Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontiniutas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Helmi, 2014).
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak
lengkap melibatkan seluruh kekebalan tulang.Pada beberapa keadaan trauma
musculoskeletal, fraktur dan dislokasi terjadi bersamaan.Hal ini terjadi apabila disamping
kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan tulang disertai pula fraktur
persendian tersebut (Helmi, 2014).
Aktivitas gerak tubuh manusia bergantung pada efektifnya interaksi antara sendi yang
normal dengan unit-unit neuromuscular yang menggerakkannya. Elemen tersebut juga
berinteraksi untuk mendistribusikan stress mekanik ke jaringan sekitar sendi. Otot, tendon,
ligmen, rawan sendi dan tulang saling bekerjasama agar fungsi tersebut dapat berlangsung
dengan sempurna (Lukman, 2011 didalam Noer S, 1996).
Negara Indonesia merupakan Negara berkembang yang berada dalam taraf industrialisasi
tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat/mobilitas masyarakat yang
meningkat otomatis terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi/kendaraan
bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan, sehingga menambah resiko
kecelakaan lalulintas. Arus lalulintas yang tidak teratur dapt meningkatkan kecenderungan
terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor.Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan
cedera tulang atau disebut fraktur.Fraktur ini terdiri dari 2 jenis, yaitu fraktur terbuka dan
tertutup.
Berdasarkan data dari DepKes RI, 1995 yang mengalami gangguan musculoskeletal,
termasuk yang mengalami fraktur panggul/pelvis presentase sebesar 5% dan fraktur femur
sebesar 20%. Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan
memobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode fraktur adalah fiksasi interna melalui
operasi ORIF (Smeltzer, 2001).Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya

1
komplikasi.Komplikasi umumnya oleh akibat fraktur utama yaitu penekanan local, traksi
yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Dapat mengidentifikasi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.

1.2.2 Tujuan khusus


1. Mengetahui etiologi fraktur terbuka dan tertutup.
2. Mengetahui patofisiologi fraktur terbuka dan tertutup.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari fraktur terbuka dan tertutup.
4. Mengetahui diagnose berdasakan NIC, dan NOC dari fraktur terbuka dan
tertutup.
5. Mengetahui intervensi dan implementasi yang diberikan pada klien dengan
fraktur terbuka dan tertutup.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Defenisi
Fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang (FKUI, 2000).Fraktur
adalah pemisahan atau patahnya tulang (Boenges, 2000).Fraktur adalah terpisahnya
kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan (Back
& Martasarin, 1993).Fraktur adalah terputusnya kontiniutas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya (Smeltzer, 2001).Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang
yang utuh (Lockhart R, 2001).
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik yang
bersifat total maupun sebagian (Helmi, 2014).
2.1.2 Etiologi dan klasifikasi
Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab, klasifikasi klinis, dan
klasifikasi radiologis.
A. Klasifikasi penyebab
1. Fraktur traumatic
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan
yang besar.Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi
fraktur.
2. Fraktur patologis
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patoogis di
dalam tulang. Frakur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah
menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang sering kali
menunjukkan penurunan densitas.Penyebab yang paling sering fraktur-fraktur
semacam ini adalah tumor, baik primer maupun metastasis.
3. Fraktur stress
Disebabkan oleh trauma terus menerus pada suatu tempat tertentu.
B. Klasifikasi fraktur berdasarkan klinis
1. Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi

3
infeksi (Black & Matassarin, 1993).Fraktur terbuka adalah fraktur dengan
kulit ekstremitas yang terlibat telah di tembus (Price, 2005).Fraktur terbuka
atau openfracture adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia
luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam
(from within) atau dari luar (from without) (Helmi, 2014).
Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade, yaitu :
a. Grade I : robekan kulit dengan kerusakan kulit otot.
b. Grade II: seperti grade I dengan memar kulit dan otot.
c. Grade III : luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah,
saraf otot dan kulit.
2. Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol melalui kulit (Black & Matassarin, 1993).Fraktur
tertutup atau close fracture adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh
fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau
tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar (Helmi, 2014).
C. Klasifikasi berdasarkan radiologis
Klasifikasi fraktur berdasarkan penilaian radiologis yaitu penilaian lokalisasi/letak
fraktur meliputi :
1. Fraktur komplit adalah patah atau diskontiunitas jaringa tulang yang luas sehinggs
tulang terbagi menjadi 2 bagian dan garis patahnya menyebeberang dari satu
sisike sisi lain serta mengenai seluruh korteks.
2. Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontiunitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyebrang sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang
utuh).
3. Fraktur green stick yaitu fraktur yang terletak pada sebelah sisi dari tulang, sering
terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek. Pada fraktur ini terbagi atas 3 jenis
patah tulang yaitu : patah melintang (tranverse), patah memanjang (longitudinal),
patah miring (oblique), dan patah melingkar (spiral).

4
Klasifikasi radiologis berdasarkan sudut patah, yaitu :

1. Fraktur segmental
Merupakan dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.Frktur semacam ini sulit di
tangani. Biasanya, satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah akan sulit
sembuh dan mungkin memerlukan pengobatan secara bedah.

2. Fraktur transversal
Merupakan fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah di revosisi
atau di reduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan
stabil, dan biasanya di kontrol dengan bidai gips.

5
3. Fraktur oblik
Merupakan fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.Fraktur
ini tidak stabil dan sulit di perbaiki.

