Anda di halaman 1dari 14

“Will You Marry Me?, LONDON!

Oleh: Lulu’ Ulfiyah Aprilia

Aku tak tahu apa yang aku rasakan, ketika pertama kali aku melihatnya pandanganku

seakan langsung tertuju kepada dirinya, apakah karena kaos itu, atau karena diriku yang sedang

terbawa suasana?. Sosok lelaki tampan berwajah arab tinggi berpakaian kaos pink bertuliskan

“I am Okay with Pink” berjalan melewati trotoar kampus tepat di samping diriku. Aku terdiam

sejenak, mencoba berfikir, melamun dan mengikuti alur cerita imajinasiku tentang dirinya. Oh

entahlah ini terlalu rumit untuk aku pahami. Aku memang suka berimajinasi namun imajinasiu

saat ini tidak sesuai denga daftar skenario drama imajinasi hidupku. Sungguh!, lelaki tadi sudah

berhasil memikat sebuah hati yang sudah mulai dulu terlelap dari tidurnya. Satu hal yang aku

harapkan saat itu adalah “Semoga aku bisa bertemu kembali dengan dirinya dalam suasana

indah yang nyata”.

Satu setengah tahun sudah cukup bagiku untuk beradaptasi dengan negara kerjaan ini.

Inggris, adalah salah satu kota yang menerima diriku serta memilihku untuk bisa memancing

ilmu dan pengalaman baru di hidupku. Aku sangat menikmatinya, dengan biaya yang

ditanggung negara karena aku termasuk salah satu Mahasiswa Indonesia yang lolos seleksi test

LPDP scholarship in abroad. Banyak sekali keindahan serta kehidupan baru yang aku dapatkan

disana. Disaat gugrny adaun daun kuning, maroon, orange dari pohonnya, dinginnya hawa dan

sejuknya salju yang membuat diriku harus memakai mantel berbulu bulu indah di daerah leher

membuatku tak lupa bersyukur akan kado terindah dari tuhan ini.

Namun rasa rindu tetaplah membeku menjadi sebuah rindu. Keluarga adalah rindu yang

sangat aku benci. Aku ingin memeluk mereka akan tetapi apalah daya aku tak bisa. Masa

kontrak belajarku dengan negara merah putih itu belum usai juga, sehingga aku harus

menunggu musim autumn tiba, ketika masa ujian akhir kuliahku selesai. Sungguh rindu ini
sangatlah perih untuk aku pendam. “kring-kring-kring” deringan nada telephone hpku berbunyi.

Aku segera mengambilnya, setelah aku mulai menghapus layarnya, ternyata itu video call dari

Mama. “Oh Tuhan, ada apa ini? Sungguh engkau baik sekali terhadap diriku!. Terima kasih

banyak Tuhan.” Aku dekap sejenak hp itu seraya memejamkan mata sambil tersenyum bahagia

dan sangat bahagia.

Wajah cantik mama mulai terlukis jelas dalam layar kaca hp ku.

“Assalmualaikum Mama!” seruku sambil melambaikan tangan kanan yang sedari tadi

berusaha untuk merapikan kerudung pashmina yang hanya menempel tanpa peniti kecil saat

itu.

“Waaalaikum salam Zila” seraya tersenyum lembut kepadaku.

Ya Tuhan, senyuman itu. Iya senyuman itulah salah satu yang membuat aku rindu selalu

merindukannya.senyuman yang dapat menghangatkan dinginnya cuaca salju di Inggris. “lulu

tambah gemukan ya disana? wkwkwk tambah bening pula kamu. Kelihatannya anak mama

yang satu ini kerasan sekali tinggal di negeri orang?.”

Aku tertawa sedikit terbahak bahak ketika mender candaan dan rayuan mama itu.

“Aduh mama, kangen banget Zila rindu so muchhhhh” ungkapku seraya mengecup layar hp

android itu.

“hehhhe sama Zil, mama juga kuangennnn banget sama Zila. Oh iya, sebenarnya mama

menelpon mau ngomong serius nih!” ucapnya sambil melirik senyuman rayu.

“Ih mama apaan sih, rayu Zila terus!” ucapku seraya menghilangkan rasa tegang itu.

Aku belum paham, dengan ungkapan mama “berbicara serius”.

Memangnya ungkapan rasa rindu tadi itu hanya main main? Uh uh, entahlah aku masih

menunggu ucapan mama selanjutnya.


“Iya ma, ada apa ngomong saja, lulu pasti dengerin semuanya dengan teliti dan

pasti!”dengan senyuman kecil dan ekspresi konyol, merespon ucapan mama.

Mama mulai mengutarakan pembicaraan seriusnya kepadaku. ”Seperti ini, kemaren ada

temannya mama main kerumah dan tanya kabar Zila di situ karena anak dia on the way kesana

buat melanjutkan S3 jurusan Jurnalistik. Dan maksud kedatangan temannya mama juga itu

untuk melamar Zila untuk dijodohkan dengan anaknya. Jadi kan enak tuh nantinya, kalian

sudah satu negara disana, bisa saling kenal. Oh iya, sebelum mama lanjutkan, Zila rencana

lulus S2 kapan?”

Pertanyaan itu mengkagetkan diriku, dari lamunan yang tidak sepatutnya kau fikirkan .

“In syaa Allah 2021” jawabku terhadapnya dengan wajah sedikit datar.

“Nah kebetulan dia juga lulus S3 tahun 2021 juga, jadi rencana kami setelah kalian

pulang nanti bakalan langsung diadakan resepsi pernikahan kalian dan sekalian sebagai salam

penyambutan.” Ungkap mama seraya tersenyum bangga terhadapku.

“What? Gue nikah 2021? Beneran nih bukan mimpi?.“ gumanku dalam hati. “Terus

bagaimana nasib cowok charming yang memakai kaos pink tadi di kampus?”. Sebenarnya aku

sedikit tidak terima dengan perjodohan ini, namun ya mau bagaimana lagi, mau gak mau aku

harus terima. Mungkin pemuda charming itu hanyala malaikat lewat yang sedang menjaga

diriku melalui perintah tuhan atau apalah itu.” Sudahlah aku berusa menenangkan diri untuk

bisa menjauhi pikiran ini tentang si cowok pink bertuliskan “I’M OKAY WITH PINK”. “

“Zila, bagaimana sayang? Zila mau kan atas perjodohan ini?. Dia adalah pemuda

penghafal Al quran 30 juz dan juga dia juga sudah memiliki beberapa lembaga terkemuka

pendidikan jurnalistikyang terkenal di Indonesia. Apakah Zila sudah bertemu dengan dia?. Lagi

lagi, pertanyaan mama mengkagetkan diriku yang sedari tadi hanya diam mendengarkan cerita

mama tentang pemuda yang alih alih bakalan jadi calon suamiku.
“Belum ma, Zila baru tahunya sekarang dari mama. Boro boro Zila tau, wajah dan

namanya saja kagak tahu.” Jawabku kepada mama sambil tertawa cekikikan.

“Iya nak, mama sudah memberikan salah satu foto kamu. Mungkin nanti dia bakalan

menemuimu disana. Mama minta maaf sebelumnya, soalnya ambil foto Zila tanpa idzin kamu

dulu. Soalnya mamanya Ziyam, minta langsung waktu itu, mau dikasih ke dia. biar nanti pas

disana mudah bertemu kamu.” Ungkap mama berusa menjelaskan alasannya karena telah

memberikan fotoku tanpa seidzinku sebelumnya.

“Oh seperti itu. yakagak apa. Ini yah ma, Zila ini anaknya siapa? Mama kan, itu berarti

milik mama kan. Ya terserah mama lah. Heehheh” jawabku menenagkan mama dari rasa

bersalahnya.

“Mama sehat, adek adek, dan kakak semuanya disitu?” setiap kali aku menghubungi

mama, pertanyaan itu tak pernah lupa aku utarakan.

“Alhamdulillah nak, kamu bagaimana disana?”

“sehat ma Wal afiat” sambil menorehkan senyuman terhadapnya.

“Ya sudah dulu ya, mama tutup dulu. Assalamualaikum, mmuach! Baik baik disana

ya, janagan lupa ibadahnya dan kesehatannya.” Ucap mama sebelum video call itu berakhir.

“Iya Mah, mama juga ya, muach! Waalaikum salam warahmah wabarokah. Bye bye”

ucapku sambil menggerakkan 5 jari tanganku terhadapnya.

Ketika layar hpku kembali ke layar awal, dengan background walpaper foto diriku

bersama keluargaku. Pikiran ini mulai berkecamuk, memikirkan tentang perjodohan tadi. “kok

aku jadi nervous gitu ya.” Aku mulai memikirkan hal hal aneh seperti yang biasa terjadi di

skenario FTV. Aku merupakan salah satu korban scenarionya memepengaruhi kehidupanku.

Agakaneh memang, tapi biarkanlah aku mencoba untuk berpositif thinking untuk dia.
Aku mulai melupakan tentang dirinya, itu dengan melakukan aktivitas yamg biasa aku

lakukan di hari libur. Membaca buku, menyelesaikan beberapa tugas yang belum selesai dan

salat sunnah. Hari itu, cuaca sedang bersahabat denganku. Cuaca itu mengingatkan akan cuaca

di negara tercintaku. Sambil berdiri di depan jendela apartemen lantai 5 sambil memandangi

panorama keindahan kota, cukup indah dan sedikit menyejukkan perasaan gelisahku akan

cerita mama di pagi itu. Cukup lama aku berdiri disana, sambil menikmati roti berlapis cokelat

didalamnya, tiba tiba aku melihat pemuda yang telah mencuri hatiku itu. iya, pemuda yang

pernah berpapasan denganku di trotoar jalan kampus itu. aku mulai mengucek-ngucek mataku

lagi, seraya memastikan bahwa penglihatanku masih normal dan sosok itu bukan pengaruh dari

fikiranku tentang dia.

“Daebak1, sungguh itu adalah dia. pemuda yang telah berhasil mengganggu aktifitas

hariku, tapi ngapain dia melewati daerah sini ya? Apakah apartemen dia tidak jauh dengan

apartemen yang aku tempati?”. Bertubi tubi pertanyaan aneh daan kagak jelas mulai memenuhi

kepalaku. Sedikit senag sih perasaanku karena pemuda yang tanpa nama itu sudah berani

menampakkan dirinya dengan berlari lari kecil tepat di depan apartemenku. Sesekali dia seakan

akan melihat diriku dan mengalihkan pandangannya pelan pelan.

Aku segera pergi meninggalkan jendela itu, dan segera menaruh gelas dan bersiap siap

untuk pergi ke mini market untuk membeli keperluan makanan sehari hari yang mulai menipis.

Aku mencoba untuk melupakan pemuda hanya aku bertemu di trotoar itu tanpa nama dan gak

jelas.

“Please, stop thinking about him. It just beat your heart, who knows that he had

girlfriend 2 .” Ungkapku seraya mencoba untuk memberhentikan diriku sendiri untuk tidak

1
Ungkapan ekspresi shock dalam bahasa korea.
2
Luluk suda deh, jangan fikirkan dia terus. Itu hanya akan menyakiti dirimu. Siapa yang tahu, kalau dia
sebenanyar sudah memiliki pacar.
memikirkannya lagi. “astaghfirullah hil adzim” ucapku tiba tiba, ketika aku menyadari bahwa

aku sudah memikirkan hal yang belum pasti terjadi.

Melupakan seseorang dalam hidup merupakan suatu hal yang sulit seseorang alami

namun tidak dengan diriku. Dengan mempraktekan satu trick yang di utarakan oleh Wirda

Mansyur yang dia dapatkan dari Papanya (Ust. Yususf Mansyur) bahwa kalau kalian ingin

mudah melupakan seseorang atau ingin cepat bisa “MOVE ON” maka “Bayangkan saja

wajah dia ketika dia lagi EE’ (BAB)”. Kedengarannya memang terdengar sedikit aneh dan a

little bit “Jork” sih tapi itu bisa membantu loh. Buktinya saja, setelah aku mempraktekan hal

itu lagi agar bisa melupakan si charming pink itu, alhamdulillah di hari itu juga aku sudah

menghapus semua memori tentang dia, sedikit melegakan dan tidak lagi menganggu

ketenangan hidupku ini.

Setelah mandi dan memakai baju santai serta sedikit make up di wajah dengan disertai

lapisan lip gloss berwarna pin kalem aku dengan pedenya siap keluar dengan

menggelantungkan little bag cute hadiah dari mbak aku ketika pertama kali aku bermain ke

Jogja tepatnya di Malioboro. “Bismillahirrahmanirrahim.” Aku menutup pintu dan

menguncinya dari luar.

Senang sekali rasanya, bisa mengisi hari libur dengan shopping walaupun hanya di mini

market, setidaknya sedikit menghilangkan kepenatan akan tugas kuliah. Di dalam lift

apartemen, aku bertemu dengan teman kelasku si Lussie, dia berasal dari German dan dia juga

sama sepertiku, mendapatkan schoolarship kuliah ke luar negeri tepatnya di London dengan

jalur LPDP.

“Where will you go out Zila?”

“Just go to Mini Market, whats up?, do you want to intrust some food or ..” \

“No No, I just ask, yeah! Because you look very beauty,” dia mencoba bercanda,
“I know, You are kidding me uh.” “Just bye dear...” aku pun sampai di lantai santu dan

aku harus segera pergi meninggalkan si Lussie.

Pagi itu aku malas sekali jalan kaki, jadi aku mengambil sepeda ontel pink yang sengaja

aku beli di sana. Sebenarnya, jarak apartemen ke kampus dekat sih, namun aku menginginkan

saja. Soalnya saya sudah terbiasa menggunakan sepeda ontel pas ketika S1 di Madura. Lagi

pula dengan menaiki sepeda aku bisa lebih enjoy dalam menikmati indahnya pagi hari di

London. Di setiap sudut jalan raya London jam 06.00 pagi sudah rame sekali. Penduduk di

sisni sangatlah rajin dalam bekerja. Jadi jangan kaget kalo jam 06.00 itu traffic jump sudah

beraksi.

Sekitaran tiga menit, akupun sampai di depan mini market itu. aku segera turun dan

meparkir sepeda di tempat parkir “Bcycle”. Aku segera memasuki marketnya dan pergi ke area

garis yang bertuliskan food and vegetable. Akan tetapi, pagi itu aku melihat bayangan dia lagi

di market itu. “ha? Ini karena efek aku keapgian belanja atau emang dia sedang belanja juga?”

gumamku dalam hati, sembari mengambil mie samyang kesukaanku. Aku tidak

menghiraukannya dan membiarkannya begitu saja. Sampai akhirnya aku mau bayar di kasir

itu. “Ok miss, how much at all?” tanyaku kepada mbak mbak kasir itu. “fifty five hundred

dollar.” Jawabnya.

Aku mencoba untuk mengabil caash yang telah aku siapkan sebelum berangkat. Akan

tetapi tiba tiba ada sebuah tangan kekar tepat dibelakangku menyodorkan uang dan mencoba

untuk membayar barang belanjaanku. Aku berusaha menoleh kebelakang untuk mengetahui

siapakah gerangan itu. sungguh, hal itu sangat mengkagetkan diriku. Dia adalah pemuda kaos

pink itu. iya dia, dia berusaha membayarkan belanjaanku di market mini itu. Seketika itu, aku

mulai nervous, keringatan dan wajahku memerah. Aku jadi bingung mau ngapain dan aku

hanya seperti patung yang tidak bisa bergerak meninggalkan barisan itu.

“Zila, kan ya?” dia mulai menatap serta berbicara jelas di hadapanku.
“Oh iya kak, dari Indonesia ya?” tanyaku belagak gak tau, padahal pertanyaan yang aku

utarakan itu tidak membutuhkan jawaban sih hanya sebagai penikmat suasana saja.

“Iya. Zila kenal saya?” ucap beliau sambil melangkah keluar mini market dan akupun

juga melangkah mengikutinya dari belakang.

Sambil mendekap erat jacket berkulit beruang itu karena semburan dingin salju di pagi

itu.

“Kamu lagi gak sibuk kan?”

Tanya sang kakak pink itu yang membuat hatiku semakin deg degan hehehe. Senang

sekali bercampur tegang. Akhirnya kami duduk bersebelahan di kursi kayu yang lumayan luas

persegi panjang yang dihiasi ukiran lukisan sejarawan kota London. Sambil memesan dua gelas

cappucino hangat, dia melanjutkan pembicaraannya kembali. “Perkenalkan nama saya

Muhammad Ziyam Abdullah.” Pembicaraan dia terputus dikarenakan pelayan mini market

mengantar dua gelas capucino kepada kami. Dia menerimanya sambil mengatakan

“Thank sista” sambil tangan kananya memberikannya kepadaku.

“Ziyam adalah namaku dan Abdullah adalah nama bapakku. Ya biasalah, kan kamu

mengerti orang Indonesia yang kebanyakan meletakkan nama ayahnya di akhiran nama

pribadi.”

“Dan Muhammad?” tanyaku sambil meminum capucinno dan melirik kepadanya.

“Oh itu, itu karena aku cinta Nabi Muhammad saja. hehehehh”

Dia mulai ketawa sambil menatap gelasnya. Sungguh ketawanya dan senyumannya

sangat indah sekali.

Saat itu, aku merasa bahwa suasanan itu hanyalah sebuah mimpi. Namun, aku sadar

bahwasemua itu adalah nyata karena aku dikagetkan dengan tumpahnya separuh cappucino

hangat itu. “Ohhh!Ouch!” desisku seraya membersihkannya dengan syal abu abu yang
bercamour taburan pink itu. Hal itu membuat dia kaget dan segera mengambil sesuatu di dalam

kantong celananya dan memberikannya kepadaku seraya berkata

“Sudah! Jangan dihapus menggunakan syalmu nanti kotor. Ini pakai sapu tanganku

saja.” ucap dia kepadaku sambil memberikan sebuah sapu tangan kecil untukku.

“Oh okay, terima kasih banyak. Oh iya, jadi what should I call you?” sambil mengelap

bajuku dan telapak tanganku, aku menanyakan perihal aku harus memanggi dia siapa.

“Ziyam, you can call me Ziyam.” Jawabnya sambil menatap telapak tanganku yang

memerah akibat tumpahan cappucino hangat tadi.

“Are you okay, Zila? Or should I take you up to doctor?” tanya dia lagi dengan wajah

cemas dan perhatian.

“No, no problem. I just need to go home. So, Ziyam! Aku balik duluan yah. Teman

kosku sudah menunggu okay. See you!” jawabku seraya memberikan penjelasan kepadanya

dan berpamitan pulang.

“Eh wait, Can I have your number?” ucap dia kepadaku.

Benar sekali. Oh Tuhan! Terima kasih banyak kau telah membuat dia mengerti apa

yang sebenarnya ada di dalam hati ini. Sambil memejamkan mata dan menggigit bivbir karena

bahagia aku mulai menjawabnya dengan gaya sok cool tanpa memperlihatkan betapa

bahagianya aku dengan tidakannya itu.

“Oh Sure, here!” aku mengambil catatan kecil dan bolpoin yang setiap hari aku jadikan

kalung di leherku.

“Yup! Thank you. Can we meet again?” tanya dia lagi kepadaku.

“Yeah Ziyam. If I have a spare time, we can meet and thank you for today.” Balasku

kepadanya seraya pergi meninggalkannya.


Pagi itu adalah pagi yang teakrindah dari Tuhan di London yang pernah aku alami

sebelumnya. Lelaki charming, tampan gagah yang aku kagumi dengan sendirinya

menghampiriku tanpa ada alasan.

“Tuhan! Sungguh aku mau menikah denganya” jeritku di dalam hati.

Sesampainya di apartemen kamar aku langsung merapikan semua belanjaan yang aku

beli dan merapikannya di lemari es dan tak lama kemudian...

“kling!” hpku berbunyi, itu berarti ada sebuah pesan untukku.

Aku mengambil handphone yang sedaritadi aku taruh di sofa kecil kamarku.

“Oh My Lord!” ungkapku kepada tuhan seraya menutup mulutku karena shock ketika

melihat layar handphone itu.

“Assalamuaalikum, Zila! It’s me Ziyam.” Pesan itu singkat namun membuat aku

bingung untuk menjawab apa.

Aku mencoba menenangkan diri dengan mengambil segelas air putih yang setiap hari

aku simpan di lemari es itu. aku mulai meminumnya dengan tatapan kosong bahagia.

“waalaikum salam Ziyam! Iya I gotta save your number. Ok!”

Kling!

“Thank you!”

“Zila I have something serious to tell at you, May I?”

“Just say kak”

“Aku dijodohkan dengan kamu Zil!. Pertama kali aku melihat foto kamu aku langsung

tertarik akan dirimu. Begitu aku tahu bahwa kamu ada di London aku segera menyusul kesana

dan mengurus pemberangkatanku. Sebenarnya saya masih ingin berangkat tahun depan ke

London karena liburan kuliah kakak masih bulan depan lagi. Akan tetapi saya ingin cepat cepat
menghampiri kamu. Aku ingin segera menghitbahmu dan menikahimu. Wahai Lulu’ Ulfiyah

Aprilia, will you marry me? In LONDON!”

Aku kaget membaca pengakuan tentang perasaan dan niatnya kepadaku.

“Ih kagak romantis banget ya, ini orang! kok lamarnya lewat Sms, setidaknya lewat

telephone lah atau traktir makan gitu. Kan lumayan, pengiritan.” Ungkapku dalam hati.

Aku membaca pesan itu berulang kali. Aku takut ini hanya mimpi dan perasaanku saja

karena sebenarnya aku sudah menyukai dia saat pandangan pertama. Sebauh pertanyaan yang

menjadi penutup pesan dia itulah yang membuat aku bingung harus menjawab apa.

Keringaat dingin mulai melumuri tubuhku. Aku tak sanggup menahan keringat ini. Aku

hidupkan AC kamarku berskala tinggi namun hasilnya nihil. Akhirnya aku mencoba

membalasnya.

“Maaf kak, saya tidak bisa menjawabnya sekarang. Saya butuh waktu untuk menjawab

serta memutuskan semua ini. Berilah aku waktu tiga hari untuk menunggu jawaban yang tepat

dari Tuhan kak” ungkapku dengan tegas.

Walaupun didalam hati aku sangat menyukai dirinya, namun dalam permasalahan ini

tidak boleh hanya mengikuti keinginan hawa nafsuku saja karena pernikahan hanya harus

terjadi sekali dalam hidup dan tetap satu kali dalam hidup. Aku tidak mau memiliki kehidupan

pernikahan yang silih berganti seperti kebanyakkan pernikahan para artis di televisi.

Pernikahan merupakan salah satu ibadah wajib didalam islam jika kita telah mampu untuk

menikah, maka separuh agama kita sudah terpenuhi. Itulah merupakan salah satu dari kutipan

buku yang pernah saya baca dalam Fiqih Pernikahan dalam Islam.

“Baiklah Zila! saya menghargai pendapatmu. Saya bersedia menunggu jawaban terbaik

darimu. Semoga Tuhan memilih Sang Ziyam ditakdirkan untuk bersanding dengan dikau”

balas dia kepadaku.


Hatiku sangat tersentuh dna sedikit bergetar membaca kutipan pesan itu dari sang kaos

pink itu.

“Amin!” balasku kembali.

Akupun segera menutup handphoneku dan melanjutkan aktifitas di pagi itu. aku belum

berani untuk mneceritakan kepada mama tentang pengakuan perasaan Ziyam itu kepada diriku.

Aku masih bimbang tentang jawaban apa yang harus aku berikan kepadanya. Sedangkan diriku

sedikitpun belum mengenal secoreh tintapun tentang celoteh kehidupannya. Hanya pasrah

dengan jawaban Tuhanlah aku meminta kepadanya.

“Subhana Robbiyal A’la wabihamdihi” kutundukkan kepadaku di sepertiga malam itu

hanya kepadanNya. Seraya mengutarakan akan kebimbangan diriku dalam memutuskan suatu

permasalahn akan dirinya. Sampai akhirnya salat malam itu aku akhiri dengan salat istikharah.

Sesaat kemudian, rasa kantuk mulai mengganggu mataku. Terasa pekat rasanya mata

ini ingin beristirahat. Akupun mulai tak sanggup menahannya dan akhirnya aku terlelap diatas

sajadah dihadapanNya.

Satu menit aku membiarkan mataku tertutup, aku merasa diriku berada di dalam sebuah

cahaya yang penuh akan bunga bunga bermekaran bewarna pink dan merah. Sunggu aromanya

sangat menyeruak didalam hidungku seakan terasa kau sangat menikmatinya. Aku serasa

berlarian mengelili tempat itu, tempat yang cocok untuk aku sebut sebuah taman. Namun taman

itu sungguh aneh dan aku juga merasa aneh. Aku tidak pernah mengunjungi sebelumnya namun

aku merasakan sesuatu yang sama. Tiba tiba, datanglah sosok lelaki berpakaian putih

bercampur dengan taburan debu pink dibajunya. Lelaki itu adalah Kak Ziyam. Iya kak Ziyam.

Aku begitu mengenali dirinya. Dia datang menghampiriku dan menarik sebelah tangan

kananku. Aku begitu bahagia pada saat itu. karena selama akau hidup dimuka bumi ini aku
tidak pernah merasakan bagaimana rasanya dipegang erat bergandengan tangan bersama sama

oleh seorang lelaki yang aku sukai.

Dia mengajakku ke suatu tempat yang berada di bagian dalam taman itu. aku

mengikutinya. Terdapat banyak orang yang menyambut diriku dan dirinya dengan senyuman

sumringah. Kebahagianku tidak dapat aku pangku lagi, sungguh ada Babaku yang telah

menungguku disana. Menungguku untuk menjadi wali dalam pernikahanku seraya tersenyum

sangat bahagia dan mengedipak kedua mata sucinya dua kali. ketika aku beranjak untuk berlari

karena begitu rindunya aku akan sosoknya, aku terpleset dan terjatuh seraya aku berseru

“Aduh!”. Akupun sadar dari mimpiku itu dan ternyata aku rasa sakit itu aku dapatkan karena

kepalaku terbentuk ke tembok jendela kamarku.

“Aduh sakit sekali!” sambil mengelus ngelus kepalaku.

Dan saat itulah aku sadar, bahwa itu hanyalah mimpi belaka namun mengandung makna

tersirat di dalamnya dan aku memahaminya. Aku segera mengirim pesan kepada Kak Ziyam

“Assalamualaikum kak!Aku menerima lamaranmu dan aku bersedia menjadi istrimu satu tahun

lagi.” Jelasku kepadanya.

Saat itu juga dia segera mebalasnya.

“Alhamdulillah, subhanAllah Walhamdulillah Walailahaillah Allah hu Allah hu Akbar”

balasnya dia kepadaku.

Aku semakin kagum kepadanya karena aku terkesan sangat diinginkan darinya. Dari

sosok seseorang lelaki yang pertama kali aku merasakan apa itu jatuh cinta dan di di dalam

sejarah romantisme pertamakalinya dia menjadi bagian dari kehidupanku untuk selamanya.

SELESAI
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai