Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa
perubahan yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan
situasi individu baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi
keseimbangan fisik, mental dan sosial. Individu yang sehat jiwa ini meliputi
menyadari kemampuan dirinya secara penuh. Mampu menghadapi problem
maupun situasi yang berat dan mampu berada dengan orang lain
(Keliat,dkk.2007).

Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan


bahwa sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan
jiwa. Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang
ditemukan oleh peneliti di Harvard University dan University College London,
mengatakan penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis
kecacatan di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya
(VOA Indonesia, 2016).

Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri


akibat adanya perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan
aktifitas perawatan diri menurun. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan
untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang
sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan
diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik
hygiene klien.

Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat


dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk

1
meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional
klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari
tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan
diri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Defisit Perawatan diri ?
2. Bagaimana Proses Terjadinya Proses Perawatan Diri?
3. Apa Faktor Defisit Perawatan Diri?
4. Apa Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri?
5. Bagaimana Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri?
6. Bagaimana Strategi Pelaksanaan Defisit Perawatan Diri?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Defisit Perawatan diri.
2. Mengetahui Proses Terjadinya Proses Perawatan Diri.
3. Mengetahui Faktor Defisit Perawatan Diri.
4. Mengetahui Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
5. Mengtahui Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
6. Mengetahui Strategi Pelaksanaan Defisit Perawatan Diri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk
mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan,
bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri,
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau
kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian
atau berhias, makan, dan BAB atau BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan
minum secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting.

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan
diri adalah, Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu

3
melindungi dan memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan
inisiatif dan keterampilan. Lalu faktor predisposisi selanjutnya adalah
Faktor Biologis, beberapa penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri secara mandiri. Faktor selanjutnya
adalah kemampuan realitas yang menurun. Klien dengan gangguan jiwa
mempunyai kemampuan realitas yang kurang, sehingga menyebabkan
ketidak pedulian dirinya terhadap lingkungan termasuk perawatan diri.
Selanjutnya adalah faktor Sosial, kurang dukungan serta latihan
kemampuan dari lingkungannya, menyebabkan klien merasa
2. Faktor Presipitasi
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurangnya atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual,
cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Sedangkan menurut
Depkes tahun 2000 faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah
body Image, praktik social, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya,
kebiasaan dan kondisi fisik.
Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak perduli dengan dirinya. Pada anak anak selalu
dimanja dalam kebersihan diri maka,kemungkinan akan terjadi perubahan
pola personal hygiene.

C. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri

4
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara mandiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

D. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)
adalah sebagai berikut :
1. Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, melengkapi makanan, mencerna makanan
menurut cara yang diterima masyarakat, serta mencerna cukup makanan
dengan aman.
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

5
E. Penjabaran Masalah
a) Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi dalam


Perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri

Gambar 2: Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri


(Sumber : Keliat, 2006)

F. Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik
yang seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
G. Penatalaksanaan

6
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang
harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

7
1. Pengkajian

Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat


adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan
eliminasi ( buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri.

Berikut petunjuk teknis pengisian format pengkajian keperawatan


kesehatan jiwa.
a. Identitas
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat,
panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan dan topik yang
akan dibicarakan. Kemudian usia dan No RM.
2) Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
b. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluarga
1) Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat
ini ?
2) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ?
3) Bagaimana hasilnya ?
c. Faktor predisposisi
1) Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu.
2) Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau
mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
3) Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga
lainnya yang mengalami gangguan jiwa.
4) Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian,
trauma selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada
masa lalu.
d. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
1) Ukur dan observasi TTV.

8
2) Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
3) Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakn oleh klien.
4) Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan
keluhan yang ada.
5) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
e. Psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
3) Hubungan sosial
4) spiritual
f. Status mental
1) Penampilan
2) Pembicaraan
3) Aktivitas motorik
4) Alam perasaan
5) Afek
6) Interaksi selama wawancara
7) Persepsi
8) Proses pikir
9) Isi pikir
10) Tingkat kesadaran
11) Memori
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
13) Kemampuan penilaian
14) Daya tilik diri
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
2) BAB/BAK
3) Mandi
4) Berpakaian
5) Istirahat dan tidur
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
8) Kegiatan didalam rumah
9) Kegiatan di luar rumah
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap
masalah yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
i. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap
item yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
j. Aspek medik

9
Tuliskan diagnisa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmako, dan terapi lainnya.
k. Daftar masalah
1) Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data
subjektif dan data objektif.
2) Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan.
l. Daftar diagnosis keperawatan
1) Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan E
(etiologi) berdasarkan pohon masalah.
2) Urutkan diagnosis sesuai prioritas.
Masalah Keperawatan Data yang Perlu dikaji

Defisit Perawatan Diri Subjektif :

1. Mengungkapkan dirinya malas


melakukan perawatan diri ( mandi,
dan berhias).
2. Mengungkapkan dirinya tidak ingin
makan.

Objektif :

1. Tercium aroma tidak sedap dari


tubuh klien.
2. Pakaian terlihat kotor.
3. Rambut dan kulit kotor.
4. Kuku panjang dan kototr.
5. Gigi kotor dan aroma mulut tidak
sedap.
6. Penampilan tidak rapi.
7. Tidak bisa menggunakan alat
mandi.

Dokumentasi Asuhan Keperawatan

10
Berikut ini format dokumentasi keperawatan pengkajian pada
pasien yang mengalami defisit perawatan diri.

a. Status Mental
1) Penampilan
[ ] Tidak Rapi
[ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
2) Jelaskan .............................................................
3) Masalah Keperawatan.........................................
b. Kebutuhan Sehari-hari
1) Kebersihan Diri
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
2) Makan
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
3) BAB/BAK
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
4) Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
5) Jelaskan.............................................................
6) Masalah keperawatan........................................

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatannya adalah
defisit perawatn diri : higiene diri, berhias, makan dan eliminasi.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Rencana Keperawatan
No. Intervensi
Keperawatan TUM TUK

1. Defisit perawatan Pasien tidak 1. Klien dapat mebina Bina hubungan saling
diri : kebersihan diri, mengalami defisit hubungan saling percaya dgn
berdandan, makan, perawatan diri. percaya. menggunakan prinsip
Kriteria Evaluasi :
BAB/BAK. komunikasi terapeutik
Dalam
:
berinteraksi klien
menunjukan 1. Sapa pasien dengan

tanda-tanda ramah, baik verbal

percaya pada maupun non verbal.


2. Perkenalkan diri

11
perawat: dengan sopan.
3. Tanyakan nama
a. Wajah cerah, lengkap dan nama
tersenyum. panggilan yang di
b. Mau
sukai pasien.
berkenalan. 4. Jelaskan tujuan
c. Ada kontak
pertemuan. Jujur
mata.
d. Menerima dan menepati janji.
5. Tunjukkan sikap
kehadiran
empati dan
perawat.
e. Bersedia menerima pasien
menceritakan apa adanya.
6. Beri perhatian dan
perasaannya.
perhatikan
kebutuhan dasar
pasien.

2. Klien mampu Melatih pasien cara-


melakukan cara perawatan
kebersihan diri kebersihan diri :
secara mandiri.
1. Menjelasan
pentingnya
menjaga
kebersihan diri.
2. Menjelaskan alat-
alat untuk
menjaga
kebersihan diri.
3. Menjelaskan cara-
cara melakukan
kebersihan diri.
4. Melatih pasien
mempraktekkan

12
cara menjaga
kebersihan diri

3. Klien mampu Melatih pasien


melakukan berdandan/berhias :
berhias/berdandan
1. Untuk pasien laki-
secara baik.
laki latihan
meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir
rambut
c. Bercukur
2. Untuk pasien
wanita, latihannya
meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir
rambut
c. Berhias

4. Pasien mampu Melatih pasien makan


melakukan makan secara mandiri :
dengan baik.
1. Menjelaskan cara
mempersiapkan
makan.
2. Menjelaskan cara
makan yang tertib.
3. Menjelaskan cara
merapihkan
peralatan makan
setelah makan.
4. Praktek makan
sesuai dengan

13
tahapan makan
yang baik.

5. Pasien mampu Mengajarkan pasien


melakukan melakukan
BAB/BAK secara BAB/BAK secara
mandiri. mandiri :

1. Menjelaskan
tempat BAB/BAK
yang sesuai.
2. Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB dan
BAK.
3. Menjelaskan cara
membersihkan
tempat BAB dan
BAK

4. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan Keperawatan pada Pasien
1) Tujuan Keperawatan
a) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
b) Pasien mampu melakukan berhias secara baik
c) Pasien mampu melakukan melakukan makan dengan baik.
d) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
2) Tindakan Keperawatan
a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara :
 Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
 Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
 Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.
b) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada
pasien laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir

14
rambut, dan bercukur, sedangkan pada pasien perempuan,
latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan
berhias/berdandan.
c) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara :
 Menjelaskan cara mempersiapkan makanan.
 Menjelaskan cara makan yang tertib.
 Menjelaskan cara merapikan peralatan makam setelah makan.
 Mempraktikan cara makan yang baik.
d) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
dengan cara ;
 Menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai.
 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

SP 1 pasien :

Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan


melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.

SP 2 pasien :

Melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian, menyisir rambut, dan


bercukur. Perempuan : berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).

SP 3 pasien :

Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri (menjeaskan


tempat BAB/BAK yang sesuai, menjeaskan cara membersihkan diri
setelah BAB dan BAK, menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan
BAK).

SP 4 pasien :

Melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara mempersiapkan


makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjeaskan cara merapikan
peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan
makan yang baik)

15
5. Evaluasi
EVALUASI KEMAMPUAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama :

Ruangan :

Nama perawat :

Petunjuk :

Berilah tanda checklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah
ini. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.

Tanggal
No. Kemampuan

A. Pasien

1. Menyebutkan pentingnya
kebersihan diri.

2. Menyebutkan cara membersihkan


diri.

3. Mempraktikan cara membersihkan


diri dan memasukkan dalam
jadwal.

4. Menyebutkan makan yang baik.

5. Mempraktikan cara makan yang


baik dan memasukkan dalam
jadwal.

6. Menyebutkan cara BAB/BAK


yang baik.

7. Mempraktikan cara BAB/BAK


yang baik dan memasukkan dalam

16
jadwal.

8. Menyebutkan cara berdandan

9. Mempraktikkan cara berdandan


dan memasukkan dalam jadwal.

10. Menganjurkan pasien memasukkan


dalam jadwal kegiatan harian.

Nilai SP 4 Pasien

EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl Dx. Kep Evaluasi


Sp. 1 Pasien Defisit S :
Perawatan Diri : Mandi
 Klien mau menjawab salam dan
mengatakan selamat pagi, dan nama
lengkap, senang di panggil Ny. s

 Klien mengatakan lebih segar setelah mandi

O:

 Klien terlihat bersih dan kulit bersih

17
A : SP 1 Pasien deficit perawatan diri : Mandi
tercapai

P : Lanjutkan SP 1 Pasien deficit perawatan diri :


Makan dan Minum

Tgl Dx. Kep Evaluasi


Sp. 1 Pasien Defisit S :
Perawatan Diri : Makan
 Klien mau menyebutkan manfaat makan
dan Minum
dan minum

O:

 Klien mau bertatap mata dengan perawat

 Klien terlihat makan dengan piring di meja


makan dan minum dengan gelas.

A : SP 1 Pasien deficit perawatan diri : Makan


dan Minun tercapai

P : Lanjutkan SP 1 Pasien deficit perawatan diri :


Toileting (BAB dan BAK).

Tgl Dx. Kep Evaluasi


Sp. 1 Pasien Defisit S:
Perawatan Diri :
 Klien dapat menyebutkan manfaat BAB dan
Toileting (BAB dan
BAK di toilet
BAK)
 Klien menyebutkan tata cara BAB dan BAK

18
yang baik dan benar.

O:

 Klien terlihat BAB dan BAK di toilet

 Klien membersihkan diri setelah BAK /


BAB

A : SP 1 Pasien deficit perawatan diri :


Toileting teratasi

P : Lanjutkan SP 1 Pasien deficit perawatan


diri : Berhias (berpakaian dan berdandan)

Tgl Dx. Kep Evaluasi


SP 1 Pasien deficit S :
perawatan diri : Berhias
 Klien dapat menyebutkan manfaat
(berpakaian dan
berpakaian dan berdandan
berdandan)
O:

 Klien terlihat memakai pakaian nya sendiri

 Klien terlihat memakai bedak dan lipstik

A : SP 1 Pasien deficit perawatan diri : Berhias


teratasi

P : Lanjutkan SP 2 Pasien Defisit Perawatan Diri


: Mandi

19
20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di
berikan perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan
kebersihan klien dapat lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering
menyendiri merupakan resiko menjadi isolasi sosial maka komunikasi
terapeutik yang di gunakan sebagai landasan untuk membina saling percaya
sehingga dapat mengggali semua permasalahan.

Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu
di libatkan dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih.
Identifikasi diri mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi
focus perhatian pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa
yaitu defisit perawatan diri membutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan klien.

B. Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang
direncanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna
kesembuhan klien. Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan
semangat kepada klien untuk mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah
maupun di rumah sakit.

21
DAFTAR PUSTAKA

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba

Medika.

Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN

(Basic Course).Yogyakarta: EGC.

Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.

Jakarta: EGC.

Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika

Aditama.

Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:

Momedia.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan

Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.

Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:

Salemba Medika.

22

Anda mungkin juga menyukai