6
4. Fraktur kuminutif
Merupakan serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat
lebih dari dua fragmen tulang.

5. Fraktur impaksi
Merupakan fraktur kompresi tejadi ketika dua tulang menumbuk tulang yang
berada diantaranya, seprti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya (sering
disebut dengan brust fraktur).Fraktur pada korpus vertebra ini dapat didiagnosis
dengan radiogram. Pandangan lateral dari tulan punggung menunjukkan
pengurangan tinggi vertikal dan sedikit membentuk sudut pada satu atau beberapa
vertebra.

7
6. Fraktur spiral
Merupakan fraktur yang timbul akibat torsi pada ekstremitas.Fraktur-frktur ini
khas pada cedera terputar sampai tulang patah.Yang menarik adalah bahwa jenis
fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak
dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

2.1.3 Patofisiologis
Menurut Black dan Matassarin, 1993 serta Patrick dan Woods, 1989, ketika patah
tulang akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan
lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan
sekitarnya.Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanl medulla antara tepi tulang
dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.Terjadinya respon
inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan fasodilatasi dari
plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses
penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap ini meninjukkan tahap awal
penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan
dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan
lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain.
Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler,
kemudian menstimulasi histamine pada otot yang iskemik dan menyebabkan protein
plasma hilang dan masuk ke interstitial.Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema
yang terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung lama bias menyebabkan
syndrome compertemen.

8
2.1.4 Manifestasi klinis
Menurut lewis, 2006 manifestasi klinis dari fraktur adalah :
1. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma.Hal ini dikarenakan adanya spasme
otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2. Bengkak/edema
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah
fraktur dan ekstra pasi pada daerah di jaringan sekitarnya.
3. Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari ekstra pasi daerah di jaringan
sekitarnya.
4. Spasme otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
5. Penurunan sensasi
Penurunan sensasi terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya saraf karena edema.
6. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri, atau spasme otot.Paralisis
dapat terjadi karena kerusakan saraf.
7. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya
tidak trjadi pergerakan.Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
8. Krepitasi
Merupakan rasa pergeseran yang terjadi jika bagian-bagian tulang di gerakkan.
9. Defermitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan
pergerakkan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan
menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
10. Syok hipofolemik
Syok terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.

9
2.1.5 Komplikasi
a. Komplikasi awal
1) Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bias menyebabkan menurunnya oksigenasi. Hal
ini biasanya terjadi pada fraktur.Pada beberapa kondisi tertentu, syok
neurogenic terjadi pada fraktur femur karena rasa sakit yang hebat pada
pasien.
2) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bias ditandai oleh tidak adanya nadi, CRT
menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, serta dingin pada
ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergency pembidaian,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi dan pembedahan.
3) Syndrome compartemen
Syndrome compartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi terjebaknya
otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan paru akibat suatu
pembengkakan dari edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah.Kondisi syndrome kompartemen akibat komplikasi fraktur
hanya terjadi pada frakturyang dekat dengan persendian dan jarang terjadi
pada bagian tengah tulang. Tanda khas untuk sindroma kompartemen adalah
5P, yaitu : Pain (nyeri local), Paralisis (kelumpuhan tungkai), Pallor (pucat
bagian distal), Parestesia (tidak ada sensasi), dan Pulsesessness(tidak ada
denyut nadi, perubahan nadi, perfusi yang tidak baik, dan CRT > 3 detik pada
bagian distal kaki).
4) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.Pada trauma
ortopedik infeksi di mulai pada kulit (supervisial) dan masuk ke dalam. Hal
ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bias juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti Pen (ORIF dan OREF)
atau plat.

10
5) Avascular nekrosis
Avascular nekrosis atau AVN terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau
terganggu yang bias menyebabkan nekrisis tulang dan di awali dengan
adanya volkman’s ischemia.
6) Sindroma emboli lemak
Sindroma emboli lemak (fat embolism syndrome-FES) adalah komplikasi
serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang.FES terjadi
karena sel-sel lemak yang dihasilkan sumsum tulang kuning masuk ke aliran
darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernapasan, takikardi, hipertensi, takipnea, dan demam.
b. Komplikasi lama
1. Delayed union
Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk sembuh atau tersambung dengan
baik.Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.Delayed union
adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan
untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah).
2. Non union
Disebut non union apabila fraktur tidak smbuh dalam waktu antara 6-8 bulan
dan tidak terjadi konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu).
Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama
infeksi yang disebut sebagai infected pseudoartrosis.
3. Mal union
Mal union adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya tetapi
terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus atau valdus, pemendekan,
atau mennyilang, misalnya pada fraktur radius ulna.
2.1.6 Penatalaksanaan
Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Handerson, 1993 dalam
Musliha, 2010 yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah
kedalam bentuk semula (anatomis) imobiusasi untuk mempertahankan bentuk dan

11
memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak. Maka penatalaksanaan dalam fraktur
terdiri atas :
1. Manipulasi atau close red
Tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk close reduksi
dilakukan dengan local anastesi ataupun umum.
2. Open reduksi
Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan sering dilakukan
dengan internal fiksasi menggunakan kawat, screlus, pins, plate, intermedulari rods
atau nail.Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi
berhubungan dengan anesthesia. Jika dilakukan open reduksi internal fixasi pada
tulang (termasuk sendi) maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM.
3. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikkan pada anggota yang fraktur untuk
meluruskan bentuk tulang. Ada 3 macam yaitu :
a. Skin traksi
Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan
plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu
menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan
untuk jangka pendek (48-72 jam).
b. Skeletal traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi
panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) kedalam tulang.
c. Maintenance traksi
Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung
pada tulang dengan kawat atau pins.
2.1.7 Penanganan dan penanggulangan keperawatan kritis
A. Penatalaksanaan fraktur tertutup
 Informasikan pasien mengenai metode pengontrolan edema dan nyeri yang
tepat (misalnya meninggikan ekstremitas setinggi jantung, menggunakan
analgesic sesuai resep).

