Lou 1
Lou 1
Ras Melayu adalah paham yang diusulkan ilmuwan Jerman Johann Friedrich Blumenbach (1752-1840) yang
menggolongkannya sebagai "ras coklat".[1] Setelah Blumenbach, banyak antropolog sudah menolak teorinya
mengenai lima ras manusia dengan begitu kompleksnya klasifikasi manusia.
Paham "ras Melayu" harus dibedakan dari paham "suku Melayu" yang mengacu kepada penduduk Malaysia dan
beberapa bagian Indonesia.
Istilah "ras Melayu" sempat lazim dipakai di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Yang dimaksudkan adalah
penduduk kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia dan Filipina, dan Semenanjung Melayu. Istilah tersebut
kemudian meluas ke kepulauan Pasifik.[2]Apa yang disebut "ras Melayu" sebetulnya adalah penutur bahasa
Austronesia, walau beberapa mengatakan bahwa kelompok ini merupakan "subras" dari apa yang dulu
dinamakan ras Mongoloid.[3]
Pakar genetika asal Itali Luigi Luca Cavalli-Sforza telah membuktikan bahwa membagi manusia dalam "ras" adalah
suatu usaha yang sia-sia. Dengan demikian, dari segi biologi, istilah seperti "ras Melayu" dan pada umumnya, "ras
manusia", tidak dianggap lagi. Fenotipe seseorang ditentukan oleh hanya sejumlah kecil gen. Secara biologis, hanya
ada satu ras manusia, yaitu Homo sapiens.
Dengan bukti-bukti ilmiah baru yang ditonjolkan Hugo (Human Genome Organization) melalui penelitian genetik atas
sejulah bangsa Asia, kenyataan menunjuk bahwa yang pernah terjadi adalah satu migrasi tunggal Asia Tenggara
(yang kebanyakan dihuni oleh penutur bahasa Austronesia) ke arah utara, dengan secara berangsur menduduki Asia
Timur (Tiongkok, Korea dan Jepang), bukannya sebaliknya seperti biasanya digambarkan. [4]
Daftar isi
1Etimologi
2Pengaruh kolonial
3Di Malaysia
4Di Filipina
5Di Amerika Serikat
6Di Indonesia
7Lihat pula
8Referensi
9Pranala luar
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Nama Melayu atau Malayu ditemukan dalam sejumlah catatan Cina, dan menyebut satu kerajaan yang mengirimkan
utusan ke Cina pada tahun 645 untuk pertama kali, berita tentang keberadaan kerajaan ini didapat dari buku T'ang-
Hui-Yao yang disusun oleh Wang p'u pada tahun 961 masa Dinasti Tang.[5] Selanjutnya masih dari catatan Cina,
berita tentang adanya Kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua buah buku karya Pendeta I-tsing atau I Ching
(義淨; pinyin Yì Jìng) (634-713)[6], di saat dalam pelayarannya dari Cina ke India tahun 671, kisah pelayaran I-tsing ini
diceritakannya sendiri, dengan terjemahan sebagai berikut:
“Ketika angin timur laut mulai bertiup, kami berlayar meninggalkan Kanton menuju selatan .... Setelah
“ lebih kurang dua puluh hari berlayar, kami sampai di negeri Sriwijaya. Di sana saya berdiam selama
enam bulan untuk belajar Sabdawidya. Sri Baginda sangat baik kepada saya. Dia menolong
mengirimkan saya ke negeri Malayu, di mana saya singgah selama dua bulan. Kemudian saya kembali
meneruskan pelayaran ke Kedah .... Berlayar dari Kedah menuju utara lebih dari sepuluh hari, kami
sampai di Kepulauan Orang Telanjang (Nikobar) .... Dari sini berlayar ke arah barat laut selama
setengah bulan, lalu kami sampai di Tamralipti (pantai timur India)” ”
Sehubungan dengan itu, perkataan "Melayu" dapat berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Malaya yang
bermaksud bukit ataupun "tanah tinggi".[7] Dari sumber lain, perkataan bhumi malayu juga telah dipahatkan
pada Prasasti Padang Roco yang bertarikh 1286 di Dharmasraya, dan kemudian pada tahun
1347, Adityawarman mengeluarkan sendiri piagam yang dipahatkan pada arca Amoghapasa, yang menyatakan
bahwa dia mendirikan suatu kerajaan di Malayapura[8]. Dan kemudian dari catatan Kerajaan
Majapahit, Nagarakretagamabertarikh 1365 M, disebutkan "negeri-negeri Melayu yang menjadi takhlukan
Majapahit".[9]