Anda di halaman 1dari 15

Proposal Penelitian

EKSISTENSI PASAR TRADISIONAL DI ERA GLOBALISASI (STUDI


KASUS KOTA MALANG)

Disusun oleh:

Ilham Ramadhani (201710360311056)


Muhammad Alfi Syahrin (201710360311053)
Maulana Maulid (201710360311085)
Putri Pratiwi Rundju (201710360311128)
Sindi Refani Purnomo (201710360311297)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

2019
Abstract

More and more emerging modern markets in the Malang region, making a lot of
business traditional small traders like it or not experience out of business. Nowadays
the development of modern markets is, of course, a serious rival to traditional traders,
because some modern markets besides choosing strategic places, with cheaper product
prices and not infrequently close to traditional markets, make consumers reluctant to
buy on the market traditionally even switched to the modern market for shopping, it
was finally complained of by many traditional traders, even today many also end up
out of business. The purpose of this study is to find out why people are more interested
in the modern market than traditional markets. This study uses qualitative research
with a descriptive approach, the amount of data obtained from the results of in-depth
interviews with traders in the dinoyo traditional market and dinoyo market manager
Malang.

Keywords : Traditional market; government policy; modern market; Small traders;

Abstrak

Semakin banyak bermunculannya pasar-pasar modern di wilayah Malang, membuat


banyak usaha pedagang kecil tradisional mau tidak mau mengalami gulung tikar. Saat
ini maraknya pembangunan pasar modern, tentu saja menjadi saingan berat para
pedagang tradisional, pasalnya beberapa pasar modern selain memilih tempat yang
strategis, dengan harga produk yang lebih murah serta tidak jarang juga keberadaannya
berdekatan dengan jarak pasar tradisional, sehingga membuat konsumsen enggan
membeli di pasar tradisional bahkan beralih ke pasar modern untuk berbelanja, hal
tersebut akhirnya banyak dikeluhkan para pedagang tradisional, bahkan saat ini banyak
juga yang akhirnya mengalami gulung tikar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kenapa masyarakat lebih berminat di pasar modern di banding pasar
tradisional. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif, banyaknya data diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam kepada
para pedagang di pasar tradisional dinoyo dan pengelola pasar dinoyo Malang.

Kata kunci : Pasar tradisional; Kebijakan pemerintah; pasar modern; Pedagang kecil;
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran


pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya Indonesia
merupakan salah satu negara yang telah memasuki era persaingan global, di era
globalisasi membuat setiap individu tidak ada batasan untuk mengembangkan bisnis
baik dalam lingkup kecil, menengah maupun besar. Dengan berkembangnya
persaingan global yang tidak bisa dibendung perkembangannya, mengakibatkan usaha-
usaha kecil yang kalah bersaing dengan usaha menengah keatas di dunia bisnis. Sektor
perdagangan telah memberikan konstribusi yang besar pada Produk Domestik Bruto
(PDRB) Indonesia.1

Di dalam pasar interaksi yang sering terjadi adanya sistem tawar menawar antara
penjual dan pembeli, hal ini sudah menjadi sosial budaya masyarakat Indonesia hingga
saat ini masih dilakukan. Pasar seperti ini disebut dengan pasar tradisional. Asribestari
dan Setyono menjelaskan bahwa pasar tradisional ialah pasar dimana penjual dan
pembelinya melakukan tawar menawar secara langsung sehingga terjadi kesepakatan
harga antara kedua belah pihak2. Tetapi pada umumnya pasar tradisional di seluruh
Indonesia fasilitas kenyamanan yang menjadi masalah utama. Pasar tradisional terkesan
kotor, kumuh, bau dan lain sebagainya sehingga membuat para pembeli kurang nyaman.

Salah satu contoh kasus pasar yang menjadi fokus penelitian disini adalah pasar
yang ada di Malang yaitu salah satunya pasar Dinoyo yang akan di jadikan pasar
modern (mall), dimana pasar Dinoyo merupakan salah satu pasar tradisional di Malang
yang mempunyai keterkaitan sejarah dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat
Malang. Masyarakat yang tinggal di sekitar Dinoyo lebih memanfaatkan pasar
tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga bisa dikatakan pasar
dinoyo merupakan bagian penting minimal secara ekonomi bagi masyarakat

1Yenika
S.R dan Bahtiar F. STRATEGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MENGHADAPIPERSAINGAN dengan RETAIL
MODERN dan PREFERENSIKONSUMEN(Studi Kasus Pada Pasar Legi Kota Blitar), hal 2.

2Mahmudah M dan Supri W U. ANALISIS DAMPAK KEBERADAAN PASAR MODERN TERHADAP PASAR
TRADISIONAL SLEKO DI KOTA MADIUN. Hal 60.
Dinoyo.Menghadapi kondisi tersebut pedagang kemudian berhimpun dalam sebuah
paguyuban untuk melakukan perlawanan atau menentang terkait dengan kebijakan
pemerintah dan investor tersebut.3

Pada awal tahun 2012 Pemkot Malang mengadakan penataan tata ruang kota
dengan merelokasi pasar Dinoyo. Pemkot Malang berkeinginan dengan merelokasi
pasar akan dibangun menjadi pasar modern yang berdampingan dengan pasar
tradisional. Dengan pembangunan tersebut, Pemkot Malang juga berupaya mengurangi
kemacetan yang selama ini terjadi di seputaran jalan MT Haryono yang merupakan
akses utama menuju Kawasan Wisata Batu.4

Pasar Dinoyo awalnya terletak di jalan MT. Haryono dipindahkan menuju ke pasar
penampungan kelurahan Merjosari. Letak pasar penampungan kelurahan Merjosari ini
aksesnya sulit dijangkau, alat transportasi juga kurang sehingga terjadi penurunan
jumlah pengunjung yang berdampak terhadap pendapatan pedagang Pasar Dinoyo yang
akan direncanakan menjadi Mall Dinoyo, akhirnya harus direlokasikan ke area
persawahan Merjosari. Hal ini memunculkan banyak persoalan. Terutama mengenai
daya tampung lokasi relokasi Merjosari yang terlalu kecil dan tidak bisa menampung
semua pedagang pasar Dinoyo.5

Pasar Tradisional sebagai lokasi perdagangan merupakan salah satu pilar


perekonomian. Melalui berbagai fungsi dan peran strategis yang dimiliki, pasar
tradisional menjadi salah satu wadah atau sarana untuk mencapai kesejahteraan rakyat
Indonesia. Fungsi dan peran tersebut tercermin dalam berbagai hal diantaranya pasar
tradisional menjadi indikator nasional terkait pergerakan tingkat kestabilan harga
kebutuhan sembilan bahan pokok. Untuk itu para ahli statistik dan instansi pemerintah
melakukan monitoring setiap bulannya.

Selain itu Pasar Tradisional mempunyai peran strategis dalam hal penyerapan
tenaga kerja.pasar tradisional juga memiliki peran penting dalam menjaga

3MUSLIMIN, IKHWANUL (2016) RESISTENSI PAGUYUBAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL TERHADAP


PEMBANGUNAN MALL DINOYO CITY (Studi di Paguyuban Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang). Other thesis,
University of Muhammadiyah Malang. Hal. 3.

4Ibid. Hal. 2.

