Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS MAKNA AMR DALAM KITAB MAHFŪẒĀT LIṬHALABAH AL-SANAH


AL-RĀBI‘AH KARYA TIM MANHAJ AL-DIRĀSĪ PONDOK MODERN DARUSALAM
GONTOR PONOROGO
(Kajian Ilmu Balāgoh Ma’ānī)

Oleh :

M. YUSUF

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan..................................................................................................1
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………….……………...1
1.5 Penelitian Terdahulu Yang Relevan……………………………………………...1

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Pemikiran….…….................................................................................2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Langka-Langka Penelitian.....................................................................................

3.2 Metode Penelitian………………………………………………………………...

3.3 Jenis Data Dan Sumber Data……………………………………………………..

3.4 Teknik Peengumpulan Data……………………………………………………...

3.5 Analisa Data………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Setiap syair yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo ini terkandung nilai-nilai dan
filosofi kehidupan yang sangat baik untuk dipahami dan ditanamkan dalam diri. Dan hampir dalam
setiap syair terdapat Amr yang secara jelas menunjukan bahwa pembaca syair harus berbuat apa
dalam hidup, dengan demikian menunjukan bahwa Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-
Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo ini
adalah kunci pengambilan makna dan nilai-nilai filosofi untuk ditanamkan dalam hidup. Maka
kajian Amr dan maknanya dalam kitab ini sangat perlu untuk dilakukan.
Setiap sastra tentu memiliki makna, dan makna tersebut akan didapat dari sebuah rangkaian
kata. Begitu pun dengan bahasa arab yang setiap katanya memiliki fungsi dan makna yang
berbeda. Salah satunya adalah kajian Amr dalam insya ṭalabī. Kajian ini memiliki empat derivasi
bentuk dan 18 makna yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Apabila ditijau secara teoritik,
sastra dapat dikategorikan menjadi dua genre yaitu imajinatif dan non imajinatif. Sastra imajinatif
atau biasa kita kenal dengan karya sastra fiksi terbagi menjadi tiga yaitu prosa diantaranya adalah
cerpen, novel dan roman kemudian yang ke dua adalah puisi dan yang ke tiga yaitu drama.
Sedangkan sastra non imajinatif atau non fiksi merupakan karya sastra yang ditulis tanpa
menggunakan daya khayal pengarang, sehingga cerita dalam karya sastra non imajinatif
merupakan cerita yang ditulis berdasarkan cerita yang nyata.
Pondok ini tidak lupa dengan para ulama muslim yang pernah mengharumkan kejayaan islam.
Kata mahfuzot berasal dari kata hafaza yang artinya menjaga. Dalam kajian Amr insya thalabi
mengatakan bahwa setiap

bentuk amr terdapat makna. Amr terdapat empat bentuk yaitu: fiil amr, isim fi’il amr,
mudhari’ majzum, dan ,mashdar. Seperti contoh berikut:

‫المعنى‬ ‫صيغة األمر‬ ‫بيت الشعر‬


# ُ‫ارقُه‬
ِ َ‫ع َّمن تُف‬ ً ‫سافِر ت َ ِجد ِع َو‬
َ ‫ضا‬ َ
‫اإللتماس‬ ‫فعل األمر‬
‫ب‬ َ َ‫صب فَإ ِ َّن لَذِيذَ ال َعي ِش في ِ الن‬
ِ ‫ص‬ َ ‫َوان‬

Tabel 01. contoh bentuk dan makna Amr dalam kitab mahfudzat
Makna iltimas merupakan makana yang terkandung dalam Amr yang mana makna ini
memberikan konteks pemberi perintah kepada yang diberi perintah menjadi sejajar kedudukannya.
Tanpa ada rasa segan atau pun takut tanpa ada kesan dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah.
Makna iltimas sebagai mana berikut:

‫ إذا صدرت من رفيق لرفيق أو من ند لنده لم يرد بها اإليجاب واإللزام لمن‬،‫االلتماس‬
.‫يساويك‬
“jika dikeluarkan dari teman ke temannya, dia tidak menanggapi secara positif dan
mewajibkan Anda kepada seseorang yang setara dengan Anda.”

“Ambilkan pulpen itu untukku!” kata ambilkan memberikan kesan setara dengan yang
disuruh, “Sabarlah dalam menghadapi musibah!” kata ‘sabarlah’ pula memberikan kesan
penyamarataan meski pun konteks pembicaraanya mengarah kepada irsyad atau memberikan
bimbingan. Berbeda dengan makna isryad, makna ini mengharuskan yang diberi perintah untuk
terikat dengan sesuatu atau terdapat sebab akibat dari pemberian perintah itu. “apabila kamu ingin
menyelesaikan skripsi dengan baik datanglah kepada dosen pembimbingmu dengan serius”. Kata
‘datanglah’ disini memiliki makna irsyad (bimbingan). Contoh lain adalah “apabila kamu hendak
berhutang kepada siapapun maka tulislah seseorang diantara kamu teman yang adil” kata
perintah ‘tulislah’ dalam konteks ini memiliki makna irsyad yaitu membimbing yang diberikan
perintah untuk melakukan sesuatu jika hendak melakukan sesuatu. Hal ini sejalan sebagai mana
definisi dari makna irsyad berikut:

‫ "إذا تداينتم بدين إلى أجل‬:‫ إذا كان المتكم يقصد إلى إلزامه بشيء – كقوله تعالى‬،‫اإلرشاد‬
.)۲۸۲:‫مسمى فاكتبوه وليكتب بينكم كاتب بالعدل" (البقرة‬
“Jika yang dimaksudkan pembicara untuk terikat oleh sesuatu”
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap sastra tentu memiliki makna, dan
makna tersebut akan didapat dari sebuah rangkaian kata. Setiap kata dalam bahasa arab memiliki
fungsi dan makna yang berbeda. Begitupun dengan bentuk Amr dalam insya ṭalabī. Inti dari makna
yang terdapat dalam syair dapat diambil dan diamalkan secara to the point tertulis dalam bentuk
amr. Dengan bantuk Amr seakan-akan penulis syair menyuruh langsung untuk berbuat sesuatu
dalam hakikat kehidupan yang ditulis dalam bentuk Amr (sama rata), salah satunya seperti contoh
berikut:
# ُ‫ارقُه‬
ِ َ‫ع َّمن تُف‬ ً ‫سافِر ت َ ِجد ِع َو‬
َ ‫ضا‬ َ
Pergilah! Niscaya engkau akan
mendapatkan ganti dari apa yang
engkau tinggalkan

“Pergilah! Niscaya engkau akan mendapatkan ganti dari apa yang engkau tinggalkan” kata
‘pergilah’ merupakan kata perintah yang memiliki makna kesetaraan, tidak ada konteks yang
menjelaskan bahwa kalimat ini dikeluarkan dari seorang atasan kepada bawahan atau pun
sebaliknya. Maka dapat disimpulkan bahwa penyair tidak meninggikan derajatnya sebagai orang
yang berilmu melainkan menyamaratakan derajatnya dengan pembaca sebagai orang yang
menerima kata perintah tersebut. Kemudian makna amr yang terkandung dalam contoh berikut:

َ َ‫سا ِإذَا َح َك َم الق‬


‫ضا ُء‬ ً ‫َو ِطب نَف‬ #

Dan perbaikilah dirimu meskipun


takdir telah menentukan

“Dan perbaikilah dirimu meskipun takdir telah menentukan” Amr dalam kalimat ini pun
jelas tidak ada keterangan siapa berbicara kepada siapa, maka dengan ini telah terbukti jelas bahwa
penyair merendahkan kedudukannya sebagai orang yang berilmu agar sejajar dan setara dengan
pembaca agar maksud dari apa yang dipesankan dalam syair dapat diterima dengan mudah.
Pada bait pertama jelas terdapat kata ‫ سافر‬yaitu Amr dengan bentuk. Pembaca akan dapat
dengan mudah mengambil kesimpulan atau inti makna yang terkandung dalam syair tersebut
dengan memahami makna Amr tersebut. Maka dalam syair Imam Syafi’i ini mengandung makna
“hijrah” atau bergerak dari tempat tinggal. Maka kalimat dalam bait kedua “Aku melihat genangan
air yang diam merusak dirinya sendiri” air itu adalah manusia yang tidak mau beranjak dari tempat
tinggalnya sendiri. Dan “Apabila air itu mengalir maka baiklah air itu, dan apabila air itu tidak
mengalir maka air itu adalah air yang tidak baik” apabila manusia berani peranjak dari tempat
tinggalnya untuk menggapai maksud dan tujuan tertentu maka dia telah melakukan kebaikan untuk
dirinya sendiri.
Kajian Amr ini memiliki empat derivasi bentuk dan 18 makna yang berbeda sesuai dengan
konteksnya bentuk Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo tersebut yang
berjumlah 30 Amr dalam bentuk yang berbeda-beda, makna Amr yang terkandung dalam kitab
kumpulan syair ini adalah 20 makna iltimas (kesetaraan), 2 makna dawam (terus menerus), 1
makna ikrom (penghormatan), dan 7 makna irsyad (bimbingan). Kitab Mahfūẓāt yang seharusnya
memiliki makna irsyad, ikrom dan i’tibar lebih banyak, kenapa dalam kumpulan syair ini dapat
dikatakan 80% Amr-nya memiliki makna iltimas?, maka untuk dapat mengetahui makna Amr
dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo tersebut, penelitian ini sangat perlu dilakukan
B. Rumusan Masalah
Secara umum dapat diketahui bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan makna-
makna Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo, maka dari masalah pokok
tersebut dapat disajikan dengan pertanyaan sebagai berikut :
1. Bentuk Amr apa saja yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo?
2. Apa makna Amr yang terkandung dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo?
3. Pesan apa yang terdapat dalam Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo?

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian


Sesuai dengan permasalahan di atas, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bentuk Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya
Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
2. Mendeskripsikan makna Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah
Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
3. Mengambil pesan universal yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-
rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan
kesusastraan Arab khususnya pada kajian Amr dalam ilmu Balagoh ma’ānī. Sedangkan secara
praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi maha siswa uin sts
jambi prodi Bahasa dan sastra arab

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian yang menggunakan kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo sebagai objek penelitiannya belum
ditemukan. Sesuai dengan rumusan masalah bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
makna Amr yang terkandung dalam bentuk Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-
rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo. Kebanyakan
penelitian terdahulu yang menggunakan pendekatan Amr menggunakan al-Qur’an sebagai objek
penelitian. Berdasarkan penelitian pendahulu yang telah dilakukan, ditemukan beberapa yang
membahas tentang Amr, diantaranya:
1. Terakhir adalah Skripsi UIN Sunan Gunung Djati Bandung karya Shodiq Amin pada
tahun 2014 dengan judul :
)‫اإلنشاء الطلبى في قصة أحمر ألورهان باموق (دراسة عن علم المعانى‬
Fokus kajian dalam penelitian yang dilakukan oleh Shodiq ini adalah Insya Thalabi.
Dalam insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu Amr, nahyi, istifham, tamanni dan nida.
Dan objek yang dipilihnya pun bukan kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan
‫ قصة أحمر ألورهان باموق‬Meskipun salah satu kajiannya dalam penelitian ini sama dengan
pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr, namun objek kajian dalam penelitian ini
sangat berbeda.
BAB II

II. LANDASAN TEORI

Kerangka Pemikiran
Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu
mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus
lewat bunyi, irama dan makna khusus. Puisi mencakup satuan yang kecil seperti sajak, pantun dan
balada (Sutarno, 2008: 64). Sebagai makhluk yang penuh imaji, manusia mampu
mengapresiasikan berbagai imaji dan realita dengan cara yang paling mesra, karenanya karya puisi
lahir dengan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya

Nadzom dapat disebut juga dengan Syair. Menurut Ahmad Asy-Syayib, syi’ir atau puisi
Arab atau yang dapat disebut juga dengan diwān adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan
atau bahr (mengikuti prosodi atau ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir
baris/satr) serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding prosa.
Definisi ini lebih baik ketimbang para ahli sastra arab lainnya, termasuk di dalamnya para penulis
kamus dan buku-buku sastra Arab modern.
Syair dalam bahasa Arab ialah “syi’ir” yang menurut bahasa berasal dari kata “Sya’ara”
artinya mengetahui atau merasakan. Menurut istilah syair ialah perkataan yang sengaja disusun
menggunakan irama atau wazan Arab. Syair Arab adalah seni puisi yang dikembangkan bangsa
Arab sepanjanh sejarah mereka, sejak zaman pra-islam hingga dewasa ini.

Balaghoh mendatangkan makna yang agung dan jelas, menggunakan ungkapan yang fasih dan
berkesan di lubuk hati sesuai dengan situasi dan kondisi yang diajak bicara. Secara ilmiah balaghoh
merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan pada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap
keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub(ungkapan).
Kebiasaan mengkaji balaghoh merupakan modal pokok dalam membentuk tabiat kesastraan dan
menggiatkan kembali beberapa bakat yang terpendam.
Teori balāghoh merupakan teori tradisional dalam pengkajian sastra Arab di Indonesia. Meskipun
tidak sama persis balāgah hampir sebanding dengan stilistika,yaitu ilmu yang mengkaji cara
sastrawan memanipulasi atau memanfaatkan unsur dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan
efek apa yang ditimbulkan oleh penggunanya (Kamil, 2009: 140).
Ilmu balāgah adalah salah satu ilmu kesusastraan Arab yang memiliki peran penting dalam
salah satu upaya kemahiran berbahasa Arab. Balāghoh memiliki fungsi mempercanti suatu frasa
atau kalimat sehingga dapat terdengar indah saat di ucapkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

E. Langkah-Langkah Penelitian
Agar penelitian ini dapat selesai dengan baik, maka perlu ditentukan langkah-langkah
penelitian guna menyelesaikan penelitian ini dengan baik, berikut langkah-langkah penelitian yang
akan dilakukan dalam penelitian ini:
1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode studi
pustaka/ liblary research. Metode ini dilakukan dengan menghimpun, mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap
objek penelitian yang diambil yaitu kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan bilāgiyah, atau dengan
menggunakan pendekatan ilmu balāgah Ma’ānī. Pendekatan ini bertujuan untuk mengupas
sebuah teks melalui pendekatan makna didalam teks. Salasatu kajian dalam balāghoh Ma’ānī ini
terdapat kajian tentang insya thalabī, dan dalam kajian tersebut terdapat pembahasan tentang Amr.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu primer dan sekunder. Data primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Bentuk Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah
Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
Sedangkan sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu informasi-informasi
yang memuat tentang Profile syaikh Syarafuddīn Yahya bin Badruddīn Mūsā bin Ramaḍān bin
Umairah.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-
rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo. Sedangkan
sumber sekundernya adalah artikel, journal, buku-buku dan lain sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi.
Teknik dokumentasi yaitu proses pengumpulan data yang diperoleh dari daokumen-dokumen
berupa buku, catatan, arsip, surat, majalah, surat kabar, jurnal, laporan penelitian yang didapatkan
secara langsung atau pun dari media elektronik seperti jaringan internet, televisi dan lain
sebagainya untuk mendukung validitas data yang dianalisis dalam penelitian ini. Dalam konteks
penelitian ini, data yang akan dicari dengan menggunakan teknik ini adalah Bentuk amr yang
terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī
Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
5. Analisis Data
Untuk menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang
teratur, tersusun dan terarah sesuai dengan rumusan masalah maka perlu adanya analisis data.
Proses analisis merupakan usaha menentukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan
yang telah ditetapkan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a. Memilih objek penelitian yang jelas, yaitu kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-
rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
b. Menentukan bentuk Amr yang terdapat dalam teks kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah
Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
c. Membuat tabulasi data dengan menentukan bentuk Amr yang telah ditemukan dengan
mencantumkan teks kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj
Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo yang terdapat Amr secara
lengkap.
d. Membuat analisis data dengan mendeskripsikan data yang diperoleh dengan tafsir logika
yang disesuaikan dengan teori kesusastraan Arab dalam konteks kajian iqtibās dalam
ilmu balāghoh ma’ānī.
e. Membuat kesimpulan dari hasil pembahasan yang disesuaikan dengan rumusan
penelitian yaitu tentang bentuk Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-
rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo
kemudian interpretasi makna yang terkandung dari bentuk Amr yang ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA

A.W. Munawir. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progressif,


Surabaya.

Abbas, Ihsan. 1977. Malāmih Yūnāniyyah fi al-Adab al-‘Arabiy. al-Mu`assasah al-‘Arabiyyah li


al-Dirāsāt wa al- Nasyr. Beirut.

Abdah Abdul ‘Azīz Qaldīlah. 1991. Mu’jam al-Balāgoh al-‘atabiyah, naqd wa naqḍ. Cet. 1. Dār
al-Fikr al-‘Arabī. Kairo

Abdul ‘Azīz bin ‘Ali al-Ḥarbī. Al-Balāgoh al-Muyassarah. Dār Ibnu Ḥazm. Bairut.

Abdul Wachid B.S. 2005. Sastra Pencerahan. Saka, Yogyakarta.

Abdullah Syahhatah, 2001. Ulimul at-Tafsir. Dar al-Masyriq, Kairo.

Ahmad Al Iskandi dan Mushtofa ‘Anani. 1916. ‫ الوسيط في األدب العربي و تاريخه الطبعة الثامنة عشرة‬. Dar
Al Ma’arif, Mesir.

Ahmad al-Hasyimi. Tt. Jawahir al-Balāgoh fī ‘ilmi al-ma‘ānī wa al-bayān wa al-badī’. Maktabah
‘Aṣriyah. Beirut.

Akhmad Muzakki, 2006. Kesusastraan Arab; Pengantar Teori dan Terapan, Ar-Ruzz Media,
Yogyakarta.

Ali al-jarim dan Musthafa Amin, 1994. terjemahan al-Balaaghatul Waadhihah. Sinar Baru
Algensindo, Bandung.

Ali Al-Jarim, 1994. Al Balaghatul Waadhihah, Sinar Baru Algensindo, Bandung.

Ali Al-Mudhar, Yunus dan H Bey, Arifin, 1983. Sejarah Kesustraan Arab, PT Bina Ilmu,
Surabaya.

Ali dan Adang Affandi, 1995. Studi Sejarah Islam, Binacipta, Jakarta.
Al-Jarim, Ali & Amin, Musthafa. 1994. Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah. cet1. Sinar
Baru Algensindo. Bandung

Aminuddin, 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. CV Sinar Baru, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai