LAPORAN
HERPES KASUS
ZOSTER I DEWASA MUDA
THORACOLUMBALIS T11-L2 PADA PASIEN
HERPES ZOSTER OFTALMIKA DEXTRA
Oleh:
Oleh:
PEMBIMBING :
Gede Putra Kartika Wijaya
dr. Muhlis, Sp. KK, M.Kes.
Abstrak
Herpes zoster (HZ) adalah reaktivasi infeksi virus varicella zoster (VVZ) dengan manifestasi
fase pre-erupsi ditandai gejala prodromal seperti demam, sakit kepala dan lemah, fase erupsi yang
ditandai dengan munculnya ruam khas berupa vesikel berkelompok pada dasar kulit eritem yang
disertai nyeri yg terdistribusi unilateral sesuai dermatom dan fase kronik yang ditandai adanya
neuralgia pasca herpetik yang merupakan komplikasi tersering pada HZ. Pada HZ yang melibatkan
dermatome thorakalis adalah sebanyak 37-65% dari total kasus dan HZ lumbalis tercatat sebanyak 8-
10% kasus.
Dilaporkan satu kasus pada perempuan berusia 22 tahun dengan keluhan muncul bintil-bintil
berair pada pada pinggang, punggung dan perut sebelah kiri disertai rasa nyeri seperti terbakar, dan
pemeriksaan penunjangTzanck test ditemukan multinucleated giant cell, kemudian didiagnosis dengan
Herpes zoster thorakolumbalis T11-L2. Pasien mengalami perbaikan klinis dengan pemberian terapi
asiklovir tablet, asam mefenamat, amitriptilin, neurodex serta terapi topikal berupa bedak racikan
Abstract
Herpes zoster is a reactivation of Varicella zoster infection. It consists of three phases, first,
pre-eruption phases which characterized by prodromal symptoms such as fever, headache and
weakness, eruption phase was characterized by the appearance of a clustered vesicles on an
erythematous skin base with unilateral distributed pain corresponding to dermatomes; and chronic
phases which characterized by post herpetic neuralgia, as the most common complication of HZ. The
incidence of HZ thoracalis is approximately 37-65% of all cases and HZ lumbalis was about 8-10% of
cases.
A 22-year-old woman was admitted to the hospital with the chief complaint of clustered
vesicles on the stomach, above the left hips, and in the back. It was accompanied by a burning pain.
Tzanck test was perfomed, then showed multinucleated giant cell under the microscope. Additional
laboratory test was done to support the diagnosis. According to physical examination and laboratory
finding, it can be conclude that the diagnosis was HZ thoracolumbalis T11-L2. Patient showed good
clinical improvement with oral asiklovir, mefenamic acid, amytriptilin, neurodex tablet and, as well as
topical therapy.
Herpes Zoster (HZ) adalah manifestasi klinis dari reaktivasi virus varicella
zoster (VVZ) yang menyerang kulit dan mukosa, dengan ciri berupa nyeri radikuler,
unilateral, dan vesikel berkelompok yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi
oleh ganglion saraf sensoris. Reaktivasi terjadi karena kegagalan sistem imun untuk
(1)
menekan virus . Kerusakan imun terutama mengenai specific cell mediated
immunity. Faktor resiko utama adalah usia lanjut (> 50 tahun) dengan insiden HZ
(2)
yang meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan paling sering menyerang
pasien berusia diatas 60 tahun (3). Faktor resiko lainnya adalah pasien immunosupresi,
stres dan trauma fisik pada area setempat (4).
1
menjadi gambaran peningkatan angka kejadian pada grup dewasa muda dengan
kondisi HIV negatif.
2
Gambaran klinik HZ dibagi menjadi 3 fase, fase pre-erupsi, fase erupsi akut
dan fase kronik. Fase pre-erupsi ditandai dengan gejala prodromal berupa demam,
sakit kepala, dan lemah. Fase erupsi ditandai dengan munculnya vesikel berkelompok
dengan dasar kulit kemerahan yang terdistribusi unilateral sesuai dermatom dan
disertai rasa nyeri seperti terbakar. Erupsi dapat berlangsung selama 10-15 hari. Nyeri
merupakan gejala yang paling dikeluhkan pasien HZ, selain itu bisa juga rasa
terbakar, kesemutan, gatal maupun kombinasinya (9).