5Ibid. Hal. 1.
perekonomian sektor riil paling bawah di negeri ini. Dari seluruh pelaku ekonomi yang
terlibat di dalamnya sebagian besar merupakan golongan masyarakat menengah ke
bawah. Peran pasar tradisional melalui para pelaku ekonomi mikro tersebut setidaknya
telah menjadikan Indonesia memiliki daya tahan yang sangat baik terhadap krisis
sehingga terhindar dari krisis ekonomi global yang terjadi pada 2008-2009 dan krisis
global yang melanda Eropa beberapa waktu lalu. Konsumsi masyarakat yang
dibelanjakan di dalam negeri menjadi kekuatan yang cukup besar meskipun nilai ekspor
mengalami penurunan.6 Hal tersebut merupakan sebuah kekuatan ekonomi yang patut
diperhitungkan mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa,
telah mencakup 40% dari pangsa pasar di kawasan ASEAN.7

Saat ini Pasar Tradisional menjadi wadah utama penjualan produk-produk


kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi berskala menengah, kecil,
serta mikro yang sebagian besar merupakan produk hasil pertanian. Meskipun jumlah
toko modern semakin meningkat dan tren belanja masyarakat di toko modern juga
meningkat, tidak semua produk pertanian dapat dijual di toko-toko modern sehingga
keberadaan Pasar Tradisional sebagai sarana penjualan produk-produk hasil pertanian
sangat dibutuhkan.

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian majalah Frontier yang dilakukan pada
tahun 2012. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa persentase penduduk yang
berbelanja kebutuhan pokok di pasar ritel modern seperti sayur mayur dan daging masih
sangat kecil yaitu berkisar antara 12,2% hingga 15,5% dan untuk produk sembako
sebesar 44,5%. 8 Dengan kata lain, sekitar 85% penduduk Indonesia berbelanja
kebutuhan sayur mayur dan daging di pasar ritel tradisional termasuk di Pasar
Tradisional. Fakta tersebut mengindikasikan bahwa pola belanja masyarakat untuk
membeli produk-produk hasil pertanian dan sembako sebagian besar masih bergantung
pada keberadaan Pasar Tradisional.

6Muh. Khamdan, “Kedaulatan Pasar Tradisional”, http://www.dikti.go.id/?p=8391&lang=id, diakses 14/04/2019.

7Abdul Muslim dan Harso Kurniawan, “Mitsui: Indonesia Tujuan Investasi Paling Menarik”,
http://www.investor.co.id/tradeandservices/mitsui-indonesia-tujuan-investasi-paling-menarik/77027, diakses
15/04/2019.

8Apipudin, “Brand Switching Analys dalam Industri Ritel Modern”, http://www.frontier.co.id/brand-switching-


analysis-dalam-industri-ritel-modern.html, diakses 15/04/2019.
Akan tetapi dengan berkembangnya zaman untuk memenuhi harapan masyarakat
maka terbentuklah retail modern yang mengedepankan kenyamanan para pembeli
dengan melakukan strategi mengutamkan kebersihan, pelayanan yang baik, serta
mencantumkan label harga di setiap produk– produk yang dijual. Sehingga masyarakat
bisa mengetahui harga barang-barang tersebut tanpa melakukan sistem tawar-menawar
dengan penjual. Ini merupakan perbedaan yang sangat menonjol dengan pasar
tradisional. Saat ini terdapat beberapa peritelan modern yang juga bersaing dengan
retail-retail modern lainya. Hal ini dapat dilihat dari studi AC mencatat bahwa rasio
keingginan masyarakat berbelanja di pasar tradisional cenderung menurun, dari 65% di
tahun 1999 menjadi 53% pada tahun 2004. Sedangkan retail modern awalnya hanya 35%
pada tahun 1999 menjadi 47% di tahun 2004. Sehingga omset para pedagang pasar
tradisional turun dan omset retail modern melambung tinggi.9

Di balik peran-peran strategis Pasar Tradisional tersebut terdapat berbagai


permasalahan yang membutuhkan perhatian Pemerintah. Keberadaan Pasar Tradisional
kini kian menurun seiring dengan pesatnya perkembangan pasar modern khususnya di
perkotaan. Hal tersebut turut didorong oleh globalisasi dan pasar bebas yang
berkembang sangat cepat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dinamika perubahan tuntutan


konsumen serta perubahan preferensi dan pola belanja masyarakat turut menjadi faktor
menurunnya produktivitas Pasar Tradisional. Hasil penelitian AC Nielson pada tahun
2006 menunjukkan bahwa Pasar Tradisional tumbuh negatif 8% sedangkan pasar
modern mengalami pertumbuhan pesat sebesar 31,4%10 dan masih terus tumbuh rata-
rata sebesar 10%–15% per tahun.

Kehadiran pasar-pasar modern yang dikelola dengan baik dan profesional oleh para
investor diklaim telah mendiskreditkan keberadaan Pasar Tradisional khususnya di
perkotaan sementara hanya sebagian kecil Pasar Tradisional yang dikelola secara
profesional. Sebagian besar Pasar Tradisional masih terkesan becek, bau, sumpek,
pengap, dan kotor.Kehadiran pasar modern tersebut bukan satu-satunya penyebab

9Yenika S.R dan Bahtiar F., Op.cit., hlm. 2.

10Anonim, “Tentang Sekolah Pasar”, http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/program/sekolah-pasar/, diakses 16


April 2019.
penurunan produktivitas Pasar Tradisional. Persoalan internal seperti buruknya
manajemen pasar, minimnya sarana dan prasarana pasar hingga minimnya bantuan
permodalan turut andil dalam penurunan omset penjualan di Pasar Tradisional.

Mengingat pentingnya peran Pasar Tradisional bagi perekonomian dan


kesejahteraan masyarakat, permasalahan-permasalahan seputar Pasar Tradisional harus
segera diatasi. Apalagi permasalahan tersebut tidak hanya berasal dari internal Pasar
Tradisional sendiri namun juga melibatkan faktor eksternal hubungannya dengan pasar
modern dan preferensi belanja masyarakat. Tidak seperti pasar modern yang dikelola
secara profesional dengan kualitas manajemen dan SDM yang baik serta responsif
dalam menghadapai perubahan jaman, Pasar Tradisional lebih banyak melibatkan
masyarakat golongan menegah ke bawah dengan kemampuan yang terbatas. Oleh
karena itu, sebagai negara yang menganut prinsip kesejahteraan (welfare state) peran
aktif dari Pemerintah sangat diperlukan.

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang di atas, Pemerintah Kota Malang


sebagai pengelola dan pemegang kebijakan mengenai Pasar Tradisional di wilayahnya,
melalui organisasi perangkat daerah terkait memiliki peranan penting dalam
mempertahankan keberlangsungan Pasar Tradisional. Oleh karena itu, Penulis tertarik
untuk melakukan penelitian terkait hal tersebut dengan judul “Eksistensi Pasar
Tradisional di Era Globalisasi (Studi kasus Malang)”

II. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan mengenai latar belakang masalah di atas maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

-Mengapa masyarakat lebih berminat di pasar modern di banding pasar tradisional?

-Perbandingan pasar tradisional di Malaysia dan pasar tradisional di Indonesia?

III. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini dilakukan dengan


tujuan sebagai berikut:

Untuk mengetahui kenapa masyarakat lebih berminat di pasar modern di banding pasar
tradisional
IV. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan agar memberikan manfaat sebagai berikut:

1.Manfaat Akademis/Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai penerapan


teori-teori hukum dan berbagai peraturan perundang-undangan dalam sektor
perekonomian khususnya terkait dengan pasar tradisional.

2.Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kebijakan


Pemerintah Daerah Kota Malang dalam melindungi, mengelola, dan mengatur Pasar
Tradisional di wilayah Kota Malang.

V. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh keberadaan pasar modern di era


globalisasi sudah banyak dilakukan sebelumnya. Di sini peneliti hanya akan mengambil
salah satunya saja yaitu penelitian oleh Putri Windarni (2018) dalam penelitiannya yang
berjudul Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Kondisi Pasar Tradisional di
Bandar Jaya, Lampung Tengah. Dalam penelitian ini peneliti merumuskan penelitian
sebagai jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan tipe penelitian eksplanatif.
Hasilnya peneliti ini menyoroti hubungan antar variabel-variabel penelitiandan menguji
hipotesis yang telah dirumuskan.

Peneliti menggunakan penelitian ini sebagai referensi karena Putri Windarni


menggunakan penelitian survei melalui kuisioner sehingga sama dengan tempat
penelitian yang dilakukan peneliti.

B. Landasan Teori

Di era globalisasi setiap negara dituntut untuk dapat melakukan evolusi progresif
khususnya di bidang ekonomi. Ekonomi disuatu negara adalah simbol atas identitas
maju, berkembang dan tertinggalnya suatu negara. Indonesia sebagai negara
berkembang bekerja keras untuk mengejar ketertinggalannya atas negara maju dalam
hal ekonomi. Persaingan pasar bebas dan munculnya pasar modern menjadi realita yang
harus dihadapi oleh mereka yang mengatasnamakan sebagai pengelola pasar tradisional.
Munculnya pasar modern akan menjadi penghalang terhadap kontinuitas peredaran
pasar tradisional apabila tidak ada intervensi pemerintah. Namun demikian sikap
ketidakpedulian yang diusung oleh mereka yang mengatasnamakan pelaku pasar
modern menjadi langkah awal terkodifikasinya sebuah pranata hukum sebagai landasan
legal formal dan sekaligus sebagai panduan untuk menjalankan misinya. Terdapat
beberapa langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk melegalkan pasar modern
dengan tanpa mengikis dan menghilangkan pasar tradisional. Jika tidak diantisipasi
maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi konflik internal antara golongan kaum
borjuis dan kaum proletar. Pedoman berbangsa dan bernegara yang dianut oleh warga
negara Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang 1945. Aturan yang telah
dirumuskan tersebut menjadi pijakan dan sekaligus sebagai legalitas atas pengambilan
kebijakan pemerintah dalam menyelesaikan setiap masalah. Dengan mengesampingkan
keberadaan sistem kapitalis-liberalis dan sosialis-komunis yang selalu kontradiktif
maka peraturan yang dibangun setidaknya dapat memberi keadilan bagi pelaku pasar
tradisional maupun pelaku pasar modern.

Perubahan gaya hidup konsumen dalam perilaku membeli barang ritel diantaranya
dipengaruhi oleh kemudahan dan penjaminan mutu dari pasar modern, diantaranya:
Pertama melalui skala ekonominya, pasar modern dapat menjual lebih banyak produk
yang lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah. Kedua, informasi daftar harga
setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses publik. Ketiga, pasar modern
menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih, dengan jam buka
yang lebih panjang, dan menawarkan aneka pilihan pembayaran seperti kartu kredit
untuk peralatan rumah tangga berukuran besar. Keempat, produk yang di jual dipasar
modern, seperti bahan pangan, telah melalui pengawasan mutu dan tidak akan dijual
bila telah kadaluwarsa (Setiadi N, 2003).

VI. METODE PENELITIAN

Dalam penulisan ini, penyusun menggunakan metode penelitian deskriptif


kualitatif. Metode deskriptif yaitu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskripif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki11 Berdasarkan metode
penelitian yang digunakan di atas hasil penelititan ini ialah menjabarkan mengenai
eksistensi pasar tradisisonal di era globalisasi dalam stadi ini mengambil kota Malang.
Setelah pengumpulan data yang dilakukan peneliti diharapkan dapat menemukan
jawaban. Tahapan penelitian diawali dengan studi literatur, pembuatan program kerja,
pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan.

