Anda di halaman 1dari 16

A.

PROSES GURU PROFESIONAL

Dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan memperbaiki pendidikan di Indonesia,


dengan memperbaiki kualitas guru. Karena, guru dipandang sebagai kunci kesusksesan
pendidikan. Sehingga ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga pendidik atau guru, diantaranya sebagai berikut.

1) Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari.

2) Melakukan observasi kegiatan manajemen pendidikan secara terencana.

3) Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan atau proses-proses-
proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

4) Memanfaatkan hasil-hasil penelitian pendidikan orang lain.

5) Berpikir untuk kelangsungan dan aplikasi pendidikan di masa mendatang.

6) Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan (Syaifuddin,2007:5.7).

Pendidik guru wajib mengembangkan kemampuan profesional, yang antara lain dapat
dilakukan melalui berbagai cara berikut (Wardani,2012).

1) Meningkatkan kualifikasi akademik dengan cara studi lanjut, baik untuk S2 maupun S3.
2) Mengambil mata kuliah yang diperlukan untuk memperkaya wawasan dan meningkatkan
kemampuan.
3) Mengikuti berbagai kegiatan akademik, seperti pelatihan dalam berbagai aspek
pendidikan, mengikuti seminar/konferensi baik lokal, nasional, maupun internasional.
4) Menjadi anggota berbagai ikatan profesi yang terkait dengan bidang pendidikan.
5) Melakukan penelitian, khususnya yang berkaian dengan dunia pendidikan.

Sementara dari sisi kebijakan Pemerintah Indonesia ada tiga hal yang perlu dilakukan
dalam meningkatkan guru profesional, diantaranya

(a) Mengembangkan perangkat fungsional dan struktural bagi satuan-satuan organisasi


yang konsen terhadap peningkatan profesionalisme guru,

(b) Menyediakan panduan program pendidikan dan pelatihan bagi guru pra jabatan maupun
guru dalam jabatan dalam paradigma professional learning,

(c) Menciptakan mekanisme penjaminan mutu guru termasuk sistem perijinan bagi guru
maupun lembaga penyelenggara pendidikan guru (tidak asal) seperti sekarang beramai-
ramai membuka program pendidikan untuk calon guru dan guru dalam jabatan
(Pujiriyanto, 2012:9). Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah program sertifikasi
sesuai amanat UU No. 14 Tahun 2005 pasal 42. Selain sertifikasi upaya lain yang telah
dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya dengan
mengaktifkan PKG, MGMP, maupun KKG yang memungkinkan para guru untuk

1
berbagi pengalaman dalam memecahkan masalahmasalah yang mereka hadapi dalam
kegiatan mengajarnya (Mustofa, 2007:84)

Cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dapat
dilakukan dengan berbagai pembinaan melalui kegiatan supervisi yang lazim digunakan
yaitu

(a) Kunjungan kelas, kunjungan kepala sekolah pada saat guru sedang berada di kelas
untuk mengetahui berbagai kendala yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar.

(b) Pertemuan pribadi, berupa dialog dan bertukar ide atau aktivitas lain untuk
meningkatkan profesionalitas.

(c) Rapat Dewan Guru, merupakan pertemuan antara semua guru dengan kepala sekolah.

(d) Kunjungan antar sekolah, tujuannya adalah untuk menambah wawasan guru dan
meningkatkan motivasi para guru dalam peningkatan profesionalita,

(e) Kunjungan antar kelas, guru dari satu kelas mengunjungi guru lain yang sedang
mengajar.

(f) Pertemuan antar kelompok kerja, guru dan kepala sekolah bersama-sama mencari
permasalahan dan menentukan strategi pemecahan masalah tersebut.

(g) Penerbitan bulletin profesional, tujuan dari penerbitan ini adalah penyebarluasan
informasi yang bermanfaat bagi guru (Purwanto, 2007:66).

2
B. CIRI-CIRI GURU PROFESIONAL

1. FISIK DAN MENTAL PENDIDIK

Guru adalah profesi yang paling sehat di antara semua profesi yang ada, termasuk
pengacara, dokter, pengusaha, dan lainnya. Kesehatan mental guru paling tinggi di antara
semua profesi. Peneliti dari South Florida mengatakan hal itu dikarenakan profesi guru lebih
dari sekedar pekerjaan, tapi merupakan sebuah panggilan. Para guru mengatakan bahwa apa
yang mereka lakukan adalah hal yang menyenangkan karena langsung berhubungan dengan
masyarakat dan lingkungan sekitar. The Gallup-Healthways Well-Being Index melakukan
survei skala besar untuk mengetahui hubungan antara profesi dan tingkat kesehatan. Dengan
menggunakan definisi sehat dari badan kesehatan dunia (WHO) yaitu keadaan fisik, mental,
dan sosial yang sehat dan sejahtera, peneliti menemukan bahwa guru adalah profesi yang
paling sehat. “Kami juga melalui saat-saat yang sulit di bidang pendidikan. Tapi seorang guru
yang baik selalu punya alasan untuk terus menjalankan profesinya tanpa bisa dimengerti oleh
orang lain,” kata Ned Oistacher, seorang guru dari Pompano Beach High School business
seperti dikutip Sunsentinel.

Dari hasil survei tersebut diketahui bahwa guru adalah profesi yang memiliki tingkat
kesehatan mental dan kelakuan yang paling tinggi, yaitu dengan skor 71,7 persen. Rahasia
yang membuat guru tetap sehat adalah lingkungannya yang selalu berhubungan dengan
orang-orang muda. Selain harus memiliki standar atau kompetensi profesional, seorang guru
atau calon guru juga perlu memiliki standar mental, spiritual, intekektual, fisik dan psikis,
sebagai berikut.

1. Standar mental; guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi, dan
memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya.
2. Standar moral; guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral yang tinggi.
3. Standar sosial; guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul
dengan masyarakat lingkungannya.
4. Standar spiritual; guru harus beriman dan bertakwa kepada Allah swt. yang
diwujudkan dalam ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
5. Standar intelektual; guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan
profesional.
6. Standar fisik; guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki penyakit
menular yang membahayakan diri, peserta didik, dan lingkungannya.
7. Standar psikis; guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan jiwa
ataupun kelainan yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas profesinya.

3
2. KEILMUAN DAN PENGALAMAN

Sebagai guru yang professional, guru perlu mempunyai ciri-ciri professional seperti
berkemahiran. Antara kemahiran yang mesti dikuasi oleh guru adalah kemahiran berfikir;
kemahiran interpersonal, kemahiran komunikasi, kemahiran memimpin, serta kemahiran
berilmu.

1. Kemahiran Berfikir

Pemikiran melibatkan pengelolaan operasi-operasi mental tertentu yang berlaku dalam sistem
kognitif seseorang yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah. Pemikiran dilihat sebagai
aktiviti psikologikal yang membolehkan manusia melihat proses yang dialami dari berbagai
perspektif bagi menyelesaikan masalah dalam situasi yang sukar, (Dewey (1933) Edward de
Bono (1976)). Dari pandangan Islam, berfikir ialah fungsi akal yang memerhatikan tenaga
supaya otak manusia dapat bekerja dan beroperasi.

Ada dua kemahiran berfikir yang harus dimiliki seorang pendidik, yaitu:

1) Kemahiran Berfikir Secara Kritis

Dewey (1933), menyifatkan pemikiran kritis sebagai pemikiran reflektif yaitu memikir
dengan mendalam dan memberi pertimbangan yang serius tentang sesuatu. Pemikiran kritis
melibatkan tiga jenis aktiviti mental yaitu analisis, sintesis, dan penilaian; (Taksonomi
Bloom, 1956). Ennis mentakrifkan pemikiran kritis sebagai ‘pemikiran reflektif’ yang
bertumpu kepada memutuskan sama ada sesuatu kritis menggalakkan individu menganalisis
penyataan-penyataan dengan berhati-hati, mencari bukti yang sah sebelum membuat
kesimpulan.

2) Kemahiran Berfikir Secara Kreatif

Pemikiran kreatif ditakrifkan sebagai kebolehan menggabungkan idea-idea bagi memenuhi


sesuatu keperluan, (Halpern,1984). Sebagai agen penggerak tamadun bangsa, guru perlu
sentiasa mencari ruang untuk merekayasa amalan mereka dalam menjamin kualiti
pendidikan.

Kreativiti wujud hasil daripada peleburan masa, penyediaan atau ketekunan memerlukan
kosentrasi dan keazaman yang kuat. Selain usaha dan masa, individu kreatif berani
mengambil resiko mencapai matlamat mereka dan menolak alternatif-alternatif yang ternyata
karena mereka ingin mencari yang lain dan luar biasa. Pemikiran kreatif melibatkan
kebolahan fleksibiliti (kelenturan) dan keaslian.

2. Kemahiran Interpersonal

Oleh karena guru merupakan teras penting dalam aspek pembangunan pendidikan negara,
guru seharusnya mempunyai berbagai ciri dan kemahiran-kemahiran profesional. Antaranya
ialah kemahiran interpersonal. Kemahiran Interpersonal merupakan kemahiran antara insan.

Abdullah Hassan & Ainon, memfokuskan kemahiran interpersonal guru kepada kemahiran
berkomunikasi, kemahiran mendengar, kemahiran bertanya, kemahiran berucap, maklum
balas, unsur bahasa, mengubah sikap dan tingkahlaku, penampilan dan komunikasi bukan

4
lisan. Hubungan interpersonal adalah aspek penting yang perlu diketahui oleh guru.
Persoalannya sejauh manakah guru menguasainya adalah sesuatu yang subjektif walaupun
terdapat kaedah-kaedah serta panduan-panduan tertentu yang boleh dipelajari oleh guru untuk
menguasai kemahiran ini.

Menurut Sarina dan Yusmini 2007, kepentingan kemahiran interpersonal ialah ianya dapat
melahirkan persefahaman yang baik antara guru dan pelajar serta wujud rasa percaya
mempercayai di kalangan mereka serta dapat memberi kesan positif kepada proses
pengajaran dan pembelajaran.

3. Kemahiran Komunikasi

Seorang guru yang profesional seharusnya memiliki atau mempunyai kemahiran komunikasi
yang baik. Komunikasi ialah satu asas perhubungan yang bertujuan menyampaikan khabar,
berita , mesej, pendapat atau maklumat kepada pendengar.

Interaksi dan komunikasi yang hanya menggunakan akal atau hanya menggunakan perasaan
akan menjadi tidak berkesan. Guru atau siapa yang berkomunikasi dengan berkesan akan
menggunakan ke semua indera manusia dengan bijaksana. Konsep ini adalah selaras dengan
falsafah eksistensialisme yang mengutamakan pengalaman yang diperoleh daripada indera
seperti penglihatan, rasa, dan sebagainya. Oleh karena itu selaras dengan tujuan faham
mazhab eksistensialisme adalah membolehkan setiap individu yakni guru dan pelajar
memperkembangkan sepenuhnya potensi yang dimiliki demi mencapai objektif pengajaran
dan pembelajaran.

4. Kemahiran Memimpin

Di dalam organisasi sebuah kelas di sekolah posisi guru berada di atas sekali. Guru
memainkan peranan sebagai guru kelas untuk membimbing para pelajar ke arah
kecemerlangan dari segi akademik, sahsiah, dan jasmani. Oleh karena itu kemahiran dari segi
memimpin perlu ada dalam diri seorang guru. Menurut Kamus Dewan Edisi Empat definisi
memimpin ialah melatih, mendidik atau mengasuh supaya boleh berfikir sendiri. Kepimpinan
boleh dimaksudkan sebagai seni atau proses mempengaruhi kegiatan manusia yang berkaitan
dengan tugas mereka, supaya mereka terlibat dan berusaha ke arah keberkesanan dan
pencapaian matlamat organisasi (Rahmad 2005).

5. Kemahiran Berilmu

Kehidupan seorang guru adalah sinonim dengan ilmu. Lazimnya masyarakat mengaitkan
guru dengan tanggungjawab memberi ilmu tetapi hakikatnya guru bukan sahaja
bertanggungjawab mencurahkan ilmu kepada para pelajarnya malah meningkatkan ilmu
merupakan salah satu kemahiran yang perlu ada di dalam diri setiap guru sebelum ilmu yang
ada itu dicurahkan kepada para pelajarnya.

Ilmu dan pengetahuan guru sebagai seorang yang berautoriti tidak boleh dipersoalkan. Oleh
yang demikian, guru mesti menguasai ilmu dengan baik (Abu Bakar & Ikhsan, 2008). Sikap
proaktif, berdaya saing dan bersemangat kental dalam melengkapkan diri dengan pelbagai
disiplin ilmu dan berketerampilan perlu menjadi amalan dan budaya hidup seorang pendidik
(Wan Marzuki, 2008). Guru sebagai penyebar sumber ilmu perlu memahami konsep ilmu

5
yang sentiasa berkembang dan pencarian ilmu baru di kalangan guru mesti diteruskan tanpa
henti (Lokman, 2004).

Menurut Uzer Usman, Kompetensi profesional yang harus dipenuhi atau dimiliki seorang
guru atau calon guru adalah :

1. Menguasai landasan pendidikan, yakni mengenal tujuan pendidikan nasional untuk


mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah dalam masyarkat,
mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses
belajar mengajar,
2. Menguasai bahan pengajaran, yakni menguasai bahan pengajaran kurikulum
pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan pengayaan,
3. Menyusun program pengajaran, yakni menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan
mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar
mengajar,memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai, memilih dan
memanfaatkan sumber belajar,
4. Melaksanakan program pengajaran, yakni menciptakan iklim belajar yang tepat,
mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar mengajar,
5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, yakni menilai
prestasi murid untuk kepentingan pengajaran, menilai proses belajar mengajar yang
telah dilaksanakan.

C. KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN SERTA SERTIFIKAT

1. Kemampuan

Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal sebagai berikut.

1. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya.


2. Menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkannya serta cara
mengajarnya kepada peserta didik.
3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara
evaluasi.
4. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan cara belajar dari
pengalamannya.
5. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

2. Keterampilan

Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, sikap adalah gambaran
kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap
suatu keadaan atau suatu objek. Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan sikap
seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah
reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu
berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut
dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.

6
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan, pandangan,
pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak
sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam
menghadapi suatu objek.

Struktur sikap siswa terhadap konselor terdiri dari tiga komponen yang terdiri atas

a. Komponen kognitif

Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan tentang objek. Hal
tersebut berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek sikap.

b. Komponen afektif

Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap sikap. Perasaan
tersebut dapat berupa rasa senang atau tidak senang terhadap objek, rasa tidak senang
merupakan hal yang negatif.. komponen ini menunjukkan ke arah sikap yaitu positif dan
negatif. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap
suatu objek sikap (Azwar, 2000:26), secara umum komponen afektif disamakan dengan
perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi seringkali
sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

c. Komponen kognitif

Komponen ini merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi, bertindak terhadap objek
sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu besar kecilnya kecenderungan
bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Komponen-komponen tersebut di
atas merupakan komponen yang membentuk struktur sikap. Ketiga komponen tersebut saling
berhubungan dan tergantung satu sama lain. Saling ketergantungan tersebut apabila seseorang
menghadapi suatu objek tertentu, maka melalui komponen kognitifnya akan terjadi persepsi
pemahaman terhadap objek sikap.

Katz (dalam Walgito, 1990:110) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai empat fungsi,
yaitu:

1) Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat.

Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana untuk mencapai
tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana
dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai
tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut. Demikian
sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap
negatif terhadap objek sikap tersebut. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat, yang artinya
sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam mencapai tujuan. Fungsi ini juga disebut
sebagai fungsi penyesuaian, artinya sikap yang diambil seseorang akan dapat menyesuaikan
diri secara baik terhadap sekitarnya.

7
2) Fungsi pertahanan ego

Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau
akunya. Sikap diambil seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam dalam
keadaan dirinya atau egonya, maka dalam keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan ego.

3) Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan
nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan
kepuasan dan dapat menunjukkan keadaan dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu,
akan dapat menggambarkan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.

4) Fungsi pengetahuan

Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan untuk ingin tahu.
Dengan pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan
disusun kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten. Ini berarti bila
seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan
orang tersebut objek sikap yang bersangkutan.

3. Sertifikat

Untuk mendapatkan pengakuan atas keprofesionalannya, maka seorang tenaga pengajar dapat
mengikuti sertifikasi. Sertifikasi dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan
dosen. Sertifikasi di sini dapat diartikan sebagai usaha pemberian pengakuan bahwa
seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga
sertifikasi. Sertifikasi adalah uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan
penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. Sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga profesional.

Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi


profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian yang esensial dalam
rangka memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi adalah
sertifikat kompetensi pendidik.

Wibowo (Mulyasa, 2008:35), mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk hal-hal


sebagai berikut.

1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga pendidikan.


2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak
citra pendidik dan tenaga pendidikan.
3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan
rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang
kompeten.

8
4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan.

Kerangka pelaksanaan sistem sertifikasi kompetensi guru, baik untuk lulusan strata satu (S1)
kependidikan maupun lulusan S1 nonkependidikan dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, lulusan program Sarjana kependidikan sudah mengalami pembentukan kompetensi


belajar (PKM). Oleh karena itu, mereka hanya memerlukan uji kompetensi yang
dilaksanakan oleh perpendidikan tinggi yang memiliki PPTK (Program Pengadaan Tenaga
Kependidikan) terakreditasi dan ditunjuk oleh Ditjen Dikti, Depdiknas.

Kedua, lulusan Sarjana nonkependidikan harus terlebih dahulu mengikuti proses


pembentukan kompetensi mengajar pada perguruan tinggi yang memiliki PPTK secara
terstruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi mengajar, baru lulusan
sarjana nonkependidikan boleh mengikuti uji sertifikasi. Sedangkan lulusan program Sarjana
kependidikan tentu sudah mengalami proses pembentukan kompetensi mengajar, tetapi tetap
diwajibkan mengikuti uji kompetensi untuk mempeoleh serifikat kompetensi.

Ketiga, penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status lembaga pendidikan


tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai
bentuk audit atau evaluasi kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK
terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Dirjen Dikti, Depdiknas .

Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik yang berasal dari lulusan
Sarjana pendidikan maupun nonkependidikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti
yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktik dalam bidang profesi
guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu.

Kelima, peseta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah melaksanakan tugas dalam
interval waktu tertentu (10-15 tahun) sebagai bentuk kegiatan penyegaran dan pemutakhiran
kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persyaratan
dunia kerja. Di samping itu, kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas
profesinya sebagai guru dalam jangka waktu tertentu.

Proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya harus
dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekruitmen guru, pembinaan, dan
peningkatan karir guru. Kesejahteraan guru dapt diukur dari gaji dan insentif yang
diperolehnya. Gaji guru di Indonesia ini masih relatif rendah jika dibandingkan dengan
negara lain di dunia. Rendahnya tunjangan kesejahteraan guru bisa mempengaruhi kinerja
guru, semangat pengabdian, dan juga upaya mengembangkan profesionalismenya.

9
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat berbentuk ijazah dan
setifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti
seminar, diskusi panel, lokakarya, dan simposium. Namun, sertifikat kompetensi diperoleh
dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
Ketentuan ini bersifat umum, baik untuk tenaga kependidikan maupun nonkependidikan yang
ingin memasuki profesi guru.

Menumbuhkembangkan kesadaran guru terhadap kode etik sebagai guru profesional, serta
mencintai tugasnya, dan bertanggung jawab untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

Pengembangan karir guru terkait dengan profesionalisme dan daya tarik jabatan guru
memerlukan kebijakan sebagai berikut:

1. Menumbuhkembangkan kesadaran guru terhadap kode etik sebagai guru profesional,


serta mencintai tugasnya, dan bertanggung jawab untuk mencapai hasil yang sebaik-
baiknya.
2. Menyederhanakan prosedur dan penilaian kenaikan jabatan fungsional guru, dan
sedapat mungkin masyarakat dapat dimintai pendapatnya, agar hasilnya lebih objektif.
3. Beban yang tidak terkait dengan fungsi dan tugas guru sebaiknya dihilangkan, karena
akan mengganggu perhatian guru terhadap tugasnya.
4. Pengangkatan kepala sekolah perlu dilakukan melalui seleksi yang ketat dan adil,
mempertimbangkan latar belakang mental dan prestasi kerja, serta melibatkan orang
tua murid dan masyarakat yang tergabung dalam komite sekolah atau madrasah.
5. Pengawasan kepada semua jenjang pendidikan harus dilaksanakan secara teratur,
terkendali, dan terus menerus dengan menggunakan paradigma penilaian yang
akademik.

Proses sertifikasi selain dilakukan oleh LPTK dengan memberikan sertifikat kompetensi, juga
dilakukan dengan cara pendidikan dan latihan yang dilakukan oleh lembaga uji kompetensi.
Tujuan dari pendidikan dan latihan tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan
pengelolaan administrasi siswa dan pengelolaan kegiatan belajar di kelas. Akhir dari kegiatan
pendidikan dan latihan tersebut tentunya dilihat dari nilai akhir yang diperoleh setelah
dilakukan penilaian oleh asesor. Uji sertifikasi dengan uji kompetensi dan diklat, keduanya
sama-sama bertujuan untuk membentuk seorang guru atau calon guru yang profesional, yang
mengabdikan diri sepenu hati demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.

10
C. KODE ETIK PROFESIONAL GURU DI INDONESIA

1) Hubungan guru dengan para peserta didiknya


 Dalam mengajar, melatih, membimbing para peserta didiknya, guru harus bersikap
dan berperilaku secara profesional.
 Guru juga memiliki tugas untuk bisa membimbing para peserta didiknya supaya bisa
memahami, menghayati dan juga mengamalkan hak-hak serta kewajiban yang harus
di lakukan sebagai seorang individu, pelajar dan juga masyarakat.
 Guru juga harus mengetahui, bahwa setiap peserta didiknya memiliki karakteristik
yang berbeda, dan mereka berhak untuk bisa mendapatkan layanan dari pembelajaran
tersebut.
 Guru memiliki kewajiban untuk menghimpun atau mendapatkan banyak informasi
mengenai peserta didiknya, dan nantinya bisa di pakai untuk mendukung kepentingan
proses pendidikan.
 Guru juga harus memberikan kasih sayang dengan peserta didiknya, dan menghindari
yang namanya kekerasan fisik.
 Guru memperlakukan para peserta didiknya secara adil tanpa membeda-bedakan.
 Guru dilarang untuk menggunakan hubungan dan juga tindakan profesional dengan
para peserta didiknya untuk kepentingan pribadi.

2) Hubungan guru dengan orang tua atau wali siswa


 Guru berusaha untuk bisa membina atau menjalin hubungan kerja sama yang efektif
dan juga efisien dengan para orang tua murid atau wali untuk mendukung proses
kelancaran pendidikan.
 Guru juga memiliki kewajiban untuk memberikan berbagai macam informasi
mengenai para peserta didiknya secara jujur dan juga objektif kepada para orang tua
atau wali murid.
 Guru wajib menjaga informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
menjadi orang tua atau wali murid.
 Guru juga harus memberikan motivasi kepada para orang tua atau wali murid, agar
bisa membantu dan berpartisipasi dalam meningkatkan kemajuan dan juga kualitas
pendidikan.
 Guru memberikan hak kepada para orang tua atau wali murid untuk melakukan
konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.
 Guru dilarang untuk menggunakan hubungan dan juga tindakan profesional dengan
para orang tua atau wali murid untuk kepentingan pribadi.

3) Hubungan guru dengan masyarakat


 Guru harus menjalani komunikasi dan juga kerja sama yang harmonis, efektif dan
juga efisien dengan masyarakat, agar bisa membantu untuk memajukan dan
mengembangkan pendidikan.

11
 Guru bisa menampung dan juga mengakomodasikan berbagai macam aspirasi
masyarakat, dalam hal mengembangkan dan juga meningkatkan kualitas pendidikan.
 Guru juga harus peka terhadap berbagai macam perubahan yang terjadi dan ada
didalam masyarakat.
 Guru harus bekerja sama dengan masyarakat untuk bisa berperan secara aktif dalam
meningkatkan kualitas pendidikan dan juga kesejahteraan para peserta didiknya.

4) Hubungan guru dengan sekolah


 Guru harus menjaga, memelihara, dan meningkatkan kinerja , prestasi, dan juga
reputasi dari sekolah.
 Guru harus bisa menciptakan suasana yang kekeluargaan baik itu di dalam dan juga
luar lingkungan sekolah.
 Guru harus bisa menciptakan atau melaksanakan proses yang kondusif, terutama
dalam kegiatan belajar dan mengajar.
 Guru harus saling menghormati dan membimbing antar rekan kerja

5) Hubungan guru dengan profesi


 Guru harus menjunjung tinggi jabatan yang dimilikinya, yaitu profesi sebagai guru
 Guru juga harus terus menerus meningkatkan kompetensi yang dimilikinya
 Guru harus berusaha untuk bisa mengembangkan dan juga memajukan disiplin ilmu
pendidikan, terutama adalah bidang studi yang memang di ajar olehnya.

12
D. SIKAP PROFESIONAL GURU

1. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Pada butir sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: “guru melaksanakan segala
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”. (PGRI, 1973). Kebijaksanaan
pendidikan dinegara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh departemen
pendidikan dan kebudayaan. Dalam rangka pembangunan dibidang pendidikan di Indonesia,
departemen pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-
peraturan yang merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang
meliputi antara lain : Pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan
belajar antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan,
pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain.

Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru mutlak perlu
mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga
dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijasanaan.

Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan keentuan-ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, kode etik guru Indonesia mengatur hal
tersebut, seperti tertentu dalam dasar ke sembilan sari kode etik guru. Dasar ini juga
menunjukan bahwa guru Indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah Indonesia dalam
menjalankan tugas pengabdiannya, sehingga guru Indonesia tidak mendapatkan pengaruh
yang negativ dari pihak luar, yang ingin memaksakan dengan melalui dunia pendidikan.

2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi

Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukan kepada kita betapa pentingnya
peranan organisasi profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi
profesi memerlukan pembinaan, agar lebih berdayaguna dan berhasil guna sebagai wadah
usaha untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut
sangat bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab dan kewajiban
para anggotanya. Organisasi PGRI merupakan suatu sistem, dimana unsur pembentuknya
adalah guru-guru.

Organisasi profesional harus membina mengawasi para anggotanya. Siapakah yang dimaksud
dengan organisasi itu ? jelas yang dimaksud bukan hanya ketua, sekretaris, atau beberapa
orang pengurus tertentu saja, tetapi yang dimaksud dengan organisasi di sini ialah semua
anggota dengan seluruh pengurus dan segala perangkat dan alat-alat perlengkapannya.

Setiap anggota harus memberikan sebagaian waktunya untuk kepentingan pembinaan


profesinya, dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikordinasikan
oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga pemanfaatanya menjadi efektif dan efisien.
Dengan perkataan lain setiap anggota profesi, apakah ia sebagai pengurus, atau anggota
biasa, wajib berpartisifasi guna memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi
profesi, dalam rangka mewujudkan cita-cita organisasi.

13
Peningkatan mutu profesi keguruan dapat pula direncanakan dan dilakukan secara bersama
atau berkelompok. Kegiatan berkrelompok ini dapat berupa penataran, lokakarya, seminar,
simposium, atau bahkan kuliah disuatu lembaga pendidikan yang diataur secara tersendiri.
Misalnya program penyetaraan program D2 guru-guru sekolah dasar, dan program
penyetaraan D3 guru-guru SLTP, adalah contoh-contoh kegiatan berkelompok yang diatur
tersendiri.

3. Sikap Terhadap Teman Sejawat

Dalam ayat 7 kode etik guru di sebutkan bahwa guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Ini berarti bahwa :

1. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam


lingkungan kerjanya.
2. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar kerjanya.

Dalam hal ini kede etik guru Indonesia menunjukan kepada kita betapa pentingnya hubungan
yang harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam
antara sesama anggota profesi.

1. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja

Seperti di ketahui, dalam setaip sekolah terdapat seorang kepala sekolah dan beberapa guru di
tambah dengan beberapa orang personel sekolah lainya sesuai dengan kebutuhan sekolah
tersebut. Berhasil tidaknya sekolah membawa misinya akan banyak bergantung kepada
semua manusia yang terlibat di dalamnya. Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, mutlak adanya hubungan yang baik dan harmonis di antara sesama
personel.

Setiap profesional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap ingin bekerja sama,
saling harga menghargai, saling pengertian dan tanggung jawab. Jika ini sudah berkembang,
akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan serta menyadari akan kepentingan bersama, tidak
mementingan kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain
(Hermawan, 1979).

Adalah kebiasaan kita pada umumnya untuk kadang-kadang bersikap kurang sungguh-
sungguh dan kurang bijaksana, sehingga hal ini menimbulkjan keretakan diantara sesama
kita. Oleh sebab itu, agar jangan terjadi keadaan yang berlarut-larut, kita perlu saling
memaafkan dan memupuk suasana kekeluargaan yang akrab antara sesama guru dan aparatur
di sekolah.

2. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan

Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah dokter yang
diucapkan pada upacara pelantikan dokter baru, antara lain terdapat kalimat yang menyatakan
bahwa setiap dokter akan memperlakukan teman sejawatnya sebagai saudara kandung.

14
Sebagai saudara mereka wajib membantu dalam kesukaran, saling mendorong kemajuan
dalam bidang profesinya, dan saling menghormati hasil-hasil karyanya. Mereka saling
memberitahukan penemuan-penemuan baru untuk meningkatkan profesinya.

Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan? Dalm hal ini kita harus
mengakui dengan jujur vbahwa sejauh ini perofesi keguruan masih memerlukan pembinaan
yang sungguh-sunguh. Rasa persaudaraan seperti tersebut, bagi kita masih perlu ditumbuhkan
sehingga kelak akan dapat kita lihat bahwa hubungan guru dengan temannya berlangsung
seperti halnya dengan profesi kedokteran.

4. Sikap Terhadap Anak Didik

Dalam kode etik guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa : Guru berbakti membimbing
peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.dasar
ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari, yakni : Tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang
bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu tinggi tapi juga bermoral tinggi
pula. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau
perkembangan intelektual saja. Tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh
pribadi peserta didik, baik jasmani maupun rohani.

5. Sikap Terhadap Tempat Kerja

Sudah menjadi perkembangn umum bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan
meningkatkan produktifitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru, dan
guru berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungannya. Untuk
menciptakan suasana kerja yang bauk ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Guru sendiri
2. Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling

Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu butir dari kode etik yang
berbunyi : “Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar”. Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan
suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar
sesuai, maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas
yang mantap, ataupun pendektan lainnya yang diperlukan.

Suasana yang harmonis disekolah tidak akan terjadi bila personil yang terlibat didalannya,
yakni kepala sekolah, guru, staf administrasi dan siswa tidak menjalin hubungan yang baik
diantara sesamanya. Penciptaan suasana kerja yang menantang harus dilengkapi denga
terjalinya hubungan yang baik dengan orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudkan
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidiknya.

6. Sikap Terhadap Pemimpin

15
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang lebih
besar guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari
organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari pegurus cabang, daerah, sampai kepusat.
Begitu juga sebagai anggota keluarga besar DEPDIKBUD, ada pembagian pengawasan mulai
dari kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya sampai kementri pendidikan dan kebudayaan

7. Sikap Terhadap Pekerja

Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan dan
perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan
ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil.
Barang kali tidak semua orang dikarunia sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih
untuk memasuki profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.

Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat melakukannya secara
formal maupun informal. Secara formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan
atau kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemmapuannya.

Secara informal guru dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya melalui media
masa seperti televisi, radio, majalah ilmiah, Koran, dan sebagainya.

16

Anda mungkin juga menyukai