Modul Konduksi
Kelompok 7
Nama Anggota:
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari suatu
tempat ke tempat yang lain, secara alami kalor berpindah dari benda yang bersuhu
tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Seiring berjalannya waktu, kalor dianggap
sebagai suatu bentuk energi yang berkaitan erat dengan suhu. Kalor dapat berpindah
melalui tiga cara yaitu, konduksi, konveksi dan radiasi.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada praktikum UOP ini, perpindahan kalor yang dibahas adalah secara
konduksi. Perpindahan kalor konduksi merupakan suatu proses perpindahan kalor
secara spontan tanpa disertai perpindahan partikel medium karena adanya
perbedaan suhu. Hal ini disebabkan oleh partikel-partikel pada bagian yang
dipanaskan akan bergetar lebih cepat karena suhunya naik dan berinteraksi dengan
partikel lain di sebelahnya. Partikel dengan energi kinetik yang lebih besar
memberikan energinya kepada partikel disebelahnya melalui tumbukan.
Perpindahan kalor tersebut akan berlngsung terus hingga mencapai kondisi
setimbang, yaitu kondisi dimana tidak terdapat gradien temperatur pada sistem.
Besar laju perpindahan kalor konduksi per satuan luas sebanding dengan
q T
gradien suhu normal ( ) dengan terdapat konstanta sehingga hubungannya
A X
menjadi:
𝜕𝑇
𝑞 = −𝑘𝐴 𝜕𝑥 (1)
𝜕𝑇
dengan q adalah laju perpindahan energi, adalah gradien suhu searah
𝜕𝑥
perpindahan energi, A adalah luas bidang tegak lurus arah perpindahan energi, dan
k adalah konduktivitas termal. Tanda negatif diperlukan supaya untuk memenuhi
pernyataan dimana kalor mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah. Persamaan (1)
dikenal dengan Hukum Fourier.
2
2.2 Konduktivitas Termal
Suatu sistem dikatakan berada pada keadaan tunak jika suhunya tidak berubah
menurut fungsi waktu. Sehingga, persamaan (1) hukum Fourier dapat diselesaikan
dengan mengintegralkan masing-masing ruasnya. Jika sebuah benda padat tiba-tiba
mengalami perubahan lingkungan, maka diperlukan beberapa waktu sebelum suhu
benda itu berada kembali pada keadaan seimbang. Keadaan seimbang ini disebut
dengan kondisi tunak. Keadaan tunak ini sendiri dibagi menjadi dua, yaitu konduksi
tunak satu dimensi dan dua dimensi. Dalam praktikum ini dibahas perpindahan
kalor kondisi tunak 1 dimensi. Beberapa persamaan laju alir kalor untuk konduksi
tunak satu dimensi tanpa pembangkir kalor diberikan pada Tabel 1.
Tabel 2.1. Laju Alir Kalor Pada Berbagai Bentuk
Bentuk Gambar Laju Alir Kalor
Dinding Datar (T2 − T1 )
q = −kA
x
Dinding Datar T1 − T4
q=
Berlapis x A x x
+ B + C
kAA kB A kC A
Silinder 2𝜋𝑘𝐿(𝑇𝑖 − 𝑇𝑜 )
𝑞= 𝑟
ln ( 𝑜 )
𝑟𝑖
3
2.4 Tahanan Kontak Termal
Saat dua batangan padat bersentuhan (Gambar 1a), maka energi akan
mengalir dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah. Profil suhu yang
terjadi ditunjukkan pada Gambar 1b. Pada profil suhu, dapat terlihat penurunan
suhu secara tiba-tiba pada bidang kontak antara kedua batang yang disebabkan
karena adanya tahanan kontak termal.
(a)
(b)
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
3.1.1 Unit 1
Percobaan 3 (Q = 1,1
UNIT 1 (v = 1,1 ml/s)
Percobaan 2 (Q = 5,2 ml/s) ml/s)
Node
T air T air T logam
T logam (℃)
(℃) T air (℃) T logam (℃) (℃) (℃)
1 29.8 152 32 167 28.2 144
2 30.3 98 32 107 28.2 88
3 30.4 95 32 103 28.3 81
4 30.5 93 32 101 28.4 75
5 30.6 91 32 99 28.5 69
6 30.7 78 32 84 28.5 59
7 30.8 66 32 71 28.6 53
8 30.8 54 31.9 60 28.6 49
9 30.9 45 31.9 50 28.8 45
10 30.9 error 31.8 error 29.5 error
5
𝑣
𝑣̇ = → 𝑚̇ = 𝑣̇ 𝜌
𝑡
Nilai𝑣̇ pada Unit 1 percobaan 1:
𝑣̇1 = 1.75𝑚𝑙/𝑠
𝑚𝑙
𝑣̇ 2 = 5.2
𝑠
𝑣̇ 3 = 1.1𝑚𝑙/𝑠
𝑚𝑙 𝑔𝑟𝑎𝑚 2.683𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚̇ = (2.683 ) (1 )= = 0,002683𝑘𝑔/𝑠
𝑠 𝑚𝑙 𝑠
𝑚𝑙 𝑔𝑟𝑎𝑚 2.47𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚̇ = (2.47 ) (1 )= = 0,00247𝑘𝑔/𝑠
𝑠 𝑚𝑙 𝑠
3.1.2 Unit 2
6
Laju alir air = 11,567𝑥10−6 𝑚3 /𝑠
Laju Alir
RUN (ml/s)
1 4,4
2 4,4
−6 3
Laju alir air = 4,4𝑥10 𝑚 /𝑠
Variasi Suhu
620 °C 700 °C
Node
T1 Logam T1 Air T2 Logam T2 Air
(°C) (°C) (°C) (°C)
1 144 28,2 157 29,7
2 88 28,2 95 29,9
3 81 28,3 87 30,1
4 75 28,4 80 30,2
5 69 28,5 74 30,3
6 59 28,5 62 30,3
7 53 28,6 56 30,3
8 49 28,6 50 30,3
9 45 28,8 44 30,3
10 error 29,5 error 30,3
7
• Unit 2 (Variasi Laju Alir)
𝑚̇ = 𝑣̇ . 𝜌
𝑚̇ = 𝑣̇ . 𝜌
𝑚̇ = 4,4𝑥10−3 𝑘𝑔/𝑠
3.1.3 Unit 3
𝑚̇ = 𝑣̇ . 𝜌
3.2 Analisis
8
dipanaskan hingga suhu yang diinginkan. Unit terintegrasi dengan saklar yang
digunakan untuk memilih node yang hendak dilihat suhunya. Aliran air keluaran
melalui selang dihitung volumenya untuk per satuan waktu menggunakan gelas
ukur untuk mendapatkan nilai debit air. Sedangkan untuk suhu air keluaran dari tiap
node diukur dengan thermocouple.
3.2.2.1 Unit 1
9
3.2.2.2 Unit 2
3.2.2.3 Unit 3
Pada percobaan unit tiga, node dipasang secara vertical dengan jari jari yang
semakin besar seiring dengan pertambahan tinggi, sehingga node yang paling jauh
dari heater memiliki jari – jari yang paling besar. Hal ini ditujukkan untuk melihat
faktor manakah yang lebih dominan dalam perhitungan koefisien perpindahan
10
panas konduksi. Pada percobaan ini, saat luas permukaan lebih besar, node akan
mempunyai delta temperature yang lebih kecil. Mekanisme perhitungan untuk
percobaan ini akan sama dengan percobaan dua, yang membedakan adalah tidak
adanya nilai konduktivitas gabungan dan nilai luas permukaan kontak yang
berbeda-beda.
3.2.3.1 Unit 1
Pada unit 1, data yang diambil yaitu laju volumetrik air keluar (ml/s), suhu
aliran air keluar (oC), dan suhu logam (oC). Terdapat tiga variasi laju volumetrik air
pada unit 1 variasi laju alir yaitu sebesar 1.75 ml/s, 5.2 ml/s, dan 1.1 ml/s dan pada
variasi suhu heater yaitu sebesar 1.1 ml/s, 5.2 ml/s, dan 1.1 ml/s sehingga
didapatkan laju volumetrik rata-rata air keluar sebesar 2.683 ml/s untuk percobaan
1 dan 2.47 ml/s untuk percobaan 2. Besar laju alir massa air yaitu 0.002683 kg/s
dan 0.00247 kg/s.
Berdasarkan plot grafik profil Tavg air terhadap posisi node, didapatkan garis
dengan kecendrungan gradien negative untuk kedua percobaan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa suhu air keluar alat konduksi mengalami penurunan yang
konstan pada setiap posisi node. Namun, pada plot grafik profil Tavg node terhadap
posisi node menunjukkan hal yang berbeda yaitu suhu logam menjadi semakin
menurun seiring dengan bertambahnya jarak node. Hal tersebut disebabkan karena
adanya tahanan kontak termal (hc) pada node 2 ke 3 dan pada node 6 ke 7.
11
Selanjutnya, praktikan menghitung nilai koefisien kontak termal (hc) untuk
percobaan unit 1 dengan nilai Ac = Av = 0.5A dan fluida yang terperangkap pada
dua sambungan logam adalah udara dengan nilai kf = 1. Dari hasil perhitungan
didapatkan nilai koefisien tahanan kontak termal (hc) lead-tembaga sebesar
7022086.425 m2.oC/W dan tembaga-berilium sebesar 47834948.79 m2.oC/W untuk
percobaan dengan variasi laju alir sedangkan nilai koefisien tahanan kontak termal
(hc) untuk percobaan dengan variasi suhu heater didapat untuk Stainless Steel–
Tembaga sebesar 4203329.623 m2.oC/W dan untuk Tembaga–Molybdenum
sebesar 61853265.84 m2.oC/W. Berdasarkan literatur, nilai koefisien kontak termal
(hc) lead-tembaga sebesar 6622565.865 m2.oC/W, tembaga-berilium sebesar
26788851.91 m2.oC/W, Stainless Steel-Tembaga sebesar 10724363.64 m2.oC/W,
dan tembaga molybdenum sebesar 17746213.64 m2.oC/W. Nilai koefisien tahanan
kontak termal lead-tembaga lebih besar dari pada tembaga-berilium, sehingga hasil
yang didapatkan pada percobaan sudah sesuai dengan literatur.
Kemudian praktikan memplot grafik nilai k terhadap Tavg yang mana dari
grafik tersebut diperoleh 2 garis berbeda yang menunjukkan hasil plot node 3-6
(lead-tembaga) dan node 7-9 (tembaga-berilium). Grafik tersebut menunjukkan
perubahan harga k terhadap suhu yang ditunjukkan dari persamaan 𝑘 = 𝑘0 𝛽𝑇 +
𝑘0 . Untuk percobaan variasi laju alir pada node 3-6, didapatkan persamaan linear
𝑦 = −336.85𝑥 + 3415.6, sedangkan untuk node 7-9 didapatkan persamaan linear
𝑦 = −134.99𝑥 + 1890.9. Dari persamaan linear tersebut, didapatkan nilai 𝑘0 =
3415.6 dan 𝛽 = −0.0986 untuk node 3-6, 𝑘0 = 1890.9 dan 𝛽 = −0.07139 untuk
node 7-9. Nilai negatif pada 𝛽 menunjukkan adanya penurunan kualitas logam yang
mungkin disebabkan oleh korosi. Untuk percobaan variasi suhu heater pada node
3-6, didapatkan persamaan linear 𝑦 = −58.625 + 939.64, sedangkan untuk node
7-9 didapatkan persamaan linear 𝑦 = −44.533 + 599.66. Dari persamaan linear
tersebut, didapatkan nilai 𝑘0 = 939.64 dan 𝛽 = −0.0623 untuk node 3-6, 𝑘0 =
599.66 dan 𝛽 = −0.0742 untuk node 7-9. Nilai negatif pada 𝛽 menunjukkan
adanya penurunan kualitas logam yang mungkin disebabkan oleh korosi.
3.2.3.2 Unit 2
Pada pengolahan data percobaan unit 2, diawali dengan mencari nilai laju
alir air dengan cara membagi volume air keluaran setiap node pada unit 2 dengan
waktunya. Untuk percobaan ini didapatkan dua nilai laju alir percobaan berdasarkan
variasinya yaitu variasi laju alir dan variasi suhu heater. Setelah mendapatkan kedua
laju alir percobaan, kita dapat menghitung laju alir massa dengan mengalikan laju
alir dengan densitas air. Didapatkan laju alir massa untuk variasi laju alir adalah
11,567𝑥10−6 𝑚3 /𝑠 dan untuk variasi suhu heater adalah 4,4𝑥10−6 𝑚3 /𝑠.
12
Konduktivitas termal (k) dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan
bahan untuk menghantarkan panas. Konduktivitas termal berubah dengan suhu,
tetapi dalam banyak soal perekayasaan perubahannya cukup kecil untuk diabaikan.
Nilai angka konduktivitas termal menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir
dalam bahan tertentu. Makin cepat molekul bergerak, makin cepat pula ia
mengangkut energi. Jadi konduktivitas termal bergantung pada suhu. Pada
pengukuran konduktivitas termal mekanisme perpindahannya dengan cara
konduksi. Nilai k dapat diperoleh dengan melakukan perhitungan menggunakan
Asas Black dimana kalor yang diterima air untuk menaikkan suhunya dianggap
sama dengan kalor dilepas logam yang terjadi akibat dari adanya perbedaan suhu
kontak antar dua permukaan (yakni air dan logam).
Q𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = Q𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
kAdT𝑎𝑣𝑔
= 𝑚̇C𝑝𝑎𝑖𝑟 ∆Tair
∆x
13
m2oC/W. Berdasarkan literatur, nilai koefisien kontak termal (hc) baja-alumunium
sebesar 10724363,64 m2oC/W dan alumunium-magnesium sebesar 17746213,64
m2oC/W. Nilai hc yang didapat berbeda dengan nilai hc literatur, namun nilai
koefisien kontak termal alumunium-magnesium lebih besar daripada baja-
alumunium dimana hal ini sesuai dengan literatur.
100
T (°C )
50
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
L (m)
150
T (°C )
100
50
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
T Average Logam L (m) T Average Air
Berdasarkan plot grafik profil Tavg node terhadap posisi node, didapatkan
garis dengan kecendrungan gradien negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa suhu
14
logam semakin menurun seiring dengan bertambahnya jarak node.Hal tersebut
disebabkan karena adanya tahanan kontak termal (hc) sesuai dengan teori yang
telah dibahas. Namun, pada plot grafik profil Tavg air terhadap posisi node
menunjukkan hal yang berbeda yaitu suhu air mengalami peningkatan walaupun
tidak signifikan seiring dengan bertambahnya jarak node. Hasil perhitungan dan
grafik untuk kedua variasi yaitu variasi laju alir dan suhu heater menunjukan hal
yang serupa.
Setelah itu praktikan memplot grafik nilai k terhadap Tnode avg terhadap nilai k
1000
Grafik T Node Avg Terhadap k (Laju Alir)
800
k (W/m°C )
600
y = -82,478x + 4521,8
400
y = 15,296x - 544,69
200
0
0 20 40 60 80
T Node (°C ) Alumunium
Magnesium
200
y = -26,527x + 1562,6
150
100 y = 5,0752x - 183,21
50
0
0 20 40 60 80 100
T Node (°C ) Alumunium
Magnesium
15
logam sehingga terdapat fluida yang terperangkap di dalam ruangan yang kosong
antara kedua logam sehingga penghantaran panas antar logam terdapat gangguan.
3.2.3.3 Unit 3
Pertama-tama, kita mencari besar debit air yang kita tentukan dengan cara
menghitung volume pada unit 3 selama 10 detik. Kemudian, untuk mencari nilai
debitnya, volume yang ditemukan dibagi dengan waktunya sehingga mendapatkan
nilai debit air yang ditentukan. Pada percobaan yang dilakukan, kita melakukan 2
percobaan secara general, yaitu mencari konduktivitas thermal dengan perbedaan
debit air dan mencari konduktivitas thermal dengan perbedaan suhu heater.
𝑟𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑑𝑟 =
𝑑𝑥
Pengurangan dr pada setiap radius node, terhitung mulai node ke 10 akan memberi
nilai radius baru pada node – node selanjutnya hingga node yang pertama, dan akan
menghasilkan luas permukaan kontak masing – masing node.
Hal ini didasarkan oleh persamaan fluks kalor hukum Fourier pada setiap node yang
disamakan dengan kalor yang diterima oleh air pendingin. Laju alir massa
didapatkan dari pengukuran debit air selama 10 s pada pipa keluaran air unit 3, Cp
air dapat dicari di literature, yaitu 4.2 J/gram, Delta T air didapat dari temperature
cooling water saat keluar dan saat masuk. Luas permukaan didapat dari
perhitungan, dx merupakan jarak antar node, dan Delta T node merupakan
perubahan temperature antara dua node yang berdekatan.
16
yang dipengaruhi besar debit air) dan 227.8613888 W/m2.oC dengan kesalahan
relative sebesar 40.815% . Hal ini dapat terjadi karena simplifikasi perhitungan luas
permukaan kontak dengan mengasumsikan bahwa sistem merupakan lingkaran.
Padahal, sistem yang sebenarnya tidak berbentuk lingkaran.
Kemudian untuk hasil pengaruh besar debit air terhadap koefisien perpindahan
panas konduksi diperoleh hasil berikut :
𝑐 = 𝑘0 = 𝟓𝟖𝟕. 𝟓𝟔
𝑚 = 𝑘0 . 𝛽 = −𝟔. 𝟗𝟒𝟐
𝑚 −6.942
𝛽= = = −𝟎. 𝟎𝟏𝟏𝟖𝟏
𝑘0 587.56
Kemudian untuk hasil pengaruh suhu air terhadap koefisien perpindahan panas
konduksi diperoleh hasil berikut :
𝑐 = 𝑘0 = −𝟓𝟐. 𝟕𝟏𝟏
𝑚 = 𝑘0 . 𝛽 = 5.6188
𝑚 2.2361
𝛽= = = −𝟎. 𝟏𝟎𝟔𝟓𝟗
𝑘0 188.27
Grafik literatur senada dengan nilai β yang didapat, yaitu penurunan yang
sangat kecil bahkan terlihat konstan apabila ditinjau pada rentang suhu yang tinggi.
17
Nilai β pada percobaan yang seharga -0.01181 sangat sesuai dengan tren yang
diberikan pada grafik di atas.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
• Meningkatkan kualitas isolasi tiap heater agar dapat lebih baik menjaga
perpindahan panas antar objek percobaan.
• Memperbaiki pendeteksi suhu untuk node tertentu agar data yang didapat
lengkap.
• Melakukan perbaikan objek logam-logam yang digunakan agar dapat dalam
kondisi yang baik untuk penghantaran kalor.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
Pengolahan Data
1. Unit 1
∆𝑇𝑎𝑣𝑔
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑘𝐴
∆𝑥
̇
𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 = 𝑚 × 𝑐𝑝 × ∆𝑇𝑎𝑖𝑟
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
∆𝑇𝑎𝑣𝑔
𝑘𝐴 = 𝑚 ̇ × 𝑐𝑝 × ∆𝑇𝑎𝑖𝑟
∆𝑥
𝑚. 𝐶𝑝. ∆𝑇𝑎𝑖𝑟
𝑘= ∆𝑇𝑙𝑜𝑔𝑎𝑚
𝐴 ∆𝑥
∆𝑇𝑎𝑖𝑟 = 𝑇𝑎𝑖𝑟𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 − 25℃
Diketahui:
Q= 2.68E-06 m3/s
ρ= 1000 kg/m3
ṁ= 2.68E-03 kg/s
Cp air = 4200 J/kg.oC
A= 0.00079 m2
Node dx T air in T air out dT1 dT2 (°C) dT3 (°C) dT avg k (W/m°C)
(°C) (°C) (°C) (°C)
1-2 0.025 25 29.950 46 53 54 49.500 35.665
3-4 0.045 25 30.083 2 2 2 2.000 1631.653
4-5 0.045 25 30.017 1 3 2 2.000 1610.255
5-6 0.045 25 30.067 11 13 13 12.000 271.051
7-8 0.027 25 30.317 8 11 12 9.500 215.564
8-9 0.045 25 30.383 8 10 9 9.000 383.988
21
Didapat nilai k dan jenis bahan penyusun pada unit 1:
k1 = 35.565 W/moC (Bahan Lead)
k2 = 1170.986 W/moC (Bahan Tembaga)
k3 = 299.776 W/moC (Bahan Berilium)
Tabel 2. Perhitungan Konduktivitas Termal (k) unit 1 variasi suhu heater
T air in dT2 k
Node dx (°C) T air out (°C) dT1 (°C) (°C) dT avg (°C) (W/m°C)
1-2 0.025 25 31.025 54 60 57.000 15.454
3-4 0.045 25 31.225 2 2 2.000 819.100
4-5 0.045 25 31.275 2 2 2.000 825.679
5-6 0.045 25 31.325 13 15 14.000 118.894
7-8 0.027 25 31.375 12 11 11.500 87.531
8-9 0.045 25 31.375 9 10 9.500 176.597
k k avg
Node Bahan
(W/m°C) (W/m°C)
Stainles
1-2 15.454
Steel 15.454
3-4 819.100
4-5 Tembaga 825.679 587.891
5-6 118.894
7-8 87.531
Molybdenum 132.064
8-9 176.597
Didapat nilai k dan jenis bahan penyusun pada unit 1 variasi suhu heater:
k1 = 15.454 W/moC (Bahan Stainless Steel)
k2 = 587.891 W/moC (Bahan Tembaga)
k3 = 132.064 W/moC (Bahan Molybdenum)
Kesalahan Relatif
𝑘𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
%𝐾𝑅 = | | × 100%
𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
Nilai konduktivitas termal literatur (W/m oC)
k lead = 35.5
k tembaga = 401
k berilium = 200
22
Tabel 3. Perhitungan Kesalahan Relatif Untuk Setiap Material Pada
Percobaan Unit 1 Variasi Laju Alir
Node Bahan k k avg k literature %KR
(W/m°C) (W/m°C)
1-2 Lead 35.665 35.665 35.5 0.464%
3-4 Tembaga 1631.653 1170.986 401 192.017%
4-5 1610.255
5-6 271.051
7-8 Berilium 215.564 299.776 200 49.888%
8-9 383.988
23
Membuat Grafik Profil Tavg node terhadap L (posisi node) dan grafik Tavg air
terhadap L (posisi node)
80,000
60,000
40,000
20,000
0,000
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
80,000
60,000
40,000
20,000
0,000
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
1 𝐴𝐶 2𝑘𝐴 𝑘𝐵 𝐴𝑣
ℎ𝑐 = ( × + ( × 𝑘𝑓 ))
𝐿𝑔 𝐴 𝑘𝐴 + 𝑘𝐵 𝐴
Diketahui:
• Lg = Panjang ruang kosong logam A-B (Lg = 5µm)
24
• Kf = konduktivitas fluida ruang kosong (Kf udara = 1)
• A = Luas Penampang batang total = 0,00079
• Ac = Luas penampang batang yang berkontak = 0,5A
• Av = Luas penampang batang yang tidak berkontak = 0,5A
25
Tabel 6. Perhitungan Nilai Q Pada Unit 1 Variasi Suhu Heater
Q bahan
Bahan Q air (J) Q loss (J)
(J)
Stainless Steel 27.8355 27.19812 -0.63738
Tembaga 28.9905 42.238667 13.24817
Molybdenum 29.4525 31.7975 2.345
Menghitung ko dan ꞵ
𝑘 = 𝑘0 𝛽𝑇 + 𝑘0
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎
Untuk variasi laju alir:
y = -336,85x + 3415,6
1000,000
800,000
600,000
400,000
200,000 y = -134,99x + 1890,9
0,000
0,000 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000
Axis Title
Node 7-9 Node 3-6 Linear (Node 7-9) Linear (Node 3-6)
Node 3-6:
𝑦 = −336.85𝑥 + 3415.6
𝑘0 = 3415.6𝑊/𝑚. ℃
−336.85
𝛽= = −0.0986
3415.6
Node 7-9:
𝑦 = −134.99𝑥 + 1890.9
𝑘0 = 1890.9𝑊/𝑚. ℃
26
−134.99
𝛽= = −0.07139
1890.9
Untuk variasi suhu heater:
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000 y = -44,533x + 599,66
0,000
0,000 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000
Axis Title
Node 7-9 Node 3-6 Linear (Node 7-9) Linear (Node 3-6)
Node 7-9:
𝑦 = −44.533 + 599.66
𝑘0 = 599.66𝑊/𝑚. ℃
−44.533
𝛽= = −0.0742
599.66
27
2. Unit 2
kAdT𝑎𝑣𝑔
Q𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 =
∆x
Q𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = Q𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
kAdT𝑎𝑣𝑔
= 𝑚̇C𝑝𝑎𝑖𝑟 ∆Tair
∆x
Dengan:
dT avg = Selisih suhu pada tiap node
∆Tair = Selisih suhu air dengan suhu air steady condition
Cp air = Konstanta perpindahan panas (4200 J/kg°C)
A = Luas permukaan logam (0,00079 m2)
dx = Jarak antar node
Tabel 7. Suhu rata-rata air dan logam di Unit 2 (Variasi Laju Alir)
28
9 29,400 42,333
10 29,767 #VALUE!
dT2
T air dT1 Log dT3 dT avg dT k
Node dx
Steady T Air Logam am Logam Logam Air (W/m°
(°C ) (°C ) (°C ) (°C ) (°C ) (°C ) (°C ) C)
0,0 29,13
1-2 25 28 3 52 56 56 54,667 1,133 31,873
0,0 29,26 553,45
3-4 45 28 7 6 7 6 6,333 1,267 9
0,0 29,26 618,57
4-5 45 28 7 6 5 6 5,667 1,267 2
0,0 29,28 355,13
5-6 45 28 3 9 11 10 10,000 1,283 6
0,0 29,35 480,32
7-8 27 28 0 5 5 4 4,667 1,350 3
0,0 29,33 851,47
8-9 45 28 3 4 5 4 4,333 1,333 5
0,0 29,58
9 - 10 45 28 3 error error error error 1,583 error
Tabel 9. Nilai k rata-rata untuk tiap bahan di Unit 2 (Variasi laju alir)
k Average
Node Bahan k (W/m°C) (W/m°C)
1-2 Baja 31,873 31,873
3-4 553,459
Alumunium 509,056
4-5 618,572
29
5-6 355,136
7-8 480,323
8-9 Magnesium 851,475 665,899
Tabel 10. Suhu Rata-Rata Air Dan Logam Di Unit 2 (Variasi Suhu Heater)
Tabel 11. Nilai k dari sambungan node di Unit 2 (Variasi suhu heater)
30
29,4
5-6 0,045 28 00 10 12 11,000 1,400 133,975
29,4
7-8 0,027 28 50 4 6 5,000 1,450 183,163
29,5
8-9 0,045 28 00 4 6 5,000 1,500 315,797
29,7
9 - 10 0,045 28 25 error error error 1,725 error
k Average
Node Bahan k (W/m°C) (W/m°C)
1-2 Baja 9,912 9,912
3-4 202,434
4-5 Alumunium 236,848 191,086
5-6 133,975
7-8 183,163
8-9 Magnesium 315,797 249,480
|𝑘𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 |
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛𝑙𝑖𝑡 = × 100%
𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
31
• Unit 2 (Variasi Laju Alir)
k Avg
k k Literatur
Node Bahan % KR
(W/m°C) (W/m°C)
(W/m°C)
1-2 Baja 31,873 31,873 72 55,732
3-4 553,459
4-5 Alumunium 618,572 509,056 202 152,008
5-6 355,136
7-8 480,323
Magnesium 665,899 158,24 320,816
8-9 851,475
k k Avg k Literatur
Node Bahan % KR
(W/m°C) (W/m°C) (W/m°C)
1-2 Baja 9,912 9,912 72 86,233
3-4 202,434
4-5 Alumunium 236,848 191,086 202 5,403
5-6 133,975
7-8 183,163
8-9 Magnesium 315,797 249,480 158,24 57,659
32
Membuat Grafik Profil Suhu Logam Node dan Suhu Air Terhadap L Posisi
Node
Tabel 15. Profil Suhu Logam Node dan Suhu Air Terhadap L
140
120
100
T (°C )
80
60
40
20
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
L (m)
T Average Logam T Average Air
33
• Unit 2 (Variasi Laju Alir)
Tabel 16. Profil Suhu Logam Node dan Suhu Air Terhadap L
80
60
40
20
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
L (m)
T Average Logam T Average Air
34
Menghitung Nilai Koefisien Kontak Thermal (hc)
1 𝐴𝑐 2𝑘𝐴 𝑘𝐵 𝐴𝑣
ℎ𝑐(𝑚2 ℃/𝑊) = ( × + 𝑘
𝐿𝑔 𝐴 (𝑘𝐴 + 𝑘𝐵 ) 𝐴 𝑓
Dengan:
Kontak Antar
Bahan Hc Percobaan Hc Literatur % KR
Baja - Al 6098926,996 10724363,64 43,13017349
Al - Mg 57800904,34 17746213,64 225,7083765
Kontak Antar
Bahan Hc Percobaan Hc Literatur % KR
Baja - Al 1984646,441 10724363,64 81,49404004
Al - Mg 21741293,69 17746213,64 22,51229549
35
Menghitung Qair, Qbahan, dan Qloss
Untuk menghitung nilai Qair, Qbahan, dan Qloss dapat digunakan persamaan
dibawah ini,
𝑘𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 × 𝐴 × 𝑑𝑇𝑎𝑣𝑔
𝑄𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 =
𝑑𝑥
𝑐𝑝𝑎𝑖𝑟 = 4200𝐽/(𝑘𝑔. ℃)
𝑇𝑎𝑖𝑟𝑠𝑡𝑒𝑎𝑑𝑦𝑐𝑜𝑛𝑑𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 = 28℃
𝐴 = 0,00097m2
36
𝑐𝑝𝑎𝑖𝑟 = 4200𝐽/(𝑘𝑔. ℃)
𝑇𝑎𝑖𝑟𝑠𝑡𝑒𝑎𝑑𝑦𝑐𝑜𝑛𝑑𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 = 28℃
𝐴 = 0,00097m2
𝑘 = 𝑘0 𝛽𝑇 + 𝑘0
dimana
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎
37
• Unit 2 (Variasi Laju Alir)
800
k (W/m°C )
600
y = -82,478x + 4521,8
400
y = 15,296x - 544,69
200
0
0 20 40 60 80
T Node (°C )
Alumunium
Aluminium:
k0 = -544,69
β = 15,296/−544,69 = −0,028
Magnesium:
k0 = 4521,8
β = −82,478/4521,8 = −0,018
38
• Unit 2 (Variasi Suhu Heater)
300
250
k (W/m°C )
200
y = -26,527x + 1562,6
150
50
0
0 20 40 60 80 100
T Node (°C )
Alumunium
Magnesium
Dari grafik di atas didapatkan:
Aluminium:
k0 = -183,21
β = 5,0752/−183,21 = −0,028
Magnesium:
k0 = 1562,6
β = −26,527/1562,6 = −0,016
3. Unit 3
Terjadi pengurangan besar jari – jari node, dengan efek luas per node yang
akan memiliki perbedaan. Melalui informasi pada modul yang menyatakan
diameter akhir node adalah 5.04 cm dengan diameter awal mencapai 2.55 cm.
Sehingga dapat diketahui penurunan besar jari – jari adalah sebagai berikut:
𝑟𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑑𝑟 =
𝑑𝑥
0.0504 − 0.0255
=
9
39
= 0.001383333𝑚
Besar jari-jari dan luas dari setiap node kemudian dapat dituliskan sebagai berikut:
Menghitung nilai k
Mencari nilai K untuk keadaan dipengaruhi oleh perbedaan besar debit air:
40
Menghitung kesalahan relatif dari k perhitungan
𝑘𝑎𝑣𝑔 − 𝑘𝑙𝑖𝑡
%𝐾𝑅 = | | × 100%
𝑘𝑙𝑖𝑡
KR kavg 46% untuk percobaan yang dipengaruhi besar debit air dan 40% untuk
percobaan yang dipengaruhi oleh suhu.
Menghitung nilai k0 dan β dengan membuat grafik k vs. T node avg (metode least
square) dengan menggunakan data k dan T nodeavg dari aluminium dan
magnesium berdasarkan rumus :
𝑘 = 𝑘0 (1 + 𝛽𝑇)
𝑘 = 𝑘0 + 𝑘0 . 𝛽. 𝑇
𝑐 = 𝑘0 = 𝟓𝟖𝟕. 𝟓𝟔
𝑚 = 𝑘0 . 𝛽 = −𝟔. 𝟗𝟒𝟐
41
𝑚 −6.942
𝛽= = = −𝟎. 𝟎𝟏𝟏𝟖𝟏
𝑘0 587.56
Data diatas merupakan grafik untuk antara nilai k dan average T untuk kondisi
dipengaruhi besar debit air.
𝑐 = 𝑘0 = −𝟓𝟐. 𝟕𝟏𝟏
𝑚 = 𝑘0 . 𝛽 = 5.6188
𝑚 2.2361
𝛽= = = −𝟎. 𝟏𝟎𝟔𝟓𝟗
𝑘0 188.27
Data diatas merupakan grafik untuk antara nilai k dan average T untuk kondisi
dipengaruhi besar suhu.
42