Anda di halaman 1dari 12

PERAN PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA ILMU DENGAN

MERINCI SETIAP SILA KE DALAM KEBIJAKAN ILMU DAN


LANDASAN ETIKA BAGI PENGEMBANGAN ILMU

Oleh,
Nama : Ayu Andinie
NIM : 193030501109
Mata Kuliah : Pancasila
Dosen Pengampu : Neny Fidayanti, S.T., M.Si.

PROGRAM STUDI/JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia yang dirumuskan oleh para pendiri
bangsa. Hal ini tertuang dalam alinea keempat Undang – Undang Dasar tahun 1945.
Nilai- nilai dari Pancasila berasal dari akar budaya bangsa Indonesia yang luhur. Sebagai
suatu dasar Negara maka Pancasila senantiasa dijadikan landasan dalam pengaturan
kehidupan bernegara, yang berarti bahwa segala macam peraturan perundang-undangan
dan kebijakan yang diambil oleh para penyelenggara Negara tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila. Sedangkan paradigma, berkembang dalam ilmu pengetahuan
terutama dalam ilmu filsafat. Paradigma memiliki persamaan kata yakni sudut pandang,
tolok ukur, dan kerangka pikiran yang mana di jadikan dasar untuk memecahkan suatu
masalah.
Secara luas, paradigma memiliki arti kata, yakni :
a. Pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
b.Suatu asumsi – asumsi dasar dan asumsi – asumsi teoretis yang umum, sehingga
merupakan suatu sumber hukum – hukum, metode, serta penerapan, dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri.

Paradigma mengandung sudut pandang yang menjelaskan sekaligus menjawab suatu


permasalahan dalam ilmu pengetahuan.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui tentang peran Pancasila sebagai paradigma ilmu dengan merinci
setiap sila ke dalam kebijakan ilmu dan landasan etika bagi pengembangan ilmu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan

Sejarah Ilmu pengetahuan dari sudut kesejarahannya pastilah identik dengan filsafat
karena banyak yang mengatakan bahwa filsafat itu adalah induk dan sumber dari semua ilmu
pengetahuan. Hal itu di jelaskan dalam makalah yang di tulis oleh Koento Wibisono
Siswomihardjo
1. Pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai
masyarakat, sebagai proses, dan sebagai produk. Robert merton mengatakan kaidah-
kaidah yang melandasinya adalah universalisme, komunalisme, dis-interestedness,
dan skepsisme yang terarah dan teratur.
2. Pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktur atas
komponen-komponen, objek sasaran yang hendak diteliti, yang diteliti atau
dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu,
sedangkan hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan sistem. Pada mulanya ilmu
pengetahuan yang identik dengan filsafat memiliki corak mitologik, kosmogoni, dan
theogoni.

Paradigma dapat cenderung berfungsi sebagai ”ideologi” . pancasila sebagai sebuah


paradigma yang berada di dalam kawasan filsafat ilmu mempunyai aspek keilmuan yang
harus dimiliki oleh setiap ilmu sebagaimana ilmu-ilmu lainnya yaitu : ontologis,
epistemologi, dan aksiologi.

a. Ontologis, yaitu bahwa hakikat ilmu pengetahuan merupakan aktifitas manusia yang
tidak mengenal titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menemukan kebenaran
dan kenyataan. Ilmu pengetahuan harus di pandang secara utuh, dalam dimensinya
sebagai masyarakat, sebagai prose dan sebagai produk.
b. Epistemologi, yaitu bahwa pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
kita jadikan ”metode berfikir”, dalam arti kita jadikan dasar dan arah di dalam kita
mengembangkan ilmu pengetahuan yang parameter kebenaran serta kemanfaatan hasil
yang dicapainya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri.

3
c. Aksiologi, yaitu bahwa dengan mengggunakan epistemologi tersebut di ata,
kemanfaatn dan efek pengembangan ilmu pengetahuan secara negatif tidak
bertentangan dengan ideal pancasila dan secara positif mendukung atau mewujudkan
nilai-nilai ideal pancasila.

