Attachment
Attachment
kehidupan yang lebih baik. Dalam hal ini, perpindahan sejumlah penduduk
dampak terhadap para migran itu sendiri dan juga terhadap kehidupan
sebelah utara kota Palopo pada pertengahan abad ke-20 masih sangat
Dengan kata lain, di wilayah Luwu masih tesedia lahan untuk membuka
yang tidur menjadi lahan yang produktif sebagai areal persawahan dan
dataran luas yang mudah diairi dan memiliki kesuburan tanah yang baik.
Selain itu, hal yang lebih penting bahwa tanah itu masih banyak yang
belum diusahakan. Di Luwu tanah yang sangat luas terdapat dalam Onder
1
Inventaris Arsip Tana Toraja (1901-1959), “Surat Kepada Kepala Daerah
Luwu Beserta Lampirannya Mengenai Permintaan Orang-Orang Kristen Di Toraja Untuk
Pindah Ke Walenrang (Palopo)” 1 Sampul, No Reg. 1441.
2
Muhammad Yamin Sani, Dinamika Kependudukan Dan Pembangunan Sosial.
(Makassar, Masagena Press, 2016), hlm. 179.
1. Kondisi Geografis Luwu
daerah Luwu adalah kerajaan dan memiliki wilayah yang cukup luas.
Luwu yang sekarang ini dikenal sebagai salah satu daerah tingkat II
yang terdiri dari kerajaan Gowa, kerajaan Bone, dan kerajaan Luwu. Dari
oleh seorang kepala daerah yang bergelar Madika, yaitu: Madika Bua,
4
Madika Ponrang, Madika Baebunta. Ketiga kepala daerah tersebut,
1906, wilayah yang tadinya luas mulai diperkecil dengan melepaskan Poso
(Propinsi Sulawesi Tengah saat ini) dari wilayah Luwu yang kemudian
3
M. Rasyid Ridha. Membela indonesia (Perjuangan Rakyat Luwu Mempertahankan
Kemerdekaan). (Makassar: Rayhan Intermedi. 2009) hlm. 1.
4
Bua adalah daerah yang terletak kira-kira 12 kilometer di sebelah selatan Kota Palopo
sedangkan Ponrang adalah daerah yang terletak 27 kilometer dari sebelah Selatan kota Palopo.
Kemudian kampung Baebunta sendiri terletak kira-kira 52 km di sebelah Utara Kota palopo. (H.
M. Sanusi Mattata. Luwu dalam Revolusi. (Makassar: Bhakti Baru, 1967). hlm. 3-4.
5
H. M. Sanusi Mattata. Ibid.
1. Onder Afdeling Palopo yang berkedudukan di Palopo.
diri dari Luwu dan berdiri sendiri dengan status Daerah Tingkat II yang
wilayah yang cukup luas. Ditinjau dari segi geografis posisi kabupaten
6
Abdul Rahman. 1990. Transmigrasi Di Kabupaten Luwu. (Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin,Makassar), hlm. 25. (Lihat pula H. M. Sanusi Mattata.
1967. Luwu dalam Revolusi. Makassar: Bhakti Baru. hlm. 7).
7
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu, hlm. 1.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan propinsi Sulawesi Tenggara.
yang memanjang dari selatan ke Utara, dataran rendah yang cukup luas,
dan puluhan sungai besar. Dari kota Palopo memanjang ke selatan melalui
Bua, Ponrang, Belopa, Suli, dan Larompong adalah daerah yang memiliki
hutan sagu dan ribuan hektar tanah persawahan. Demikian halnya ke arah
dan bahkan ada pegunungan yang ada di wilayah Onder Afdeling Malili
terdapat biji besi dan nikel. Sementara itu, ke arah Barat terdapat hutan
lebat mulai dari Larompong di selatan sampai Nuha di Utara, yang banyak
pegunungan (perkebunan). 8
Di Luwu
8
M. Rasyid ridha. Op.cit., hlm. 21-22.
halnya dengan para migran Toraja di Luwu. Perkembangan
beragama Islam. Hal ini bisa terjadi karena diantara mereka sudah
saling berbaur satu sama lain dalam jangka waktu yang lama dalam
menetap di Luwu.
pada saat para migran ini masih berada di Palopo dengan jumlah
9
yang sangat besar sekitar raturan ribu orang. Kondisi ini
9
Hasil wawancara dengan Bapak J.B Pamuso, Makassar pada tanggal 9 april 2019.
