PEMBAHASAN
Refleksi (atau pemantulan) adalah perubahan arah rambat cahaya ke arah sisi (medium)
asalnya, setelah menumbuk antarmuka dua medium. Refraksi (atau pembiasan)
dalam optika geometris didefinisikan sebagai perubahan arah rambat partikel cahaya akibat
terjadinya percepatan.
Refleksi pada era optik geometris dijabarkan dengan hukum refleksi yaitu:
Sinar insiden, sinar refleksi dan sumbu normal antarmuka ada pada satu bidang yang sama
Sudut yang dibentuk antara masing-masing sinar insiden dan sinar refleksi terhadap sumbu
normal adalah sama besar.
Jarak tempuh sinar insiden dan sinar refleksi bersifat reversible.
Pada optika era optik geometris, refraksi cahaya yang dijabarkan dengan Hukum Snellius,
terjadi bersamaan dengan refleksi gelombang cahaya tersebut, seperti yang dijelaskan
oleh persamaan Fresnel pada masa transisi menuju era optik fisis. Tumbukan antara gelombang
cahaya dengan antarmuka dua medium menyebabkan kecepatan fase gelombang
cahaya berubah. Panjang gelombang akan bertambah atau berkurang dengan frekuensi yang
sama, karena sifat gelombang cahaya yang transversal (bukan longitudinal).
Ketika sudut datang sama dengan nol, sudut biasnya juga nol seperti ditunjukkan oleh sinar
1. Kemudian, sinar datang dengan sudut i akan dibiaskan dengan sudut bias r (sinar 2). Jika sudut
sinar datang diperbesar sampai i = θ, maka sinar akan dibiaskan sejajar dengan permukaan kaca
(karena sudut datang θ menghasilkan sudut bias 90°, maka θ disebut sudut kritis) seperti yang
ditunjukkan oleh sinar 3. Jika sudut sinar datang lebih besar daripada sudut kritis (sudut batas),
maka sinar akan dipantulkan seluruhnya oleh permukaan kaca kembali ke dalam kaca (sinar 4).
Dengan demikian, sudut kritis adalah sudut datang yang menghasilkan sudut bias sebesar 90°.
Jika sudut datang diperbesar lagi melebihi sudut kritis, cahaya tidak akan dibiaskan melainkan
dipantulkan secara sempurna. Artinya, cahaya tidak akan keluar dari medium kaca, seperti yang
ditunjukkan oleh sinar 4. Peristiwa inilah yang disebut pemantulan sempurna.
Syarat Terjadinya Pemantulan Sempurna
Berdasarkan proses terjadinya pemantulan sempurna seperti yang telah dijelaskan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pemantulan sempurna atau pemantulan total hanya akan terjadi apabila
memenuhi dua syarat sebagai berikut.
■ Cahaya datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat atau dengan kata lain, indeks
bias medium pertama harus lebih besar dari indeks bias medium kedua (n1 > n2).
■ Sudut datang harus lebih besar daripada sudut kritis. Misalnya, jika sudut datang adalah i dan
sudut kritis adalah ik maka pada pemantulan sempurna berlaku i > ik.
Dengan demikian, pada peristiwa pemantulan sempurna tidak berlaku Hukum Pembiasan
Cahaya karena memang tidak terjadi refraksi atau pembiasan cahaya. Tetapi berlaku hukum
Pemantulan Cahaya. Lihat gambar.
1. Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut datang sama dengan sudut pantul. Secara matematis, persamaan sudut datang dan sudut
pantul dituliskan dalam bentuk rumus berikut.
θi = θr
Sudut Kritis
Jika sudut sinar datang dari medium pertama mempunyai sudut bias 90° disebut sudut kritis
(sudut batas) dan ditulis ik, maka menurut Hukum Snellius untuk pembiasan cahaya, berlaku
persamaan berikut.
n1 sin ik = n2 sin r
n1 sin ik = n2 sin 90°
n1 sin ik = n2 (1)
n1 sin ik = n2
n2
sin ik =
n1
n2
ik = sin-1
n1
Keterangan:
ik = sudut kritis (sudut batas)
n1 = indeks bias medium pertama
n2 = indeks bias medium kedua
n1 > n2
Contoh Soal dan Pembahasan
1. Hitunglah sudut kritis berlian yang memiliki indeks bias mutlak 2,417 pada saat diletakkan di
udara.
Jawab:
Diketahui:
n2 = 1 (udara)
n1 = 2,417 (berlian)
Maka sudut kritisnya dapat dihitung dengan rumus berikut.
sin- 1
ik = 1
2,417
i
= sin-1 (0,414)
k
ik = 24,4°
2. Seberkas sinar datang dari medium kaca yang indeks biasnya 1,50 menuju ke medium air yang
indeks biasnya 1,33. Tentukanlah sudut kritisnya.
Jawab:
Diketahui:
n2 = 1,33 (air)
n1 = 1,50 (kaca)
Maka sudut kritisnya dapat dihitung dengan rumus berikut.
ik = sin- 1,33
1
1,55
i
= sin-1 (0,887)
k
ik = 62,5°
Ungu 400-440nm
Biru 440-495nm
Hijau 495-580nm
Kuning 580-600nm
Orange 600-640nm
Merah 640-750nm
Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi
warna warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya
mana yang dapat diuraikan menjadi komponen komponennya. Untuk cahaya ultraviolet adalah
prisma dari kristal, untuk cahaya putih adalah prisma dari kaca, untuk cahaya infrared adalah
prisma dari garam batu. Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap
warna cahaya. Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu
mengalami deviasi terbesar.
Sudut dispersi:
F = du - dm
F = (nu - nm)b