Will You Marry Me LOndon!
Will You Marry Me LOndon!
Aku tak tahu apa yang aku rasakan, ketika pertama kali aku melihatnya pandanganku
seakan langsung tertuju kepada dirinya, apakah karena kaos itu, atau karena diriku yang sedang
terbawa suasana?. Sosok lelaki tampan berwajah arab tinggi berpakaian kaos pink bertuliskan
“I am Okay with Pink” berjalan melewati trotoar kampus tepat di samping diriku. Aku terdiam
sejenak, mencoba berfikir, melamun dan mengikuti alur cerita imajinasiku tentang dirinya. Oh
entahlah ini terlalu rumit untuk aku pahami. Aku memang suka berimajinasi namun imajinasiu
saat ini tidak sesuai denga daftar skenario drama imajinasi hidupku. Sungguh!, lelaki tadi sudah
berhasil memikat sebuah hati yang sudah mulai dulu terlelap dari tidurnya. Satu hal yang aku
harapkan saat itu adalah “Semoga aku bisa bertemu kembali dengan dirinya dalam suasana
Satu setengah tahun sudah cukup bagiku untuk beradaptasi dengan negara kerjaan ini.
Inggris, adalah salah satu kota yang menerima diriku serta memilihku untuk bisa memancing
ilmu dan pengalaman baru di hidupku. Aku sangat menikmatinya, dengan biaya yang
ditanggung negara karena aku termasuk salah satu Mahasiswa Indonesia yang lolos seleksi test
LPDP scholarship in abroad. Banyak sekali keindahan serta kehidupan baru yang aku dapatkan
disana. Disaat gugrny adaun daun kuning, maroon, orange dari pohonnya, dinginnya hawa dan
sejuknya salju yang membuat diriku harus memakai mantel berbulu bulu indah di daerah leher
membuatku tak lupa bersyukur akan kado terindah dari tuhan ini.
Namun rasa rindu tetaplah membeku menjadi sebuah rindu. Keluarga adalah rindu yang
sangat aku benci. Aku ingin memeluk mereka akan tetapi apalah daya aku tak bisa. Masa
kontrak belajarku dengan negara merah putih itu belum usai juga, sehingga aku harus
menunggu musim autumn tiba, ketika masa ujian akhir kuliahku selesai. Sungguh rindu ini
sangatlah perih untuk aku pendam. “kring-kring-kring” deringan nada telephone hpku berbunyi.
Aku segera mengambilnya, setelah aku mulai menghapus layarnya, ternyata itu video call dari
Mama. “Oh Tuhan, ada apa ini? Sungguh engkau baik sekali terhadap diriku!. Terima kasih
banyak Tuhan.” Aku dekap sejenak hp itu seraya memejamkan mata sambil tersenyum bahagia
Wajah cantik mama mulai terlukis jelas dalam layar kaca hp ku.
“Assalmualaikum Mama!” seruku sambil melambaikan tangan kanan yang sedari tadi
berusaha untuk merapikan kerudung pashmina yang hanya menempel tanpa peniti kecil saat
itu.
Ya Tuhan, senyuman itu. Iya senyuman itulah salah satu yang membuat aku rindu selalu
tambah gemukan ya disana? wkwkwk tambah bening pula kamu. Kelihatannya anak mama
Aku tertawa sedikit terbahak bahak ketika mender candaan dan rayuan mama itu.
“Aduh mama, kangen banget Zila rindu so muchhhhh” ungkapku seraya mengecup layar hp
android itu.
“hehhhe sama Zil, mama juga kuangennnn banget sama Zila. Oh iya, sebenarnya mama
menelpon mau ngomong serius nih!” ucapnya sambil melirik senyuman rayu.
“Ih mama apaan sih, rayu Zila terus!” ucapku seraya menghilangkan rasa tegang itu.
Memangnya ungkapan rasa rindu tadi itu hanya main main? Uh uh, entahlah aku masih
Mama mulai mengutarakan pembicaraan seriusnya kepadaku. ”Seperti ini, kemaren ada
temannya mama main kerumah dan tanya kabar Zila di situ karena anak dia on the way kesana
buat melanjutkan S3 jurusan Jurnalistik. Dan maksud kedatangan temannya mama juga itu
untuk melamar Zila untuk dijodohkan dengan anaknya. Jadi kan enak tuh nantinya, kalian
sudah satu negara disana, bisa saling kenal. Oh iya, sebelum mama lanjutkan, Zila rencana
lulus S2 kapan?”
Pertanyaan itu mengkagetkan diriku, dari lamunan yang tidak sepatutnya kau fikirkan .
“In syaa Allah 2021” jawabku terhadapnya dengan wajah sedikit datar.
“Nah kebetulan dia juga lulus S3 tahun 2021 juga, jadi rencana kami setelah kalian
pulang nanti bakalan langsung diadakan resepsi pernikahan kalian dan sekalian sebagai salam
“What? Gue nikah 2021? Beneran nih bukan mimpi?.“ gumanku dalam hati. “Terus
bagaimana nasib cowok charming yang memakai kaos pink tadi di kampus?”. Sebenarnya aku
sedikit tidak terima dengan perjodohan ini, namun ya mau bagaimana lagi, mau gak mau aku
harus terima. Mungkin pemuda charming itu hanyala malaikat lewat yang sedang menjaga
diriku melalui perintah tuhan atau apalah itu.” Sudahlah aku berusa menenangkan diri untuk
bisa menjauhi pikiran ini tentang si cowok pink bertuliskan “I’M OKAY WITH PINK”. “
“Zila, bagaimana sayang? Zila mau kan atas perjodohan ini?. Dia adalah pemuda
penghafal Al quran 30 juz dan juga dia juga sudah memiliki beberapa lembaga terkemuka
pendidikan jurnalistikyang terkenal di Indonesia. Apakah Zila sudah bertemu dengan dia?. Lagi
lagi, pertanyaan mama mengkagetkan diriku yang sedari tadi hanya diam mendengarkan cerita
mama tentang pemuda yang alih alih bakalan jadi calon suamiku.
“Belum ma, Zila baru tahunya sekarang dari mama. Boro boro Zila tau, wajah dan
namanya saja kagak tahu.” Jawabku kepada mama sambil tertawa cekikikan.
“Iya nak, mama sudah memberikan salah satu foto kamu. Mungkin nanti dia bakalan
menemuimu disana. Mama minta maaf sebelumnya, soalnya ambil foto Zila tanpa idzin kamu
dulu. Soalnya mamanya Ziyam, minta langsung waktu itu, mau dikasih ke dia. biar nanti pas
disana mudah bertemu kamu.” Ungkap mama berusa menjelaskan alasannya karena telah
“Oh seperti itu. yakagak apa. Ini yah ma, Zila ini anaknya siapa? Mama kan, itu berarti
milik mama kan. Ya terserah mama lah. Heehheh” jawabku menenagkan mama dari rasa
bersalahnya.
“Mama sehat, adek adek, dan kakak semuanya disitu?” setiap kali aku menghubungi
“Ya sudah dulu ya, mama tutup dulu. Assalamualaikum, mmuach! Baik baik disana
ya, janagan lupa ibadahnya dan kesehatannya.” Ucap mama sebelum video call itu berakhir.
“Iya Mah, mama juga ya, muach! Waalaikum salam warahmah wabarokah. Bye bye”
Ketika layar hpku kembali ke layar awal, dengan background walpaper foto diriku
bersama keluargaku. Pikiran ini mulai berkecamuk, memikirkan tentang perjodohan tadi. “kok
aku jadi nervous gitu ya.” Aku mulai memikirkan hal hal aneh seperti yang biasa terjadi di
skenario FTV. Aku merupakan salah satu korban scenarionya memepengaruhi kehidupanku.
Agakaneh memang, tapi biarkanlah aku mencoba untuk berpositif thinking untuk dia.
Aku mulai melupakan tentang dirinya, itu dengan melakukan aktivitas yamg biasa aku
lakukan di hari libur. Membaca buku, menyelesaikan beberapa tugas yang belum selesai dan
salat sunnah. Hari itu, cuaca sedang bersahabat denganku. Cuaca itu mengingatkan akan cuaca
di negara tercintaku. Sambil berdiri di depan jendela apartemen lantai 5 sambil memandangi
panorama keindahan kota, cukup indah dan sedikit menyejukkan perasaan gelisahku akan
cerita mama di pagi itu. Cukup lama aku berdiri disana, sambil menikmati roti berlapis cokelat
didalamnya, tiba tiba aku melihat pemuda yang telah mencuri hatiku itu. iya, pemuda yang
pernah berpapasan denganku di trotoar jalan kampus itu. aku mulai mengucek-ngucek mataku
lagi, seraya memastikan bahwa penglihatanku masih normal dan sosok itu bukan pengaruh dari
“Daebak1, sungguh itu adalah dia. pemuda yang telah berhasil mengganggu aktifitas
hariku, tapi ngapain dia melewati daerah sini ya? Apakah apartemen dia tidak jauh dengan
apartemen yang aku tempati?”. Bertubi tubi pertanyaan aneh daan kagak jelas mulai memenuhi
kepalaku. Sedikit senag sih perasaanku karena pemuda yang tanpa nama itu sudah berani
menampakkan dirinya dengan berlari lari kecil tepat di depan apartemenku. Sesekali dia seakan
Aku segera pergi meninggalkan jendela itu, dan segera menaruh gelas dan bersiap siap
untuk pergi ke mini market untuk membeli keperluan makanan sehari hari yang mulai menipis.
Aku mencoba untuk melupakan pemuda hanya aku bertemu di trotoar itu tanpa nama dan gak
jelas.
“Please, stop thinking about him. It just beat your heart, who knows that he had
girlfriend 2 .” Ungkapku seraya mencoba untuk memberhentikan diriku sendiri untuk tidak
1
Ungkapan ekspresi shock dalam bahasa korea.
2
Luluk suda deh, jangan fikirkan dia terus. Itu hanya akan menyakiti dirimu. Siapa yang tahu, kalau dia
sebenanyar sudah memiliki pacar.
memikirkannya lagi. “astaghfirullah hil adzim” ucapku tiba tiba, ketika aku menyadari bahwa
Melupakan seseorang dalam hidup merupakan suatu hal yang sulit seseorang alami
namun tidak dengan diriku. Dengan mempraktekan satu trick yang di utarakan oleh Wirda
Mansyur yang dia dapatkan dari Papanya (Ust. Yususf Mansyur) bahwa kalau kalian ingin
mudah melupakan seseorang atau ingin cepat bisa “MOVE ON” maka “Bayangkan saja
wajah dia ketika dia lagi EE’ (BAB)”. Kedengarannya memang terdengar sedikit aneh dan a
little bit “Jork” sih tapi itu bisa membantu loh. Buktinya saja, setelah aku mempraktekan hal
itu lagi agar bisa melupakan si charming pink itu, alhamdulillah di hari itu juga aku sudah
menghapus semua memori tentang dia, sedikit melegakan dan tidak lagi menganggu
Setelah mandi dan memakai baju santai serta sedikit make up di wajah dengan disertai
lapisan lip gloss berwarna pin kalem aku dengan pedenya siap keluar dengan
menggelantungkan little bag cute hadiah dari mbak aku ketika pertama kali aku bermain ke
Senang sekali rasanya, bisa mengisi hari libur dengan shopping walaupun hanya di mini
market, setidaknya sedikit menghilangkan kepenatan akan tugas kuliah. Di dalam lift
apartemen, aku bertemu dengan teman kelasku si Lussie, dia berasal dari German dan dia juga
sama sepertiku, mendapatkan schoolarship kuliah ke luar negeri tepatnya di London dengan
jalur LPDP.
“Just go to Mini Market, whats up?, do you want to intrust some food or ..” \
“No No, I just ask, yeah! Because you look very beauty,” dia mencoba bercanda,
“I know, You are kidding me uh.” “Just bye dear...” aku pun sampai di lantai santu dan
Pagi itu aku malas sekali jalan kaki, jadi aku mengambil sepeda ontel pink yang sengaja
aku beli di sana. Sebenarnya, jarak apartemen ke kampus dekat sih, namun aku menginginkan
saja. Soalnya saya sudah terbiasa menggunakan sepeda ontel pas ketika S1 di Madura. Lagi
pula dengan menaiki sepeda aku bisa lebih enjoy dalam menikmati indahnya pagi hari di
London. Di setiap sudut jalan raya London jam 06.00 pagi sudah rame sekali. Penduduk di
sisni sangatlah rajin dalam bekerja. Jadi jangan kaget kalo jam 06.00 itu traffic jump sudah
beraksi.
Sekitaran tiga menit, akupun sampai di depan mini market itu. aku segera turun dan
meparkir sepeda di tempat parkir “Bcycle”. Aku segera memasuki marketnya dan pergi ke area
garis yang bertuliskan food and vegetable. Akan tetapi, pagi itu aku melihat bayangan dia lagi
di market itu. “ha? Ini karena efek aku keapgian belanja atau emang dia sedang belanja juga?”
gumamku dalam hati, sembari mengambil mie samyang kesukaanku. Aku tidak
menghiraukannya dan membiarkannya begitu saja. Sampai akhirnya aku mau bayar di kasir
itu. “Ok miss, how much at all?” tanyaku kepada mbak mbak kasir itu. “fifty five hundred
dollar.” Jawabnya.
Aku mencoba untuk mengabil caash yang telah aku siapkan sebelum berangkat. Akan
tetapi tiba tiba ada sebuah tangan kekar tepat dibelakangku menyodorkan uang dan mencoba
untuk membayar barang belanjaanku. Aku berusaha menoleh kebelakang untuk mengetahui
siapakah gerangan itu. sungguh, hal itu sangat mengkagetkan diriku. Dia adalah pemuda kaos
pink itu. iya dia, dia berusaha membayarkan belanjaanku di market mini itu. Seketika itu, aku
mulai nervous, keringatan dan wajahku memerah. Aku jadi bingung mau ngapain dan aku
hanya seperti patung yang tidak bisa bergerak meninggalkan barisan itu.
“Zila, kan ya?” dia mulai menatap serta berbicara jelas di hadapanku.
“Oh iya kak, dari Indonesia ya?” tanyaku belagak gak tau, padahal pertanyaan yang aku
utarakan itu tidak membutuhkan jawaban sih hanya sebagai penikmat suasana saja.
“Iya. Zila kenal saya?” ucap beliau sambil melangkah keluar mini market dan akupun
Sambil mendekap erat jacket berkulit beruang itu karena semburan dingin salju di pagi
itu.
Tanya sang kakak pink itu yang membuat hatiku semakin deg degan hehehe. Senang
sekali bercampur tegang. Akhirnya kami duduk bersebelahan di kursi kayu yang lumayan luas
persegi panjang yang dihiasi ukiran lukisan sejarawan kota London. Sambil memesan dua gelas
Muhammad Ziyam Abdullah.” Pembicaraan dia terputus dikarenakan pelayan mini market
mengantar dua gelas capucino kepada kami. Dia menerimanya sambil mengatakan
“Ziyam adalah namaku dan Abdullah adalah nama bapakku. Ya biasalah, kan kamu
mengerti orang Indonesia yang kebanyakan meletakkan nama ayahnya di akhiran nama
pribadi.”
“Oh itu, itu karena aku cinta Nabi Muhammad saja. hehehehh”
Dia mulai ketawa sambil menatap gelasnya. Sungguh ketawanya dan senyumannya
Saat itu, aku merasa bahwa suasanan itu hanyalah sebuah mimpi. Namun, aku sadar
bahwasemua itu adalah nyata karena aku dikagetkan dengan tumpahnya separuh cappucino
hangat itu. “Ohhh!Ouch!” desisku seraya membersihkannya dengan syal abu abu yang
bercamour taburan pink itu. Hal itu membuat dia kaget dan segera mengambil sesuatu di dalam
“Sudah! Jangan dihapus menggunakan syalmu nanti kotor. Ini pakai sapu tanganku
saja.” ucap dia kepadaku sambil memberikan sebuah sapu tangan kecil untukku.
“Oh okay, terima kasih banyak. Oh iya, jadi what should I call you?” sambil mengelap
bajuku dan telapak tanganku, aku menanyakan perihal aku harus memanggi dia siapa.
“Ziyam, you can call me Ziyam.” Jawabnya sambil menatap telapak tanganku yang
“Are you okay, Zila? Or should I take you up to doctor?” tanya dia lagi dengan wajah
“No, no problem. I just need to go home. So, Ziyam! Aku balik duluan yah. Teman
kosku sudah menunggu okay. See you!” jawabku seraya memberikan penjelasan kepadanya
Benar sekali. Oh Tuhan! Terima kasih banyak kau telah membuat dia mengerti apa
yang sebenarnya ada di dalam hati ini. Sambil memejamkan mata dan menggigit bivbir karena
bahagia aku mulai menjawabnya dengan gaya sok cool tanpa memperlihatkan betapa
“Oh Sure, here!” aku mengambil catatan kecil dan bolpoin yang setiap hari aku jadikan
kalung di leherku.
“Yup! Thank you. Can we meet again?” tanya dia lagi kepadaku.
“Yeah Ziyam. If I have a spare time, we can meet and thank you for today.” Balasku
sebelumnya. Lelaki charming, tampan gagah yang aku kagumi dengan sendirinya
Sesampainya di apartemen kamar aku langsung merapikan semua belanjaan yang aku
Aku mengambil handphone yang sedaritadi aku taruh di sofa kecil kamarku.
“Oh My Lord!” ungkapku kepada tuhan seraya menutup mulutku karena shock ketika
“Assalamuaalikum, Zila! It’s me Ziyam.” Pesan itu singkat namun membuat aku
Aku mencoba menenangkan diri dengan mengambil segelas air putih yang setiap hari
aku simpan di lemari es itu. aku mulai meminumnya dengan tatapan kosong bahagia.
Kling!
“Thank you!”
“Aku dijodohkan dengan kamu Zil!. Pertama kali aku melihat foto kamu aku langsung
tertarik akan dirimu. Begitu aku tahu bahwa kamu ada di London aku segera menyusul kesana
dan mengurus pemberangkatanku. Sebenarnya saya masih ingin berangkat tahun depan ke
London karena liburan kuliah kakak masih bulan depan lagi. Akan tetapi saya ingin cepat cepat
menghampiri kamu. Aku ingin segera menghitbahmu dan menikahimu. Wahai Lulu’ Ulfiyah
“Ih kagak romantis banget ya, ini orang! kok lamarnya lewat Sms, setidaknya lewat
telephone lah atau traktir makan gitu. Kan lumayan, pengiritan.” Ungkapku dalam hati.
Aku membaca pesan itu berulang kali. Aku takut ini hanya mimpi dan perasaanku saja
karena sebenarnya aku sudah menyukai dia saat pandangan pertama. Sebauh pertanyaan yang
menjadi penutup pesan dia itulah yang membuat aku bingung harus menjawab apa.
Keringaat dingin mulai melumuri tubuhku. Aku tak sanggup menahan keringat ini. Aku
hidupkan AC kamarku berskala tinggi namun hasilnya nihil. Akhirnya aku mencoba
membalasnya.
“Maaf kak, saya tidak bisa menjawabnya sekarang. Saya butuh waktu untuk menjawab
serta memutuskan semua ini. Berilah aku waktu tiga hari untuk menunggu jawaban yang tepat
Walaupun didalam hati aku sangat menyukai dirinya, namun dalam permasalahan ini
tidak boleh hanya mengikuti keinginan hawa nafsuku saja karena pernikahan hanya harus
terjadi sekali dalam hidup dan tetap satu kali dalam hidup. Aku tidak mau memiliki kehidupan
pernikahan yang silih berganti seperti kebanyakkan pernikahan para artis di televisi.
Pernikahan merupakan salah satu ibadah wajib didalam islam jika kita telah mampu untuk
menikah, maka separuh agama kita sudah terpenuhi. Itulah merupakan salah satu dari kutipan
buku yang pernah saya baca dalam Fiqih Pernikahan dalam Islam.
“Baiklah Zila! saya menghargai pendapatmu. Saya bersedia menunggu jawaban terbaik
darimu. Semoga Tuhan memilih Sang Ziyam ditakdirkan untuk bersanding dengan dikau”
pink itu.
Akupun segera menutup handphoneku dan melanjutkan aktifitas di pagi itu. aku belum
berani untuk mneceritakan kepada mama tentang pengakuan perasaan Ziyam itu kepada diriku.
Aku masih bimbang tentang jawaban apa yang harus aku berikan kepadanya. Sedangkan diriku
sedikitpun belum mengenal secoreh tintapun tentang celoteh kehidupannya. Hanya pasrah
hanya kepadanNya. Seraya mengutarakan akan kebimbangan diriku dalam memutuskan suatu
permasalahn akan dirinya. Sampai akhirnya salat malam itu aku akhiri dengan salat istikharah.
Sesaat kemudian, rasa kantuk mulai mengganggu mataku. Terasa pekat rasanya mata
ini ingin beristirahat. Akupun mulai tak sanggup menahannya dan akhirnya aku terlelap diatas
sajadah dihadapanNya.
Satu menit aku membiarkan mataku tertutup, aku merasa diriku berada di dalam sebuah
cahaya yang penuh akan bunga bunga bermekaran bewarna pink dan merah. Sunggu aromanya
sangat menyeruak didalam hidungku seakan terasa kau sangat menikmatinya. Aku serasa
berlarian mengelili tempat itu, tempat yang cocok untuk aku sebut sebuah taman. Namun taman
itu sungguh aneh dan aku juga merasa aneh. Aku tidak pernah mengunjungi sebelumnya namun
aku merasakan sesuatu yang sama. Tiba tiba, datanglah sosok lelaki berpakaian putih
bercampur dengan taburan debu pink dibajunya. Lelaki itu adalah Kak Ziyam. Iya kak Ziyam.
Aku begitu mengenali dirinya. Dia datang menghampiriku dan menarik sebelah tangan
kananku. Aku begitu bahagia pada saat itu. karena selama akau hidup dimuka bumi ini aku
tidak pernah merasakan bagaimana rasanya dipegang erat bergandengan tangan bersama sama
Dia mengajakku ke suatu tempat yang berada di bagian dalam taman itu. aku
mengikutinya. Terdapat banyak orang yang menyambut diriku dan dirinya dengan senyuman
sumringah. Kebahagianku tidak dapat aku pangku lagi, sungguh ada Babaku yang telah
menungguku disana. Menungguku untuk menjadi wali dalam pernikahanku seraya tersenyum
sangat bahagia dan mengedipak kedua mata sucinya dua kali. ketika aku beranjak untuk berlari
karena begitu rindunya aku akan sosoknya, aku terpleset dan terjatuh seraya aku berseru
“Aduh!”. Akupun sadar dari mimpiku itu dan ternyata aku rasa sakit itu aku dapatkan karena
Dan saat itulah aku sadar, bahwa itu hanyalah mimpi belaka namun mengandung makna
tersirat di dalamnya dan aku memahaminya. Aku segera mengirim pesan kepada Kak Ziyam
“Assalamualaikum kak!Aku menerima lamaranmu dan aku bersedia menjadi istrimu satu tahun
Aku semakin kagum kepadanya karena aku terkesan sangat diinginkan darinya. Dari
sosok seseorang lelaki yang pertama kali aku merasakan apa itu jatuh cinta dan di di dalam
sejarah romantisme pertamakalinya dia menjadi bagian dari kehidupanku untuk selamanya.
SELESAI
SELESAI