Skema Tahapan Penelitian

Studi Literatur
(memahami kerangka dan tinjauan
pustaka)

Pembuatan Program Kerja


(merencanakan jadwal kegiatan)

Pengumpulan Data
(melakukan wawancara dan observasi di
kota malang)

Analisa Data
(menganalisa data wawancara dan
observasi menggunakan analisis kualitatif)

Penarikan Kesimpulan

Luaran dari penelitian ini yaitu, agar eksistensi pasar tradisional tidak punah ditelan
zaman karena semakin berkembangnya modernisasi Lalu, indikator capaian dari
penelitian ialah mampu memahami peranan pasar tradisional terhadap resistensi
globalisasi.

Langkah awal yang di lakukan yaitu studi literatur dengan cara melakukan kajian
teori melalui buku-buku dan sumber informasi lainnya berkaitan dengan media
pembelajaran yang akan dikembangkan 12 Selain itu studi literatur juga dapat
membantu mempertajam/memperjelas perumusan masalah dan tujuan penelitiannya.

Selanjutnya membuat program kerja yaitu dengan membuat jadwal dan


mempersiapkan teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara.
Wawancara adalah sebuah dialog atau tanya jawab yang dilakukan dua orang atau lebih
yaitu pewawancara dan terwawancara (narasumber) dilakukan secara berhadap-

11 Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

12 Adi, R. (1997). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 25.


hadapan13. Selanjutnya menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan
data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang ibuat oleh
subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek14

Kemudian analisis data dalam penelitian ini ialah pengolahan dan analisis data
akan digunakan analisis kualitatif, Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
secara bersama dengan cara proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
pengambilan keputusan 15 . Setelah menyelesaikan seluruh tahapan penelitian, maka
kami akan menarik kesimpulan dari hasil penelitian ini, dimana dalam penelitian ini,
kami dapat melihat tantangan yang dihadapi dalam membuat pasar tradisional tetap
diminati dalam era globalisasi, seberapa besar keinginan masyarakat kota Malang
dalam bertransaksi di pasar tradisional dan pasar modern, kemudian usaha apa yang
dilakukan agar tidak terkikis punah oleh arus globalisasi yang kini kian deras.

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi yang mempengaruhi eksistensi pasar tradisional

Peran Pemerintah

1. Pemerintah memiliki kontribusi dalam penyediaan tempat untuk pedagang,


akan tetapi tempat tersebut bisa dimiliki oleh pedagang dengan cara disewa,
karena disini sistemnya pedagang hanya memiliki hak pakai, bukan hak milik.
2. Dari beberapa responden yang kami tanyakan juga ada yang bekerjasama
dengan BUMN, hal ini berarti pemerintah berkontribusi dalam penyediaan
kepada para pedagang. Akan tetapi masih banyak para pedagang yang belum
berani bekerjasama dengan BUMN dikarenakan para pedagang tidak percaya
dengan kualitas beras dan sembako lainnya pada BUMN tersebut, tetapi
nyatanya beras yang di sediakan BUMN kualitasnya sama bagusnya juga.

13 Hanitijo, R. (1994). Motode Penelitian Hukum dan Jurimeter. Jakarta: Ghalis. hlm. 57.

14
Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika. hlm. 143.

15 Milez, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.
Faktor Kondisi

Kondisi faktor yang berpengaruh terhadap Pasar Tradisional adalah letak toko yang
berada dilingkungan padat penduduk, didukung dengan jumlah barang yang lebih
banyak dan harga yang lebih terjangkau dari pada minimarket di setiap daerahnya.
Barang yang dijual sebagian besar adalah kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan pokok
yang kebanyakan lebih susah di dapatkan di sebagian besar toko modern. fasilitas yang
didapatkan oleh pedagang dan pasar Dinoyo yaitu tempat yang lebih bersih dan akses
yang lebih mudah sehingga konsumen lebih nyaman.

Kondisi Permintaan

Konsumen utama dari Pasar Tradisional adalah warga sekitar yang telah menjadi
pelanggan tetap. Meningkatnya pendapatan perkapita dan bertambahnya jumlah
penduduk bisa menjadi peluang bagi toko di dalam pasar tradisional apabila konsumen
lebih memilih pasar tradisional sebagai tempat belanja.

