekaan itu sendiri merupakan pelanggaran atas moral mondial, yaitu
perikemanusiaan dan perikeadilan. Apapun bentuknya penjajahan telah
meruntuhkan nilai-nilai hakiki manusia. Moralitas individu dan sosial yang begitu
kuat dengan dipayungi moralitas mondial telah membuahkan hasil dari cita-cita
mereka, meskipun mereka banyak yang tidak sempat merasakan buah
perjuangannya sendiri. Dasar moral yang melandasi perjuangan mereka
terabadikan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 yang termuat dalam alinea-alineanya.
Apabila ditilik dari Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun
1945 tampak jelas bahwa moralitas sangat mendasari perjuangan merebut
kemerdekaan dan bagaimana mengisinya. Alasan dasar mengapa bangsa ini harus
merebut kemerdekaan karena penjajahan bertentangan dengan nilai kemanusiaan
dan keadilan (alinea I). Secara eksplisit sang pencetus menyatakan bahwa
kemerdekaan dapat diraih karena rahmat Allah dan adanya keinginan luhur bangsa
(alinea III). Ada perpaduan antara nilai ilahiah dan nilai humanitas yang saling
berharmoni. Selanjutnya, di dalam membangun negara ke depan diperlukan dasar-
dasar nilai yang bersifat universal, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan.

6
2.5 Praktik Pancasila Sebagai Landasan Moral Masyarakat Indonesia
Dalam paktiknya sendiri, Moralitas Pancasila saat ini menjadi barang yang
sangat mahal karena semakin langka orang yang masih betul-betul memegang
moralitas tersebut. Namun dapat juga dikatakan sebagai barang murah karena
banyak orang menggadaikan moralitas hanya dengan beberapa lembar uang. Ada
keterputusan antara alinea I, II, III dengan alinea IV. Nilai-nilai yang seharusnya
menjadi dasar sekaligus tujuan negara ini telah digadaikan dengan nafsu berkuasa
dan kemewahan harta. Egoisme telah mengalahkan solidaritas dan kepedulian
pada sesama. Lalu bagaimana membangun kesadaran moral anti korupsi
berdasarkan Pancasila?

Kemiskinan, pendidikan yang mahal, keadilan yang diperjual-belikan,


tidak adanya kebebasan memeluk agama, serta korupsi yang merajalela
merupakan sedikit polemik yang dihadapi rakyat pada saat sekarang ini. Korupsi
sendiri secara harafiah diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (Tim
Penulis Buku Pendidikan anti korupsi, 2011: 23). Kasus korupsi yang terjadi di
Indonesia dewasa ini semakin menunjukkan ekskalasi yang begitu tinggi. Banyak
kesan yang didapat rakyat dari masalah-masalah tersebut, namun mereka tidak
sanggup untuk mengungkapkannya. Sehingga seolah-olah rakyat tidak dapat
merasakan adanya Pancasila.

2.6 Resolusi Pancasila Sebagai Landasan Moral Masyarakat Indonesia


Nilai-nilai Pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan
tentu mampu menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya
sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak akan mudah menjatuhkan martabat dirinya ke
dalam kehinaan dengan melakukan korupsi. Membangun kesadaran moral anti
korupsi berdasar Pancasila adalah membangun mentalitas melalui penguatan
eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat. Di perguruan tinggi
penguatan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan kepribadian termasuk di
dalamnya pendidikan Pancasila.

7
Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang tidak bisa dalam
konteks Pancasila, karena nilai-nilai Pancasila merupakan kesatuan organis yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dengan demikian, akan menjadi
kekuatan moral besar manakala keseluruhan nilai Pancasila yang meliputi nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan dijadikan landasan
moril dan diejawantahkan dalam seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara,
terutama dalam pemberantasan korupsi.
Sehingga tercapailah cita-cita sang perumus Pancasila yaitu menjadikan
Pancasila menjadi jalan keluar dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan
Negara. Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di
implikasikan di dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita
temukan di negara kita namanya ketidakadilan, terorisme, koruptor serta
kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah tercemin semuanya norma-norma
yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan negara.

8
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
nilai yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum,
norma moral maupun norma kenegaran lainnya. Suatu nilai yang bersifat
mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai
satu kesatuan yang tidak dapat diputarbalikkan letak dan susunannya. Nilai-nilai
yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila yang tidak dapat dipisahkan
dari masing-masing silanya.
Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral Pancasila
menjadi moral kehidupan negara dalam arti menuntut penyelenggara dan
penyelenggaraan negara menghargai dan menaati prinsip-prinsip moral atau etika
politik. Sebagai konsekuensinya, negara tunduk kepada moral dan wajib
mengamalkannya. Moral menjadi norma tindakan dan kebijaksanaan negara
sehingga perlu dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Moralitas memegang kunci sangat penting dalam mengatasi krisis. Kalau
krisis moral sebagai hulu dari semua masalah, maka melalui moralitas pula krisis
dapat diatasi. Indikator kemajuan bangsa tidak cukup diukur hanya dari
kepandaian warga negaranya, tidak juga dari kekayaan alam yang dimiliki, namun
hal yang lebih mendasar adalah sejauh mana bangsa tersebut memegang teguh
moralitas. Moralitas Pancasila memberi dasar, warna sekaligus penentu arah
tindakan suatu bangsa.
Namun dalam paktiknya, Moralitas Pancasila saat ini semakin sedikit
orang yang masih betul-betul memegang terhadap moralitas tersebut. Hal tersebut
berimplikasi kepada sedikit banyak polemik yang dihadapi oleh Masyarakat
Indonesia pada saat sekarang ini.

9
3.2 Saran
Nilai-nilai Pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan
tentu bisa mengurangi angka polemik di Indonesia. Penanaman satu sila saja,
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya
sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak akan mudah menjatuhkan martabat dirinya ke
dalam kehinaan dengan melakukan korupsi. Membangun kesadaran moral anti
korupsi berdasar Pancasila adalah membangun mentalitas melalui penguatan
eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat.

Menanamkan pentingnya nilai-nilai Pancasila adalah merupakan hal yang


sangat penting dan mendasar. Karena dewasa ini, dalam praktiknya Masyarakat
Indonesia lebih hanya baru sampai kepada tingkat menghafal sila-sila dari
Pancasila, daripada memaknai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap sila
Pancasila.

Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di


implikasikan di dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita
temukan di negara kita namanya ketidakadilan, terorisme, koruptor serta
kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah tercemin semuanya norma-norma
yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan negara.

10
Daftar Pustaka

• http://weloveblitar.blogspot.co.id
• http://almachaniago.blogspot.co.id

11

Anda mungkin juga menyukai