Laporan Pendahuluan THT Ca Nasofaring
Laporan Pendahuluan THT Ca Nasofaring
Laporan Pendahuluan THT Ca Nasofaring
Kanker nasofaring adalah kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring di ringga
belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut yang tumbuh dari jaringan
epitel yang meliputi jaringa limfoit denga predileksi di fosa rossenmuller pada nasofaring
yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi skuamusa dan
atap nasofaring (Brunner & Suddarth.2002)
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Anamnesis
Terdiri dari gejala hidung, gejala telinga, gejala mata, dan saraf. serta gejala mestatasis.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status generalis dan status lokalis
Pemeriksaan nasofaring: rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi fiber/rigid
c. Pemeriksaan laboraturium
Hematologik
SGOT dan SGPT
Serologi Ig A VCA,Ig A EA
d. Pemeriksaan radiologi
Ct-scan
MRI
Pencitraan seluruh tubuh
Chest x-ray
e. Pemeriksaan patologi anatomi
Biopsi nasofaring
f. Pemeriksaan neuro-oftalmologi
7. Penatalaksanaan medis
1. Radioterapi :
Merupakan penatalaksanaan pertama untuk KNF.
Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I,II,III,IV lokal) tanpa metastasis jauh dengan
sasaran radiasi tumor primer dan KGB leher dan supraklavikula.
Macam pemberian radioterapi : radiasi eksterna , radiasi interna dan radiasi intravena
2. Kemoterapi
Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh
Macam kemoterapi : kemoterapi neodejuvan,kemoterapi adjuvan,kemotrapi konkomitan
3. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah virus
epistein bar, maka pada penderita KNF dapat diberikan imunoterapi
4. Operasi / pembedahan
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
- Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya
kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang
dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi.
- Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus yang
kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain.
8. Komplikasi
1. Hipotiroidsme
2. Hilangnya jangkauan gerak
3. Hipoplasia struktur otak dan tulang
4. Kehilangn pendengaran sensorineural (nasir, 2009).
9. Pencegahan
1. Pemberian vaksin
2. Mengurangi konsumsi ikan asin
3. Makan makanan yang bernutrisi
4. Mengurangi serta mengontrol stress
5. Berolahraga secara teratur
6. Health education mengenai lingkungan yang sehat
7. Membiasakan hidup secara sehat (tirtamijaya, 2009)
11. Konsep Askep Karsinoma Nasofaring
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
- Nama
Terdapat nama lengkap dari pasien penderita penyakit tumor nasofaring.
- Jenis Kelamin
Penyakit tumor nasofaring ini lebih banyak di derita oleh laki-laki daripada perempuan.
- Usia
Tumor nasofaring dapat terjadi pada semua usia dan usia terbanyak antara 45-54 tahun.
- Alamat
Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap dengan ventilasi rumah yang
kurang baik akan meningkatkan resiko terjadinya tumor nasofaring serta lingkungan
yang sering terpajan oleh gas kimia, asap industry, asap kayu, dan beberapa ekstrak
tumbuh-tumbuhan.
- Agama
Agama tidak mempengaruhi seseorang terkena penyakit tumor nasofaring.
- Suku Bangsa
Karsinoma nasofaring jarang sekali ditemukan di benua Eropa, Amerika, ataupun
Oseania.Namun relatif sering ditemukan di berbagai Asia Tenggara dan China.
- Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik industry akan beresiko terkena tumor nasofaring,
karena akan sering terpajan gas kimia, asap industry, dan asap kayu.
b. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama
Biasanya di dapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan menelan terjadi
penurunan dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri dan rasa terbakar dalam
tenggorok.Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa berdengung kadang-kadang
disertai dengan gangguan pendengaran.Terjadi pendarahan dihidung yang terjadi
berulang-ulang, berjumlah sedikit dan bercampur dengan ingus, sehingga berwarna
kemerahan.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di RS.
Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit samapi
timbulnya keluhan, faktor apa saja memperberat dan meringankan keluhan dan
bagaimana cara klien menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan,
semua dijabarkan dalam bentuk PQRST. Penderita tumor nasofaring ini menunjukkan
tanda dan gejala telinga kiri terasa buntu hingga peradangan dan nyeri, timbul benjolan di
daerah samping leher di bawah daun telinga, gangguan pendengaran, perdarahan hidung,
dan bisa juga menimbulkan komplikasi apabila terjadi dalam tahap yang lebih lanjut
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada hubungannya
dengan penyait keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor nasofaring maka akan
meningkatkan resiko seseorang untuk terjangkit tumor nasofaring pula.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata klien simetris, kelompak
mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun konjungtiva klien anemis,
kornea normal, sclera anikterik, pupil mata klien isokor, otot mata klien tidak ada
kelainan, namun fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang tidak ada, reaksi terhadap
cahaya baik (+/+). Hal ini terjadi karena pada karsinoma nasofaring, hanya bagian
tertentu yang mengalami beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva klien
yang anemis disebabkan klien memiliki kekurangan nutrisi dan fungsi penglihatan
kabur.
2. Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan pasien normal dan
simetris, terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri tekan pada telinga. Hal ini terjadi
akibat adanya nyeri saat menelan makanan oleh pasien dengan tumor nasofaring
sehingga terdengar suara berdengung pada telinga.
3. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak menggunakan otot
bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 26 x/ menit, irama nafas klien teratur, jenis
pernafasan spontan, nafas dalam, klien mengalami batuk produktif dengan sputum
kental berwarna kuning, tidak terdapat darah, palpasi dada klien simetris, perkusi dada
bunyi sonor, suara nafas klien ronkhi, namun tidak mengalami nyeri dada dan
menggunakan alat bantu nafas. Pada sistem ini akan sangat terganggu karena akan
mempengaruhi pernafasan, jika dalam jalan nafas terdapat sputum maka pasien akan
kesulitan dalam bernafas yang bisa mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas.
Gangguan lain muncul seperti ronkhi karena suara nafas ini menandakan adanya
gangguan pada saat ekspirasi.
4. Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit dengan irama teratur, tidak
mengalami distensi vena jugularis, temperature kulit hangat suhu tubuh klien 360C,
warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada edema. Sedangkan pada
sirkulasi jantung, kecepatan denyut apical 82 x/ menit dengan irama teratur tidak ada
kelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada. Tumor nasofaring tidak menyerang
peredaran darah pasien sehingga tidak akan mengganggu peredaran darah tersebut.
5. Sistem saraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat kesadaran pasien kompos
mentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS) E: 4, M: 6, V: 5. Tidak ada tanda-tanda
peningkatan TIK, tidak ada gangguan sitem persyarafan dan pada pemeriksaan refleks
fisiologis klien normal. Tumor nasofaring juga bisa menyerang saraf otak karena ada
lubang penghubung di rongga tengkorak yang bisa menyebabkan beberapa gangguan
pada beberapa saraf otak. Jika terdapat gangguan pada otak tersebut maka pasien akan
memiliki prognosis yang buruk.
6. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah klien tidak kotor,
saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare, konsistensi feses
lunak, bising usus klien 8 x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen
lembek. Tumor tidak menyerang di saluran pencernaan sehingga tidak ada gangguan
dalam sistem percernaan pasien.
7. Sistem endoktrin
Pada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton, dan
tidak ada luka ganggren. Hal ini terjadi karena tumor nasofaring tidak menyerang
kalenjar tiroid pasien sehingga tidak menganggu kerja sistem endoktrin.
8. Sistem urogenital
Balance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak ada perubahan pola
kemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia, inkontinensia, anunia), warna
BAK klien kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit
pinggang. Tumor nasofaring tidak sampai melebar sampai daerah urogenital sehingga
tidak mengganggu sistem tersebut.
9. Sistem integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit pucat, keadaan
kulit baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah pemasangan
infuse baik, tekstur kulit baik, kebersihan rambut bersih. Warna pucat yang terlihat pada
pasien menunjukkan adanya sumbatan yang ada di dalam tenggorokan sehingga pasien
terlihat pucat.
10. Sistem musculoskeletal
Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang, sendi
dan kulit serta tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada bentuk tulang sendi dan tidak
ada kelainan struktur tulang belakang, dan keadaan otot baik. Pada tumor ini tidak
menyerang otot rangka sehingga tidak ada kelainan yang mengganggu sistem
musculoskeletal.
e. Pemeriksaan penunjang
Hasil dari beberapa pemeriksaan diagnostik yang abnormal.
f. Penatalaksanaan
Pemberian terapi atau pengobatan untuk KNF,seperti radioterapi,kemoterapi serta obat-
obatan.
12.Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi berlebihan.
2. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan).
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
pemasukan nutrisi.
4. Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d misintepretasi informasi,
ketidak familiernya sumber informasi.
13. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
- Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
- Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
- Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta :
EGC;1999
- R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ;
1997
- Moorhead, Sue, et.al. Nursing Outcomes Classification (NOC).Fourth Edition. St. Louis
Missouri : Mosby Elsevier.