Anda di halaman 1dari 4

WAWASAN PENDIDIKAN BIDANG STUDI

BAB II. DEFINISI WACANA


DOSEN PENGAMPU: PROF. DR. ABD SYUKUR IBRAHIM

OLEH
AHMAD FAIZI
NIM: 190211969601

FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI, 2020
Keterkaitan dengan Penelitian yang Berjudul “Kebijakan Pendidikan
Nadiem Makarim dalam Media Massa”

Definisi wacana dibagi menjadi tiga golongan, sesuai dengan paradigma


strukturalis, fungsionalis, dan strukturalis fungsional.

Paradigma strukturalis atau formalis memandang wacana sebagai sebuh


struktur. Struktur yang dimaksud adalah tatanan kebahasaan yang ada di dalam
teks (gramar). Sedangkan penggunaan bahasa dianggap hanya sekedar sebagai
pelengkap. Dengan demikian, wacana menurut paradigma strukturalis
menganggap wacana sebagai fenomena mental dan tidak memerhatikan konteks.

Berbeda dengan paradigma strukturalis, paradigma fungsionalis


memandang wacana sebagai fungsi. Artinya, wacana berbentuk struktur tuturan
yang berupa tindakan dan peristiwa dianggap sebagai cara bertutur. Seluruh
tuturan (tindakan dan peristiwa tersebut) memiliki fungsi sosial dan gaya bahasa.

Disamping itu, ada paradigma yang mengambil jalan tengan, artinya


memadukan pandangan paradigma strukturalis dan fungsionalis. Dengan kata lain,
wacana dianggap sebagai struktur-struktur yang terdiri dari dari elemen-elemen
kebahasaan yang sistemik sekaligus memiliki fungsi sosial dalam masyarakat.

Keterkaitan pembahasan ini dengan disertasi yang berjudu “Kebijakan


Pendidikan Nadiem Makarim dalam Media Massa: Analisis Wacana Kritis
Fairclough” sangat erat.

Pertama, penelitian “Kebijakan Pendidikan Nadiem Makarim dalam Media


Massa: Analisis Wacana Kritis Fairclough” merupakan penelitian yang berpijak
pada paradigma fungsionalis bahwa wacana dipandang sebagai sebuh tindakan,
praktik, dan peristiwa. Artinya, Kebijakan Pendidikan Nadiem Makarim dalam
Media Massa” dipandang sebagai sebuah peristiwa yang memiliki fungsi-fungsi
sosial, budaya, dan pilitik.

Terkait dengan “wacana sebagai penggunaan bahasa” sangat relevan


dengan calon disertasi yang akan saya tulis. Ada penggunaan-penggunaan bahasa
di dalam berita-berita tentang “Kebijakan Pendidikan Nadiem Makarim dalam
Media Massa”. Penggunaan itu merupakan fenomena-fenomena yang terjadi di
dalam masyarakat, dalam hal ini media massa. Sesuai dengan konsep dialektis
bahasa dan masyarakat bahwa fenomena linguistik adalah fenomena sosial,
sebaliknya, fenomena sosial merupakan fonomena linguistik.

Studi wacana mempelajari bahasa sebagai bentuk praktik sosial


(Fairclough, 1989). Praktik sosial dalam bentuk wacana itu digunakan untuk
mengagalkan, mempertahankan, dan membentuk sosial. Hal ini menandakan
bahwa kekuasaan memiliki kemampuan untuk tidak hanya memaksa melalui
kekuatan militer, hukum, atau sistem hukuman, tetapi juga dapat melakukan
kontrol atas berbagai ide dan nilai yang digunakan masyarakat. Praktik ini dapat
ditemukan di seluruh lembaga dan organisasi seperti sekolah, perusahaan, dan
media massa.
DAFTAR RUJUKAN

Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse Analysis. London: Longman.

Fairclough, Norman. 2003. Analysing Discourse: Textual Analysing for Sosial Research.
London: Routledge.

Fairclough, Norman. 1989. Language and Power. London: Longman.

Gaines, Elliot. 2010. Media Literacy and Semiotics. New York: Palgrave Macmillan.

Schiffrin, Deborah. 1994. Ancangan Kajian Wacana. Main Street Combridge


Massachusetts USA: Blackwell Publisher.

Anda mungkin juga menyukai