Selain itu, setelah mereka memiliki tempat untuk tinggal
orang Toraja ini dengan senang hati membagi ilmu mereka dengan
sangat luas yang dimiliki oleh penduduk asli yang ada di Luwu.
migran Toraja sangat ulet, pekerja keras dan sangat pandai dalam
11
bersawah. Terlihat dari hasil panen yang sangat berlimpah yang
para migran Toraja dapatkan berupa hasil panen padi yang sangat
hasil.
10
Ibid.,
11
Kepandaian orang Toraja dalam bertani dapat dilihat dari caranya yang rapi dalam
mengerjakan sawah mulai dari membuat penyemaian, saluran air, dan cara mereka dalam
menanam bibit padi. Orang Toraja ini memang dilahirkan untuk mengerjakan sawah, oleh sebab
itu lereng-lereng gunung pun dijadikan sawah karena kondisi topografi yang dimiliki Toraja.
(lihat pula Parada Harahap, Rangkaian Tanah Air Toradja, (Bandung: W. Van Hoeve, 1952) hlm.
65-66.
dari kehidupan para migran orang Toraja yang jauh lebih
sejahtera/kaya. 12
12
Wawancara dengan Bapak Yunus bandi, Desa Lamasi, Kecamatan Lamasi, Kab. Luwu
pada tanggal 4 april 2019.
4.1.3 Bidang Kebudayaan
sangat baik dilihat dari para migran Toraja yang telah banyak
dan menetap di daerah Luwu. selain itu, jika ada keluarga di daerah
asal mereka yang membuat acara entah itu upacara Rambu Solo,
bermigrasi ke Luwu dan sudah jarang dan bahkan tidak pernah lagi
bermigrasi.
dataran Luwu.13
(dampak positif) dan disisi lain ada juga dampak yang merugikan
13
Inventaris Arsip Tana Toraja (1901-1959), “Daftar Nama-Nama Transmigran Yang
Akan Dipindahkan Dari Distrik Kesu Ke Walenrang” 1 sampul, No Reg. 1361.
asli yang ada di Luwu14, ada dampak yang menguntungkan dan
sebaliknya.
dampak positif yang ditimbulkan bagi penduduk asli yang ada di Luwu
salah satunya yaitu dalam bidang pertanian. Penduduk asli yang ada di
Luwu meniru cara para migran orang Toraja dalam bercocok tanam
Hal ini yang juga membuat setelah migrasi dengan tiga gelombang
15
Penduduk asli yang ada di Luwu mayoritas beragama Islam
14
Pa’ kampong adalah sebutan para migran Toraja kepada penduduk asli Luwu. jika
ditelusuri dari hasil wawancara yang didapatkan, tidak ada yang benar-benar merupakan penduduk
asli Luwu karena semua penduduk yang ada di Luwu khususnya di daerah sebelah utara kota
Palopo umumnya adalah pendatang juga dari berbagai daerah dengan waktu yang berbeda-beda.
Penduduk yang lebih awal melakukan perpindahan merekalah yang kemudian disebut penduduk
asli oleh para migran yang baru.
15
Hal ini dipengaruhi karena Luwu pada saat itu menjadi pusat pemberontakan DI/TII.
Adapun dampak yang merugikan (dampak negatif) dari migrasi
mereka selalu tergiur untuk menjual tanah mereka sedikit demi sedikit
16
kepada para migran Toraja/ pendatang akibatnya mereka terdesak
Toraja di daerah migran karena tanah yang ada sudah didominasi oleh
sebagai tempat yang strategis untuk mereka tinggal karena akan lebih
16
Penduduk asli yang ada di Luwu khususnya di daerah sebelah utara kota Palopo yaitu
Lamasi dan Walenrang, tidak hanya menjual tanah mereka pada para migran Toraja saja, mereka
juga menjual tanah mereka kepada pendatang setelah para migran Toraja. pendatang ini masih
berasal dari berbagai daerah yang ada di Toraja diantaranya dari daerah Sanggalla, Tikala, Kesu,
Buntao.
17
Hasil Wawancara dengan Bapak Andarias Sampe , Desa To’Lemo. Kec. Lamasi
Timur. Kab. Luwu