Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum keluarga berencana diakui sebagai program nasional, pionir dalah usaha
keluarga berencana adalah organisasi swasta, sedangkan peranan pemerintah melakukan
supervisi dan menyokong program tersebut selama program ini searah dengan program
dari pemerintah.Proses yang sama terjadi di Indonesia di mana Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) memulai program ini (tahun 1957). Dengan segala
usahanya, keluarga berencana ini berkembang secara luas dan akhirnya diakui sebagai
program nasional. Pada permulaan, pemerintah belum mengambil alih semua tanggung
jawabnya, karena itu dirasa perlu mendirikan suatu lembaga yang semi-pemerintah
(LKBN). Kemudian pemerintah mengakui keluarga berencana sebagai bagian integral
dari program pembangunan; berhasilnya program keluarga berencana hanya dapat dicapai
bila pemerintah mengambil alih semua tanggung jawabnya termasuk budgetnya. Karena
itu maka BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) didirikan di bawah
tanggung jawab Presiden Republik Indonesia pada 22 Januari 1970. BKKBN adalah
organisasi yang mempunyai otoritas penuh untuk merencanakan dan mengkoordinir
semua kegiatan baik dalam keluarga berencana maupun studies (masalah kependudukan)
umumnya. Badan-badan pemerintah maupun organisasi swasta yang menunjang kegiatan
ini harus dikoordinasi supaya tercapai hasil yang optimal. Umumnya pembangunan
nasional diarahkan untuk memecahkan persoalan-persoalan dengan latar belakang
ekonomi. Bila ekonomi tumbuh dengan kenaikan 5% sedangkan penduduk bertambah
2,8%, dapat diharapkan dalam jangka waktu lama pendapatan per capita akan bertambah
walaupun keluarga berencana tidak dilakukan. Berhasilnya perkembangan ekonomi
bersama-sama dengan penurunan pertumbuhan penduduk pasti akan membawa
kesejahteraan dan perbaikan kehidupan bangsa dengan lebih cepat. Sebaliknya bila
penduduk terus bertambah tanpa diawasi suatu kesengsaraan tidat dapat dihindarkan
(Sastrawinata, 1980).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan medis tentang keluarga berencana?
2. Bagaimana pandangan agama-agama tentang keluarga berencana?
3. Bagaimana pandangan hukum di Indonesia tentang keluarga berencana?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan medis tentang keluarga berencana?
2. Untuk mengetahui pandangan agama-agama tentang keluarga berencana?
3. Untuk mengetahui pandangan hukum di Indonesia tentang keluarga
berencana?

D. Narasumber
1. Islam
a) MUI Jawa Barat
Nama : Bpk. Drs. H. Ayat Dimyati, M.Ag
Jabatan : Wakil ketua
No Telepon : 081809141007
Alamat : Jalan L.l.RE. Martadinata No. 105 Bandung Wetan
b) PERSIS Pusat
Nama : Bpk. Dr. Nashrudin Syarif
No Telepon : 081220819805
Alamat : Jalan Perintis Kemerdekaan No. 02 Bandung
2. Kristen
a. Protestan
Nama : Bpk. Suyahman
No Telepon : 081333420046
Alamat : Jalan Gatot Subroto No. 15 Karangmekar Cimahi
b. Katolik (Gereja Katedral Bandung)
Nama : Bpk. Pst. Agus Sugiharto, OSC
Jabatan : Pastur
Alamat : Jalan Merdeka No. 14 Braga Bandung
3. Hindu
Nama : Bpk. I Ketut Nunas Arjana
Jabatan : Ketua Dewan Pengurus Pura AWLN
No Telepon : 08156007432
Alamat : Jalan Sriwijaya No. 11 Karangmekar Cimahi

2
4. Budha
Nama : Bpk. Asikin
No Telepon : 08383821193550
Alamat : Jalan Cibadak No 18/9A Astanaanyar Bandung
5. Konghucu (Klenteng Kong Miao)
Nama : Bpk. Tan Tjoeng Seng
No Telepon : 087727563709
Alamat : Jalan Cibadak Astanaanyar Bandung 40241

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Medis tentang Keluarga Berencana


1. Definisi Keluarga Berencana
Dalam pengertian sempitnya keluarga berencana dalam kehidupan
sehari-hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya
pembuahan atau mencegah pertemuan antara sel mani laki-laki dan sel telur
dari wanita sekitar persetubuhan (Sastrawinata, 1980).
Menurut H.S.M. Nasruddin Latief dalam (Sarea, 2015) KB adalah:
“Suatu ikhtiar atau usaha manusiawi yang disengaja untuk mengatur jarak
kehamilan di dalam keluarga secara tidak melawan hukum agama, undang-
undang negara dan moral Pancasila, kesejahteraan bangsa dan negara pada
umumnya”.
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa
cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan (Sari,
2011).

2. Tujuan dan Manfaat Keluarga Berencana


Program KB bertujuan untuk mengendalikan fertilitas yang
membutuhkan metode kontrasepsi agar meningkatakan kesehatan reproduksi
baik pria maupun wanita. Selain itu tujuan KB yaitu mengendalikan jumlah
penduduk. Pemerintah sangat mendukung program KB, diharapkan menjadi
pendorong pelayanan kesehatan reproduksi (Sastrawinata, 1980).
Manfaat keluarga berencana yaitu menurukan resiko terjangkitnya kanker
rahim dan kanker serviks, menurunkan angka kematian maternal serta
peningkatan IPM, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan anak, mencegah penularan penyakit
berbahaya, lebih menjamin tumbuh kembang bayi dan anak, dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarga, pendidikan anak lebih terjamin, dan
dapat menentukan kualitas sebuah keluarga.

4
3. Mengenal Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan
setelah adanya hubungan seksual antara pria dan wanita. Kontrasepsi
diperlukan dalam merencanakan, mengatur, dan menunda kehamilan. Seperti
yang diketahui, ‘4 terlalu’ yang diperkenalkan oleh BKKBN diantaranya
terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak jarak, terlalu dekat yang berisiko
terhadap kehamilan maupun kesehatan fisik serta sosial janin di kemudian
hari. Beberapa alat kontrasepsi juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya
penularan infeksi menular seksual (doktersehat, 2016)

4. Sejarah Kontrasepsi
Di era Mesir kuno, wanita memanfaatkan kotoran buaya atau testis
binatang sebagai pencegah kehamilan. Alat kontrasepsi yang jamak pada
zaman itu antara lain campuran kotoran buaya, juga madu. Mereka percaya
komposisi itu mengandung spermisida, zat kimia yang dapat membunuh
sperma. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seks. Tak kalah unik, di abad pertengahan Eropa, para wanita
mencoba mencegah kehamilan dengan mengikatkan testis berang-berang di
kaki mereka saat berhubungan seksual. Apakah "metode KB" tersebut
berhasil? Tidak. Ada juga usaha mencegah kehamilan dengan kontrasepsi
oral. Apa itu? Contohnya para wanita di Perancis pada tahun 1600-an yang
pernah gunakan jus bawang putih, diminum untuk mencegah kehamilan. Di
belahan dunia lainnya, wanita Kanada —pada masa yang sama—
menggunakan campuran testis berang-berang darat dan whisky. Dari semua
alat kontrasepsi zaman dahulu, salah satu yang paling berbahaya adalah yang
digunakan para wanita Yunani kuno. Mereka meminum air limbah pandai
besi yang mengandung timah. Padahal, timah bersifat racun bagi tubuh. Di
tahun 1800-an mulai dirintis penggunaan kondom. Awalnya wanita Eropa
memasukkan sejenis tudung jari logam ke vaginanya untuk menghambat
sperma yang masuk. Tetapi, selama ratusan tahun kemudian dipakailah
semacam kondom yang dibuat dari usus babi. Alat kontrasepsi lain yang

5
digunakan di Amerika tahun 1960-an ada pun minuman soda. Para wanita
menggunakan soda untuk membilas vagina mereka setelah hubungan seks
untuk menyingkirkan sperma. Padahal itu tidak ada gunanya (Putra, 2015).

5. Metode-metode Kontrasepsi
a. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
1) Ovulasi atau Sistem Kalender

Menurut Saifuddin ciri-ciri metode KB ini adalah ibu harus


belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung, dengan
metode ini akan efektif bila dipakai dengan tertib, serta tidak
memiliki efek samping apapun. Pasangan secara sukarela
menghindari senggama pada masa subur Ibu (ketika Ibu tersebut
dapat menjadi hamil), atau senggama pada masa subur untuk
mencapai kehamilan (Saifuddin, 2003). Artinya metode ini sama
sekali tidak menggunakan alat bantu apapun. Cara kera dari Metode
Lendir Serviks atau lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi
Billings/MOB atau metode dua hari mukosa serviks dan Metode
Simtomtermal adalah yang paling efektif. Cara yang kurang efektif
misalnya Sistem Kalender atau Pantang Berkala dan Metode Suhu
Basal yang sudah tidak diajarkan lagi oleh pengajar KBA. Hal ini
disebabkan oleh kegagalan yang cukup tinggi (>20%) dan waktu
pantang yang lebih lama. Lagi pula sudah ada cara lain yang lebih
efektif dan masa pantang lebih singkat. Di Indonesia dengan surat
BKKBN Pusat kepada BKKBN Provinsi dengan SK 6668/K.S.
002/E2/90, Tgl. 28 Desember 1990, Metode Ovulasi Billings (MOB)
sudah diterima sebagai salah satu Metode KB (Mandiri) (Saifuddin,
2003).

