“ Terapi Kiropraktik”
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, Karena berkat rahmat, karunia
serta hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Terapi
Kiropraktik”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Komplementer.
Kami menyadari bahwa di dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami
berharap berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kritik
yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................... 12
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Terapi komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan
berasal dari negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional (WHO).
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang
penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan
komplementer -alternatif yang meningkat dari tahun ketahun, bahkan hasil
penelitian tahun 2010 telah digunakan oleh 40% dari penduduk Indonesia.
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem -
sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau
mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik
lengkap serta perawatan yang tepat.
Jenis-jenis terapi komplementer itu sendiri terdiri dari berbagai macam salah
satunya adalah terapi kiropraksi yaitu sejenis terapi pembetulan tulang belakang
agar fungsi saraf yang terganggu kembali normal.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar teori dari Terapi Kiropraksi dan cara terapi kiropraktik
dalam komplementer?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komplementer Terapi pada semester
VI dan diharapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang bentuk
Terapi Komplementer khususnya Terapi Kiropraksi.
2. Tujuan Khusus
a. Bagaimana pelaksanaan terapi kiropractic
b. Bagaimana SOP dari terapi kiropractic
1
c. Bagaimana indikasi & kontraindikasi dari terapi kiropractic
d. Bagaimana evaluasi terapi kiropractic
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Terapi Komplementer
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Terapi komplementer adalah penggunaan terapi
tradisional ke dalam pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi
modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam
pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang
menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi
yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi
(Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai
sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem
kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan
cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau
budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM Research
Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi
komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang
didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau
promosi kesehatan dan kesejahteraan.
Terapi Komplementer, pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki fungsi
dari sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh, agar
tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,
asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan
nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.
3
B. Definisi Terafi Kiropraksi
Kata ‘Kiropraksi’ berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata ’chiros’ yang
berarti tangan, dan ’praktikos’ yang artinya praktis. Jika diartikan secara harfiah
’Chiropractic’ berarti ‘menggunakan tangan’.
Chiropractice atau kiropraksi adalah pembetulan tulang belakang, yakni
keahlian khusus menganalisis dan memperbaiki pergerakan pada sendi tulang
belakang yang tidak normal (subluxation). Konsep pengobatan kiropraksi adalah
mengaktifkan tubuh untuk sanggup melakukan penyembuhan sendiri sepanjang
tubuh cukup istirahat, nutrisi, dan jaringan urat saraf yang bersemestinya serta
tidak ada kerusakan permanen pada jaringan. pengobatan ini terfokus pada tulang
belakang, hampir seluruh urat saraf berasal dari tulang belakang.
Fokus Kiropraksi adalah melihat hubungan antara sistem saraf dengan semua
sistem dalam tubuh. Terutama persendian dan otot di sekitar tulang belakang.
Gerakan pada persendian sangat berpengaruh pada seluruh saraf dan struktur yang
berhubungan dengan saraf itu, termasuk otot, organ tubuh, sistem kekebalan
tubuh, dan sistem saraf keseluruhan.
Kiropraksi merupakan sebuah kaedah perawatan atau pembetulan tulang
belakang dengan menggunakan manipulasi tangan. Dengan berdasarkan ilmu
pengetahuan yang membuktikan bahwa sistem saraf mengontrol fungsi setiap sel
tubuh, organ dan sistem tubuh, maka kiropraksi memusatkan perhatian kepada
sistem saraf secara menyeluruh.
Awalnya kiropraksi hanya dilakukan untuk memperbaiki postur dan
mengurangi sakit punggung, ternyata kiropraksi juga bisa mengurangi keluhan
penyakit di seluruh tubuh. Sehingga sejak beberapa tahun terahir kiropraksi
dipilih sebagai salah satu metode penyembuhan penyakit.
Chiropractic ditemukan pada tahun 1895, dan dengan berdasarkan ilmu
pengetahuan yang membuktikan bahwa sistem saraf mengontrol fungsi setiap sel
tubuh, organ dan sistem tubuh, maka chiropractor memusatkan perhatian kepada
sistem saraf secara menyeluruh. Otak dan saraf tulang belakang (spinal cord)
dilindungi oleh tengkorak dan tulang belakang. Sehingga kalau pergerakan salah
satu dari sendi tulang belakang berkurang maka akan mengiritasi sistem saraf,
iritasi ini akan menyebabkan penurunan suplai neuron ke jaringan dan organ. Hal
4
ini mengakibatkan fungsi jaringan dan organ yang tidak optimal. Dengan contoh
otot yang berkembang tidak simetri, otot yang cepat lelah (fatigue). “Penurunan
fungsi saraf” ini dinamakan: “Vertebra Subluxation Complex” (Subluksasi adalah
dimana sendi tulang yang tidak bergerak dengan normal).
5
Pengecekan tak hanya menggunakan keahlian tangan, tapi juga secara
lengkap meliputi cek postur, analisa tulang yang spesifik, ortopedi, dan tes
neurologi, termografi, dan x-ray untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit
lain. Misalnya, ketika anak mengalami demam, dilihat penyebabnya akibat
terbentur atau infeksi. Jika dikarenakan infeksi, sebaiknya tidak dilakukan
kiropraksi. Setelah melakukan assessment, dilakukakan prosedur adjustment
dengan menggunakan metode kiropraksi untuk memperbaiki struktur tulang
belakang dan jaringan saraf yang teriritasi.
Sampai sekarang di Indonesia chiropractic masih dianggap metode
penyembuhan tradisional. Sementara di luar negeri, chiropractic merupakan
penyembuhan komplementer yang dapat dijalani berbarengan dengan perawatan
medis.
6
seorang chiropractor sebelum praktik harus menempuh pendidikan layaknya
seorang dokter, seperti di negara Kanada, untuk memperoleh gelar Doctorate in
Chiropractic (D.C) atau Doctor of Chiropractic minimal harus menempuh
pendidikan 7 tahun. Hal ini juga dijalankan di negara-negara Eropa seperti
Amerika Serikat, Australia.
Seorang chiropractor harus benar-benar memahami tentang anatomi tubuh
manusia terutama tulang belakang artinya sangat memungkinkan seorang dokter
yang mengambil keahlian kiropraksi. Di Indonesia sendiri, ada pendidikan
kiropraksi dengan syarat minimal seorang dokter, baik dokter umum atau
spesialis.
7
12. Memahami keahlian dan cakupan chiropraktik dan profesi perawatan kesehatan
lainnya guna memfasilitasi kerjasama dan penghormatan intra-disipliner dan
inter-disipliner
13. Memilih subyek-subyek riset, merancang proyek riset sederhana, secara kritis
menilai penelitian-penelitian klinis dan berpartisipasi dalam program-program
riset multi-disiplin
14. Berkomitmen terhadap kebutuhan pembelajaran seumur hidup dan
pengembangan profesional terus menerus.
Di luar negeri ilmu chiropractic merupakan bagian dari departemen ilmu
kesehatan (health science), yang lulusannya menyandang gelar doctor of
chiropractic (DC) di belakang nama mereka.
Seorang chiropractor mirip seperti engineer khusus tubuh manusia. Dia
membetulkan posisi tulang belakang yang tidak selaras atau bengkok ke posisinya
yang benar. Koreksi yang kita lakukan seperti melakukan ketok magic.
chiropractor mengoreksi dengan kedua tangannya melalui teknik- teknik tertentu,
terkadang dibantu dengan peralatan khusus. Kata chiropractic berarti "dikerjakan
dengan tangan" sehingga obat dan operasi bukanlah tindakan yang diambil
chiropractor.
Salah satu teknik yang digunakan-secara awam-tampak seperti penekanan-
penekanan pada bagian-bagian tertentu tubuh. Acap kali chiropractor juga
memerlukan foto rontgen tulang belakang untuk memperjelas kondisi pada tulang
belakang yang bermasalah.
Chiropractor tidak menyembuhkan penyakit, melainkan sekadar membantu
tubuh dengan membuatnya dalam kondisi optimum untuk menyembuhkan dirinya
sendiri.
Penyelarasan tulang belakang itulah yang membuat tubuh pada kondisi
optimum karena saraf-saraf pusat yang keluar dari susunan tulang belakang
berfungsi maksimal untuk menyuplai neuron ke jaringan dan organ tubuh.
Masih menurut WHO, bila digunakan secara trampil dan benar, perawatan
chiropraktik adalah aman dan efektif untuk pencegahan dan manajemen sejumlah
masalah kesehatan. Namun, terdapat risiko dan kontraindikasi yang diketahui dari
8
protokol perawatan manual dan lainnya yang digunakan dalam praktek
kiropraktik.
Praktek kiropraktik melibatkan suatu kisaran umum dan khusus dari metode-
metode diagnostik, termasuk pencitraan skeletal, uji laboratorium, evaluasi
ortopedik dan neurologis, serta penilaian observasional dan penilaian taktil.
Manajemen pasien melibatkan penyesuaian tulang belakang dan terapi manual
lainnya, latihan rehabilitatif, langkah-langkah pendukung dan penguat, pendidikan
dan bimbingan pasien. Praktek kiropraktik menekankan manajemen konsertatif
dari sistem neuromuskulo-skeletal, tanpa penggunaan obat-obatan dan
pembedahan.
Ada banyak cara praktek-praktek kiropraktik yang tidak benar seperti:
• Kebiasaan diagnostik yang tak memadai
• Evaluasi pencitraan diagnostik yang tak memadai
• Keterlambatan memberi rujukan
• Keterlambatan dalam melakukan evaluasi ulang
• Kurangnya kerjasama antarprofesional
• Kegagalan memperhitungkan batas toleransi pasien
• Pemilihan atau implementasi teknik yang buruk
• Penggunaan manipuasi yang berlebihan atau tidak perlu
9
Tulang belakang mulai dari leher sampai dengan tulang ekor berisi syaraf-
syaraf yang mempersyarafi seluruh bagian tubuh. Jika ada gangguan seperti
subluksasi bisa akan berefek gangguan di bagian tubuh yang dipersyarafinya.
H. Koreksi Kiropraksi
Chiropractor terlebih dahulu melakukan pemeriksaan yang seksama untuk
mengetahui fungsi sendi/pergerakan, fungsi otot, dan saraf. Jika dari pemeriksaan
menunjukkan adanya subluksasi (sendi yang bergerak tidak normal) maka perlu
diadakan koreksi kiropraksi.
Koreksi adalah membantu tulang dan sendi ke posisi normal, menormalkan
gerakan dan menghilangkan iritasi yang kadang menyebabkan sakit dan malfungsi
dari organ bila didiamkan terlalu lama.
Ada banyak cara untuk mengadakan koreksi tulang belakang. Koreksi
membantu menormalkan fungsi tulang belakang dan menghindari kerusakan
jaringan di kemudian hari. Misalnya pada kasus subluksasi perlu tindakan
kiropraksi untuk mengembailkan posisis tulang belakang pada anatomi yang
sebenarnya. Dan jika fungsi saraf kembali normal, ini akan membantu tubuh
untuk menyembuhkan dengan sendirinya.
Ada beberapa penyebab masalah (subluksasi):
1. Posisi tidur, duduk atau berdiri yang tidak benar.
2. Proses kelahiran.
3. Kecelakaan.
4. Mengangkat barang dengan posisi yang tidak benar.
5. Olahraga yang tidak sesuai.
Subluksasi tidak selalu menyebabkan rasa sakit pada mulanya, dan biasanya
orang tidak menyadarinya dan tidak perduli dengannya. Tetapi subluksasi itu
akan menimbulkan kerusakan tubuh yang lebih besar dan pada saat itulah baru
orang tersebut merasa sakit.
Dari penelitian diketahui bahwa tubuh punya cara untuk menyembuhkan
secara sendirinya. Dengan mengkoreksi sistem tubuh yang tidak benar (dalam hal
ini sendi dan saraf) maka akan memungkinkan tubuh bekerja secara optimal.
10
I. Izin Praktek Kiropraksi
Karena pentingnya dalam pengawasan tindakan kiropraksi maka mereka yang
akan berpraktek harus mendapat izin. Izin untuk klinik kiropraksi dikeluarkan
oleh Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP). BPTSP merupakan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melayani perizinan dan non perizinan.
Dalam lingkup wilayah Propinsi, yang mengeluarkan izin klinik kiropraksi adalah
BPTSP Pemprov. Sedangkan Dinas Kesehatan hanya memberikan rekomendasi.
J. Tips Sebelum Mendapatkan Tindakan Kiropraksi
Ada beberapa tips yang harus dipahami sebelum berobat dengan kiropraksi
ada terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
1. Konsulkan terlebih dahulu dengan dokter ahli tentang penyakit yang diderita
apakah memang memerlukan tindakan kiropraksi atau tidak.
2. Carilah tempat praktek kiropraksi yang benar-benar memperkerjakan tenaga
yang profesional.
3. Jangan memilih tempat karena biaya murah tapi pilihlah tempat yang baik
dan mempunyai izin resmi.
4. Sebaiknya pahami penyakit yang diderita baik dengan konsultasi dengan
dokter ahli dan mencari rujukan-rujukan yang bisa dipertanggung jawabkan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kiropraksi merupakan sebuah kaedah perawatan atau pembetulan tulang
belakang dengan menggunakan manipulasi tangan. Dengan berdasarkan ilmu
pengetahuan yang membuktikan bahwa sistem saraf mengontrol fungsi setiap sel
tubuh, organ dan sistem tubuh, maka kiropraksi memusatkan perhatian kepada
sistem saraf secara menyeluruh.
B. Saran
Diharapkan dengan hadirnya makalah ini bisa menambah pengetahuan
mengenai salah satu bentuk terapi komplementer, yaitu terapi kiropraksi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Olson, H., & Meeks, H. (2019). Drop Foot: Kasus untuk Peningkatan
Pasien Hasil Ketika Penggabungan Chiropractic dan Fisik Terapi Intervensi.
Journal of Contemporary Chiropractic .
13
Lampiran 1
SOP
PELAKSANAAN TERAPI KIROPRACTIC
14
3. Prosedur umum
a. Periksa tanda vital : tekanan darah, frekuensi nadi, pernafasan
dan visual analog scale
b. Pastikan pasien berada pada posisi yang santai dan nyaman pada
bed atau meja latihan
c. Terapis berada pada posisi yang mengoptimalkan mekanisme
tubuh, menggunaka berat tubuh dan daya ungkit untuk
meminimalisasi pengeluaran energi
d. Gunakan alat bantu seperti meja, pengatur posisi, sabuk, dan
wedges untuk menstabilkan dan meminimalisasi tenaga
pelaksana
e. Pastikan pegangan anda (terapis) kuat, menggunakan bagian
tangan yang selebar mungkin. Hal ini akan mencegah timbulnya
nyeri akibat jepitan dan penekanan lokal.
f. Peganglah sedekat mungkin dengan garis sendi dengan kedua
tangan, baik tangan yang menstabilkan dan yang memobilisasi
g. Berikan traksi ringan pada sendi ketika melakukan mobilisasi
h. Pahami anatomi sendi dan arthokinematik untuk meminimalkan
kemungkinan terjadinya nyeri pada sendi akibat tekanan.
i. Lakukan re-evaluasi pada sendi dan ulangi, atau pilih derajat
atau arah yang lain sesuai kebutuhan
j. Jika tujuan mobilisasi untuk mengurangi nyeri, maka sebaiknya
memulai mobilisasi dari posisi istirahat. Jika tujuan mobilisasi
adalah untuk meregangkan jaringan, maka lakukan mobilisasi
sampai mendekati batas mobilitas.
4. Tujuan terapi manipulasi tulang belakang
Merestorasi gerakan normal vertebra untuk mengurangi nyeri
muskuluskeletal akibat gangguan mekanik.
15
2. Setelah latihan selesai, pasien dianjurkan untuk beristirahat sebentar,
fisioterapis memeriksa kembali tanda-tanda vital dan keadaan umum
pasien.
3. Indikasi
a. LBP kronis
b. Gangguan postur pada vertebra
c. Spasme otot ekstensor spina
d. Gangguan lingkup gerak sendi vertebra
e. Pelvic obliquity
f. Salah satu panggul mengalami rotasi internal > 35°
g. Myofascial Trigger Point Syndrome didaerah servikal
4. Kontra indikasi
a. Fraktur vertebra
b. Hernia nucleus pulposus
c. Spondilolistesis
d. Keganasan didaerah vertebra
e. Skoliosis
f. Sprain otot yang luas
g. Robekan pada otot dan ligamen
h. Hematom
i. Infeksi pada vertebra
j. Trauma pada sendi facet atau diskus intervertebralis
k. Sindrom cauda equina
l. Rheumatoid arthritis
m. Osteoporosis
Unit Terkait 1. Poliklinik
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Radiologi
4. Instalasi Laboratorium
16
1
2
3