Industri Pendukung dan terkait

Pasar Tradisional Dinoyo itu saling terkait dengan Pasar yang berada di
Landungsari, karena ada beberapa fasilitas yang tidak ada di pasar Dinoyo tetapi ada di
Pasar Landungsari, sehingga para pedagang di Pasar Tradisional itu memiliki
keterkaitan satu sama lain. Untuk Industri Pendukungnya, ada kerjasama dari BULOG
untuk mendistribusikan Beras kepada beberapa toko yang dianggap BUMN layak
mendapatkan.

Faktor Kesempatan

Konsumen mulai selektif dalam memilih tempat belanja. Tidak hanya faktor harga,
konsumen juga mempertimbangkan faktor kenyamanan, dan kelengkapan produk.
Faktor ini tentu bisa menjadi peluan dan ancaman bagi pedagang di Pasar Tradisional.
Pasar Tradisional ini hanya memiliki penyaing para pedagang keliling, Beberapa Pasar
Modern tidak begitu berpengaruh bagi Pasar Tradisional
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Peran pemerintah di pasar Dinoyo membuatkan tempat untuk para pedagang


untuk di sewakan serta memberikan fasilitas yang cukup memadai sehingga
konsumen nyaman dan pasar terlihat lebih bersih.
2. Perubahan pasar Dinoyo dari sisi positif tidak kebocoran, pedagang merasakan
kenyaman karena pasar yang bersih dan tidak kumuh lagi dan fasilitas yang
memadai. Sisi negatifnya pasar ini pecah menjadi dua yaitu Landungsari dan
Dinoyo ada barang tertentu yang tidak bisa masuk di Dinoyo dan sebaliknya.
3. Selanjutnya tidak ada pengaruh yang signifikan dengan adanya pasar modern
seperti Superindo, Giant, Hypermart, dll .
DAFTAR PUSTAKA

Adi, R. (1997). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anonim. (2019, April 16). Tentang Sekolah Pasar. Retrieved from


http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/program/sekolah-pasar/

Apipudin. (2019, 04 15). Brand Switching Analys dalam Industri Ritel Modern.
Retrieved from http://www.frontier.co.id/brand-switching-analysis-dalam-
industri-ritel-modern.html

F, Y. S. (n.d.). STRATEGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL


MENGHADAPIPERSAINGAN dengan RETAIL MODERN dan
PREFERENSIKONSUMEN(Studi Kasus Pada Pasar Legi Kota Blitar) . hal 2.

Hanitijo, R. (1994). Motode Penelitian Hukum dan Jurimeter. Jakarta: Ghalis.

Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.


Jakarta: Salemba Humanika.

Khamdan, M. (2019, 04 14). Kedaulatan Pasar Tradisional. Retrieved from


http://www.dikti.go.id/?p=8391&lang=id

Kurniawan, A. M. (2019, 04 15). Mitsui: Indonesia Tujuan Investasi Paling Menarik.


Retrieved from http://www.investor.co.id/tradeandservices/mitsui-indonesia-
tujuan-investasi-paling-menarik/77027

Milez, M. B. (1992). Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

MUSLIMIN, I. (2016). RESISTENSI PAGUYUBAN PEDAGANG PASAR


TRADISIONAL TERHADAP PEMBANGUNAN MALL DINOYO CITY
(Studi di Paguyuban Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang). . Other thesis,
University of Muhammadiyah Malang. , 1-3.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

U, M. M. (n.d.). ANALISIS DAMPAK KEBERADAAN PASAR MODERN


TERHADAP PASAR TRADISIONAL SLEKO DI KOTA MADIUN. 60.
Lampiran.

Gambar 1. Narasumber pertama pedagang sayur

Gambar 2. Narasumber 2 Pedagang Daging Ayam

Gambar 3. Narasumber 3 Pedagang Sembako

Anda mungkin juga menyukai