Anda di halaman 1dari 10

PAPER

FISHING SEASON
Paper ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Penangkapan Ikan
Dosen Pengampu Ir. Irhamsyah, M.si

Oleh :

NAMA : PIJAINI
NIM : 1610714310006
PRODI : MSP

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2017
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu
yang telah ditentukan dan berjalan sesuai dengan rencana. Makalah ini berjudul
Daerah Penangkapan Ikan Pelagis dan disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Daerah Penangkapan Ikan di Akademi Perikanan Bitung.
Dengan tersusunnya makalah ini maka tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi untuk membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan dan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi
penulis dalam memenuhi tugas mata kuliah. Terima kasih.

Banjarbaru, Maret 2017

Penulis
BAB I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Ayodhyoa (1976), mengemukakan bahwa fishing ground merupakan tempat
penangkapan ikan. Pada umumnya semua tempat dimana ikan berada dan dapat
dioperasikan suatu alat tangkap.
Klasifikasi daerah penangkapan ikan sering dibuat berdasarkan materi sebagai
jenis ikan yang akan ditangkap, jenis dari alat tangkap yang digunakan, daerah
perairan di mana usaha perikanan dioperasikan dan area lautan di mana usaha
perikanan beroperasi.
Terkait beberapa hal di atas maka pada paper ini, akan di bahas mengenai
daerah penangkapan ikan pelagis.

b. Tujuan
1. Dapat mengetahui daerah penangkapan ikan pelagis
BAB II. PEMBAHASAN

Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan”
apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan
dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan.
Daerah penangkapan ikan secara umum diklasifikasikan ke dalam dua jenis
utama berikut:
a. Daerah penangkapan ikan pelagis (atau bergerak cepat)
b. Daerah penangkapan ikan perairan dasar secara berturut-turut
Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang berada pada lapisan permukaan hingga
kolom air dan mempunyai ciri khas utama, yaitu dalam beraktivitas selalu
membentuk gerombolan (schooling) dan melakukan migrasi untuk berbagai
kebutuhan hidupnya.
Ikan pelagis juga termasuk ikan yang selalu melakukan migrasi, baik migrasi
untuk mencari makan (feeding migration) maupun migrasi untuk tujuan memijah
(spawning ground).

2.1. Sumberdaya ikan pelagis kecil


Ikan pelagis kecil hidup pada daerah pantai yang relatif kondisi lingkungannya
tidak stabil menjadikan kepadatan ikan juga berfluktuasi dan cenderung muda
mendapat tekanan akibat kegiatan pemanfaatan, karena daerah pantai mudah
dijangkau oleh aktivitas manusia. Jenis ikan pelagis kecil yang dimaksudkan
adalah ikan layang, kembung, tembang, teri, dan lain-lain.
Sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu sumberdaya
perikanan yang paling melimpah di perairan Indonesia dan mempunyai potensi
sebesar 3,2 juta (Widodo et al, 1998 dalam Nelwan A., 2004). Sumberdaya ini
merupakan sumberdaya neritik, karena terutama penyebarannya adalah di perairan
dekat pantai, di daerah-daerah dimana terjadi proses penaikan air (upwelling) dan
sumberdaya ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar (Csirke, 1988
dalam Nelwan A., 2004).
Penyebaran ikan pelagis kecil di Indonesia merata di seluruh perairan, namun
ada beberapa yang dijadikan sentra daerah penyebaran seperti Lemuru (Sardinella
Longiceps) banyak tertangkap di Selat Bali, Layang (Decapterus spp) di Selat
Bali, Makassar, Ambon dan Laut Jawa, Kembung Lelaki (Rastrelinger kanagurta)
di Selat Malaka dan Kalimantan, Kembung Perempuan (Rastrelinger neglectus) di
Sumatera Barat, Tapanuli dan Kalimantan Barat, (Suyedi R., 2001).
Sifat ikan pelagis kecil,
1. Membentuk gerombolan yang terpencar-pencar.
2. Variasi rekruitmen cukup tinggi yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan
yang labil.
3. Selalu melakukan ruaya baik temporal maupun spasial.
4. Aktivitas gerak cukup tinggi yang ditunjukkan oleh bentuk badan menyerupai
terpedo.
5. Kulit dan tekstur yang mudah rusak, daging berkadar lemak relatif tinggi,

2.2. Sumberdaya ikan pelagis besar


Ikan pelagis besar hidup pada laut lepas dengan kondisi lingkungan relatif
stabil, disamping itu ikan pelagis besar umumnya melakukan migrasi sepanjang
tahun dengan jarak jauh. Secara biologis kelompok cakalang, tuna, dan tongkol
termasuk kedalam kategori ikan yang mempunyai tingkah laku melakukan
migrasi dengan jarak jauh (highly migratory species) melampaui batas-batas
yuridiksi suatu negara. Keadaan tersebut akan menyebabkan penambahan dan
pengurangan stok di suatu perairan yang berperan penting dalam sediaan lokal
pada saat terjadi musim penangkapan (Nelwan A., 2004).
Ikan Pelagis besar menyebar di perairan yang relatif dalam, bersalinitas tinggi,
kecuali ikan tongkol yang sifatnya lebih kosmopolitan dapat hidup di perairan
yang relatif dangkal dan bersalinitas lebih rendah. Sifat epipelagis dan oseanis
menjadikan penyebaran sumberdaya ikan pelagis besar secara vertikal sangat
dipengaruhi lapisan thermoklin yang juga adalah struktur lapisan massa air yang
terbentuk akibat perbedaan suhu. Demikian pula penyebaran secara horizontal
yang dipengaruhi oleh faktor perbedaan suhu dan juga ketersediaan makanan,
(Nelwan A., 2004).
Tabel 1. Nama-nama ikan pelagis besar,
no Nama Umum Nama Latin
1 Tenggiri fajar (Wahoo ) Acanthocybium solandri
2 Tenggiri papan (Indo-Pacific king mackerel ) Scomberomorus guttatus
3 Tenggiri (Narrow-barred Spanish mackerel) Scomberomorus commersoni
4 Tengiri batang (streaked Spanish mackerel) Scomberomorus lineatus
5 Ikan pedang (swordfish) Xiphias gladius
6 Mako (Mackerel sharks) Isurus spp
7 Tongkol abu-abu Thunnus tonggol
8 Tongkol como Euthynnus affinis
9 Tongkol krai Auxis thazard
10 Cucut anjing/cakilan Isurus oxyrinchus
11 Cucut aron Carcharhinus amblyrhynchos
12 Cucut bangbara tunggul Carcharhinus limbatus
13 Cucut baster Isurus paucus
14 Cucut botol Centrocymnus crepidater
15 Tuna albakora (albacore) Thunnus alalunga
16 slender tuna Allothunnus fallai
17 Tuna mata besar (bigeye tuna) Thunnus obesus
18 Tuna sirip hitam (Black fin tuna) Thunnus atlanticus
19 tuna sirip biru utaratuna (Northern bluefin) Thunnus thynnus
20 Pacific bluefin tuna Thunnus orientalis

Musim penangkapan Ikan Pelagis Besar Wilayah Pengelolan Perikanan di


Kawasan Timur Indonesia ;
Di kawasan timur Indonesia, puncak musim penangkapan ikan pelagis besar
pada umumnya berkisar pada musim peralihan I (April, Mei, dan Juni) hingga
awal musim timur. Di Maumere (NTT), puncak musim terjadi pada Februari dan
November, yaitu akhir musim barat dan akhir musim peralihan II.
Kisaran bulan-bulan musim penangkapan ikan pelagis besar sebagai berikut :
1. Perairan Selat Makassar bagian selatan (Maret-Juli)
2. Laut Flores (September-Maret)
3. Laut Banda (September- Maret)
4. Perairan Aru (September-Maret)
5. Laut Arafura (Agustus-Mei)
6. Laut Seram (Agustus-Maret)
7. Laut Maluku (Agustus-Maret)
8. Teluk Tomini (Oktober-April)
Perairan Laut Banda yang kedalamannya mencapai 10.000 m merupakan salah
satu daerah penangkapan pelagis besar (terutama ikan tuna mata besar) di
kawasan timur Indonesia. Musim penangkapan di perairan Laut Banda mencapai
puncaknya pada bulan November.
Musim penangkapan Ikan Pelagis Besar Wilayah Pengelolan Perikanan di
Kawasan Barat Indonesia ;
Penyebaran ikan-ikan tuna di kawasan barat Indonesia terutama terdapat di
Samudera Hindia. Di perairan ini terjadi percampuran antara perikana tuna lapisan
dalam yang dieksploitasi dengan alat rawai tuna dengan perikana tuna permukaan
yang dieksploitasi menggunakan alat tangkap pukat cincin, gillnet, tonda, dan
payang.
Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar seperti tuna secara umum
dilakukan dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda. Jenis ikan yang
banyak tertangkap di wilayah ini adalah cakalang dan madidihang. Hasil analisis
data produksi menyebutkan bahwa titik tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Ini
berarti, puncak musim penangkapan ikan pelagis besar dengan menggunakan alat
tangkap tonda di perairan barat Sumatera terjadi pada bulan Oktober.
Di Bengkulu, jenis ikan tongkol dan tengiri cukup mendominasi produksi
perikanan setempat. Musim penangkapan ikan tongkol di wilayah Bengkulu
berlangsung antara bulan September sampai Januari dan puncaknya terjadi pada
bulan November.
Data dan informasi musim penangkapan sumberdaya ikan pelagis besar untuk
perairan Samudera Hindia di wilayah selatan Jawa dan Nusa Tenggara diperoleh
dari basis penangkapan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan ratu (Jawa
Barat), Pelabuhan Perikanan Nusantara Cilacap (Jawa Tengah), dan Pelabuhan
Benoa (Bali).
Ikan pelagis besar yang tertangkap di Pelabuhan ratu didominasi oleh ikan
cakalang dan tongkol yang banyak tertangkap oleh alat tangkap jaring insang
hanyut. Berdasarkan data yang diperoleh, diduga bahwa musim penangkapan ikan
cakalang dan tongkol di wilayah perairan selatan Jawa berlangsung antara Juni
sampai Oktober dan puncaknya terjadi pada Agustus-September.
Di Bali, alat tangkap utama yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis
besar yang berpangkalan di Benoa adalah rawai tuna. Namun, masih ada alat lain
yang digunakan dalam pemanfataan sumberdaya ikan pelagis besar yaitu pancing
tonda yang dioperasikan dengan perahu jukung dan diberi motor tempel dengan
kekuatan 12 PK.
Ikan tuna sirip biru adalah jenis ikan tuna yang punya nilai paling tinggi.
Perairan Samudera Hindia di sebelah selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara
merupakan daerah pemijahan dari jenis tuna ini. Ikan biasanya bermigrasi ke
perairan selatan Jawa dan Bali, dan umumnya nelayan menangkap ketika berada
dalam kondisi memijah pada November dan Januari. Tingginya nilai tuna sirip
biru menyebabkan ikan ini menjadi target penangkapan terutama oleh armada
Jepang, Taiwan, Korea, Selandia Baru,dan Australia.

2.3. Sebaran ikan pelagis


1. Secara horizontal
2. Secara vertikal

2.4. Alat tangkap yang digunakan


1. Rumpon
2. Purse seine
3. Jaring insang
4. Payang
5. Bagan
BAB III. KESIMPULAN

1. Daerah penangkapan ikan pelagis, dibagi menjadi dua bagian yaitu daerah
penangkapan ikan pelagis besar dan daerah penangkapan ikan pelagis kecil.
DAFTAR PUSTAKA

http://acmadfish.blogspot.com/2011/01/pengaruh-global-warming-terhadap-
ikan.html : Diakses pada tanggal 15-04-11/10:37

http://downloads.ziddu.com/downloadfile/12975289/daerahpenangkapanikanpela
gis.zip.html : Diakses pada tanggal 13-04-11/20:35

http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishyronment/96-musim-penangkapan-ikan-
pelagis-besar.html : Diakses pada tanggal 13-04-11/20:32

http://www.forumbebas.com/thread-112440.html : Diakses pada tanggal 15-04-


11/10:32

http://pondok-munzir.blogspot.com/2009/06/daerah-penangkapan-ikan.html :
Diakses pada tanggal 13-04-11/13:32

Rizky Fajary Lestiawan. 2008. Pengamatan Informasi Zona Potensi Penangkapan


Ikan (ZPPI) Dengan Menggunakan Metode Pengujian Parameter Kualitas Air Di
Km. xxx, di Juwana, Jawa Tengah. Proposal Kerja Praktek Akhir. Program Studi
Teknologi Penangkapan Ikan, Jurusan Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Politeknik
Negeri Pontianak. Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai