Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY “H” DENGAN DIAGNOSA

MEDIS HERNIA FEMORALIS SINISTRA IREPONIBEL


DI RUANG INSTALASI BEDAH PUSAT (OK LAPAROSCOPY)
RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

OLEH:

VICKY ASTRILYCA CENDANA, S.KEP


NS. 1971641

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

(……………………………..) (....………………………...)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) TANA TORAJA
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA FEMORALIS

A. Definisi

Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi suatu rongga malalui

lubang (Oswari, 2000).

Hernia adalah penonjolan isi perut dalam rongga yang normal melalui

suatu defek, baik secara kongenital atau yang di dapat memberi jalan keluar

dari setiap alat tubuh yang biasa melalui dinding tersebut (Mansjoer, 2000).

Hernia femoralis adalah kondisi ketika jaringan lemak atau bagian usus

menembus keluar dari dinding perut dan melewati paha, tepatnya di kanalis

femoralis, saluran yang dilewati oleh pembuluh darah dari dan ke tungkai.

(Willy, 2017)

Hernia femoralis sinistra adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau

struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-

bagian tersebut (Nettina, 2001). Berdasarkan definisi diatas, dapat

disimpulkan bahwa Hernia femoralis sinistra adalah suatu keadaan

menonjolnya isi suatu rongga malalui lubang, penonjolan isi perut dalam

rongga yang normal melalui suatu defek.


B. Anatomi

Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lakuna

vasorum, dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara

di dalam v. femoralis dengan panjang kira-kira 1.5 cm dengan basis di anulus

femoralis setinggi ligamentum Cooper. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh

tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum

inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale

(ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis, dan di sebelah

medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui

lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini

mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. (Utama, 2011)

Ligamentum Ingunale merupakan bagian bawah dari aponeurosis

musculus abliquus externus yang mengalami penebalan, mulai dari SIAS

sampai tuberculum pubicum. Sepertig medial memiliki tepi bebas, sedangkan

2/3 laterar melekat kuat pada fascia iliopsoas di bawahnya. ligamentum

lecunare merupakan bagian paling bawah dari ligamentum inguinale dan

terbentuk oleh serabut tendon musculus obliquus externus, melekat pada

ligamentum pectineale. Ligamentum pectineale merupakan suatu pita

tendinous yang kuat dan tebal, terfiksasi pada periosteum ramus superior ossis

pubis dan periosteum osiis ilii (Mansyah, 2010).

Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi

hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar


dengan v.Femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis

di lipat paha (Sjamsuhidayat, 2011).

Gambar 1. Kanalis femoralis

Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu

defek pada sisi medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis

berisi satu atau dua kelenjar limfe, yang terbesar disebut dengan Cloquet.

Nodus-nodus ini didesak keluar dari kanalis femoralis oleh suatu penonjolan

peritoenal dan seringkali membentuk massa yang dapat dipalpasi.

(Sjamsuhidayat, 2011).

Pada pria, lewatnya testikel melalui dinding abdomen selama tahap

embrionik, melemahkan dan memperbesar orifisium miopektineal di atas

ligamentum inguinalis dan merupakan predisposisi terhadap hernia inguinalis

indirek dan direk. Pada wanita, diameter pelvis sejati yang membesar, bila
dibandingkan dengan pria, secara proporsional memperbesar kanalis femoralis

dan mungkin merupakan predisposisi dari hernia femoralis.

Kelainan fundamental yang memungkinkan protrusi atan penonjolan

kantong peritoneal melalui dinding abdomen adalah adanya defek pada fascia

transversa. Protrusi kantong peritoneal melewati posterior dari iliopubic tract

dan ligamentum inguinale, anterior dari ligamentum Cooper, medial dari vena

femoralis dan tepat di lateral dari pelekat dinding inguinal posterior

(aponeurosis tranversus) dan fascia transvers) pada ligamentum Cooper.

Setelah melalui annulus femoralis penonjolan turun sampai muncul pada fossa

ovalis.(Mansyah, 2010)

C. Etiologi

Hernia Femoralis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena

sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak

pada lelaki ketimbang perempuan. Pada faktor penyebab berperan pada

pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar

sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula

faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka

cukup lebar itu (Sjamsuhidajat 2000).

Hernia terjadi karena dinding otot yang melemah atau membran yang

secara normal menjaga organ tubuh pada tempatnya melemah atau

mengendur. Hernia kebanyakkan diterita oleh orang yang berusia lanjut,

karena pada usia lanjut otot – otot mulai melemah dan mengendur sehingga
peluangnya sangat besar untuk terjadi hernia. Pada wanita sebagian besar

hernia diakibatkan karena obesitas ( berat badan yang berlebih ). Hal lain yang

dapat mengakibatkan hernia antara lain : Mengangkat barang yang terlalu

berat, Akibat sering mengejan pada saat buang air besar akibat sembelit,

kehamilan, aktifitas fisik yang berlebihan, melahirkan, batuk kronis (Willy,

2017).

Menurut Hasicuha (2003) Etiologi primer hernia femoralis adalah

sempitnya perlekatan dinding posterior inguinal pada ligamentum

iliopectineale (ligamentum Cooper) dengan akibat melebarnya anulus

femoralis. Sedangkan etiologi sekundernya adalah peningkatan tekanan

intraabdominal yang mendorong lemak preperitoneal masuk kedalam anulus

femoralis yang melebar secara congenital.

D. Patofisiologi

Menurut Oswari, (2000). Pada umumnya hernia terjadi akibat dari

kekuatan integritas otot dinding abdomen dan terjadi peningkatan tekanan

intra abdomen. Kerusakan atau kelemahan otot-otot dinding abdomen, karena

kelemahan college atau pelebaran tempat dari lubang ligament inguinal,

klemahan ini biasa terjadi karena proses penuaan.

Peningkatan intra abdomen dapat menyebabkan dinding abdomen

menjadi lemah. Oleh karena itu dapat mengakibatkan penurunan isi abdomen

ke dalam rongga tubuh seperti halnya pada skrotum. Penurunan isi abdomen

tersebut disebabkan oleh banyak hal diantaranya yaitu pekerjaan berat, batuk
yang menahun. Hal tersebut akan mempermudah masuknya masa abdomen

kedalam rongga tubuh, sehingga menjadi hernia atau penonjolan suatu organ

tubuh sehingga tidak terjepit akan menimbulkan rasa sakit di daerah

terdapatnya benjolan tersebut yang juga menimbulkan rasa mual dan apabila

batuk, mengejan hernia akan bertambah besar.

Secara patofisiologi peninggian tekanan intrabdomen akan mendorong

lemak preperitoneal ke dalam kalalis femoralis yang akan menjadi pembuka

jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya dalah kehamilan multipara,

obesitas, dan generasi jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia femoralis

sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada herna inguinalis,

terutama yang memakaiteknik Bassini dan Shouldice yang menyebabkan fasia

tranversa dan ligamentum ingunale lebih tergeser ke ventrokranial sehingga

kanalis femoralis lebih luas. (Utama, 2011)

E. Manifestasi Klinis

Menurut Oswari, (2000) manifestasi hernia femoralis sinistra melipurti:

1. Tampak benjolan di lipat paha.

2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu

disertai perasaan mual.

3. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah

hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.


4. Hernia femoralis kecil kemungkinan berisi kandung kemih hingga

menimbulkan gejala sakit kencing (dysuria) disertai hematuria (kencing

darah) di samping benjolan di bawah sela paha.

5. Hernia diafragma menimbulkan perasaan sakit di daerah perut dissertai

sesak nafas.

6. Bila pasien mengejan atau batuk, maka benjolan hernia akan bertambah

besar.

Menurut (Willy, 2017), Hernia femoralis ditandai dengan adanya

benjolan di paha bagian atas, atau di dekat selangkangan. Benjolan

tersebut tidak selalu terlihat, terutama pada hernia berukuran kecil

sampai sedang. Namun pada hernia femoralis yang berukuran besar,

bukan hanya terlihat benjolan, tetapi juga timbul rasa nyeri yang akan

semakin parah saat penderita berdiri, meregang, atau mengangkat benda

berat.

Pada kasus yang parah, hernia femoralis dapat menyebabkan hernia

strangulata, yaitu kondisi usus yang terjepit, sehingga menimbulkan

terhentinya aliran darah ke usus yang terjepit tersebut. Gejalanya antara

lain sakit perut, mual, muntah, serta nyeri yang muncul mendadak di

selangkangan.
F. Pathway

G. Pemeriksaan Penunjang

Dokter dapat menduga pasien menderita hernia femoralis melalui

pemeriksaan fisik pada area selangkangan. Pada umumnya, dokter dapat

merasakan adanya benjolan bila ukuran hernia cukup besar. Bila pasien diduga
kuat mengalami hernia femoralis, namun benjolan tidak ditemukan pada

pemeriksaan fisik, dokter dapat menjalankan pemeriksaan foto Rontgen, USG,

atau CT scan pada area selangkangan. (Willy, 2017)

Menurut Syarifuddin (2013), biasanya tidak diperlukan pemeriksaan

tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti

ultrasonografi (USG), CT scan, maupun MRI dapat dikerjakan guna melihat

lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang “terperangkap” dalam kantung

hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan

operasi.

Pemeriksaan USG pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi

supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki

sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan

ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incarserata dari suatu

nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di

inguinal.

H. Penatalaksanaan

Pengelolaannya bisa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan

definitif berupa operasi. Tindakan konservatif terbatas pada tindakan

melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk

mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pengurangan hernia secara

non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi pinggang

ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedatif


(penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia

terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis

strangulasi.

Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang

telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai

seumur hidup. Hal ini biasanya dpilih jika pasien menolak dilakukan

perbaikan secara operasi atau terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara

ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak

kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan

strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan

atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung

pembuluh darah testis.

Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis,

terutama jenis yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan. Jika reposisi tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus dilakukan

operasi segera. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan

hernioplastik.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke

lehernya, kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,

kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu

dipotong.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inginalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Dikenal

berbagai metode hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis

internus dengan jahitan terputus, menutup, dan memperkuat fasia transversa,

dan menjahitkan pertemuan m.transversus internus abdominis dengan

m.oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke

ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini. Metode ini

memperbaiki orifisium miopektineal, superior dari ligamentum inguinalis,

yaitu anulus profunda dan segitiga Hesselbach, sehingga dapat diterapkan

baik pada hernia direk maupun indirek.

Metode lain yaitu menjahitkan fasia transversa, m.transversus

abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper pada

metode Mc Vay. Metode ini memperbaiki tiga daerah yang paling rentan

terhadap herniasi dalam orifisium miopektineal, yaitu anulus prounda,

segitiga Hesselbach, dan kanalis femoralis. Insisi relaksasi merupakan suatu

keharusan karena bila tidak dibuat, akan timbul regangan yang cukup besar

pada garis jahitan.

I. Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami isi hernia. Isi

hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponible ini dapat

terjadi jika isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum, organ

ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak dapat timbul

gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik
oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbiulkan

gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan yang terjadi total atau pasrisal

seperti pada hernia RICHER. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau

lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering

terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu dua segmen

usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berdada

dalam rongga peritoneum.

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi

hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udema organ

atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia makin

bertambah sehingga akhirnya peredarah darah jaringan terganggu. Isi hernia

menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat beruapa cairan

serosanguinis. Kalau isis hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang

akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi

hubungan dengan rongga perut.

Menurut (Utama, 2011) komplikasi yang dapat timbul setelah operasi :

1. Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera V. femoralis, N.

ilioinguinalis, N. iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk

pada hernia geser.

2. Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat pula terjadi berupa

hematoma, infeksi luka, bendungan V. Femoralis, terutama pada operasi

hernia femoralis, fistel urin atau feses, dan hernia residif.


3. Komplikasi lanjut berupa atrofi testes karena lesi A.spermatika atau

bendungan pleksus pampiniformis, dan komplikasi yang paling penting

adalah hernia residif.

J. Pencegahan

Menurut (Willy, 2017) Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

mencegah hernia. Di antaranya adalah:

1. Berhenti merokok, karena rokok memicu batuk kronis yang dapat

meningkatkan risiko hernia.

2. Menjaga berat badan ideal dengan berolahraga secara teratur.

3. Mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti buah, sayuran, dan biji-

bijian untuk menghindari konstipasi.

4. Hindari mengangkat beban berlebih atau di luar kemampuan.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

1. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan.

Kaji status riwayat kesehatan yang pernah dialami klien (keluhan yang

dialami klien, apa upaya dan dimana klien mendapat pertolongan

kesehatan, lalu apa saja yang membuat status kesehatan klien menurun)

2. Pola nutrisi metabolik.

Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan

dan minum klien dalam sehari. Kaji apakah klien

mengalami anoreksia,mual atau muntah dan haus terus menerus. Kaji

selera makan berlebihan atau berkurang, ataupun adanya terapi intravena,

penggunaan selang NGT, timbang juga berat badan, ukur tinggi badan,

lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal klien untuk

memperoleh gambaran status nutrisi

3. Pola eliminasi.

Kaji terhadap frekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah dan juga

pemakaian alat bantu seperti folly kateter, ukur juga intake dan output

setiap shift. Kaji apakah klien mengalami distensi abdomen,

ketidakmampuan defekasi dan Flatus.

4. Pola aktivitas dan latihan

Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan sekarang

dan juga penggunaan alat bantu seperti tongkat, kursi roda dan lain-lain.
Tanyakan kepada klien tentang penggunaan waktu senggang. Adakah

keluhan pada pernapasan, jantung seperti berdebar, nyeri dada, badan

lemah.

5. Pola tidur dan istirahat

Tanyakan kepada klien kebiasan tidur sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur

siang. Bagaimana suasana tidur klien apakah terang atau gelap. Sering

bangun saat tidur dikarenakan oleh nyeri, gatal, berkemih, sesak dan lain-

lain.

6. Pola persepsi kognitif

Tanyakan kepada klien apakah menggunakan alat bantu pengelihatan,

pendengaran. Adakah klien kesulitan mengingat sesuatu, bagaimana klien

mengatasi rasa tidak nyaman : nyeri. Adakah gangguan persepsi sensori

seperti pengelihatan kabur, pendengaran terganggu. Kaji tingkat orientasi

terhadap tempat waktu dan orang.

7. Pola persepsi dan konsep diri

Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami

putus asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.

8. Pola peran hubungan dengan sesama

Apakah peran klien dimasyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan

klien di masyarakat dan keluarga dan teman kerja. Kaji apakah ada

gangguan komunikasi verbal dan gangguan dalam interaksi dengan

anggota keluarga dan orang lain.


9. Pola produksi seksual

Tanyakan kepada klien tentang penggunaan kontrasepsi dan

permasalahan yang timbul. Berapa jumlah anak klien dan status

pernikahan klien.

10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

Faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri,

tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan

selama ini. Kaji keadaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri,

ungkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan

operasi.

2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan port de entree luka pasca

bedah

3. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi

C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan Dalam waktu 1 x 24 jam  Kaji Skala Nyeri

dengan diskontuinitas
pasca operasi respon dan  Jelaskan dan bantu
tingkat nyeri berkurang. pasien dengan
jaringan akibat tindakan
 Pasien mampu tindakan untuk
operasi. melakukuan meredakan nyeri
manajemen nyeri non non farmakologi
farmakologi apabila dan non invasif .
sensani nyeri muncul  Istirahatkan pasien
 .Ekspresi pasien rileks pada saaat nyeri
dan mampu melakuakn muncul.
mobilitas ringan  Ajarkan teknik
dengan nyeri yang relaksasi
terkontrol . pernapasan dalam
pada saat nyeri
muncul.
 Manajemen
lingkungan:
lingkungan tenang,
batasi pengunjung,
dan istirahatkan
pasien.
 Kolaborasi
pemberian
analgetik

2 Resiko terhadap infeksi  Dalam waktu 2 x 24  Kaji jenis


jam tidak terjadi pembedahan, dan
berhubungan port de
infeksi. lakukan
entree luka pasca bedah
 Terjadi perbaikan perawatan luka.
pada integritas pada  Bersihkan luka dan
jaringan lunak. drainase dengan
 Tidak ada tanda-tanda cairan antiseptik
infeksi dan dari arah dalam ke
peradangan pada area luar..
luka pembedahan.  Tutup luka dan
penampang
eksternal
dengan kasa
steril.
 Kaji kondisi
luka dan
laporkan bila di
temukan tanda –
tanda infeksi.
 Kolaborasi
penggunaan
antibiotik.

3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan  kaji tingkat

dengan prosedur operasi tindakan, kecemasan ansietas pasien

/ansietas berkurang dengan  berikan informasi

criteria hasil wajah rileks, setiap tindakan yag

tanda-tanda vital dalam akan dilakukan

batas normal yang dengan

bahasan yang

mudah di pahami

oleh pasien.

 beri kesempatan

pasien untuk

mengungkapkan

masalahnya
 temani pasien

untuk memberikan

keamanan dan

mengurangi takut

 ajarkan pasien

relaksasi afas

dalam
DAFTAR PUSTAKA

Hachisuca, takehiro. 2003. Femoral Hernia Repair. Surg Clin N Am 83 (2003)


1189–1205.http://medicina.iztacala.unam.mx/medicina/Femoral
%20hernia%20repair.pdf

Mansyah. 2010. Hernia Femoralis. http://ml.scribd.com/doc/23700291/ Hernia-


Femoralis//

Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2011, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta:
EGC. Hal: 523-537

Syarifuddin.2013. Hernia Femoralis Lateralis. http://ml.scribd.com/pdf/


145473198/Hernia-Femoralis-lateralis//

Oswari, E. (2000). Bedah dan Perawatannya. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran Unifersitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai