Dosen Pengampu :
Abd. Karim, SE., MM.
Disusun oleh :
i
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Kredit ....................................................... 3
B. Unsur – Unsur Kredit ..................................................................... 4
C. Jenis-Jenis Kredit ........................................................................... 5
D. Jaminan Kredit ............................................................................... 7
E. Jenis pembebanan suku bunga kredit ............................................. 8
F. Prinsip-prisip pemberian kredit ..................................................... 8
G. Prosedur pemberian kredit ........................................................... 12
H. Kualitas Kredit ............................................................................. 14
I. Teknik Penyelesaian Kredit Macet .............................................. 15
J. Contoh kasus ................................................................................ 16
BAB III PENTUPAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian
atau perkembangan suatu kegiatan usaha dari suatu perusahaan, maka akan
dirasakan perlu adanya sumber-sumber untuk penyediaan dana guna
membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut. Untuk itu
bank memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan
perekonomian suatu Negara.
Adapan kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari
masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito
adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa keuntungan
utama dari bisnis perbankan adalah selisih antara bunga yang diterima dari
alokasi dana tertentu.
Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang nomor 7 tahun 1992
tentang perbankan ditegaskan bahwa “Kredit yang diberikan oleh bank
mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus dapat
memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.
Dalam hal ini diperlukan suatu manajemen kredit yang merupakan
pengelolaan kredit yang baik mulai dari perencanaan jumlah kredit,
penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian
kredit sampai kepada pengendalian dan pengawasan kredit yang macet
(Kasmir, 2002:71-72 ). Manajemen perkreditan bank adalah suatu hal
yang penting untuk mengoptimalkan kinerja bank untuk memaksimalkan
profit atas sektor perkreditannya. Dengan kata lain manajemen perkreditan
perbankan adalah manajemen piutang pada perusahaan umum.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan
perkreditannya bank wajib mematuhi kebijaksanaan perkreditan yang telah
dibuat tersebut secara konsekuen dan konsisten. Kebijaksanaan
perkreditan harus sudah diterapkan dan dilaksanakan selambat-lambatnya
1
2
pada tanggal 1 januari 1996. Bagi Bank yang telah mempunyai pedoman
tersebut dengan memperhatikan semua aspek-aspek tersebut di atas.
Sedangkan bagi Bank yang baru memperoleh izin usaha wajib memiliki
dan menerapkan serta melaksanakan kebijaksanaan perkreditan sejak
memulai melakukan kegiatan usahanya.
Apabila dalam pelaksanaannya ternyata bank memberikan kredit
tidak sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkannya,
maka Bank Indonesia akan memberikan sanksi yang mempengaruhi
penilaian kesehatan bank dan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Kredit ?
2. Apa saja unsur-unsur kredit ?
3. Apa saja jenis-jenis kredit?
4. Apa saja jaminan kredit ?
5. Apa saja jenis pembebanan suku bunga kredit ?
6. Bagaimana prinsip-prinsip pemberian kredit ?
7. Bagaimana prosedur pemberian kredit ?
8. Bagaimana kualitas kredit ?
9. Bagaimana teknik penyelesaian kredit macet ?
3
4
C. Jenis-jenis Kredit
1. Jenis kredit dilihat dari segi kegunaan :
a. Kredit investasi
kredit yang diberikan untuk pengadaan barang modal maupun jasa
yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa bagi
usaha yang bersangkutan. Kredit ini diberikan kepada perusahaan
yang baru akan berdiri untuk keperluan membangun pabrik baru.
b. Kredit modal kerja
kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan usaha, termasuk
guna menutupi biaya produksi dalam rangka peningkatan produksi
atau penjualan. Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang telah
berdiri, namun membutuhkan dana untuk meningkatkan produksi
dalam operasionalnya. Misalnya dalam hal membayar gaji pegawai
atau unutk membeli bahan baku.
2. Jenis kredit dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.
Kredit ini diberikan untuk menghasikan barang atau jasa. Contoh kredit untuk
membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian
akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan
bahan tambang atau kredit industry lainnya.
6
b. Kredit Konsumtif
Adalah kredit yang diberikan digunakan untuk konsumsi secara
pribadi. Dalam kredit ini tidak akan menembah barang atau jasa
yang dihasilkan karena memang untuk digunakan ataudipakai oleh
seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan,
kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga, kredit
komsumsi lainnya.
c. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli
barang dagang yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan
barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada
supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang
dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan
impor.
3. Kredit ditinjau dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Yaitu suatu kredit yang diberikan tidak melebihi jangka waktu 1
tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
Contohnya untuk peternakan misalnya kredit peternakan ayam atau
jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
b. Kredit jangka menengah
Yaitu suatu kredit yang diberikan dengan jangka waktu 1 ± 3 tahun,
biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian
seperti jeruk atau peternakan kambing.
c. Kredit jangka panjang
Yaitu suatu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3
tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti
perkebunan karet, kelapa sawit atau manufactur dan untuk kredit
konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Kredit ditinjau dari segi jaminannya
a. Kredit dengan jaminan
suatu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, baik berupa
barang / benda berwujud atau tidak berwujud, dan atau jaminan
7
D. Jaminan Kredit
Jaminan kredit adalah hak dan kekuasaan atas barang jaminan yang
diserahkan oleh debitur kepada pihak bank guna menjamin pelunasan
utangnya apabila kredit yang diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai
waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau adendumnya.
Jaminan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Jaminan perorangan (personal guarantee) adalah suatu perjanjian
penanggungan utang di mana pihak ketiga mengikatkan diri untuk
memenuhi kewajiban debitur dalam hal debitur tidak dapat memenuhi
kewajibannya kepada bank/wanprestasi.
2. Jaminan perusahaan (corporate guarantee) adalah suatu perjanjian
penanggungan utang yang diberikan oleh perusahaan lain untuk
memenuhi kewajiban debitur dalam hal debitur tidak dapat memenuhi
kewajibannya kepada bank/wanprestasi.
3. Jaminan kebendaan adalah penyerahan hak oleh debitur atau pihak
ketiga atas barang-barang miliknya kepada bank guna dijadikan agunan
atas kredit yang diperoleh debitur.
Ditinjau dari jenisnya, agunan kebendaan terbagi atas dua jenis, yaitu
sebagai berikut.
1. Jaminan kebendaan atas Barang Bergerak
Barang bergerak adalah semua barang yang secara fisik dapat dipindah-
tangankan, kecuali karena ketentuan undang-undang barang tersebut
ditetapkan sebagai barang tidak bergerak.
2. Jaminan kebendaan atas Barang Tidak Bergerak
8
ini yang kemudian akan menjadi acuan dan bahan pertimbangan lembaga
keuangan dalam menyetujui permintaan kredit dari nasabah.
Prinsip pertama yang dijadikan acuan dalam pemberian kredit
kepada nasabah adalah prinsip 5C. Prinsip ini terdiri dari lima kriteria
yang harus dipenuhi oleh pengaju kredit, yaitu:
1. Character
Kriteria yang pertama adalah character, yaitu melihat bagaimana
karakter dan latar belakang calon peminjam atau nasabah yang
mengajukan kredit. Kriteria character ini akan dilihat dari wawancara
yang dilakukan oleh pihak bank, biasanya bagian customer service.
Dari karakter ini akan dapat dilihat juga bagaimana reputasi calon
peminjam tersebut, apakah pernah memiliki catatan tindak kriminal
atau kebiasan buruk dalam keuangan seperti tidak melunasi pinjaman.
2. Capacity
Kriteria kedua adalah capacity atau kerap disebut juga dengan
capability, yaitu bagaimana kemampuan calon peminjam dalam
membayar kreditnya. Kriteria ini dilihat dari bagaimana nasabah
tersebut menjalankan usahanya atau seberapa besar penghasilan yang
diterima tiap bulannya. Jika pihak bank menilai bahwa nasabah tersebut
tidak memiliki kemampuan cukup untuk membayar kredit, maka besar
kemungkinan ajuan kreditnya akan ditolak.
3. Capital
Kriteria selanjutnya adalah capital atau modal yang dimiliki calon
peminjam, yang khususnya diberlakukan pada nasabah yang meminjam
untuk usaha atau bisnisnya. Dengan mengetahui modal atau aset yang
dimiliki usaha nasabah tersebut, pihak bank dapat sumber pembiayaan
yang dimiliki. Selain itu, pihak bank juga dapat melihat bagaimana
laporan keuangan dari usaha yang dijalankan nasabah untuk kemudian
dijadikan acuan apakah memang layak diberikan kredit atau tidak.
4. Collateral
Kriteria keempat adalah collateral atau jaminan yang diberikan pada
calon peminjam saat mengajukan kredit kepada bank. Sesuai dengan
namanya, jaminan ini akan menjadi penjamin atau pelindung bagi pihak
10
3. Wawancara I
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung
berhadapan dengan calon peminjam.
4. On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau
berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian
hasilnya dicocokan dengan hasil wawancara I.
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan
pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.
6. Keputusan Kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan
diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan
administrasinya. Biasanya mencakup :
a. jumlah uang yang diterima
b. jangka waktu
c. biaya-biaya yang harus dibayar
7. Penandatangan akad kredit/perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka
sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah
menandatangani akad kredit.
8. Realisasi kredit
Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan
dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang
bersangkutan.
9. Penyaluran/penarikan
adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai
realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan
tujuan kredit yaitu :
a. sekaligus atau
b. secara bertahap
14
H. Kualitas kredit
Sebagai pihak yang bertindak menjadi kreditur, maka sudah
sepatutnya bank memiliki kriteria dan penggolongan terhadap kualitas
kredit yang mereka keluarkan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
proses klasifikasi dan penanganan terhadap berbagai macam permasalahan
yang mungkin saja timbul dalam sebuah perjanjian kredit yang telah
dilakukan. Penggolongan kualitas kredit yang dilakukan oleh bank
bertujuan untuk menghitung cadangan potensi kerugian yang tentunya
akan berpengaruh terhadap portofolio bank dan menjadi salah satu
indikator penilaian kesehatan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia
(BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
d
Dari tabel di atas, maka bisa dikatakan bahwa kolektabiltas 3, 4, dan 5
adalah termasuk ke dalam kredit bermasalah yang biasa disebut dengan
istilah Non Performing Loan (NPL).
15
J. Contoh Kasus
A. Kesimpulan
Manajemen kredit pada dasarnya merupakan suatu proses yang terintegrasi
antara sumber-sumber dana kredit, alokasi dana yang dapat dijadikan kredit
dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian, administrasi dan
pengamatan kredit.
Masalah perkreditan bersifat “ Kasuasistis” artinya masalah yang ada pada
satu debitur akan berbeda dengan debitur lainnya, dari kondisi ini maka
aparat perbankan harus mempunyai daya analistis yang cukup tajam dan
secara cepat harus mampu pula mengadakan identifikasi dari permasalahan
yang dihadapi para nasabahnya.
Dalam kegiatan perkreditan banyak tersangkut dengan ketentuan-ketentuan
perundang-undangan, peraturan-peraturan pemerintah maupun kebijakan-
kebijakan pemerintah yang sering berubah dari suatu periode ke periode yang
lainya.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://sangdewisay.blogspot.com/2012/02/manajemen-kredit.html
https://www.kreditpedia.net/jaminan-atau-agunan-kredit/
https://www.tokopedia.com/blog/fin-jenis-jenis-jaminan-kredit/
https://littalitte.wordpress.com/2012/12/13/jenis-jenis-pembebanan-suku-bunga-
kredit/
https://www.simulasikredit.com/prinsip-5c-dan-7p-dalam-pemberian-kredit-di-
lembaga-keuangan-bank/
https://007umkm.wordpress.com/2008/07/20/prosedur-pemberian-kredit-bank/
https://www.kalkulatorkredit.com/article/pengertian-dan-kegunaan-jaminan-kredit