Tugas Ini dibuat untuk Memenuhi Mata Kuliah Pendidikan Budi Pekerti
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
1
Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan orang tua, rekan kerja, dan
motivasi dari kelompok kami.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan .......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah pondasi awal bagi siswa untuk mengemban ilmu karena hal itu
merupakan proses mengubah jati diri seorang siswa lebih baik dan maju. Selain
itu pendidikan mampu meningkatkan seseorang menuju sebuah kedewasaan agar
seseorang tersebut bisa mengatasi permasalahan- permasalahan yang akan datang.
Pendidikan tidak hanya menjadi sarana transfer ilmu pengetahuan kepada peserta
didik, tetapi juga menumbuhkan sikap dan perilaku siswa. Sehingga sekolah yang
merupakan tempat penyelenggaraan pendidikan, memiliki peranan penting dalam
proses mengubah sikap dan perilaku siswa selain itu pendidikan moral perlu
diterapkan pada jenjang Sekolah Dasar yang merupakan jalur pendidikan formal.
Tugas seorang guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik, sehingga anak
memiliki kecerdasan kognitif, karakter yang baik ( afektif ) dan psikomotor. Hal
ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur,sehat. Perilaku siswa
dewasa ini cenderung melupakan norma, aturan, tata krama terlebih moralitas
yang kurang baik yang disebabkan kurangnya pendidikan nilai-nilai moralitas di
bangku sekolah proses pendewasan diri tidak berlangsung baik di lingkungan
sekolah.
4
budi pekerti merupakan salah sastu upaya untuk membekali peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan dan
perkembangannya sebagai bekal bagi masa depannya. Tujuannya agar mereka
memiliki hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan
dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk.
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
Visi dan misi pendidikan budi pekerti yang tercantum dalam Buku I Depdiknas
(2000:4) dalam Sulthoni (2016), diartikan bahwa visi pendidikan budi pekerti
adalah mewujudkan pendidikan budi pekerti sebagai bentuk pendidikan nilai,
moral, etika yang berfungsi menumbuh kembangkan individu warga negara
Indonesia yang berakhlak dalam pikir, sikap dan perbuatannya sehari-hari, yang
secara kurikuler benar-benar menjiwai dan memaknai semua mata pelajaran yang
relevan serta sistem sosial-kultural dunia pendidikan sehingga dari dalam diri
setiap lulusan setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan terpancar akhlak mulia.
Adapun misi diartikan sebagai harapan pendidikan budi pekerti untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Berdasarkan pemahaman ini, maka menurut Cahyoto (2001)
dalam Zuriah (2007), antara visi dan misi merupakan kesatuan yang berurutan
langkahnya. Lebih lanjut misi pendidikan budi pekerti adalah sebagai berikut :
7
b) Membantu siswa memahami disiplin ilmu yang berperan mengembangkan budi
pekerti sehingga diperoleh wawasan keilmuan yang berguna untuk
mengembangkan penggunaan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.
c) Membantu siswa memahami arti demokrasi dengan cara belajar dalam suasana
demokratis bagi upaya mewujudkan masyarakat yang lebih demokratis.
Berdasarkan visi pendidikan budi pekerti menurut Buku I Pedoman Umum dan
Nilai Budi Pekerti untuk Pendidikan Dasar dan Menengah (2000: 4) dalam Zuriah
(2007), maka visi pendidikan budi pekerti adalah sebagai berikut.
b) Mewujudkan tatanan dan iklim sosial budaya dunia pendidikan yang sengaja
dikembangkan sebagai lingkungan pendidikan yang memancarkan
akhlak/moral luhur sebagai wahana bagi siswa, tenaga kependidikan, dan
manajer pendidikan untuk membangun interaksi edukatif dan budaya sekolah
yang juga memancarkan
akhlak mulia.
Pendidikan budi pekerti secara umum bertujuan untuk memfasilitasi siswa agar
mampu menggunakan pengetahuan, mengkaji dan menginternalisasi serta
8
mempersonalisasi nilai, mengembangkan keterampilan sosial yang
memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam diri peserta didik
serta mewujudkan dalam perilaku sehari-hari dalam berbagai konteks sosial
budaya yang berbhineka. Menurut Haidar dalam Su’dadah (2014) bahwa tujuan
pendidikan budi pekerti adalah untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku
siswa yang memancarkan akhlak mulia/budi pekerti luhur. Dengan kata lain dalam
pendidikan budi pkerti nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai akhlak
yang mulia, yaitu tertanamnya nilai-nilai akhlak yang mulia kedalam diri peserta
didik yang kemudian terwujud dalam tingkah lakunya.
9
3. Siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara rasional
bagi pengambilan keputusan yang terbaik setelah melakukan pertimbangan
sesuai dengan norma budi pekerti.
4. Siswa mampu menggunakan pengalaman budi pekerti yag baik bagi
pembentukan kesadaran dan pola perilaku yang berguna dan bertanggungjawab
atas tindakannya.
Adapun menurut Herimanto, dkk (2014) tujuan khusus pendidikan budi pekerti
adalah sebagai berikut:
a) Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan
nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.
(1) dibidang cipta, pikiran agar selalu dapat berfikir yang benar, bernilai kebaikan
dan keadilan, terlebih-lebih dalam pengambilan keputusan agar selalu
mementingkan kepentingan umum,
10
(2) dibidang rasa, selalu tertuju kepada perasaan-perasaan yang baik, luhur dan
indah (estetis),
(3) dibidang karsa, kemauan dan keinginan, selalu tertuju kepada kemauan-
kemauan dan keinginan yang baik, luhur, susila (etis).
Menurut pendapat cahyoto (2002 : 18-22) scope pembahasan nilai budi pekerti
yang berdasarkan pada etika atau filsafat moral yang menekankan pada unsur
utama kepribadian, yaitu kesadran hati nurani, kebajikan dalam hidup, dan hukum
nilai moral masyarakat. Hati nurani merupakan kesadaran untuk mengendalikan
perilaku seseorang dalam hal kebaikan dan menghindari keburukan. Kebajikan
atau kebaikan adalah watak unggul yang berguna dan menyenangkan bagi diri
sendiri dan orang lain sesuai dengan pesan moral ( salomon, 1984 : 100). Dengan
demikian, terdapat hubungan antara budi pekerti dengan norma hidup dan nilai –
nilai moral yang unsur – unsurnya berkaitan dengan ruang lingkup pembahsan
budi pekerti.
Kebajikan Kerapian
Kejujuran Keikhlasan
Amanah Kebijakan
Keberanian Bersahabat
Kesetaiaan Kehormatan
Keadilan
11
Budi pekerti merupakan etika praktis atau terapan yang bersumber kepada
masyarakat (kesusilaan atau moralitas, agama, hukum , dan adat istiadat yang
berlaku) maka dari itu konsep budi pekerti semakin luas dengan menyerap aspek
budi pekerti dari lingkungan yang makin meluas. Budi pekerti mengandung nilai
moral lokal, seperti aturan keluarga, kerabat, dan tatanan lingkungan setempat.
Selanjutnya budi pekerti mengandung nilai nasional, seperti tatanan demokrasi,
loyalitas, nasionalisme, undang – undang, hukum, hak asasi manusia, dan lain –
lain. Budi pekerti berkaitan dengan dunia internasional, seperti hukum
internasional, hubungan dan kerjasama antar bangsa, perdamaian, dan keamanan.
Terdapat banyak konsep lain yang menjadi norma, dan berlaku bagi kesejahteraan
lingkungan. Pendidikan budi pekerti yang khusus berkaitan dengan pendidikan
agama dipelajari tersendiri oleh siswa melalui pendidikan agama.
Nilai – nilai budi pekerti menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata pelajaran
Budi Pekerti kelas I – VI Buram ke 6, Puskur Depdiknas, adalah sebagai berikut :
12
seseorang terhadap dirinya sendiri
dengan memahami kelebihan dan
kekurangan dirinya.
Tumbuhnya disiplin diri Sikap dan perilaku sebagai
cerminan dari, ketaanatan,
5. kepatuhan, ketertiban, kesetiaan,
ketelitian, dan keteraturan perilaku
seseorang terhadap norma dan
aturan yang berlaku.
Mengembangkan etos kerja dan Sikap dan perilaku sebagai
belajar cerminan dari semangat kecintaan,
6. kedisiplinan, kepatuhan, dan
penerimaan terhadap kemajuan hasil
kerja atau belajar.
Memiliki rasa tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya ia
7.
lakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam,
sosial), negara, dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Memilki rasa keterbukaan Sikap dan perilaku seseorang, yang
mencerminkan adanya
keterusterangan terhadap apa yang
8.
dipikirkan, diingingkan, diketahui,
dan kesediaan menerima saran serta
kritik dari orang lain.
Mampu mengendalikan diri Kemampuan seseorang untuk dapat
mengatur dirinya sendiri berkenaan
dengan kemampuan, nafsu, ambisi,
9.
keinginan, dalam memenuhi rasa
kepuasan dan kebutuhan hidupnya.
Mampu berpikir positif Sikap dan perilaku seseorang untuk
dapat berpikir jernih, tidak buruk
10.
13
sangka, mendahulukan sisi positif
dari suatu masalah.
Mengembangkan potensi diri Sikap dan perilaku seseorang untuk
dapat membuat keputusan sesuai
dengan kemampuannya mengenal
11.
bakat, minat, dan prestasi serta
sadar akan keunikan dirinya
sehingga dapat mewujudkan potensi
diri yang sebenarnya.
Menumbuhkan cinta dan kaish Sikap dan perilaku seseorang yang
sayang mencerminkan adanya unsur
memberi perhatian, perlindungan,
12.
kehormatan, tanggung jawab, dan
pengorbanan terhadap orang yang
dicintai dan dikasihi.
Memiliki kebersamaan dan gotong Sikap dan perilaku seseorang yang
royong mencerminkan adanya kesadaran
13. dan kemauan untuk bersama –
sama, saling membantu, saling
memberi tanpa pamrih.
Memilki rasa kesetiakawanan Sikap dan perilaku yang
mencerminkan kepedulian kepada
14. orang lain, keteguhan hati, rasa
setiakawan, dan rasa cinta kepada
orang lain dan kelompoknya.
Saling menghormati Sikap dan perilaku untuk
menghargai dalam hubungan antar
15.
individu dan kelompok berdasarkan
norma dan tata cara yang berlaku.
Memiliki tata krama dan sopan Sikap dan perilaku sopan santun
santun dalam bertindak dan bertutur kata
terhadap orang tanpa menyinggung
atau menyakiti serta menghargai
16.
tata cara yang berlaku sesuai dengan
14
norma, budaya, dan adat istiadat.
Memiliki rasa malu Sikap dan perilaku yang
menunjukkan tidak enak hati, hina,
17. rendah karena berbuat sesuatu yang
tidak sesuai dengan hati nurani,
norma, dan aturan.
Menumbuhkan kejujuran Sikap dan perilaku untuk bertindak
dengan sesungguhnya dan apa
adanya, tidak berbohong, tidak
18.
dibuat – buat, tidak ditambah, dan
tidak dikurangi, serta tidak
menyembunyikan kejujuran.
15
menampakkan mutu budi pekerti yang cenderung menghayati norma
masyarakatnya.
3. Budi pekerti yang terbentuk cenderung mewujudkan kesejajaran antara
pikiran, ucapan, dan perilaku.
4. Budi pekerti akan menampilkan diri berdasarkan dorongan dan kehendak
untuk melakuan suatu hal yang berguna dengan tujuan bersama berdasarkan
pertimbangan moral.
5. Budi pekerti tidak dapat diajarkan langsung kepada peserta didik karena
kedudukannya sebagai dampak pengiring (nurturant effects) bagi mata
pelajaran lainnya.
6. Pembelajaran budi pekerti di sekolah merupakan latihan bagi siswa untuk
meningkatkan kualitas (mutu) budi pekertinya sehingga siswa terbiasa dan
mampu menghadapai masalah moral di masyarakat.
Dalam proses pengukuran perilaku belum ada kata sepakat, terdapat satu pendapat
yang menyatakan bahwa budi pekerti tidak dapat diukur, dan pendapat lain
menyatakan bahwa perilaku budi pekerti dapat diukur sesuai dengan tingkat
perilaku orang tersebut sebagia wujud budi pekerti. Pada kenyataannya tinggi
rendahnya budi pekerti seseorang tidak sama karena dalam pendidikan dianut
prinsip bahwa setiap orang adalah individu yang unik dan berbeda satu sama
lainnya.
16
Pengukuran berlaku untuk tes hasil belajar dan tes bakat. Penilaian merupakan
istilah untuk mengukur tes sikap dan kepribadian. Tes hasil belajar yang berkaitan
dengan budi pekerti tidak selalu merupakan penilaian sikap, melaikan juga ranah
kognitif dan psikomotorik. Ranah kognitif dan psikomotorik secara berjenjang
akan mengantar penampilan siswa ke ranah afektif sebagai dasar bertingkah laku.
Dalam memenuhi hal tersebut memang tersedia pilihan jenis tes yang dapat
dipertimbangkan dalam pelaksanaannya. Untuk tes kognitif dapat dipilih bentuk
pilihan ganda atau esai yang berusaha mengungkap stuktur belajar siswa,
sedangkan tes psikomotorik dapat berupa hasil pengamatan guru terhadap
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Tes sikap terdapat banyak rekomendasi antara lain Tes Likert, Skala Osgood,
Skala Thurtone, dan ungkapan perasaan. Bentuk tes khusus dapat berupa
Defining-Issues Test (DIT) dan Moral Dilemma Test (MDT) , sedangkan
kematangan moral diukur dengan Moral Maturity Quotient (MMQ).
Berdasarkan uraian diatas, pendidikan budi pekerti yang terintegrasi dengan PKn
dapat dilakukan pengukuran dengan “ apa yang seharusnya dilakukan siswa ”, dan
“ apa yang sedang dilakukan siswa ”.
Ukuran perilaku berbudi pekerti luhur dapat dinyatakan dengan ukuran mormatif
dan kualitatif. Ukuran normatif untuk mengetahui derajat budi pekerti seseorang
didasarkan atas kemauan dan kesanggupan seseorang untuk menempati norma
bagi kehidupan diri dan lingkungannnya.
Berdasarkan ukuran normatif, sumber budi pekerti merujuk pada norma agama,
norma masyarakat, norma kesusilaan, dan norma hukum yang berlaku. Perangkat
norma ini merupakan alat bagi seseorang untuk menyadari perbedaan dirinya
dalam masyarakat yang dalam hati nuraninya berusaha berbuat kebajikan.
Meskipun norma tersebut mengikat dan mengendalikan perilaku seseorang,
namun prinip martabat, dan kebebasan yang dimilikinya tetap berperan besar
beserta tanggung jawab yang harus diterima sebagai akibat perilakunya.
17
Ukuran kualitatif menyangkut kualitas perilaku seseorang yang dalam Pkn
dinyatakan bagi orang yang setia kepada bangsa dan negaranya, hidup dan bergaul
dengan orang lain secara demokratis, mampu mengatur dan mengendalikan diri,
berminat untuk selalu belajar, ikut serta dalam mencari solusi permasalahan sosial,
dan melaksanakan tugas – tugas kemasyarakatan sesuai dengan kesanggupannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan nilai yang membutuhkan
keterampilan khusus untuk proses penanamannya. visi pendidikan budi pekerti
dalam lingkup PPKn ialah mewujudkan proses pengembangan budi pekerti siswa
yang terarah kepada kemampuan berpikir rasional, memiliki kesadaran moral,
berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas perilakunya berdasarkan
hak dan kewajiban warga negara yang pada gilirannya mampu bekerja sama
dengan anggota masyarakat lainnya. Misi pendidikan budi pekerti adalah sebagai
harapan pendidikan budi pekerti untuk mencapai tujuan pembelajaran.
18
Pendidikan budi pekerti secara umum bertujuan untuk memfasilitasi siswa agar
mampu menggunakan pengetahuan, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai, mengembangkan keterampilan sosial yang
memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam diri peserta didik
serta mewujudkan dalam perilaku sehari-hari dalam berbagai konteks sosial
budaya yang berbhineka. Penilaian budi pekerti merupakan usaha untuk
mengikuti perkembangan siswa secara utuh dan berkelanjutan, penilaian juga
merupakan faktor pendorong suksesnya pengajaran pendidikan budi pekerti yang
diajarkan.
Daftar Pustaka
Su’dadah. (2014). Pendidikan Budi Pekerti (Integrasi Nilai Moral Agama dengan
Pendidikan Budi Pekerti). Jurnal Kependidikan, vol. II No. 1.
19