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan di butuhkan situasi yang kondusif. Ilmu


pengetahuan mustahil akan dapat berkembang baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif
tanpa didasari situasi yang kondusif secara kultural dan struktural. Kultural dalam arti bahwa
para warga masyarakat perguruan tinggi,para sivitas akademikanya memiliki sikap
akademis,menjadikan dirinya sebagai ”musafir” yang menjelajahi”gurun ilmu pengetahuan
yang tiada bertepi” melakukan pengembaraan mental yang tidak akan berakhir pada suatu
titik henti.

2.2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Dalam penggolongannya, ilmu pengetahuan sendiri dibedakan menjadi 3 golongan, antara
lain:
Ilmu Alam merupakan ilmu-ilmu yang objeknya adalah benda-benda alam. Ilmu
yang dikenal dengan sebutan science ini, digunakan para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan terhadap gejala dan fenomena alam yang terjadi. Cabang-cabang dari ilmu
alam ini antara lain: astronomi, fisika, biologi, ekologi, fisika, geologi, geografi, ilmu bumi,
dan fisika. Matematika tidak termasuk dalam ilmu alam, namun matematika menjadi
alat/sarana yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam.
Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan
manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini memiliki cabang yang biasanya dengan fokus
dipelajari di jenjang pendidikan tingkat atas seperti Sekolah Menengah Atas (SMA), dan
lebih dispesifikkan lagi dalam fakultas dan jurusan dalam perguruan tinggi atau universitas.
Cabang-cabang tersebut adalah antropologi, ekonomi, geografi, hukum, linguistik,
pendidikan, politik, psikologi, sejarah, dan sosiologi.
Ilmu Terapan ialah penerapan pengetahuan dari satu atau lebih bidang-bidang. Ilmu
terapan ini biasanya menjadi bidang-bidang yang dipelajari dalam Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), contohnya ilmu komputer dan informatika, serta ilmu rekayasa yang
terdiri dari ilmu biomedik, ilmu pertanian, rekayasa listrik, dan rekayasa pertanian.

4
Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya
maka manusia mengembangkan Ilmu Pengetahuan. Pancasila yang sila-silanya merupakan
suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi sistem etika dalam pengembangan IPTEK.

1. Ketuhanaan Yang Maha Esa


Contoh perkembangan IPTEK dari sila ketuhanan yang maha esa adalah
ditemukannya teknologi transfer inti sel atau yang dikenal dengan teknologi kloning yang
dalam perkembangannya pun masih menuai kotroversi. Persoalannya adalah terkait dengan
adanya “intervensi penciptaan” yang semestinya dilakukan oleh Tuhan YME.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan IPTEK
haruslah bersifat beradab. IPTEK adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan
bermoral. Oleh karena itu pengembangan IPTEK harus didasarkan pada hakikat tujuan demi
kesejahteraan manusia. IPTEK bukan untuk kesombongan, kecongkakan dan keserakahan
manusia namun harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.

3. Persatuan Indonesia
Pengembangan IPTEK diarahkan demi kesejahteraan umat manusia termasuk di
dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan IPTEK hendaknya dapat
mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai
bagian dari umat manusia di dunia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam Permusyawaratan /


Perwakilan
Artinya mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis. Artinya setiap orang
haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK. Selain itu dalam
pengembangan IPTEK setiap orang juga harus menghormati dan menghargai kebebasan
oranglain dan harus memiliki sikap terbuka. Artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang
maupun dibandingkan dengan penemuan teori-teori lainnya.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Pengembangan Iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemanusiaan yang menyangkut keseimbangan dirinya dengan Tuhan, dengan sesama
manusia/ bangsa Indonesia, dan dengan alam lingkungannya.

5
2.3. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Nasional

Pada dasarnya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang percaya dan takwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa1. Mereka mengakui dan meyakini ada nya Tuhan sesuai ajaran
agama mereka masing-masing. Pengakuan dan jaminan kebebasan memuluk agama dan
beribadah menurut agama nya bagi bangsa Indonesia tercantum dalam pasal 29, ayat (2)
UUD 1945 yang berbunyi,” Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaan nya itu”2.
Kesadaran beragama merupakan perwujudtan keyakinan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan juga merupakan pengakuan kesamaan hak manusia untuk melaksanakan
ibadah, karena asas kemanusiaan yang adil dan beradap.
Kebebasan beragama, adalah hak yang paling asasi, karena kebebasan beragama itu
langsung bersumber pada martabat manusia sebagai makluk Tuhan. Dalam hal ini
paradigma kehidupan manusia.

a. Kehidupan keluarga
Kehidupan keluarga yang dilandasi agama dapat menciptakan suasana yang teratur,
terntram dan damai. Kerukunan hidup beragama dapat memperat pesaudaraan dengan
pengertiaan bahwa sesame umat beragama yang sama dan berbeda di perlakukan sebaagai
saudara sehingga dapat meningkatkan perilaku saling menolong, salong menjaga, dan saling
menambah keakraban.

b. Kehidupan dalam masyarakat, antara lain dilakukan dengan:


 Menyantuni anak yatim dan fakir miskin
 Menyelengggarakan peringatan hari besar keagamaan
 Mengumpulkan dana sosial untuk orang yang mebutuhkan

c. Kehidupan kenegaraaan, antara lain di lakukan dengan :


 Mengkordinasi Badan Amil Zakat Infak Sadakah ( BAZIS), bagi umat beragama
islam
 Kegiatan kenegaraan yang menambahkan rasa dan semangaat keagamaan
 Menjalanin kerja sama dengan Negara-negara lain untuk kepentingan Negara

Pancasila menganjarkan bahwa kebahagiaan hidup akan terwujud jika


dikembangkan sikap keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam antar hubungan

6
manusia dan masyarakat nya3. Sebagai warga Negara, kita mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama dengan warga lain nya artinya bahwa perlu selalu memperhatikan dan
mengutamakan kepentingan bangsa serta kepentingan Negara.
Pasal 27 ayat (1), UUD 1945 mengatakan “segala warga Negara bersamaan
kedudukan nya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dan tidak ada kecualinya.”4
Sebagai pengamalan sila pertama pancasila , setiap umat beragama mempunyai
kewajiban moral terhadap sesamanya, seperti saling menghormati dan bekerjasama dalam
kehidupan bermasyarakat, termasuk dengan pemeluk-pemeluk agama lain guna terbina
kerukunan hidup.
Ketetapan MPR No. II/ MPR/1978 tentang Pedoman penghayatan pengalaman
pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) Menyatakan bahwa dalam masyarakat Indonesia
dikembangkan sikap hormat menghormati dan berkerjasama dalm kehidupan bermasyarakat
pemeluk agama yang berbeda
Sejak lahir manusia memiliki sifat dwitunggal, yaitu manusia sebagai makluk pribadi
dan mausia sebagai warga masyarakat. Manusia memiliki akal, dengan akal kita befikir
tentang bagaimana cara nya mencapai tujuan hidup dan menaikan nilai hidup. Bangsa
Indonesia memiliki intergrita, sikap, dan nilai kepribadian yang mudah digoyahkan.

2.4. Paradigma Sebagai Pengembangan Identitas Nasional

Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara


etimologis, identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan ”nasional”. Kata identitas
berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati
diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau . sesuatu sehingga membedakan dengan
yang lain.
Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas berasal dari bahasa
Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Jadi,
pegertian Identitas Nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat
pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi
dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum
yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara yang merupakan norma
peraturan yang harus dijnjung tinggi oleh semua warga Negara tanpa kecuali “rule of law”,
yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga Negara, demokrasi serta hak asasi

7
manusia yang berkembang semakin dinamis di Indonesia. atau juga Istilah Identitas
Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

A. Identitas Nasional Indonesia :

1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia


2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.

