KOMPETENSI SUPERVISI
PENDIDIKAN MENENGAH
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah telah ditetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu:
Kepribadian, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial. Dalam rangka pembinaan
kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah untuk menguasai lima dimensi kompetensi
tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya menyusun naskah materi diklat
pembinaan kompetensi untuk calon kepala sekolah/kepala sekolah.
Naskah materi diklat pembinaan kompetensi ini disusun bertujuan untuk memberikan
acuan bagi stakeholder di daerah dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan calon
kepala sekolah/kepala sekolah agar dapat dihasilkan standar lulusan diklat yang sama di
setiap daerah.
Kami mengucapkan terimakasih kepada tim penyusun materi diklat pembinaan
kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah ini atas dedikasi dan kerja kerasnya
sehingga naskah ini dapat diselesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi upaya-upaya kita dalam meningkatkan mutu
tenaga kependidikan.
i
DAFTAR ISI
PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................... 1
B. Dimensi Kompetensi................................................. 1
C. Indikator Kompetensi ................................................ 2
D. Alokasi Waktu........................................................... 2
E. Skenario ................................................................... 3
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepala Sekolah dalam menjalankan tugasnya di sekolah berfungsi sebagai administrator,
manajer, supervisor, dan leader. Dalam melaksanakan tugas kesupervisian, salah satu
kemampuan yang harus dikuasai adalah kemampuan di bidang evaluasi supervisi
pendidikan. Evaluasi supervisi pendidikan sangat penting bagi kelancaran dan peningkatan
kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Pedoman Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kepala SMA ini disusun untuk melaksanakan
salah satu tuntutan Badan Standarisasi Nasional agar para kepala SMA menjadi lebih
profesional sebelum atau setelah menjadi supervisor di bidang pendidikan di sekolah. Di
dalamnya memuat petunjuk tentang pelaksanaan diklat. Hal-hal yang diatur di dalamnya
antara lain mencakup pendekatan, mekanisme, waktu, metode, hak dan kewajiban peserta,
tata tertib, dan pedoman pelaksanaan kegiatan pengalaman lapangan.
B. Dimensi Kompetensi
Kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh peserta pendidikan dan pelatihan adalah
termasuk dalam kawasan dimensi yang keempat dalam peraturan Menteri Pendidikan nomor
13 tahun 2007 yaitu dimensi supervisi akademik
C. Indikator Kompetensi
Indikator kompetensi pada dimensi supervisi akademik terdapat 3 poin, namun dalam
indikator yang akan dipaparkan dalam materi ini lebih dititikberatkan pada poin yang ketiga
yaitu menindak lanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah harus memahami evaluasi
program supervisi pendidikan sebelum melakukan program tindak lanjut, oleh karena itu
3
kepala sekolah perlu memahami akan konsep-konsep yang terkait dengan evaluasi program
supervisi.
Indikator kompetensi ini diwujudkan dalam bentuk deskritor sebagai berikut:
1. Mampu menjelaskan konsep dasa evaluasi program supervisi pendidikan
2. Mampu menjelaskan konsep dasar evalusi dalam program supervisi pendidikan
3. Mampu melaksanakan evaluasi keberhasilan guru sebagai strategi evaluasi program
supervisi pendidikan
4. Mampu melaksanakan evaluasi kepala sekolah sebagai strategi evaluasi program supervisi
pendidikan
D. Alokasi Waktu
E. Skenario
Kegiatan penyampaian materi ini dapat digunakan langkah – langkah sebagai berikut:
(langkah-langkah ini dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi setempat)
1. Perkenalan
2. Menyampaikan kompetensi yang akan dikaji serta masalah- masalah yang akan dibahas
secara garis besar
3. Melakukan pretes
4. Menanyakan secara acak kepada peserta tentang permasalahan evaluasi supervisi/ kendala
yang sering muncul dan bagaimana cara mengatasi masalah
5. Memberi kesempatan kepada peserta lain untuk ”Urun Rembuk” terhadap permasalaan
yang sudah disampaikan
6. Penyaji menayangkan materi inti disertai dengan tanya jawab (interaktif)
7. Pengelompokan peserta untuk mendiskusikan berbagai permasalahan yang sudah
disiapkan oleh penyaji
8. Presentasi per kelompok (jika waktunya mencukupi)
9. Praktik analisis hasil evaluasi supervisi dan menyusun program tindak lanjut
10. Presentasi hasil program
4 tindak lanjut
11. Pemantapan dan refleksi
12. Postes
13. Pen
BAB II KONSEP DASAR
EVALUASI PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN
Supervisi pendidikan (supervisi akademik) adalah bantuan atau pelayanan kepada guru-
guru agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih baik dan berkualitas.
Fungsi dasar supervisi meningkatkan atau memperbaiki situasi belajar bagi murid, demikian
pendapat tokoh dibidang supervisi pendidikan Kimbal Wiles, (1967) sementara itu H.P
Adams dan Frank G. Dicky dalam bukunya yang berjudul “ Basic principles of Supervision”
menjelaskan secara eksplisit bahwa “ Supervisi merupakan program berencana untuk
memperbaiki pengajaran”. Jelaslah sekarang bahwa supervisi merupakan aktivitas yang
terprogram, berencana, dan berlangsung kontinyu. Oleh sebab itu akvitas supervisi
pendidikan harus dievaluasi, sebab supervisi pendidikan beraktivitas secara terprogram,
evaluasi program supervisi pendidikan tersebut harus dilaksanakan secara kontinyu
terprogram dan mengunakan prinsip komperhensip, obyektif, operatif dan kontinyu.
Bab ini akan menguraikan landasan pijak secara konsepsional tentang evaluasi program
supervisi pendidikan. Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian evaluasi program
supervisi pendidikan, latar belakang perlunya evaluasi program supervisi pendidikan, tujuan
evaluasi program supervisi pendidikan, prinsip prinsip evaluasi program supervisi
pendidikan, dan proses evaluasi program supervisi pendidikan. Memahami bab ini berarti
memiliki landasan konsepsional untuk memahami evaluasi program supervisi pendidikan
secara umum.
8
5. Mengetahui sejauh mana partisipasi orang tua dan masyarakat di sekolah terhadap
pelaksanaan program pendidikan.
6. Memberikan pertimbangan dan saran atas peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana
sekolah.
7. Membina para personel sekolah dalam mengelola kurikulum sekolah.
1. Komprehensif.
Bahwa evaluasi program supervisipendidikan harus mencakup bidang sasaran yang luas
atau menyeluruh, baik aspek personalnya, materialnya, maupun aspek operasionalnya.
Evaluasi Jangan hanya ditujukan pada salah satu aspek saja. Misalnya aspek personalnya,
jangan hanya menilai gurunya saja, tetapi juga murid, karyawan dan kepala sekolahnya.
Begitu pula untuk aspek material dan operasionalnya. Evaluasi harus dilakukan secara
menyeluruh.
9
2. Komparatif.
Prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi program supervisi pendidikan
harus dilaksanakan secara bekerjasama dengan semua orang yang terlibat dalam aktivitas
supervisi pendidikan. Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan guru dalam
mengajar, harus bekerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan bahkan,
dengan pihak murid. Dengan melibatkan semua pihak dalam evaluasi program supervisi
pendidikan ini diharapkan kita dapat mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi.
3. Kontinyu.
Evaluasi program supervisi pendidikan hendaknya dilakukan secara terus-menerus
selama proses pelaksanaan program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang
telah dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan. Hal ini penting
dimaksudkan untuk selalu dapat memonitor setiap saat atas keberhasilan yang telah dicapai
dalam periode waktu tertentu. Aktivitas yang berhasil diusahakan untuk ditingkatkan,
sedangkan aktivitas yang gagal dicari jalan lain untuk mencapai keberhasilan.
4. Obyektif.
Dalam mengadakan evaluasi program supervisi pendidikan harus menilai sesuai dengan
kenyataan yang ada. Katakanlah yang hijau itu hijau dan yang merah itu merah. Jangan
sampai mengatakan yang hijau itu. kuning, dan yang kuning itu hijau. Sebagai contoh,
apabila seorang guru itu sukses dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru ini sukses,
dan sebaliknya apabila jika guru itu kurang berhasil
10
dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru itu kurang berhasil. Untuk mencapai
keobyektifan dalam evaluasi perlu adanya data dan atau fakta. Dari data dan fakta inilah
dapat mengolah untuk kemudian diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta
yang dapat dikumpulkan maka makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan.
6. Fungsional.
Hasil evaluasi program supervisi pendidikan tidak hanya dimaksudkan untuk membuat
laporan kepada atasan yang kemudian di “peti es” kan. Hasil evaluasi program supervisi
pendidikan berarti fungsional apabila dapat digunakan untuk memperbaiki situasi yang ada
pada saat itu. Dengan demikian evaluasi program supervisi
11
pendidikan benar-benar memiliki nilai guna baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kegunaan langsungnya adalah dapatnya - hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan apa
yang dievaluasi, sedangkan kegunaan tidak langsungnya adalah hasil evaluasi itu
dimanfaatkan untuk penelitian atau keperluan lainnya.
7. Diagnostik.
Evaluasi program supervisi pendidikan hendaknya mampu mengidentifikasi kekurangan-
kekurangan atau kelemahan-kelemahan apa yang dievaluasi sehingga dapat
memperbaikinya. Oleh sebab itu setiap hasil evaluasi program supervisi pendidikan harus
didokumentasikan. Bahan-bahan dokumentasi hasil evaluasi inilah yang dapat dijadikan
dasar penemuan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang kemudian harus
diusahakan jalan pemecahannya.
Sebagaimana guru dan murid-murid dapat menarik keuntungan baik secara langsung
maupun tidak langsung atas evaluasi terhadap pertumbuhan guru dan murid, begitu pula
supervisor dan administrator dapat mengambil keuntungan dari evaluasi terhadap
pekerjaannya sendiri sebagai pemimpin pendidikan. Permasalahan yang muncul adalah
bagaimana membuat evaluasi itu menjadi valid, reliable, dan obyektif. Valid menunjukkan
ketepatan sasaran yang memang harus dievaluasi. Relieble menunjukkan ketepatan instrumen
evaluasi jika diberlakukan kepada obyek yang sama atau berbeda dalam waktu yang berbeda
dengan kondisi yang relatif sama. Sedangkan obyektif menunjukkan kerealistisan evaluasi
yang mendasarkan diri pada kenyataan yang ada.
Sehubungan dengan adanya penelitian atau survey ini kiranya perlu ada panitia khusus
atau panitia survey. Panitia ini tidak cukup hanya menyusun suatu daftar mengenai tujuan –
tujuan pokok yang hendak dicapai dalam program evaluasi supervisi pendidikan, tetapi
hendaknya tujuan –tujuan itu dirinci dan dirumuskan secara definitif agar lebih jelas sasaran
evaluasinya.
15
3. Menyusun alat evaluasi
Bagi beberapa tujuan program evaluasi supervisi pendidikan alat- alat formal seperti tes,
skala penilaian atau bentuk-bentuk lainnya yang tidak sesuai walaupun telah disusun secara
terstandar. Apalagi di Indonesia alat-alat semacam itu masih sangat terbatas dan kebanyakan
masih merupakan terjemahan dari berbagai evaluasi asing.
Jika terjadi yang demikian itu supervisor pendidikan bersama stafnya harus menyusun
sendiri alat-alat evaluasi yang dibutuhkan. Dalam hubungannya dengan hal tersebut,
supervisor perlu memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang betuk-bentuk tes sehingga
dapat membantu staf dan atau menyusun sendiri alat-alat evaluasi yang dibutuhkan.
Dalam proses penyusunan alat-alat evaluasi ini panitia atau penyusun hendaknya
mengajak pula pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyumbangkan ide-ide bagi
perumusan item- item (pernyataan-pernyataan/pertanyaan-pertanyaan) yang diperlukan.
Misalnya tiap guru diberi kesempatan menyatakan beberapa aspek mengenai
“kepemimpinan” jika hendak mengevaluasi tentang efektifitas kepemimpinan kepala
sekolah, atau mengenai “perasaan kelompok” jika hendak mengevalusi tentang ketrampilan-
ketrampilan ketua dalam memimpin rapat dan sebagainya.
Jika semua sumbangan pikiran itu telah diterima, harus dituangkan dalam suatu bentuk
tertentu dan diperbanyak untuk disampaikan kembali kepada guru-guru untuk dikoreksi atau
diperbaiki. Hasil terakhir setelah disempurnakan, dirumuskan dalam bentuk yang permanen
dapatlah digunakan sebagai alat evaluasi yang disusun sendiri.
16
4. Menerapkan alat-alat evaluasi
Alat-alat evaluasi yang telah disusun sendiri untuk menilai suatu situasi diterapkan yaitu
disebarkan kepada pihak –pihak yang bersangkutan ( sample) untuk dijawab. Semua
lembaran dikumpulkan atau dikembalikan kepada panitia secara bebas tanpa membading-
bandingkan jawaban seseorang dengan seseorang yang lain. Untuk menghindari saling
terpengaruh opini orang lain maka perlu ditandaskan bahwa pada saat memberikan jawaban/
pertimbangan supaya lepas dari pendapat orang lain.
7. Follow Up Evaluasi
Agar evaluasi terhadap program supervisi pendidikan bermanfaat perlu sekali dipikirkan
oleh supervisor akan tindak lanjutnya. Biasanya tindak lanjut atau follow up dari hasil-hasil
evaluasi yang diperoleh perlu sekali mendapat supervisi yang seksama dan kontinyu dari
supervisor dalam rangka pengembangan program supervisinya.
18
BAB III
EVALUASI DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Hakekat Evaluasi
Dewasa ini banyak diakui bahwa kemajuan dan perbaikan dalam pendidikan tergantung
pada pengukuran hasil aktivitas pendidikan dan evaluasi terhadap pengukuran itu berdasar
atas kreteria atau standar tertentu. Kedua faktor tersebut yaitu pengukuran dan penilaian
memiliki interdepensi. Pengukuran berusaha menetapkan jumlah hasil pendidikan
sedangkan penilaian berusaha menetapkan harganya secara kualitatif. Begitu pula dalam
supervisi pendidikan, pengukuran dan penilaian digunakan untuk menentukan keberhasilan
aktivitas supervisi pendidikan dalam hal ini merupakan program perbaikan. Pengukuran
menyangkut penentuan jumlah perubahan yang diharapkan dalam belajar mengajar
sedangkan penilaian berkenaan dengan penentuan harga terhadap perubahan-perubahan atau
hasil-hasil yang dicapai.
Dalam merancang program evaluasi program supervisi pendidikan, supervisor harus
mempertimbangkan tiga faktor, yaitu ruang lingkup evaluasi, metode evaluasi, dan
penggunaan hasil evaluasi. Marilah kita bahas secara singkat faktor-faktor tersebut dengan
harapan sehingga dapat memahami secara jelas mengenai ruang lingkup yang harus
dievaluasi, metode yang dapat digunakan, dan penggunaan dari hasil evaluasi yang telah
dilaksanakan.
19
1. Ruang lingkup evaluasi
Ruang lingkup yang dimaksudkan disini adalah aspek-aspek apa saja yang akan
dievaluasi. Dalam mengevaluasi program supervisi pendidikan aspek-aspeknya bisa
mencakup aspek murid, guru, fasilitas dan sebagainya. Evaluasi terhadap masing-masing
aspek tersebut harus lengkap. Dikatakan evaluasi yang lengkap apabila menyangkut segala
aspek yang lengkap dan menyangkut segala aspek kehidupan masyarakat dan sekolah yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan murid dan guru. Sebagai contoh jika akan mengevaluasi
pertumbuhan pendidikan murid, harus menilai kehidupan rumah tangganya, kehidupan
masyarakatnya, kehidupan sekolahnya, peralatan di sekolahnya, dan reaksinya terhadap
guru. Begitu pula jika akan mengevaluasi perkembangan guru, perlu menilai kedisiplinan
guru. Kemampuan guru mengelola kelas, status sosial ekonominya, dan sebagainya.
Semakin lengkap aspek-aspek yang dievaluasi akan semakin banyak pula informasi yang
diperoleh dari hasil evaluasi tersebut dan selanjutnya akan semakin tepat pula dalam
mengambil kesimpulan.
2. Metode Evaluasi
Memang secara tradisional skala penilaian sering digunakan sebagai instrumen atau alat
untuk menilai guru dan murid. Tetapi sebenarnya dalam evaluasi supervisi pendidikan yang
modern metode tradisional tetap digunakan tetapi juga dilengkapi dengan metode-metode
lain, yang dengan demikian hasil evaluasi yang dapat diperoleh dengan tes dapat dipadukan
dengan hasil evaluasi yang diperoleh dari metode-metode lain dengan harapan memperoleh
hasil yang maksimal. Metode-metode yang juga dapat digunakan untuk
20
mengevaluasi supervisi pendidikan adalah catatan anekdot, catatan pertumbuhan, daftar cek,
inventory, interview. Kesemuanya dapat digunakan untuk mengukur aspek-aspek fisik,
sosial, emosional, status, dan pertumbuhan mental.
B. Dasar-dasar Evaluasi
Keberhasilan supervisi pendidikan dapat dievaluasi dengan mengukur perubahan-
perubahan dan perbaikan-perbaikan yang ada pada periode waktu tertentu dalam
keseluruhan program pendidikan. William H.Burton dan Leo J Bruekner menyebutkan
bidang-bidang yang akan diubah dalam, evaluasi keberhasilan program supervisi pendidikan
sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan.
21
2. Perbaikan kurikulum.
3. Perbaikan praktik pengajaran, termasuk perkembangan pribadi guru.
4. Perbaikan atau peningkatan kualitas dan pemberdayagunaan kualitas materi pelajaran dan
alat bantu belajar mengajar.
5. Perbaikan hubungan sekolah dengan masyarakat.( William H.Burton dan Leo J Bruekner,
1966,)
Selain dari perubahan-perubahan seperti diatas sebagai dasar evaluasi bisa juga
memperhatikan hal-hal lain, misalnya hasil kepemimpinan yang dicapai oleh mereka yang
bertanggung jawab atas perbaikan belajar mengajar, pengukuran terhadap tujuan-tujuan
program supervisi yang telah dicapai, aktifitas-aktifitas supervisor sehari-hari.
Untuk memperoleh data evaluasi yang lengkap perlu digali berbagai informasi. Informasi
ini bisa datang dari staf sekolah dan dokumen-dokumen yang ada disekolah.Banyak metode
yang dapat digunakan untuk mengali data ini, anatara lain dengan wawancara, observasi,
angket, dokumen bidang studi. Kelengkapan yang akan dijadikan dasar pengambilan
kesimpulan sangat penting. Makin lengkap data yang kita peroleh makin mendekati
ketepatan dalam mengambil kesimpulan.
Selain mempertimbangkan metode-metode yang akan digunakan untuk memperoleh data
yang lengkap, perlu kirannya juga mempertimbangkan pendekatan-pendekatan apa yang
akan ditempuh dalam mengevaluasi supervisi pendidikan. Pada dasarnya ada dua
pendekatan yang dapat digunakan oleh supervisi dalam
22
mengevaluasi supervisi pendidikan, yaitu pendekatam berdasarkan kriteria dan pendekatan
yang berdasarkan norma.
Begitulah seterusnya Supervisor bisa membuat bersama stafnya tentang kriteria yang
akan digunakan dalam mengevaluasi supervisi pendidikan. Tetapi yang perlu diingat oleh
supervisor adalah bahwa 23
patokan atau kriteria telah dibuat sebelumnya terus dipegang teguh
secara murni sebab ciri itulah yang berhasil pada pendekatan evaluasi berdasarkan kriteria.
Contoh di atas adalah jalan termudah. Namun sebenarnya pendekatan norma dalam
penilaian dapat dilakukan melalui nilai-nilai baris skor-skor mentah, dapat melihat ranking,
Kemudian dicari mean atau rata-rata hitung serta standar deviasinya. Setelah ini ditentukan
skor standar sehingga dari skor standar ini dipindahkan ke nilai, yang menggambarkan
kualitas.
Selanjutnya ditinjau dari cara menggambarkan hasilnya ada dua cara, yaitu bisa berupa
penilaian kuantitatif dan Penilaian Kualitatif. Dengan cara penilaian kuantitatif, cara
penilaian ini hasilnya di wujudkan dalam bentuk angka-angka hasil penilaian ini sudah
menggambarkan kualitas dari apa yang telah di nilai. Jadi bukan lagi berupa skor mentah
yang baru menggambarkan hasil pengukuran yang menunjukkan frekuensi atau jumlah.
Sedangkan dengan cara penilaian ini hasilnya di wujudkan dalam bentuk pernyataan dengan
kata-kata. Misalnya: Baik, cukup kurang sangat kurang dan sebagainya. Biasanya cara
penilaian kualitatif ini akan lebih obyektif apabila didasarkan atas pengolahan data yang
berupa angka juga Sebab tidak mudah begitu saja mengatakan baik apabila tidak didasari
oleh data tertentu. Begitu pula kreteria “Baik” itu harus jelas mengapa dikatakan demikian.
25
C. Kriteria Evaluasi Program Supervisi Pendidikan
Program evaluasi harus didasarkan atas kriteria sebagai arahan untuk menentukan daya
yang harus dikumpulkan dan sebagai dasar untuk menginterpretasi data. Dalam
mengembangkan kriteria ini perhatian harus difokuskan pada faktor-faktor primer dan
ultimat, jadi bukan faktor-faktor sekunder. Hal ini dimaksudkan agar hasil evaluasi dapat
mencapai keobyektifan yang tinggi. Kriteria bisa didasarkan atas kesuksesan pengalaman
sekolah lain sebagai penentu. Hal ini dapat dilakukan dengan studi program supervisi,
penemuan- penemuan penelitian, opini para guru staf, murid-murid dan pelengkapan fisik
yang ada di masing-masing sekolah.
Secara umum evaluasi supervisi pendidikan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
2. Obyektif
Obyektif pada pembahasan ini berarti sesuai dengan kenyataan yang dilaksanakan oleh
program supervisi pendidikan. Apabila program supervisi pendidikan baik hasilnya, maka
26
katakanlah baik,
dan apabila kurang berhasil katakanlah kurang berhasil. Keberanian mengungkapkan adanya
itulah yang menjamin keobyektifan evaluasi. Tentu saja perlu adanya kelengkapan data dan
pelibatan semua pihak dalam evaluasi. Antara penilai dan pihak yang dinilai harus ada saling
keterbukaan.
28
BAB IV
EVALUASI KEBERHASILAN GURU DALAM KONTEKS EVALUASI PROGRAM
SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Pengertian
Disadari bahwa betapa pentingnya evaluasi bagi suatu pekerjaan yang nantinya berfungsi
untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan maka dapat dikatakan bahwa tidak hanya siswa yang harus
dievaluasi, melainkan semua aspek dalam Program Supervisi Pendidikan juga mutlak
dievaluasi. Adapun aspek itu yakni: aspek personel, material, dan operasional, dan sosial.
Salah satu aspek personel ini adalah guru.
Dengan demikian dapat diketahui betapa pentingnya evaluasi keberhasilan guru, selain
untuk mengetahui keberhasilan program
29
supervisi pendidikan, juga penting bagi kepala sekolah, guru, serta siswa.
30
D. Aspek-aspek Yang Dinilai
Adapun aspek yang dinilai dalam evaluasi keberhasilan guru ini meliputi: aspek personal
guru, aspek Profesioanal guru, aspek Sosial guru. Untuk memudahkan evaluator maka
ketiga aspek itu masih dapat dijabarkan lagi sebagai berikut:
1. Aspek personal, meliputi:
a. Penampilan sehari-hari
b. Cara berbicara dan berinisiatif
c. Keseimbangan emosi
d. Keramah tamahan
2. Aspek Profesional
a. Perencanaan mengajar
b. Pada saat kegiatan belajar mengajar
c. Evaluasi pembelajaran
3. Evaluasi sosial
a. Hubungan dengan kepala sekolah baik
b. Hubungan dengan guru lain baik
c. Hubungan dengan petugas TU baik
d. Hubungan dengan petugas lainnya baik
e. Hubungan dengan murid baik
f. Hubungan dengan orang tua murid baik
g. Hubungan dengan masyarakat baik
Rincian diatas masih dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kemampuan supervisor
E. Indikator Keberhasilan31
Guru
Pada zaman dahulu atau tradisional penilaian terhadap pekerjaan guru bertalian
penghargaan terhadap personil. Pada umumnya
bermacam-macam rumusan sudah mengutamakan kreteria yang telah dikelompokkan
menjadi:
1. Proses
Pada prinsipnya proses adalah membahas tentang evaluasi guru dan faktor-faktornya :
a. bagaimana guru merancang situasi belajar
b. berbagai macam interaksi guru dan siswa
c. analisis tingkah laku
2. Kerakteristik guru
Meliputi aspek IQ kepribadian dan atribut personal lainnya.
Dari dua nomor di atas seiring perkembangan zaman muncullah unsur yang nomor tiga.
3. Produk
Keberhasilan guru dapat dilihat perubahan tingkah laku siswa. Pada masa ini mereka
beranggapan bahwa evaluasi merupakan kegiatan akhir dari suatu proses mengajar. Kriteria
hasil pekerjaan guru menjadi salah satu ukuran pekerjaan guru yang lebih mengutamakan
jumlah dan keefektifan. Indikator keberhasilan guru dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Silabus
Guru mampu menyusun silabus yaitu rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator 32
pencapaian kompetensi untuk penilaian
1. Menyusun Rencana Program Pembelajaran
Seorang guru harus merencanakan pembelajaran untuk mempermudah PBM sehingga lebih
bermakna. Kemudian dituntut juga untuk lebih mempertimbangkan dari pelajaran yang
diberikan pada anak. Selain itu harus memiliki tujuan pembelajaran yakni membentuk
kepribadian anak didik dengan memberikan sejumlah materi pelajaran. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam merencanakan pelajaran, antara lain siswa sebagai orang yang
terlibat dalam situasi pembelajaran, waktu digunakan dalam pembelajaran, urutan materi
yang dibahas, rangkaian perkembangan proses berpikir dan ketrampilan yang akan
dikembangkan pada siswa, Alat peraga yang digunakan, penilaian pelajaran yang diberikan.
33
3) Apakah guru mampu mengintegrasikan pengalaman belajar dalam keberhasilannya dapat
dilihat dengan seberapa jauh siswa dapat mengikuti pembelajaran yang telah dirancang
guru. Siswa dapat mengikutinya dengan baik maka ia dapat dikategorikan guru yang
berhasil.
4) Apakah guru mampu mengunakan alat bantu belajar.
b. Ketrampilan Khusus mengajar
1) Apakah: guru mampu membuka pelajaran. Disini dapat diketahui guru mampu membuka
pelajaran dengan baik atau tidak. Karena membuka pelajaran yang baik dan benar adalah
usaha guru dalam menciptakan situasi balajar yang optimal.
2) Apakah guru atau menutup pelajaran dengan baik. Pada akhir pelajaran guru yang berhasil
dapat menutup pelajaran dengan menyimpulkan yang telah diterangkan atau memberikan
tugas-tugas sebagai langkah tindak lanjut.
3) Apakah guru mampu mengajukan pertanyaan dengan tepat. Pertanyaan dari guru hendaknya
tidak membingungkan atau menimbulkan beberapa alternatif jawaban. Dan sebaiknya
pertanyaan mengacu pada materi.
4) Apakah guru mampu memotivasi siswa. Seorang guru hendaknya dapat mengusahakan rasa
antusias siswa, sehingga mereka merasa terdorong untuk mengikuti pelajaran.
5) Apakah guru mampu menilai siswa
6) Apakah guru mampu memberikan umpan balik dan
34
keterampilan-keterampilan lainnya
c. Pengelolaan Kelas
1) Apakah guru memelihara kedisiplinan. Disini guru memberi contoh disiplin serta dapat
bertingkah laku yang mencerminkan sebagai guru yang bertanggungjawab.
2) Apakah guru memperhatikan keluhan siswa. Sedapat mungkin keluhan siswa diperhatikan
dan bersama-sama dengan siswa mencari pemecahannya.
3) Apakah guru menghargai pertanyaan siswa. Guru yang berhasil akan memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya dan memperhatikan pertanyaan itu.
4) Apakah guru memelihara lingkungan fisik. Guru diharapkan untuk menetralisir suasana
kegiatan belajar mengajar di kelas.
5) Apakah guru menghargai pendapat murid
6) Apakah guru menciptakan suasana kelas yang kondusif.
d. Evaluasi Hasil Belajar Siswa
1) Apakah guru mengadakan evaluasi. Guru yang dapat dikategarikan berhasil adalah bila pada
setiap satuan waktu tertentu adalah bila pada satuan waktu tertentu mengadakankan evaluasi
untuk mengetahui sejauh mana materi telah dikuasai Siswa.
2) Apakah guru mengolah hasil evaluasi. Evaluasi yang telah dilaksnakan harus segera
dikoreksi dan diolah menjadi nilai-nilai.
3) Apakah guru mengadakan follow Up. Setelah diolah akan diketahui tingkat penguasaan
siswa, sehingga dapat melihat langkah-langkah apa yang dilakukan guru melihat
35
hasil evaluasi ini.
e. Pendayagunaan Sumber
Hal ini berkaitan dengan ketrampilan atau kemampuan guru di dalam mengunakan sumber-
sumber yang baik disekolah maupun yang ada di lingkungan masyarakat. Sumber belajar
bagi siswa di sekolah lebih baik guru tidak mengunakan satu buku saja, tapi melatih siswa
untuk mendayagunakan sumber atau buku yang tersedia di perpustakaan. Di samping itu
lingkungan masyarakat masih banyak yang dapat didayagunakan sebagai sumber belajar.
Misalnya: museum, kebun raya, kebun binatang, dan lain-lain.
a. Pekerjaan Siswa
Seorang guru harus memberikan pekerjaan untuk dikerjakan siswa di rumah. Yang
kemudian dikumpulkan, dikoreksi dan dikembalikan pada siswa dan dibahas kembali soal
yang tidak dapat dikerjakan siswa dengan baik.
b. Perpustakaan Kelas
Keberhasilan guru juga dapat ditentukan bagaimana ia dapat mendayagunakan perpustakaan
yang ada didalam kelas.
Aspek professional
a. Perencanaan mengajar
1. Selalu membuat perencanaan mengajar
2. Mampu merumuskan tujuan
3. Mampu menyusun materi
4. Mampu menyusun KBM
5. Mampu memilih alat bantu mengajar
6. Mampu memilih metode dan sumber
belajar
7. Mampu menyusun alat penilaian
b. Pada saat kegiatan belajar mengajar
1. Mampu menyajikan materi belajar
mengajar
2. Mampu mengunakan alat bantu
mengajar
3. Mampu mengunakan metode
4. Mampu mengintegrasikan pengalaman
siswa
5. Mampu membuka pelajaran dengan
baik
38
No ASPEK YANG DINILAI YA TIDA
K
6. Mampu menutup pelajaran dengan
baik
7. Mampu mengajukan pertanyaan
8. Mampu memotivasi siswa
9. Menghargai pertanyaan dan pendapat
siswa
10. Memelihara lingkungan fisik kelas
11. Menciptakan suasana kelas yang
3. konduktif
12. Selalu mengadakan evaluasi akhir
pelajaran
13. Mampu mengolah hasil evaluasi
14. Mampu mengadakan tindak lanjut dari
evaluasi
Aspek Sosial
1. Hubungan dengan kepala sekolah baik
2. Hubungan dengan guru lain baik
3. Hubungan dengan petugas TU baik
4. Hubungan dengan petugas lainnya baik
5. Hubungan dengan murid baik
6. Hubungan dengan orang tua murid
baik
7. Hubungan dengan masyarakat baik
4. Follow up
Setelah diketahui hasil evaluasi, kepala sekolah dapat melakukan tindakan-tindakan untuk
peningkatan profesi mengajar masing - masing guru.
Untuk guru yang kurang berhasil dapat diberikan :
a. Pengarahan pengarahan individual atau kelompok.
40
b. Saling mengunjungi kelas untuk saling belajar di antara guru.
c. Mengadakan diskusi diskusi tentang hasil evakuai.
d. Hasilnya dapat dipakai sebagai acuan dalam menyusun program supervisi pendidikan pada
periode yang akan datang.
41
BAB V
EVALUASI KEBERHASILAN KEPALA SEKOLAH DALAM KONTEKS
EVALUASI PROGRAM SUPERVISI
43
sebelumnya. Jika pelaksanaan tugas kepala sekolah tanpa ada kegiatan evaluasi maka hanya
akan berjalan terus tanpa ada berhentinya tidak ada terminal untuk perbaikan untuk
pelaksanaan tugas kepala sekolah penyempurnaan peningkatan profesional. Dari uraian di
atas jelas bahwa evaluasi keberhasilan kepala sekolah mutlak diperlukan memberikan
estimasi terhadap keberhasilan program supervisi pendidikan.
2. Instrumen Penilaian
Check List
48
N ASPEK YANG DINILAI YA TIDA
O. K
kolah
17) Apakah Anda mampu mengatur
penerbitan V
buletin sekolah.
3. Aspek Sosial
1. Apakah hubungan Anda dengan V
pemilik sekolah
baik.
2. Apakah hubungan Anda dengan V
guru-guru baik.
3. Apakah hubungan Anda dengan V
petugas TU
baik.
4. Apakah hubungan Anda dengan V
petugas BP
baik.
5. Apakah hubungan Anda dengan V
pesuruh baik.
6. Apakah hubungan Anda dengan V
murid-murid
baik.
7. Apakah .hubungan Anda dengan
orang tua murid masyarakat baik V
Pada instrumen di atas ada 50 item yang harus dijawab oleh kepala sekolah. Setiap item
tersebut diberi skor 2 apabila dijawab Ya dan diberi skor 0 apabila dijawab tidak, jadi skor
maksimal (apabi13 dijawab ya semua) adalah 100. Dari instrumen di atas, kepala sekolah
menjawabnya sebanyak 40 sedang yang dijawab tidak sebanyak 10 item. Dengan demikian
skor yang dicapai kepala sekolah tersebut 40
x 2 = 80. Berdasarkan kriteria di atas, berarti tingkat keberhasilan kepala sekolah tersebut
adalah baik. Cara pengolahan ini hanya bisa diketahui tingkat keberhasilan kepala sekolah
secara keseluruhan, tetapi belum bisa mengetahui keberhasilan masing-masing aspek.
F. Follow Up
Hasil instrumen yang diperoleh diolah menjadi nilai untuk mengetahui tingkat
keberhasilan seorang kepala sekolah. Instrumen itu dapat dijadikan patokan untuk mengukur
dan memperbaiki kekurangannya. Jadi yang telah baik ditingkatkan dan yang kurang baik
diperbaiki menurut dasar kriteria supervisi yang baik. Akhirnya tindak lanjut ini berupa:
1. Kepala Sekolah mengadakan pertemuan secara berkelompok atau perorangan untuk
membicarakan tentang hasil evaluasi. Terutama hambatan-hambatan yang dihadapi guru
dalam melaksanakan tugasnya.
2. Dalam usahanya, kepala sekolah harus memperhatikan hasil evaluasi yang lalu untuk lebih
meningkatkan program supervisi pendidikan selanjutnya.
50
DAFTAR RUJUKAN
Comment [S1]: Referensi kurang
mutakhir. Referensi evaluasi program tidak
ada
Adams, H. P. dan Dicky, F.G. 1959. Basic Principles of Supervision, New York : American Book
Company.
Briggs, Thomas H. and Joseph Justman, 1954. Improving Instruction Through Supervision, New
York: The Nac Milland Company.
Burton, William H. and Lee J. Brueckner, 1959. Supervision, New York : Appleton Century-
Croft, Inc.
Elsbree, Willand S. , Harold J. Mc. Nally and Richard Wyne, 1967. Elementary School
Administration and Supervision, Third Edition, New York American Book Company.
Kimball Wiles, John T. Lovell, 1983, Supervisor for Better Schools, Disadur oleh J.F. Tahalele
Prof. Malang: Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran Proyek Peningkatan/Pengembangan
Perguruan Tinggi IKIP Malang.
Lucia, William H. and John D. Mc. Neil, 1969. Supervision A Synthesis of Thought and Action,
Second Edition, New York : Mc. Graw Hill Book Company.
Me Nerney, Ch. T., 1951. Education Supervision. New Mc. Graw Hill Book Company.
Soetopo, Hendayat dan Wasty Soetanto. 1983. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta:
Bina Aksara.
Soetopo, Hendyat. Jilid I. 1992. Evaluasi Program Supervisi Pendidikan. Malang: Proyek
Operasi dan Perawatan Fasilitas IKIP MALANG.
Soetopo, Henyat dan Wasty Soemanto, 1982. Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan,
Surabaya: Usaha Nasional.
Wiles, Kimball, 1967. Supervision of Better Schools, Third Edition, New York: Prentice Hall Inc.,
Englewood Cliffs.
52
LAMPIRAN
LEMBAR KERJA
1. Identifikasikan aspek-aspek yang harus dinilai dengan indikatornya yang menyangkut aspek
personal, pedagogik, profesional, dan sosial supervisor pada tabel berikut.
No. Aspek Indikator
1. Personal
2. Pedagogik
3. Profesional
4. Sosial 53
2. Identifikasikan aspek-aspek yang harus dinilai dengan indikatornya yang menyangkut aspek
material di sekolah yang harus dievaluasi oleh kepala sekolah. pada tabel berikut.
2. Proses mengajar
3. Proses Belajar
4. Proses Administrasi
54
5. Proses peningkatan
kesejahteraan
6. Proses Supervisi yang
dilaksanakan di
sekolah
7.
Proses pengelolaan
Laboratorium
8.
Proses pengelolaan
Bengkel/Kebun
Percobaan
9.
Dll (tambahkan)
55
3. Identifikasikan aspek-aspek yang harus dinilai dengan indikatornya yang menyangkut aspek
operasional di sekolah yang harus dievaluasi oleh kepala sekolah. pada tabel berikut.
2. Alat Pembelajaran
4. Perlengkapan
Administrasi guru
5. Perlengkapan Murid
56
6. Perpustakaan
7. Laboratorium
8. Bengkel/Kebun
Percobaan
9.
Dll (tambahkan)
57
4. Susunlah sebuah instrumen Evaluasi Supervisi Pendidikan dengan cara mengambil empat dari
delapan komponen keberhasilan kepemimpinan dan kepengajaran yang dikemukakan oleh
ASDC of the NEA.
5. Identifikasikan aspek-aspek yang harus dinilai dengan indikatornya yang menyangkut aspek
personal, profesional, dan sosial kepala sekolah pada tabel berikut.
2. Profesional
3. Sosial
58
INSTRUMEN
A. Identitas Responden
1. Jenis kelamin: ( ) Pria ( ) Wanita 2. Tempat/tgl. Lahir :
…………………………..
3. Supervisi di : ( ) SD. ( ) SMP, ( ) SMA 4. Nama Sekolah :
…………………………..
5. Tempat Sekolah : …………………………..
B. Pertanyaan -pertanyaan
1. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda cek (V) pada jawaban YA atau TIDAK,
yang sesuai dengan apa yang telah Anda lakukan.
(1) Apakah daerah Anda sudah disupervisi dalam seluruhnya satu tahun ini?
( ) a. Sudah tiap bulannya.
( ) b. Sudah. tiap 2 bulan sekali. ( ) c. Sudah. tiap 4 bulan sekali.
(V) d. Sudah, 6 bulan sekali. ( ) e. Sudah. 1 tahun sekali"
(2) Apakah jumlah sekolah sesuai dengan luas wilayah yang menjadi bidang pengelolaan Anda?
(V) a. Sudah sesuai.
( ) b. Sudah sesuai dengan perbandingan kecil.
( ) c. Sudah sesuai, dengan perbandingan besar. ( ) d. Kurang sesuai.
( ) e. Tak sesuai sama sekali.
(3) Kapankah Anda merencanakan supervisi pada tiap tahunnya? ( ) a. Setiap bulan.
(V) b. Setiap 3 bulan. ( ) c. Setiap 6 bulan. ( ) d. Setiap 3 bulan. ( ) e. Setiap setahun.
(4) Apakah Anda memahami secara jelas tujuan umum mendidik dan mengajar?
( ) a. Sangat jelas.
(V) b. Jelas.
( ) c. Agak jelas.
( ) d. Kurang jelas.
( ) e. Sama sekali tidak jelas.
(5) Berapa kali Anda mengadakan supervisi di satu sekolah? ( ) a. Setiap sebulan.
( ) b. Dua bulan sekali. ( ) c. Tiga bulan sekali.
(V) d. Empat bulan sekali.
60
( ) e. Lima bulan sekali.
(6) Dimana Anda mengadakan supervisi pada waktu sedang ada pengajaran?
(V) a. Di ruang kelas.
( ) b. Di Kantor Supervisor. ( ) c. Di ruang tamu.
( ) d. Di Kantor guru.
( ) e. Diruang Bimbingan Konseling .
(7) Pernahkah Anda melakukan kunjungan kelas disekolah yang Anda supervisi?
( ) a. Pernah, setiap kali mengadakan supervisi.
( ) b. Pernah, kadang-kadang waktu mengadakan kunjungan. ( ) c. Pernah, 4 bulan sekali.
( ) d. Pernah, 1 tahun sekali.
( ) e. Tidak pernah melakukan kunjungan kelas.
(9) Dalam melaksanakan kunjungan kelas disuatu sekolah, apakah Anda mempersiapkan hal- hal
yang akan diobservasi di kelas?
( ) a. Selalu mempersiapkan.
( ) b. Kadang-kadang mempersiapkan. ( ) c. Kurang mempersiapkan.
(V) d. Tidak pernah mempersiapkan.
( ) e. Tidak tahu apa yang diobservasi.
(10) Apakah Anda memperhatikan saran dari anak buah yang Anda bina? ( ) a. Ya, selalu saya
perhatikan.
61
(V) b. Kadang-kadang saya perhatikan.
( ) c. Hanya 2 kali saya perhatikan. ( ) d. Hanya sekali saya perhatikan. ( ) e. Tidak pernah saya
perhatikan.
(11) Apakah Anda membantu penentuan profesi guru atau supervisor yang anda bina?
(V ) a. Pasti.
( ) b. Sering.
( ) c. Kadang-kadang. ( ) d. Sekali.
( ) e. Tidak pernah.
(12) Apakah Anda selalu berusaha meningkatkan keprofesionalan guru atau supervisor dengan
62