12
 Ajarkan latihan untuk mempertahankan kesehatan otot yang tidak terganggu
dan memperkuat otot yang diperlukan untuk berpindah tempat dan untuk
menggunakan alat bantu (misalnya tongkat, alat bantu berjalan/walker).
 Ajarkan pasien tentang cara menggunakan alat bantu dengan aman.
 Bantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka sesuai kebutuhan dan
mencari bantan personal jika diperlukan.
 Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai perawatan diri,
informasi medikasi, pemantauan kemungkinan komplikasi, dan perlunya
supervisilayanan kesehatan yang berkelanjutan.
B. Penatalaksanaan fraktur terbuka
 Sasaran penatalaksanaan adalah untuk mencegah infeksi luka, jaringan
lunak, dan tulang serta untuk meningkatkan pemulihan tulang dan jaringan
lunak. Pada kasus fraktur terbuka, terdapat resiko osteomyelitis, tetanus, dan
gas ganggren.
 Berikan antibiotic IV dengan segera saat pasien tiba di rumah sakit bersama
dengan tetanus toksoid jika diperlukan.
 Lakukan irigasi luka dan debridemen.
 Tinggikan ekstremitas untuk meminimalkan edema.
 Kaji status neurovascular dengan sering.
 Ukur suhu tubuh pasien dalam interval teratur dan pantau tanda-tanda
infeksi.
C. Penatalaksanaan fraktur pada tempat spesifik
1. Klavikula
Fraktur klavikula atau tulang selangka adalah cedera yang sering terjadi
akibat jatuh atau pukulan langsung ke bahu.Pantau sirkulasi dan fungsisaraf
di lengan yang terganggu dan bandingkan dengan lengan yang tidak
terganggu untuk menentukan variasi, yang dapat mengindikasi gangguan
status neurovakular.Ingatkan pasie untuk tidak meninggikan lengan diatas
bahu sampai fraktur sembuh (sekitar 6 minggu).Anjurkan pasien untuk
melakukan latihan fisik pada siku, pergelangan tangan, dan jaringan tangan

13
dengan segera dan jika diprogramkan melakukan latihan fisik pada
bahu.Beri tahu pasien bahwa aktifitas berat dibatasi selam 3 bulan.
2. Leher humeral
Pada fraktur leher humeral (paling sering terlihat pada wanita lansia setelah
jatuh dengan kondisi leher terulur), lakukan pengkajian neurovascular pada
ekstremitas yang terganggu untuk mengevaluasi cedera dan kemungkinan
adanya saraf dan pembuluh darah lengan yang ikut terganggu. Ajarkan
pasien untuk menpang lengan dan mengimobilisasinya dengan mitela yang
memfixasi lengan (yang telah ditopang) ke batang tubuh.Mulai latihan pen
dulu dengn segera setelah pasien dapat mentoleransi latihan. Intruksikan
pasien untuk menghindari aktifitas berat selam tambahan 10-14 minggu.
Informasikan pasien bahwa kekakuan residual, rasa nyeri, dan beberapa
keterbatasan rentang pergerakkan dapat terjadi selama 6bulan atau
lebih.Apabila fraktur leher humeral bergeser sehingga diperlukan fiksasi,
latihan dapat dimulai hanya setelah periode imobilisasi yang diprogramkan
terlewati. Pada fraktur batang humeral, saraf dan pembuluh darah brakialis
dapat mengalami cedera,sehingga pengkajian neurovaskuler penting untuk
memantau status saraf atau pembuluh darah. Gunakan beban yang telah
diberi bantalan untuk mulai memobilisasi lengan atas dan menopang lengan
dalam sudut fleksi 90 derajat dibagian siku, gunakkan mitela atao collar dan
manset untuk menopang lengan bawah dan gunakan fiksator eksternal untuk
mengatasi fraktur terbuka pada batang humerus.
3. Siku
Fraktur siku humerus distal dapat menyebabkan cedera pada saraf median,
radial atau ulna.Evaluasi pasien untuk mengetahui adanya parestesia dan
tanda-tanda penurunan sirkulasi dilengan bawah dan tangan.Pantau dengan
seksama adanya kontraktur iskemik Volkman (sindrom kompartemen akut)
dan hemartrosis (darah didalam sendi). Perjelas informasi mengenai reduksi
dan fixasi fraktur serta rencana pergerakkan aktif ketika bengkak telah
berkurang dan proses pemulihan dimulai. Jelaskan langkah perawatan jika
lengan di imobolisasi dengan gips atau beban posterior dengan mitela.