LAPORAN KASUS
3
semasa kecil ada saat Sekolah Dasar (SD), riwayat vaksinasi cacar tidak diketahui,
riwayat keluarga dan rekan kerja yang menderita penyakit serupa tidak ada, riwayat
hipertensi, riwayat diabetes mellitus disangkal, dan terdapat riwayat mengkonsumsi
obat jenis kortikosteroid jangka panjang disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, namun pasien merasa
lemas, kesadaran kompos mentis, tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
72x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 36,5 Cο. Pada pemeriksaan dermatologis
didapatkan vesikel berkelompok dengan dasar kulit eritema di regio trunkus anterior,
trunkus posterior dan pinggang.
B
A
4
Gambar 1 : Foto awal pasien masuk RS
Keterangan
a. Vesikel berkelompok dengan dasar eritem pada trunkus anterior,
b. Vesikel pada trunkus posterior,
c. Vesikel pada pinggang setinggi dermatom T11-L2
5
A
Keterangan
a. Tampak gambaran Multinucleated giant cell
b. Tampak gambaran sel dengan gambaran intrainklusion pada inti
6
Pasien diperbolehkan pulang pada perawatan hari ke-2 dengan kondisi umum
membaik, pasien sudah mulai mau makan, dan tidak lemas. Bintil pada perut,
pinggang dan punggung belum tampak perubahan yang signifikan. Nyeri masih
dirasakan. Pasien diberikan obat pulang Asiklovir 400mg/4,5jam/oral, Vitamin B
kompleks 1 tablet /12jam /oral, Asam Mefenamat 500mg /8jam /oral, Amitriptilin
12,5mg /12jam /oral, dan bedak racikan Menthol 0,15%, Boric Acid 3%, Zinc Oxide
10%, dan Talk Venetum yang dioles pagi dan sore setelah mandi. Obat-obatan diatas
diberikan selama 7 hari.
Pada hari ke-7 pasien mengatakan keluhan membaik, vesikel pada perut, dan
pinggang kiri, sudah mengering semua, pada punggung masih tersisa beberapa sisa
vesikel yang pecah namun masih basah (Gambar 3a, 3b, dan 3c). Pada hari ke-14 lesi
pada perut, pinggang dan punggung sudah mengering, walaupun sedikit
meninggalkan bekas, nyeri juga sudah tidak dirasakan oleh pasien.
7
a b
8
DISKUSI
HZ pada pasien ini terjadi pada usia 22 tahun, dimana pada usia ini dapat
dikategorikan sebagai golongan umur dewasa muda sebagai mana yang disebutkan
oleh Noopur et all dalam penelitiannya menyebutkan bahwa HZ juga dapat terjadi
pada pasien dewasa muda, berdasarkan kelompok umur 21-39 tahun (8). Aggarwal
dalam penelitiannya mendefinisikan dewasa muda adalah kelompok yang berada
pada rentang umur mendapatkan 21-30 tahun (7).
Pada pemeriksaan lab didapatkan, WBC 7,9 x 103/uL, HB 11,9 gr/dl, Platelet
306 x 103/uL, Ureum 12 mg/dl, Kreatinin 0,68mg/dl, SGOT 17 U/L, SGPT 12 U/L,
9
Glukosa Darah Sewaktu (GDS) 90 mg/dl. Pada hitung jenis sel darah putih
didapatkan Neutrofil 76,4%, Limfosit 16,7%, Eosinofil 0,4%.
Tampak terjadi peningkatan Neutrofil yaitu 76,4% dari rentang normal 33-
66%, hal ini sesuai dengan penelitian Nishitani dan Sakakibara yang menemukan
bahwa ada korelasi antara kelelahan karena stress dengan peningkatan neutrophil, di
sisi lain neutrophil juga meningkat pada kondisi inflamasi, seperti halnya yang terjadi
pada pasien HZ ini (11).
Limfositopenia yang terjadi pada pasien dengan 16,7% jumlah limfost ini
dapat dihubungan dengan kemungkinan stress yang dialami oleh pasien. Dimana
rentang normal limfosit menurut Kratz et all adalah 22-44% (12). VZV-imun spesifik
bertugas menghambat aktivasi dari HZ, namun pada titik dimana kekebalan imun
berada di bawah ambang batas maka reaktivasi dapat terjadi (13). Pada kondisi pasien
ini, terjadi penurunan jumlah persentase total limfosit dimana didalamnya termasuk
penurunan jumlah limfosit T. Limfosit T merupakan sel yang berperan penting dalam
imunitas seluler.
