Dalil kelompok LGBT dan para pendukungnya adalah karena hal ini
merupakan ekspresi kebebasan dan hak asasi manusia sehingga negara
harus menjamin eksistensi LBGT dan menjamin kesamaan perlakuan
hukum (nondiskriminasi) kepada kelompok ini.
Pelaksanaan hak asasi tetap tidak boleh bertentangan dengan nilai agama
dan budaya luhur. Hal itu jelas termaktub dalam Pasal 28 J UUD NRI
Tahun 1945, ayat (1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia
orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Sementara ayat (2) "Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis."
Jika kita rujuk hukum positif yang berlaku di Indonesia juga jelas larangan
tersebut. Praktek ini menyimpangi lembaga perkawinan yang sakral dan
bertujuan mulia. Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan Pasal 1 menyatakan bahwa, "Perkawinan ialah ikatan lahir
bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa." Melalui aturan ini,
Indonesia menempatkan lembaga perkawinan di tempat yang mulia,
dengan tujuan yang mulia, dilandaskan pada nilai dan ajaran agama. Lalu,
dimana kita meletakkan hubungan sesama jenis?
Selain itu, KUHP Pasal 292 juga menyatakan larangan dengan pidana:
"Orang yang cukup umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang
lain sama kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa
belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun." Pasal pidana ini memang tidak eksplisit merujuk pada hubungan
sesama jenis yang sudah sama-sama cukup umur, tetapi secara implisit
menyiratkan perbuatan sejenis dilarang. Pun, saat ini ada semangat kuat
untuk melarang hubungan sesama jenis dalam pembahasan RUU KUHP di
DPR.
Dus, ditinjau dari hukum agama maupun hukum negara hubungan sesama
jenis tidak dibenarkan. Perilaku mereka melanggar agama (yang berarti
dosa) dan melanggar hukum negara (yang berarti tindakan melawan
hukum dan konstitusi). Kampanye LGBT bisa masuk kategori perbuatan
makar terhadap konstitusi negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa.
IDENTIFIKASI MORAL YANG HARUS DI BANGUN ADALAH MORAL
BERAGAMA
Indonesia negara yang rakyatnya beragama dan berTuhan. Sekarang
agama apa yang membolehkan? Islam sudah jelas melarang, Kristen,
Katholik, Hindu, Budha, enggak ada yang membolehkan. Karna itu
penyimpangan moral beragama dan hukum jadi moral yang harus di
bangun oleh pelaku lgbt adalah moral beragama