14
Dorong pasien untuk melakukan latihan jari tangan yang aktif.Ajarkan dan
dorong pasien untuk melakukan latihan rentang pergerakan pada sendi yang
cedera sekitar 1 minggu setelah fixasi internal. Fraktur kaput radialis
biasanya terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terulur dan siku ekstensi
ajarkan pasien cara menggunakan beban imobilisasi. Jika posisi fraktur
bergeser tekankan pentingnya imobilisasi lengan pasca operasi dengan
beban plaster posterior dan mitela. Anjurkan pasien untuk melaksanakan
program pergerkkan aktif siku dan lengan bawah jika diinstruksikan.
4. Pergelangan tangan
Fraktur pergelangan tangan atau radius distal (fraktur colles) biasanya
terjadi akibat terjatuh pada tangan dalam kondisi dorsi fleksi
terbuka.Kondisi ini sering ditemui pada wanita lansia dengan osteoporosis
tulang dan jaringan lunak yang lemah yang tidak menyebarkan energy saat
jatuh. Tekankan langkah perawatan gips atau pada fraktur yang lebih berat
dengan pemasangan kawat, ajarkan perawatan insisi. Instruksikan pasien
utnuk tetap meninggikan pergelangan tangan dan lengan bawah selama 48
jam setelah reduksi. Mulai pergerakan jari tangan dan bahu secara aktif
dengan mengajarkan pasien cara melakukan latihan berikut guna
mengurangi pembengkakan dan kekakuan :
 Tahan tangan setnggi jantung.
 Gerakkan jari tangan dari ekstensi lengkap ke fleksi. Tahan dan
lepaskan. Ulangi miimal 10 kali setiap jam ketika pasien terjaga (tidak
tidur).
 Gunakan tangan pada aktifitas fungsional.
 Latihan bahu dan siku secara aktif, termasuk latihan rentang pergerakan
secara komplit pada kedua sendi.
 Kaji fungsi sensori saraf median dengan menusuk sisi distal jari telunjuk
dan kaji fungsi motoric dengan menialai kemampuan pasien untuk
menyentuhkan ibu jari ke jari kelingking. Jika sirkulasi dan fungsi saraf
menurun tangani dengan cepat dan tepat.

15
5. Tangan dan jari
 Trauma tangan sering kali memerlukan tindakan bedah rekonstruksi
yang ekstensif. Sasaran terapi selalu untuk mengembalikan fungsi
tangan secara maksimal. Pada fraktur yang tidak bergeser, jari tangan
dibebat selam 3-4 minggu untuk meredakan nyeri dan melindungi ujung
jari dari trauma lebih lanjut, tetapi fraktur yang bergeser dan fraktur
terbuka mungkin memerlukan tindakan reduksi terbuka dengan fixasi
internal dengan menggunakan kawan atau pin.
 Evaluasi status neurovascular tangan yang cedera. Ajarkan pasien untuk
mengendalikan pembengkakan dengan meninggikan tangan. Anjurkan
pasien untuk memfungsikan bagian tangan yang tidak terganggu.
6. Pelvis/panggul
 Fraktur panggul dapat disebabkan oleh jatuh, kecelakaan kendaraan
bermotor atau cedera tabrakan. Minimal 2/3 pasien ini mengalami
cedera berat dan multiple (lebih dari 1).
 Pantau gejala termasuk ekimosis, nyeri tekan di atas simfisis pubis,
spinal iliaka anterior, krista iliaka, sacrum atau koksigis, edema local,
kebas atau kesemutan di pubis, genital dan paha proksimal, dan ketidak
mampuan untuk menahan beban menimbulkan ketidaknyamanan.
 Lengkapi pengkajian neurovaskuler ekstremitas bawah untuk
mendeteksi cedera pada pembuluh darah dan saraf panggul. Pantau
adanya hemoragi dan syok, 2 dmpak paling serius yang dapat terjadi.
Palpasi ekstremitas bawah untuk mendeteksi absennya denyut nadi
perifer, yang dapat mengindikasikan robekan arteri iliaka atau slah satu
cabangnya.
 Kaji adanya cedera pada kandung kemih, rectum intestine/usus, organ
abdomen lain pada pembuluhdarah dan saraf panggul. Kji adanya darah
pada urin untuk mengkaji cedera pada saluran kemih. Pada pasien pria
jangan memasukkan kateter sampai status uretra diketahui. Pantau nyeri
abdomen yang menyebar dan intens bising usus yang hiperaktif atau
tidak ada dan rigiditas atau kekakuan abdomen serta bunyi resonans

16
(udara bebas) atau bunyi tumpul pada pemeriksaan perkusi (darah), yang
menunjukkan cedera pada usus atau terjadi perdarahan abdomen.
 Jika pasien mengalami fraktur panggul yang stabil, tirah baringkan
pasien selama beberapa hari dan lakukan penatalaksanaan gejala sampai
nyeri dan ketidaknyamanan terkontrol.
 Berikan cairan, serat diet, latihan pergelangan kaki dan kaki, gunakan
stoking anti emboli untuk membantu aliran balik vena, gulingkan pasien
untuk memindahkan posisinya (rolgrolling), latih pernapasan dalam, dan
lakukan perawatan kulit untuk mengurangi resiko komplikasi dan
meningkatkan kenyamanan.
 Pantau bising usus, jika pasien mengalami fraktur koksigis dan
mengalami nyeri saat duduk dan saat defekasi, bantu pasien mandi
rendam duduk sesuai program untuk meredakan nyeri, dan berikan
pelunak fese untuk mencegah mengejan saat defekasi.
 Saat nyeri reda, instruksikan pasien untuk kembali melakukan aktifitas
secara bertahap, gunakan alatbantu mobilitas agar pasien terlindungi saat
menopang berat badannya. Pasien dengan fraktur panggul tidak stabil
mungkin ditangani dengan fixasi eksternal atau reduksi terbuka dan
fixasi internal (open reduction and internal fixation, ORIF)
 Tingkatkan stabilitas hemodinamik dan kenyamanan, dan dorong
mobilisasi sejak dini.
7. Femur dan panggul
 Fraktur batang femoral paling sering terjadi pada dewasa muda yang
mengalami tabrakan kendaraan motor atau jatuh dari tempat yang tinggi.
Sering kali, pasien ini menderita terutama multiple dan mengalami syok
akibat kehilangan 2-3 unit darah.
 Kaji status neurovascular ekstermitas, terutama perfusi sirkulasi pada
tungkai bawah dan kaki.
 Catat tanda-tanda dislokasi pinggul dan lutut, efusi lutut yang dapat
menunjukkan kerusakan ligament dan kemungkinan instabilitas sendi
lutut.

17
 Pasang traksi skeletal atau bebat otot menjadi rileks dan frakmen fraktur
sejajar sebelum dilakukan prosedur ORIF dan selanjutnya pasang cast
brace.
 Bantu pasien menopang sebagian kecil berat tubuhnya ketika di
indikasikan dan berlanjut dengan menopang seluruh bobot tubuh sesuai
toleransi.
 Perjelas informasi cast brace digunakan selama 12-14 minggu.
 Instruksikan dan dorong pasien untuk melakukan latihan pada tungkai
bawah, kaki dan jari kaki secara teratur. Bantu pasien melaksanakan
latihan lutut aktif dan pasif dengan segera, bergantung pada pendekatan
penatalaksanaan dan stabilitas fraktur dan ligament lutut.
8. Tibia dan fibula
 Fraktur tibia dan fibula (fraktur paling sering terjadi dibawah lutut)
cenderung terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan posisi tungkai
fleksi, atau akibat gerakan memuntir yang keras.
 Ajarkan tntang langkah perawatan long leg walking cast atau patella
tendon bearing cast.
 Ajarkan dan bantu pasien untuk menopang sebagian berat badannya,
biasanya dalam 7-10 hari.
 Ajarkan pasien mengenai perawatan gips atau short leg brace (dalam 3-4
minggu), yang memungkinkan gerakkan lutut.
 Ajarkan pasien tentang perawatan traksi skeletal, jika dapat diterapkan.
Dorong pasien untuk melakukan latihan pinggul, kaki, dan lutut dalam
batasan alat imobilisasi.
 Instruksikan pasien untuk mulai menopang berat badannya ketika sudah
diprogramkan (biasanya sekitar 4-8 minggu).
 Instruksikan pasien untuk meninggikan ektremitas guna mengontrol
edema.
 Lakukan evaluasi neurovascular kontinu.

18
9. Rusuk
 Fraktur rusuk sering terjadi pada orang dewasa dan biasanya tidak
menyebabkan kerusakan fungsi tetapi menimbulkan nyeri saat bernapas.
Bantu pasien untuk bantu dan mengambil napas dalam dengan
membebat dada mengunakan tangan atau bantal selama batuk. Yakinkan
pasien bahwa nyeri yang disebabkan oleh fraktur rusuk akan menghilang
dalam 3-4 hari dan fraktur sembuh dalam 6 minggu. Pantau adanya
komplikasi, yang dapat mencakup atelectasis, pneumonia, dada gail,
pneumotoraks, dan hemotoraks.

2.2 Konsep Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Pengumplan Data Yaitu
a) Identias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, alamt, suku bangsa, bahas yang digunakan seari-hari, status
perkawinan,golongan darah, tanggal masuk Rumah sakit, NRM,diagnosa
medis.
b) Keluhan Utama pada umunya keluhan utama pada kasus fraktur adalah
nyeri, nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung lamanya serangan,
untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan :
1) Provoking recident. Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
persifitasiknyeri.
2) Quality of Pain : sebarapa nyeri yang dirasakan atau yang digambarkan
klien, apakah seperti terbakar, berdenyut, atau tertusuk.
3) Region : apakah rasa sakit bisa mereda, apakah rasa sakit menjalar atau
menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi atau lokasi rasa sakit tersebut.
4) Severity (scale) of paint : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan kien
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhifungsinya.
5) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk.

19
2. Pola Fungsi Kesehatan
a) Airway: Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk.
b) Breathing: Kelemahan menelan/ batuk /melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan/ atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /
aspirasi.
c) Circulation: TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantungnormal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
d) Integritasego. gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis, factor-faktor
stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
e). Makanan/cairan Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis), malnutrisi (termasuk obesitas), membrane
mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
f). Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
g). Keamanan Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan ; Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
h). Penyuluhan/Pembelajaran Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid,
antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator,
diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.
Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi
koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri
pascaioperasi).
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda seperti :
 Kesadaran penderita : composmentis, apatis, somnolen, spoor, koma
gelisah tergantung pada keadaan klien.

20
 Kesakitan keadaan penyakit : akut kronok, ringan, sedang, berat, dan
biasanya pada kasus fraktur biasanya akut.
 Tanda-tanda vital tidak normal Karena ada gangguan baik
fungsi/bentuk.
b) Pemeriksaan head totoes
System integumen : terdapat eritema, suhu sekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, odema,nyeri tekan.
Kepala : tidak ada gangguan yaitu normo cephalic, simetris, tidak ada
benjolan,tidak ada nyeri tekan.
Leher : tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
Wajah : wajah terlihat menahan sakit, tidak ada odema.
Mata : tidak ada gangguan tidakanemis Karena tidak terjadi perdarahan.
Telinga : tes weber masih dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan.
Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada nafas cuping hidung.
Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
Torak : Ada retraksi dinding dada, gerakan dada simetris.
Inspeksi : pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi : pergerakan sama atau simetris, fermitus teraba sama.
Perkusi : sonor, tidak ada suara tambahan lainnya.
c) Pemeriksaan Penunjang
 FotoRontgen, untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara
langsung,mengetahui tempat dan tipe fraktur biasanya diambil sebelum
dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara
periodik.
 Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler.
 Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau
menrurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
traumamultiple) Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal
setelah trauma.

21
 Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi
multiple atau cedera hati.
2.2.2Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal
3. Kerusakan integritas kulit b/d tonjolan tulang
4. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
5. Resiko infeksi b/d trauma jaringan

2.2.3. Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut b/d Agen NOC : NIC :
cedera fisik Pain Level (2102) Pain Management (1400)
Dengan batasan Setelah dilakukan tindakan Pengkajian:
karakteristik : keperawatan selama 3x24 - Lakukan pengkajian nyeri
 Perubahan selera jam diharapkan pasien secarakomprehensif
Makan mampu memenuhi kriteria termasuk lokasi,
 Perubahan tekanan sbb: karakteristik, durasi,
Darah · Mampu melaporkan nyeri frekuensi, kualitas
 Perubahan frekuensi (210201) dan faktor presipitasi
jantung · Tanda vital dalam rentangMandiri :
 Perubahan frekuensi Normal (210212) - Observasi reaksi
Pernafasan · Tidak mengalami nonverbal dari
 Diaforesis Kegelisahan (210208) Ketidaknyamanan akibat
 Gangguan tidur - Tidak meringis kesakitan nyeri
 Melaporkan nyeri (210224) - Kontrol lingkungan yang
secara verbal - Tidak mengalami dapatmempengaruhi nyeri
 Sikap tubuh melindungi ketegangan otot (210209)seperti suhu ruangan,
 Perubahan posisi untuk pencahayaan dan
menghindari nyeri NOC : kebisingan
 Indikasi nyeri yang Pain Control (1605) - Ajarkan tentang teknik
dapat diatasi Setelah dilakukan tindakan non farmakologi:
 Masker wajah (mis keperawatan selama 3x24 napas dalam, relaksasi,
mata kurang jam diharapkan pasien distraksi, kompres
bercahaya,tampak mampu memenuhi kriteria hangat/ dingin
kacau, gerakan mata sbb: - Tingkatkan istirahat
berpencar atau tetap - pasien mampu - Berikan informasi tentang
pada satu fokus, mendeskripsikan faktor nyeri sepertipenyebab nyeri,
meringis) penyebab nyeri (160501) berapa lama nyeri
- pasien mampu melaporkan akanberkurang dan
kepada petugas kesehatan antisipasi ketidaknyamanan
tanda dan gejala nyeri dari prosedur

22
(160513) - Monitor vital sign
- pasien mampu Kolaborasi :
menggunakan teknik non - Kolaborasi dengan dokter
farmakologi (160504) untuk pemberian therapi
analgetik
Penyuluhan :
- Ajarkan kepada keluarga
untuk mendukung pasien
- Ajarkan kepada keluarga
untuk mengingatkan pasien
teknik non farmakologi
apabila nyeri timbul

NIC :
Relaxation Therapy
(6040)
Pengkajian:
- Kaji keadaan umum
pasien dan tingkat
kenyaman pasien
Mandiri :
- Demonstrasikan dan
praktekkan teknik relaksasi
kepada pasien
- Ciptakan ketenangan,dan
lingkungan yang tidak
mengganggu dengan cahaya
yang redup dan suhu yang
nyaman,ketika
memungkinkan
- Gunakan penekanan yang
lembut pada suara dan
irama pada kata-kata
- Anjurkan pengulangan

23
frekuensi atau praktekkan
tekniknya
- Evaluasi dan dokumentasi
respon dari therapy
relaksasi
- Ajarkan pasien untuk relax
dalam situasi apapun
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian therapi
analgetik
Penyuluhan :
- Ajarkan kepada keluarga
untuk mendukung pasien
- Ajarkan kepada keluarga
untuk mengingatkan pasien
teknik non farmakologi
apabila nyeri timbul

2. Hambatan mobilitas NOC NIC


fisik b/d gangguan Mobility (0208) Exercise therapy :
muskuloskletal Setelah dilakukan tindakan ambulation (0221)
Dengan batasan keperawatan selama 6x24 Pengkajian :
karakteristik : jam diharapkan pasien - Kaji kemampuan pasien
 Penurunan waktu reaksi mampu memenuhi kriteria dalammobilisasi
 Kesulitan membolak- sbb: Mandiri :
balik posisi - pasien mampu menjaga - Monitoring vital sign
 Perubahan cara berjalan keseimbangan (020801) sebelum/sesudah latihan
 Gerakan bergetar - mampu berpindah dengan - Bantu klien untuk
 Keterbatasan mudah (020814) menggunakan tongkat saat
kemampuan melakukan - pasien mampu mengubah berjalan
ketrampilan motorik posisi tubuh (020802) - Ajarkan pasien tentang
kasar dan halus teknik ambulasi
 Keterbatasan rentang NOC : - Latih pasien dalam
pergerakan sendi Self care : Activities of pemenuhan kebutuhan
 Tremor akibat Daily Living (ADL) (0300) ADLs secara mandiri sesuai
pergerakan Setelah dilakukan tindakan kemampuan
 Ketidakstabilan postur keperawatan selama 6x24 - Dampingi dan Bantu
 Pergerakan lambat jam diharapkan pasien pasien saatmobilisasi dan
 Pergerakan tidak mampu memenuhi kriteria bantu penuhi kebutuhan
terkoordinasi sbb: ADLs pasien
 Melakukan aktivitas lain - Pasien mampu makan - Ajarkan pasien bagaimana
sebagai pengganti secara mandiri (030001) merubahposisi dan berikan

24
pergerakan (mis - pasien mampu melakukan bantuan jikadiperlukan
meningkatkan perhatian personal hygiene (030006) Kolaborasi :
kepada aktivitas orang - pasien mampu berjalan - Kolaborasi dengan
lain, mengendalikan dengan baik (030008) fisioterapy
perilaku, fokus pada - pasien mampu melakukan Penyuluhan :
ketunadayaan/aktivitas perpindahan tempat dengan - Anjurkan keluarga untuk
sebelum sakit) baik (030012) selalu mendampingi dan
mendukung pasien dalam
melakukan aktivitas fisik

NIC :
Self-Care Assistance :
IADL (1805)
Pengkajian :
- Kaji kemampuan pasien
dalam melakukan kegiatan
sehari-hari
Mandiri :
- Ajarkan dan berikan
dorongan pada klien untuk
melakukan program latihan
secara rutin
- Sediakan alat bantu untuk
klien seperti kruk, kursi
roda, dan walker
- Beri penguatan positif
untuk berlatih mandiri
dalam batasan yang aman.
- Ajarkan pada klien &
keluarga tentang cara
pemakaian kursi roda &
cara berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur atau
sebaliknya.
- Dorong klien melakukan
latihan untuk memperkuat
anggota tubuh
- Ajarkan pada klien &
keluarga untuk dapat
mengatur posisi secara
mandiri dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.
Kolaborasi :
- Kolaborasi ke ahli terapi

25
fisik untuk program latihan.
Penyuluhan :
- Anjurkan kepada keluarga
untuk selalu mendampingi
pasien dalam melakukan
kegiatan sehari-hari
- Ajarkan kepada keluarga
untuk membantu pasien
dalam melakukan kegiatan
sehari-hari.
3. Kerusakan Integritas NOC NIC
kulit b/d Tonjolan Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
tulang Mucous Membranes (3500)
Dengan Batasan (1101) Pengkajian :
Karakteristik : Setelah dilakukan tindakan - Kaji faktor-faktor yang
 Kerusakan lapisan keperawatan selama 5x24 menyebabakan kerusakan
kulit jam diharapkan pasien integritas kulit
 Gangguan mampu memenuhi kriteria Mandiri :
permukaan kulit sbb: - Jaga kebersihan kulit agar
 Invasi struktur tubuh - elastisitas kulit pasien baik tetap bersihdan kering
(110103) - Monitor kulit akan adanya
- suhu kulit baik (110101) kemerahan
- tektur kulit pasien baik - Oleskan lotion atau
(110108) minyak/baby oil pada
- intrgritas kulit baik derah yang tertekan
(110113) - Monitor aktivitas dan
- luka pada kulit berkurang mobilisasi pasien
(110115) - Monitor status nutrisi
pasien
- Observasi luka : lokasi,
dimensi,kedalaman luka,
karakteristik,warnacairan,
granulasi, jaringan nekrotik,
tandatandainfeksi lokal,
formasi traktus
- Lakukan tehnik perawatan
luka dengansteril

Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberiantherapy
- Kolaburasi ahli gizi
pemberian diae
TKTP,vitamin
Penyuluhan :
- Ajarkan pada keluarga

26
tentang luka dan
perawatan luka

NIC:
Skin Care : Topical
Treatments (3584)
Pengkajian :
- Kaji keadaan kulit pasien,
luas luka, warna kulit
Mandiri :
- Bersihkan kulit dengan
sabun Antibakteri
- Gunakan pengobatan
antibiotic
- Periksa kulit agar tidak
terjadi kerusakan yang lebih
lanjut
- Gunakan pengobatan anti
inflamasi,jika diperlukan
- Menganjurkan konsultasi
kepada dokter kulit jika
diperlukan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian therapy
yang lebih lanjut
Penyuluhan :
- Ajarkan kepada keluarga
dan pasien cara merawat
luka
- Ajarkan kepada pasien
tentang personal hygiene
agar luka tidak infeksi dan
cepat sembuh
4. Kekurangan volume NOC NIC
cairan b/d Kehilangan Fluid balance (0601) Bleeding Precautions
cairan aktif Setelah dilakukan tindakan (4010)
Dengan batasan keperawatan selama 1x24 Pengkajian :
karakteristik : jam diharapkan pasien - Kaji status cairan dari
 Perubahan status mampu memenuhi kriteria pada pasien
mental sbb: - Kaji tanda-tanda vital vital
 Penurunan tekanan - cairan intake dan output pasien
darah selama 24 jam seimbang Mandiri :
 Penurunan nadi (060107) - Pertahankan catatan intake
 Penurunan turgor kulit - turgor kulit baik (060116) danoutput yang akurat
 Penurunan turgor lidah - tekanan darah dalam · Monitor status hidrasi (

27
 Penurunan haluaran keadaan stabil/normal kelembabanmembran
urin (060101) mukosa, nadi adekuat,
 Penurunan pengisian tekanan darah)
vena NOC : · Monitor hasil lab yang
 Membran mukosa Hydration (0602) sesuaidengan retensi cairan
kering Setelah dilakukan tindakan (BUN , Hmt ,osmolalitas
 Kulit kering keperawatan selama 1x24 urin, albumin, totalprotein )
 Peningkatan hematokrit jam diharapkan pasien - Monitor intake dan
 Peningkatan suhu tubuh mampu memenuhi kriteria outputsetiap 8 jam
 Peningkatan frekuensi sbb: Kolaborasi
nadi - turgor kulit baik (060201) · Kolaborasi pemberian
 Peningkatan - membran mukosa baik cairan IV
konsentrasi urin (060202) Penyuluhan
 Penurunan berat badan - cairan masuk seimbang · Dorong keluarga untuk
tiba-tiba dengan cairan keluar membantu pasien dalam
 Haus (060215) memenuhi cairannya
 kelemahan - perfusi jaringan baik
(060217) NIC : Fluid management
(4120)
Pengkajian
- Kaji adanya tanda-tanda
dehidrasi
Mandiri
2. - Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
· - Monitor status hidrasi (
kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
· - Monitor vital sign
· -Monitor masukan
makanan / cairan dan hitung
intake kalori harian
· - Monitor status nutrisi
· - Dorong masukan oral

28
Kolaborasi
9. - Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian cairan
Intra Vena
- Kolaborasi dengan ahli gizi
· Penyuluhan
· - Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
- Dorong keluarga untuk
memberikan cairan yang
cukup bagi pasien
5. Resiko infeksi b/d NOC NIC
trauma jaringan Risk control: Infectious Infectious control (6540)
Process (1924) Pengkajian :
Setelah dilakukan tindakan - Kaji keadaan luka pasien
keperawatan selama 3x24 - Kaji faktor-faktor yang
jam diharapkan pasien menyebabkan infeksi
mampu memenuhi kriteria Mandiri :
sbb: - Pertahankan teknik aseptif
- pasien mampu mengetahui · Batasi pengunjung bila
Faktor yang menyebabkan perlu
infeksi (192401) · Cuci tangan setiap
- identifikasi tanda dan sebelum dan sesudah
gejala infeksi (192405) tindakan keperawatan
· Pantau tanda dan gejala
NOC : infeksi sistemikdan lokal
Knowledge : Infection Kolaborasi :
Management (1842) - Kolaborasi dengan dokter
Setelah dilakukan tindakan untuk pemberian antibiotik
keperawatan selama 3x24 Penyuluhan :
jam diharapkan pasien - ajarkan pasien dan
mampu memenuhi kriteria keluarga tanda-tanda infeksi
sbb:
- Pasien mampu mengetahui
tanda dan gejala infeksi
(184204)
- pasien mampu mengetahui
prosedur untuk mencegah NIC
infeksi (180706) Infection Protection
- Pasien mampu melakukan (6550)
perawatan pada luka Pengkajian :

29
(184209) - Kaji faktor yang dapat
membuat infeksi pada kulit
Mandiri :
- Pantau tanda dan gejala
lokal maupun systematic
dari infeksi
- inspeksi kulit dari
kemerahan, teraba hangat
- Lakukan tindakan aseptik
untuk mengurangi resiko
infeksi (cuci tangan,
peralatan steril)
- ajarkan pasien dan
keluarga tentang tanda dan
gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya
kepada petugas kesehatan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian antibiotik
Penyuluhan :
- Ajarkan keluarga dan
pasien cara menjaga
kebersihan
- anjurkan keluarga untuk
selalu mendukung pasien
dalam pengobatan luka

30
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontiniutas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terbagi atas 2, yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup.Fraktur lengkap terjadi apabila
seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap melibatkan seluruh kekebalan
tulang. Pada beberapa keadaan trauma musculoskeletal, fraktur dan dislokasi terjadi
bersamaan. Hal ini terjadi apabila disamping kehilangan hubungan yang normal antara kedua
permukaan tulang disertai pula fraktur persendian tersebut.
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari fraktur adalah :
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan musculoskeletal
3. Kerusakan integritas kulit b/d tonjolan tulang
4. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
5. Resiko infeksi b/d trauma jaringan
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan
memobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode fraktur adalah fiksasi interna melalui
operasi ORIF.Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi.Komplikasi umumnya oleh akibat fraktur utama yaitu penekanan local, traksi yang
berlebihan dan infeksi.

3.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa/i mampu melakukan tindakan cepat dan tepat pada pasien yang
gawat darurat dengan fraktur dan dapat menentukan diagnosa serta intervensi keperawatan
pada pasien dengan fraktur.

31

Anda mungkin juga menyukai