Pada pasien ini terjadi penurunan eosinophil 0,4%, dimana rentang normal
adalah 1-4%. Penurunan kadar eosinophil dapat terjadi pada pasien yang mengalami
stress psikis (14), hal ini sesuai dengan pengakuan pasien yang mengatakan bahwa
pada saat erupsi bintil-bintil berair tersebut timbul sedang dalam kondisi stress karena
skripsi. Pasien juga diperiksakan untuk HIV untuk mengeliminasi kemungkinan
imunodefisiensi, dan hasilnya dinyatakan Non Reaktif.
10
Untuk membantu penegakan diagnosis pasien ini, dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa tes Tzanck, dengan hasil ditemukan multinucleated giant cell.
Gambaran tersebut sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan gambaran
multinucleated giant cell akan ditemukan pada HZ (10).
Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu cairan infus Nacl 0,9% 20
tetes/menit, Asiklovir 400mg/4,5jam/oral, Neurodex 1 tablet /12jam /oral, Asam
Mefenamat 500mg /8jam /oral, Amitriptilin 12,5mg /12jam /oral, dan bedak racikan
oles pagi-sore setelah mandi.
Pasien diberikan terapi Asiklovir 400mg /4,5jam /oral, ini sesuai dengan
kepustakaan bahwa dosis Asiklovir adalah 400mg /4,5jam /oral adalah dosis yang
aman dan efektif dalam menurunkan nyeri fase akut, mengurangi lama pembentukan
vesikel baru (17). Pada pasien ini diberikan dosis hanya 400mg/4,5jam/oral dan
memberikan perbaikan klinis. Hal ini juga diperkuat dengan adanya penelitian oleh
Mannan yang membandingkan asiklovir oral 400mg/ 4,5jam /oral dengan oral
placebo, hasilnya adalah bahwa dengan asiklovir 400 mg /4,5jam /hari menunjukan
secara signifikan pengurangan munculnya lesi baru pada dermatom setelah hari ke-0
(17).
11
Obat itu nantinya akan menghambat DNA polimerase virus dengan derajat yang lebih
besar daripada terhadap enzim hospes (18). Pemberian asiklovir dapat mempersingkat
waktu penyembuhan lesi, mempercepat hilangnya vesikel, menghentikan replikasi
virus, mengurangi nyeri, serta menurunkan resiko terjadinya komplikasi (2).
Pada pasien ini diberikan amitriptilin 12,5 mg/24 jam/oral dengan tujuan
mengurangi rasa nyeri dan mencegah nyeri pasca herpes (PHN) (20). Mekanisme
kerja dari amitriptilin adalah mencegah re-uptake 5-hydroxy tryptamine dan
norepinephrine yang memodulasi jalur nyeri (21).
12
menutupi kulit atau membran mukosa dan untuk mencegah terjadinya iritasi. Talk
venetum adalah sebagai bahan tambahan untuk menjadikannya bedak tabur (24).
13
DAFTAR PUSTAKA
14
2003;60(1):126–31.
16. Burgdorf WHC. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 6th edition. J
Am Acad Dermatol [Internet]. 2004;51(2):325–6. Available from:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0190962204005432
17. Contribution O, Zoster H. Oral Acyclovir to Treat Herpes Zoster: A
Prospective Case Control Study. 2008;1(2):45–8.
18. A. A. Kuliah Farmakologi: Antivirus. , . P. 2nd ed. Jakarta: Penerbit EGC;
2004. 272-5. p.
19. Biotechnology NC for. Mefenamic Acid [Internet]. 2018. Available from:
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/mefenamic_acid
20. Wareham DW, Breuer J. Herpes zoster. Br Med J. 2007;334(7605):1211–5.
21. Gupta R, Farquhar Smith P. Post-herpetic neuralgia: Contin Educ Anaesthesia,
Crit Care Pain [Internet]. 2012;12(4):181–5. Available from:
https://academic.oup.com/bjaed/article-lookup/doi/10.1093/bjaceaccp/mks017
22. Miller A, Korem M, Almog R, Galboiz Y. Vitamin B12, demyelination,
remyelination and repair in multiple sclerosis. J Neurol Sci. 2005;233(1-2):93–
7.
23. GEORGE Y CALDWELL. Herpes zoster : Liver extract and cyanocobalamin
in treating herpes zoster [Internet]. 2007. Available from:
https://www.bmj.com/rapid-response/2011/11/01/liver-extract-and-
cyanocobalamin-treating-herpes-zoster
24. Anonymous. No Title [Internet]. 2014. Available from:
http://fisut03.blogspot.co.id/2014/05/laporan-akhir-fardas-serbuk-tabur-
oleh.html
15