Mekanisme kerja untuk kontrasepsi ini yaitu dihindari senggama


pada masa subur yaitu fase siklus menstruasi di mana kemungkinan
terjadi konsepsi/kehamilan. Sedangkan mekanisme kerja untuk
konsepsi/kehamilan senggama dierncanakan ketika masa subur yaitu

6
dekat dengan pertengahan siklus (biasanya pada hari ke 10-15), atau
terdapat tanda-tanda adanya kesuburan, ketika kemungkinan besar
terjadinya konsepsi. Manfaat untuk kontrasepsi ini yaitu bisa
digunakan untuk Menghindari kehamilan, tidak ada risiko kesehatan
yang berkaitan dengan kontrasepsi, tidak memiliki efek samping
sistemik, dan murah. Selain itu, manfaat untuk nonkontrasepsi yaitu
meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana,
menambah pengetahuan suami dan istri tentang sistem reproduksi,
dan memungkinkan untuk meningkatkan hubungan yang baik antara
suami dan istri. (Saifuddin, 2003)

2) Senggama Terputus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional,
di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina
sebelum pria mencapai ejakulasi. (Saifuddin, 2003). Cara kerjanya
ialah merujuk kepada pengertian senggama terputus itu sendiri maka
cara kerjanya yaitu alat reproduksi pria (penis) dikeluarkan
sebelumm ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina
dan kehamilan pun dapat dicegah. Manfaat untuk kontrasepsi ini
yaitu efektik jika digunakan dengan benar, tidak mengganggu
produksi ASI, bisa digunakan sebagai metode pendukung KB
lainnya, tidak memiliki efek samping, bisa digunakan kapanpun,
serta tidak membutuhkan biaya. Selain itu, manfaat untuk
nonkontrasepsinya adalah meningkatkan keterlibatan suami dalam
program KB, serta memungkinkan hubungan yang lebih dekat dan
saling pengertian antara suami dan istri. (Saifuddin, 2003)

b. Metode Barier atau Alat


1) Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat


dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat

7
hubungan seksual (Saifuddin, 2003). Kondom tidak hanya mencegah
kehamilan, tetapi juga mencegah IMS (dipakai bersama kontrasepsi
lain) dan HIV/AIDS serta efektif bila dipakai dengan baik dan benar.
Cara kerja ini ialah kondom menghalangi terjadinya pertemuan
sperma dan sel telur dengan cara menahan sperma di ujung selubung
karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan. Selain itu, kondom yang bisa
mencegah penularan mikroorganisme yaitu khusus kondom yang
terbuat dari lateks dan vinil. Serta manfaat untuk kontrasepsi ini
yaitu efektif bila digunakan dengan benar, tidak mengganggu
produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien, tidak memiliki
efek samping sistemik, murah dan dapat dibeli secara umum, serta
tidak memerlukan resep dokter. Manfaat untuk nonkontrasepsi yaitu
dapat mencegah penularan IMS, membantu mencegah terjadinya
kanker serviks, dan mencegah ejakulasi dini. (Saifuddin, 2003)

2) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari


lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup servik. Cara kerjanya adalah
menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran
alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat
tempat spermisida. Manfaat untuk kontrasepsi ini yaitu efektif bila
digunakan dengan benar, tidak mengganggu produksi ASI, tidak
mengganggu hubungan seksual dan kesehatan klien, serta tidak
memiliki efek samping sistemik. Manfaat untuk nonkontrasepsinya
yaitu melindungi dari IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan
dengan spermisida serta jika digunakan pada saat haid untuk
menampung darah menstruasi. (Saifuddin, 2003)

3) Spermisida
Menurut Saifuddin, 2003 permisida adalah bahan kimia (biasanya
non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh

8
sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal,
suppositoria, atau dissolvable film, krim. Cara kerja spermisida
Menyebabkan sel membran plasma terpecah, memperlambat gerakan
sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Manfaat untuk kontrasepsi ini yaitu efektif seketika, tidak
mengganggu produksi ASI dan kesehatan klien, mudah digunakan,
tidak memiliki efek samping sistemik, serta tidak perlu resep dokter.
Manfaat untuk nonkontrasepsi yaitu untuk melindungi dari IMS
termasuk HBV dan HIV/AIDS.(Saifuddin, 2003)

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga


menimbulan reaksi benda asing dengan leukosit, makrofag, dan
limfosit. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan,
prostaglandin, yang menghalangi kapasitas spermatozoa untuk
masuk mendekati ovum. Pemadatan endometrium oleh leukosit,
makrofag, dam limfosit menyebabkan blastokis (bagian luar dinding
sel ovum untuk merekatkan diri pada dinding Rahim) mungkin
dirusak oleh makrofg dan blastosit tidak mampu melaksanakan
penempelan. Ion Ca yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper
menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi
kemampuan untuk melaksanakan pembuahan. Keuntungan dari
AKDR diantaranya dapat diterima masyarakat dengan baik,
pemasangan tidak memerlukan medis teknik yang sulit, kontrol
medis yang ringan, pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut
berlangsung baik. Dan keruguannya yaitu masih terjadi kehamilan
dengan AKDR in situ, terdapat perdarahan, menyebabkan keputihan,
sehingga menguras protein tubuh dan miss v terasa lebih basah,
dapat terjadi infeksi, tingkat akhir infeksi dapat menimbulkan
kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan sekunder, tali
AKDR dapat menimbulkan luka pada Rahim dan mengganggu
hubungan seksual. (Saifuddin, 2003)

9
c. Hormonal
Pada tahun 1987 ketika Beard menduga bahwa korpus luteum dapat
menghambat terjadinya ovulasi, Fellmer pada tahun 1912 mempelajari
pengaruh korpus luteum terhadap mamae dan uterus. Moore dan Price
mengetahui fungsi kelenjar hipofisis dan estrogen serta progesteron dapat
memberikan rangsangan balik. Corquedale, Thayer, dan Doisy antara
tahun1930 sampai 1936 memisahkan estrogen dan progesteron. Tahun
1956 laboratorium Syntex menemukan progesteron sintesis atau buatan
dengan nama Nerothisterone. Rock, Pincus dan Gracia mencoba
progesteron seabagai kontrasepsi oral dengan hasil yang memuaskan.
Pada perkembangan dan percobaan selanjutnya telah dibuat berbagai pil
KB bertujuam untuk meningkatkan efektivitas, mengurangi efek
samping, dan meminimalkan keluhan peserta KB. Mekanisme kerja
kontrasepsi hormonal ialah estrogen dan progesteron memberikan umpan
balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui
hopotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran
folicle stimulating hormone (FSH) sehingga perkembangan dan
kematangan folikle de graaf tidak terjadi, selain itu progresterone dapat
menghambat pengeluaran hormon luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat gelombang kontraksi tuba sehingga hasil konsepsi
mencapai uterus-endometrium yang belum siap untuk menerima
perekatan embrio pada dinding rahim.Rangsangan balik ke hipotalamus
dan hipofisis, sehingga pengeluaran LH tidak terjadi dan menghambat
ovulasi, dan fungsi komponen progesteron ialah mengubah endometrium
sehingga kapasitasi spermatozoa tidak berlangsung, mengentalkan lendir
serviks sehingga sulit ditembus spermatozoa, menghabat peristaltik tiba,
menyulitkan konsepsi, menghindari implantasi, melalui perubahan
struktur endometrium.
1) Kontrasepsi Hormonal Pil
Sebagian besar wanita dapat menerima tanpa kesulitan , dengan
durasi menstruasi normal serta durasi antara 4 sampai 6 hari. Banyak

10
wanita memilih metode hormonal sebagai kontrasepsi mereka karena
metode tersebut dapat diandalkan, dengan mudah mereka dapat
kembali subur (reversible), dan mereka tetap memegang kendali
(Everett, 2008). Disamping durasi 4 sampai 6 hari, masih terdapat
menstruasi wanita yang tergolong durasi menstruasi kurang dari 4
hari, memerlukan pil KB dengan efek estrogen tinggi dan wanita
dengan durasi menstruasi lebih dari 6 hari memerlukan pil KB
dengan efek estrogen yang rendah. Adapun sifat khas kontrasepsi
hormonal. Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung,
tegang, retensi air dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan
nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan
pengeluaran leukorea, menimbulkan perlunakan serviks dan
komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, jerawat, kulit
dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering
kram, miss v kering. Dalam memakai kontrasepsi hormonal pil tentu
ada keuntungan dan kekurangan tersediri. Keuntungan Memakai Pil
KB adalah dijamin berhasil 100% bila minum sesuai aturan, dapat
dipakai pengobatan beberapa masalah, pengobatan penyakit
endometriosis, dapat meningkatkan libido. Kerugian memakai pil
KB ialah harus minum secara teratur, dalam waktu panjang menekan
fungsi ovarium, penyulit ringan, mempengaruhi fungsi hati dan
ginjal. Macam – Macam Pil KB (Pabrik farmasi mengeluarkan pil
KB) diantaranya pil kombinasi, sejak semula telah terdapat
kombinasi komponen progesteron atau estrogen, pil sekuensial,
progresteron, hanya mengandung progresteron dipergunakan ibu
postpartum, KB darurat hormonal, digunakan setelah hubungan seks.

2) Suntikan KB

Peminat metode ini semakin bertambah karena dianggap aman,


sederhana, efektif tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai

11
pada pasca persalinan. Dua farmasi menemukan suntikan KB hampir
bersamaan. Menurut Upjhon company (1958), Depo provera yang
mengandung medroxyprogesteron acetat 150mgr, Cyclofem yang
mengandung medroxyprogesteron acetat 50 mgr dan komponen
estrogen. Menurut Schering AG (1957), Norigest 200 mgr yang
merupakan derivat testosteron. Mekanisme Kerja Suntikan KB yaitu
menghalang pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi ovulasi,
mengentalkan lendir serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa,
perubahan peristaltik tubafalopi, sehingga konsepsi dihambat,
mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk
impantasi hasil pembuahan benih. Keuntungan suntikan KB
diantaranya memberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu,
hubungan seks dengan suntikan KB bebas, pengawasan medis yang
ringan, dapat dipakai- diberikan pascapersalinan, pasca keguguran
atau pasca menstruasi, tidak menganggu pengeluaran laktasi dan
tumbuh kembang bayi, suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan
dan peserta KB akan mendapatkan mesntruasi. Kerugian suntikan
KB diantaranya perdarahan yang tidak menentu, terjadi amenorea(
tidak datang bulan) berkepanjangan, masih terjadi kemungkinan
hamil.

3) Susuk KB
Pemasangan norplant (susuk KB) sederhana berupa plastik
sebesar korek api yang fleksibel dan berisi hormon yang berfungsi
untuk mencegah kehamilan. Dengan pemakaian yang benar, maka
susuk KB dapat mencegah kehamilan dalam waktu 5 tahun.
Mekanisme kerja susuk KB yaitu setiap kampsul susuk KB
mengandung 36 mgr hormon Levonorgestrel yang akan dikeluarkan
setiap harinya 80 mcg. Keuntungan metode susuk KB yairy dipasang
selama 5 tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah
pedesaan, penyulit media tidak terlalu tinggi, biaya ringan. Kerugian
metode susuk KB ialah menimbulkan gangguan menstruasi, berat

12
badan bertambah, menimbulkan jerawat, ketegangan payudara, miss
v terasa kering.

d. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode kb yang paling
efektif, murah, aman dan mempunyai nilai demografi yang tinggi
(Manuaba, 1998). Kontrasepsi mantap sampai saat ini belum termasuk
dalam program gerakan kb nasional indonesia. Namun pelayanan ini
dapat diterima masyarakat dan makin lama makin besar jumlah
peminatnya dengan usia semakin muda. Walaupun tersedia teknik
penyambungan kembali sterilisasi baik bagi pria maupun wanita, teknik
ini tidak selalu dapat dikerjakan, harganya sangat mahal, dan angka
keberhasilannya sangat rendah, serta menghadapkan pasien ke risiko
bedah yang tidak perlu (Pendit, 2012). Ciri-ciri kontrasepsi mantap
adalah sifatnya relatif permanen, artinya untuk melakukan rekanalisasi
memerlukan waktu dan biaya, perlu dilakukan konseling yang mantap,
karena metode ini sifatnya permanen, sehingga membutuhkan pemikiran
yang mantap, dalam jangka waktu yang lama, dengan harga relatif
murah, aman, dan tanpa komplikasi.

B. Pandangan Agama-Agama tentang Keluarga Berencana


1. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi dalam Pandangan Agama Islam
a. Pandangan menurut MUI (Majelis Ulama Indonesia)
Menurut pandangan MUI bahwa keluarga berencana itu dibolehkan,
dalam firman Allah Q.S Luqman ayat 34 :

‫ح ا ِم ۖ َو َم ا‬ َ ‫اْل َ ْر‬
ْ ‫ث َو ي َ ع ْ ل َ م ُ َم ا ف ِ ي‬ َ ْ ‫ع ن ْ د َ ه ُ ِع ل ْ م ُ ال س َّا ع َ ةِ َو ي ُ ن َِز ُل ال ْ غ َ ي‬
ِ َ َّ‫إ ِ َّن َّللا‬
َ َّ‫ت ۚ إ ِ َّن َّللا‬ ٍ ‫س ب ِ أ َي ِ أ َ ْر‬
ُ ‫ض ت َ ُم و‬ ٌ ْ ‫ب غ َ د ًا ۖ َو َم ا ت َ د ِْر ي ن َ ف‬ ُ ‫س‬ ِ ْ‫س َم ا ذ َ ا ت َك‬ ٌ ْ ‫ت َ د ِْر ي ن َ ف‬
َ ٌ ‫عَ لِ ي م‬
‫خ ب ِ ي ٌر‬

Artinya :

13
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Orang yang mengetahui kondisi rahim itu termasuk ke dalam


perencanaan. Rencana ini dalam ayat tadi yaitu supaya berada dalam
perencanaan yang baik, dari segi pendidikannya, kualitas makan
minumnya, tempat tinggalnya. Keluarga berencana dibolehkan dengan
syarat tidak merusak anggota badan dan tidak dalam keadaan terpaksa,
antara suami dan istri satu sama lain saling rida. Selain itu, harus
berdasarkan pertimbangan dokter ahli, karena setiap dokter ahli
ilmunya diharapkan ilmu yang bermanfaat untuk manusia
berkehidupan dengan baik. Namun, perihal program pemerintah
mengenai keluarga berencana dengan 2 anak lebih baik bertentangan
dengan hukum Islam, karena belum tentu menjadi sebuah kebaikan.
Seperti di luar negeri dengan program 1 anak pada akhirnya justru
kekurangan tenaga kerja, karena usia produktifnya sudah berkurang
dan tidak adanya penerus. Keluarga berencana dilaksanakan jika
memang untuk kesejahteraan rakyat maka dibolehkan. Dalam hal ini,
pemerintah pun bermaksud untuk menyejahterakan rakyat agar
kebutuhan pendidikannya terhantarkan, kebutuhan ekonominya pun
terpenuhi. Tuntunan keluarga terdapat dalam Q.S Rum ayat 21.

‫ت ل ِ ق َ ْو ٍم ي َ ت َف َ ك َّ ُر ون‬ َ ِ‫َم َو د َّ ة ً َو َر ْح َم ة ً ۚ إ ِ َّن ف ِ ي ذ َٰ َ ل‬


ٍ ‫ك ََل ي َ ا‬

Artinya :

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

14
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Pintu awalnya yaitu Q.S An-Nisa ayat 1.

َ َ‫خ ل‬
‫ق ِم ن ْ هَ ا‬ ِ ‫ِم ْن ن َ ف ْ ٍس َو‬
َ ‫اح د َ ة ٍ َو‬ ‫اس ا ت َّ ق ُ وا َر ب َّ ك ُ م ُ ا ل َّ ِذ ي َخ ل َ ق َ ك ُ ْم‬
ُ َّ ‫ال ن‬ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا‬
ِ‫ۚ َو ا ت َّق ُ وا َّللاَّ َ ا ل َّ ِذ ي ت َس َ ا َء ل ُ و َن ب ِ ه‬ ‫اًل ك َ ث ِ ي ًر ا َو ن ِ س َ ا ًء‬ ً ‫ث ِم ن ْ ه ُ َم ا ِر َج‬ َّ َ ‫َو ب‬ ‫َز ْو َج هَ ا‬
‫اْل َ ْر َح امَ ۚ إ ِ َّن َّللاَّ َ كَا َن ع َ ل َ ي ْ ك ُ مْ َر ق ِ ي ب ًا‬
ْ ‫َو‬

Artinya :

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.”

b. Pandangan menurut PERSIS (Persatuan Islam)


Jika dilihat dari hadits, Nabi itu sangat berbangga dan berbahagia
kalau umatnya itu paling banyak, maka dari itu umat muslim
dianjurkan banyak anak banyak keturunan. Kemudian, yang kedua
tidak boleh setiap muslim takut banyak anak takut miskin. Tetapi yang
ketiga ada pertimbangan demografis, pertimbangan bahwa secara
ilmiah penduduk yang banyak itu ada mudharatnya. Mudharatnya itu
adalah kemiskinan, pembangunan sulit karena terbatas tempat. Maka,
kalaupun pemerintah mengadakan program KB itu dibenarkan hanya
jangan diwajibkan, jadi pertimbangannya hanya pertimbangan
mashlahat saja. Termasuk keluarga muslim pun diperbolehkan
melakukan KB karena ada hadits-hadits yang menunjukkan tentang
KB yang juga dilakukan di zaman Nabi yang disebut dengan ‘azal’
(senggama terputus) dan Nabi tidak melarang itu. Jadi kalaupun ada

15
kepala keluarga atau istrinya yang belum siap untuk mempunyai anak
lagi maka ketika itu dilakukan ‘azal’ ini menunjukkan bahwa
pembatasan anak dengan pertimbangan mashlahat dibolehkan.
Namun, hal ini jangan diwajibkan karena prinsip dasar Nabi ingin
umatnya itu banyak, serta banyak anak tidak akan menghalangi rezeki.
Di sisi lain ada juga KB yang tidak dibolehkan seperti kontrasepsi
permanen (contohnya : vasektomi, tubektomi) dan IUD karena
pemasangannya tidak sesuai syar’i, ada kemungkinan besar
membunuh maka diharamkan. Tetapi, jika kontrasepsi seperti pil yang
sebatas mengatur kelahiran bukan membunuh janin atau bakal janin
itu tidak apa-apa, dibolehkan. Dalam kedaruratan pun seperti seorang
ibu yang divonis jika melahirkan lagi bayinya pasti mati karena
mengalami keguguran maka diputuskan tubektomi, itu jadi halal jika
memang pertimbangannya mudharat.

2. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi dalam Pandangan Agama


Kristen
a. Pandangan menurut Protestan
Agama kristen protestan memandang kesejahteraan keluarga
diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman yang bersifat real
sesuai dengan kehendak Allah seperti ada aturan yang berisi bahwa
manusia harus beranak cucu, maka dari itu Agama Kristen Protestan
ini tidak melarang umatnya berKB.

b. Pandangan menurut Katolik

Katolik mengenal yang namanya KB alamiah, hanya KB alamiah


ini yang dianjurkan untuk pasangan yang ada di gereja Katolik ini. KB
alamiah ini merupakan jadwal sirkulasi menstruasi pada seorang
wanita. Menstruasi pada wanita itu sudah jelas bagaimana jadwalnya,
ada masa subur dan ada masa tidak subur. Jadi jadwal itulah yang
menjadi anjuran gereja katolik untuk setiap pasangan katolik. Dan
biasanya pasangan katolik memiliki kalender sirklus menstruasi.

16
Gereja Katolik ingin para pasangan katolik ini berjalan alamiah, tanpa
ada buatan apapun, jadi gereja Katolik sangat tidak menganjurkan
pasangan Katolik memasang atau menggunakan KB yang tidak
alamiah, seperti pil, IUD, suntik dan sebagainya. Tidak ada ayat
khusus pada kitab suci Katolik yang menjelaskan tentang KB ini,
tetapi aturan atau anjuran ini dibuat oleh paus Katolik. Gereja Katolik
ini memang sangat ketat tentang aturan-aturan hidup.

3. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi dalam Pandangan Agama Hindu


KB dalam agama Hindu itu disarankan. Jika melakukan KB pun tidak
berdosa asalkan direncanakan dan merupakan kesepakatan atau
musyawarah antara suami dan istri untuk merencanakan kelahiran. Salah
satu contohnya, jika suami istri berniat menunda kehamilan dan selama
penundaan itu menabung untuk kehidupan anaknya nanti maka itu
termasuk perencanaan yang baik.

4. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi dalam Pandangan Agama Budha


Masalah kependudukan dan Keluarga Berencana belum timbul ketika
Buddha Gotama masih hidup. Tetapi kita bisa menelaah ajaran-Nya yang
relevan dengan makna Keluarga Berencana. Kebahagiaan dalam keluarga adalah
adanya hidup harmonis antara suami dan isteri, dan antara orang tua
dengan anaknya. Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah berusaha
menimbulkan danmemperkembangkan kesejahteraan untuk anak-
anaknya. Jadinya, bila kitaperhatikan KB menurut agama budha harus
dilaksanakan, karena KB menimbul kankesejahteraan keluarga. KB
dibenarkan dalam agama Buddha. Dan umat Buddha hanya memilih cara
KB yang cocok untuk mereka masing-masing.

5. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi dalam Pandangan Agama


Konghucu
Memakai KB menurut Konguchu diperbolehkan, bahkan sangan
setuju. Kalau diperbolehkan dan prosedur dalam medisnya jelas, maka
Konguchu pun memperbolehkannya. Asal jangan digunakan pada

17
pasangan yang belum menikah. Hal ini dikarenakan demi kebaikan
kehidupan masa depan pasangan. Memakai suntik, IUD, obat atau
apapun diperbolehkan. Gunakan KB ini secara baik, jangan sampai
menyakiti sang ibu. Jika ditanya ayat apa yang memperbolehkan
memakai KB, para pemuka agama tidak bisa menjelaskan atau
mengemukakannya, Karena dalam kitab suci Konguchu lebih banyak
menjelaskan tentang peraturan pemerintahan. Tetapi memang ada yang
bisa dikaitkan, hanya saja lupa ayat berapa. Memakai KB dipergunakan
untuk mensejahterakan pasangan, dan untuk mengontrol jumlah anak.
jika berbicara program pemerintah tentang Keluarga Berencana 2 anak
lebih baik, Konguchu sangat mendukung bahkan menyarankan pasangan
Konguchu, karena pemerintah ingin mensejahterakan rakyatnya. Selama
program pemerintah itu positif dan dengan cara yang baik
melaksanakannya, Konguchu sangat menyetujuinya bahkan
menganjurkannya.

C. Pandangan Hukum di Indonesia tentang Keluarga Berencana

Landasan hukum mengenai kesehatan reproduksi dan KB di Indonesia


terdapat pada banyak peraturan perundang-undangan. Diantaranya adalah
undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan reproduksi dan KB,
yang mulai berlaku pada tanggal 13 oktober 2009. Keluarga berencana secara
khusus diatur dalam ketentuan pasal 78. Undang-undang nomor 36 inilah
yang menggantikan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Namun undang-undang keduanya tidak bertentangan sehingga undang-
undang nomor 23 tahun 1992 masih tetap berlaku sampai saat ini, sesuai
dengan ketentuan pasal 203 undang-undang nomor 36 tahun 2009 yang
berbunyi “Pada saat Undang undang ini berlaku semua peraturan pelaksanaan
Undang undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dinyatakan masih
tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang
Undang ini”.

18
Selain diatur oleh undang-undang nomor 36 tahun 2009, kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana juga diatur dalam legislasi dan regulasi
lain, yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) sebagai instansi non departemen yang mengatur tentang organisasi
dan tatakerja kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.

19
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Pandangan program keluarga berencana dan kontrasepsi menurut
berbagai agama memiliki tanggapan dan aturan (kitab) yang berbeda-beda.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan pedoman dan pegangan hidup yang harus
ditaati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terciptanya
tanggapan boleh atau tidaknya kontrasepsi beserta program keluarga
berencana dilaksanakan.

B. SARAN
Setelah membaca laporan mengenai pandangan agama-agama di
Indonesia terhadap tindakan medis kebidanan tentang keluarga berencana dan
kontrasepsi ini, diharapkan pembaca mendapatkan pengetahuan tambahan
dan dapat memahami isi materi laporan ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

doktersehat. (2016, mei 2). Retrieved November 07, 2017, from Pengertian dan
Keluarga Berencana (KB): http://doktersehat.com/pengertian-dan-tujuan-
keluarga-berencana-kb/

Arum, D. N. (2009). Panduan lengkap pelayanan KB terkini. Jogjakarta: Nuha


Offset.

Eva Diyah Pratiwi, S. S. (2015). Agama dengan keikutsertaan keluarga berencana


(KB) dan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada pasangan usia subur. jurnal
ners dan kebidanan indonesia, 2.

Everett, S. (2008). Buku saku kontrasepsi dan kesehatan seksual reproduktif.


Jakarta: EGC.

Lestari Handayani, d. (2012). Peningkatan informasi mengenai KB: hak kesehatan


reproduksi. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 290-291.

Manuaba, I. B. (1998). kontrasepsi mantap. In ilmu kebidanan, penyakit


kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan (p. 462).
Jakarta: EGC.

Musafaah. (2012). Keikutsertaan pria dalam program keluarga berencana. Jurnal


Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 7 No.4 ; 158-161.

Pendit, B. U. (2012). Ragam metode kontrasepsi. Jakarta: EGC.

Putra, k. S. (2015, desember 24). Kompas.com. Retrieved November 07, 2017,


from Seperti apa alat kontrasepsi dahulu kala?:
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/09/seperti-apa-alat-kontrasepsi-
dahulu-kala

Rahardja, M. B. (2011). Kualitas pelayanan keluarga berencana dan penggantian


kontrasepsi di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 6
No. 3 ; 140-144.

Rohim, S. (2016). Argumen program Keluarga Berencana (KB) dalam islam.


Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum, Vol. 1, No. 2 ; 147-170.

Saifuddin, A. B. (2003). Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo dan JNPKKR/POGI,
BKKBN, DEPKES, dan JHPIEGO/STARH PROGRAM.

Sarea, S. (2015). pengertian keluarga berencana menurut para ahli. Retrieved


November 07, 2017, from wawasan pendidikan: http://www.wawasan

21
pendidikan.com/2015/12/pengertian-keluarga-berencana-menurut-
pendapat-ahli.html

Sari, Y. (2011). Posyandu kota bogor. Retrieved November 14, 2017, from
Pengertian KB: http://posyandu.org/pengertian-kb.html

Sastrawinata, R. (1980). teknik keluarga berencana. Bandung: Elstar Offset.

Suharmiati, H. L. (2013). Kajian Undang-Undang no. 36 tahun 2009. Buletin


Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 16, No. 3; 253-254.

22

Anda mungkin juga menyukai