B. Unsur-unsur pembentuk identitas Nasional

Unsur-unsur pembentuk identitas yaitu:

1. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada
sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di
Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak
kurang 300 dialeg bangsa.
2. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-
agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa orde
baru tidak diakui sebagai agama resmi negara. Namun sejak pemerintahan
presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
3. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya
adalah perangkat- perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif
digunakan oleh pendukung- pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi.

8
4. Bahasa: merupakan unsure pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahasa
dipahami sebagai system perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsure-
unsur ucapan manusia dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar
manusia.

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya


menjadi 3 bagian sebagai berikut :

 Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar Negara,


dan Ideologi Negara
 Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa
Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya. Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan
pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, serta kepercayaan.

2.5. Pengertian Pancasila Sebagai Identitas Nasional

Sebagai identitas nasional, Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus mampu


mendorong bangsa Indonesia secara keseluruhan agar tetap berjalan dalam koridornya yang
bukan berarti menentang arus globalisasi, akan tetapi lebih cermat dan bijak dalam
menjalani dan menghadapi tantangan dan peluang yang tercipta. Bila menghubungkan
kebudayaan sebagai karakteristik bangsa dengan Pancasila sebagai kepribadian bangsa,
tentunya kedua hal ini merupakan suatu kesatuan layaknya keseluruhan sila dalam Pancasila
yang mampu menggambarkan karakteristik yang membedakan Indonesia dengan negara
lain.
Naskah Pancasila :
PANCASILA
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Identitas Nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada
padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas Nasional

9
secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu bangsa pada era
globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh kekuasaan internasional. Menurut
Berger dalam The Capitalist Revolution, eraglobalisasi dewasa ini, ideology kapitalisme
yang akan menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan
menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-
bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, social, politik dan kebudayaan.
Perubahan global ini menurut Fakuyama membawa perubahan suatu ideologi, yaitu
dari ideologi partikular kearah ideology universal dan dalam kondisi seperti ini
kapitalismelah yang akan menguasainya. Dalam kondisi seperti ini, negara nasional akan
dikuasai oleh negara transnasional yang lazimnya didasari oleh negara-negara dengan
prinsip kapitalisme. Konsekuensinya,negara-negara kebangsaan lambat laun akan semakin
terdesak. Namun demikian, dalam menghadapi proses perubahan tersebut sangat tergantung
kepada kemampuan bangsa itu sendiri.
Menurut Toyenbee, cirri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam
menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi Challence dan response. Jika
Challence cukup besar sementara response kecil maka bangsa tersebut akan punah dan hal
ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di
Amerika. Namun demikian jika Challance kecil sementara response besar maka bangsa
tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif.
Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi
maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian
bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana
terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh tantangan
yangcenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran
nasional.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pancasila sebagai paradigma mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena Pancasila mempunyai peran yang sangat
penting dalam berbagai bidang seperti dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan ilmu
pengetahuan, kehidupan nasional, dan juga pengembangan identitas nasional. Pancasila
sebagai paradigma mampu menjadikan warga negaranya bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.Maksudnya pancasila sebagai paradigm dapat dipergunakan sebagai acuan setiap
warganegara utamanya para penyelenggara negara dan pemerintahan dalam menentukan
kebijakan, melaksanakan kegiatan dan mengadakan evaluasi hasilnya serta dalam
menghadapi berbagai dinamika perubahan. Paradigma Kehidupan Bangsa Indonesia ini
akan dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk yang lebih rinci sehingga akan memudahkan
bagi imple- mentasinya.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://tadiramin.blogspot.com/2012/07/gambaran-pengembangan-iptek-yang-
tidak.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai