Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasien kritis dengan perawatan di ruang ICU (Intensive Care Unit) memiliki
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.Mengenali ciri-ciri dengan cepat dan penatalaksanaan
dini yang sesuai pada pasien beresiko kritis atau pasien yang berada dalam keadaan kritis
dapat membantu mencegah perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan peluang untuk
sembuh (Gwinnutt, 2006 dalam Jevon dan Ewens, 2009).
Comprehensive Critical Care Department of Health-Inggris merekomendasikan untuk
memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical care
without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun pasien tersebut
secara fisik berada di dalam rumah sakit (Jevon dan Ewens, 2009). Hal ini dipersepsikan
sama oleh tim pelayanan kesehatan bahwa pasien kritis memerlukan pencatatan medis yang
berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap tindakan yang dilakukan.Dengan
demikian pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena dengan cepat
dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau terjadinya penurunan fungsi organ-
organ tubuh lainnya (Rab, 2007).
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republic Indonesia nomor 10 tahun2015
tentang standar pelayanan keperawatan rumah sakit Pas al 2 disebutkan bahw a
Pengaturan Standar Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Khusus bertujuan
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit khusus dan rumah
sakit umum yang memiliki pelayanan keperawatan kekhususan yang disusun
berdasarkan kompetensi dan kewenangan perawat dengan memperhatikankeselamatan,
keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masayang akan datang.
Dalam meningkatkan mutu layanan rumah s akit tidak bisa dijauhkan dari
ketersediaan tenaga kesehatan. Sesuai dengan peraturan yang menyatakan bahwa
setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai
denganstandar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional
yangberlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan
keselamatanpasien (pasal 13 ayat, UU RS, tahun 2009).
Perawat sebagai bagian dari tenaga k e s e h a t a n p e r l u m e m b e r i k a n
p e l a y a n a n a s u h a n k e p e r a w a t a n d e n g a n memperhatikan mengikuti peraturan
dan standar yang berlaku di rumah sakit.Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan
adalah pelayanan intensif, dimanapelayanan intensif yang dimaksud adalah pelayanan
keperawatan yang diberikanpada pasien dalam kondisi kritis yang membutuhkan
penanganan dan pemantauanintensif di ruang intensive care unit (ICU).

B. Rumusan Masala
1. Apa itu Pengertian keperawatan kritis?
2. Bagaimana Ruang lingkup keperawatan kritis?
3. Bagaimana Konsep keperawatan kritis?
4. Apa saja Prinsip keperawatan kritis?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahamidan mendalami persprektif keperawatan kritis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui apa itu pengertian keperwatan kritis
b. Mampu mengetahui bagaimana ruang lingkup keperawatan kritis
c. Mampu mengetahui bagaimana konsep keperawatan kritis
d. Mampu mengetahui bagaimana prinsip keperawatan kritis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian keperawatan kritis


Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan dengan suatu fokus pada penyakit
yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Perawat kritis dapat ditemukan bekerja pada
lingkungan yang luas dan khusus, seperti departemen keadaan darurat dan unit gawat
darurat (Wikipedia, 2013)
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang menghadapi
secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas masalah yang mengancam
jiwa.Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk
memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka menerima
kepedulian optimal (American Association of Critical-Care Nurses).
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secaracermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi
krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.Keperawatan kritis merupakan
salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon
manusia terhadap masalah yang mengancam hidup.
Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang
berkualitas tinggi dan konperhensif.Untuk pasien yang kritis, waktu adalah vital. Proses
keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan
kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat.
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi
pengkajian, analisa, perencanaan ,implementasi, dan evaluasi. The American Asosiation
of Critical care Nurses (AACN) menyusun standar proses keperawatan sebagai asuhan
keperawatan kritikal.
ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat
daruratan dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh,
kegawatan di unit operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates. Keperawatan
gawat darurat secara khusus berkonsentrasi pada respon manusia pada masalah yang
mengancam hidup seperti trauma atau operasi mayor. Pencegahan terhadap masalah
kesehatan merupakan hal penting dalam praktik keperawatan gawat darurat. (Hartshorn et
all, 1997).
Unit perawatan kritis atau ICU adalah merupakan unit perawatan khusus yang
membutuhkan keahlian dalam penyatuan informasi, membuat keputusan dan dalam
membuat prioritas, karena saat penyakit menyerang sistem tubuh, sistem yang lain terlibat
dalam upaya mengatasi adanya ketidakseimbangan. Esensi asuhan keperawatan kritis
tidak berdasarkan kepada lingkungan yang khusus ataupun alat-alat, tetapi dalam proses
pengambilan keputusan yang didasarkan pada pemahaman yang sungguh-sungguh
tentang fisiologik dan psikologik (Hudak & Gallo, 2012).

Adapun beberapa kriteria pasien yang memerlukan perawatan di ICU adalah:


1. Pasien berat, kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti
bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infus secara terus menerus,
contoh gagal nafas berat, syok septik.
2. Pasien yang memerlukan pemantauan intensif invasive atau non invasive sehingga
komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi, contoh paska bedah besar dan luas,
pasien dengan penyakit jantung, paru, ginjal, atau lainnya.
3. Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut, sekalipun
manfaat ICU sedikit, contoh pasien dengan tumor ganas metastasis dengan
komplikasi, tamponade jantung, sumbangan jalan nafas.

Sedangkan pasien yang tidak perlu masuk ICU adalah:


1. Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laboratorium).
2. Pasien yang menolak terapi bantuan hidup.
3. Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi, contoh karsinoma
stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan vegatatif.

B. Ruang Lingkup Keperawatan Kritis


American Association of Critical Care Nurses (AACN) menyatakan bahwa asuhan
keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia terhadap
penyakit yang aktual atau potensial yang mengancam kehidupan (AACN,1989).Lingkup
praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis, pasien
dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber adekuat untuk
pemberian perawatan.
Pasien yang masuk ke lingkungan keperawatan kritis menerima asuhan keperawatan
intensif untuk berbagai masalah kesehatan.Serangkaian gejala memiliki rentang dari
pasien yang memerlukan pemantauan yang sering dan membutuhkan sedikit intervensi
sampai pasien dengan kegagalan fungsi multisistem yang memerlukan intervensi untuk
mendukung fungsi hidup yang mendasar.Pada umumnya lingkungan yang mendukung
rasio perbandingan perawat – pasien yaitu 1:2 (tergantung dari kebutuhan pasien), satu
perawat dapat merawat tiga pasien dan, terkadang seorang pasien memerlukan bantuan
lebih dari satu orang perawat untuk dapat bertahan hidup.Dukungan dan pengobatan
terhadap pasien-pasien tersebut membutuhkan suatu lingkungan yang informasinya siap
tersedia dari berbagai sumber dan diatur sedemikian rupa sehingga keputusan dapat
diambil dengan cepat dan akurat.

C. Konsep keperawatan kritis


1. Tujuan
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).
2. Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan mempertahankan
sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan.Pengkajian meliputi
proses pengumpulan data, validasi data, menginterpretasikan data dan
memformulasikan masalah atau diagnosa keperawatan sesuai hasil analisa data.
Pengkajian awal didalam keperawatan itensif sama dengan pengkajian umumnya
yaitu dengan pendekatan system yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-kultural-
spiritual, namun ketika klien yang dirawat telah menggunakan alat-alat bantu mekanik
seperti Alat Bantu Napas (ABN), hemodialisa, pengkajian juga diarahkan ke hal-hal
yang lebih khusus yakni terkait dengan terapi dan dampak dari penggunaan alat-alat
tersebut.
3. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan diinterpretasikan
kemudian dianalisa lalu ditetapkan masalah/diagnosa keperawatan berdasarkan data
yang menyimpang dari keadaan fisiologis. Kriteria hasil ditetapkan untuk mencapai
tujuan dari tindakan keperawatan yang diformulasikan berdasarkan pada kebutuhan
klien yang dapat diukur dan realistis.
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala yang sulit
diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih luas.
4. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnosa telah
diprioritaskan. Prioritas maslah dibuat berdasarkan pada ancaman/risiko ancaman
hidup (contoh: bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, pola nafas
tidak efektif, gangguan perfusi jaringan, lalu dapat dilanjutkan dengan
mengidentifikasi alternatif diagnosa keperawatan untuk meningkatkan keamanan,
kenyamanan (contoh: resiko infeksi, resiko trauma/injury, gangguan rasa nyaman dan
diagnosa keperawatan untuk mencegah, komplikasi (contoh: resiko konstifasi, resiko
gangguan integritas kulit). Perencanaan tindakan mencakup 4(empat) umsur kegiatan
yaitu observasi/monitoring, terapi keperawatan, pendidikan dan tindakan kolaboratif.
Pertimbangan lain adalah kemampuan untuk melaksanakan rencana dilihat dari
keterampilan perawat, fasilitas, kebijakan dan standar operasional prosedur.
Perencanaan tindakan perlu pula diprioritaskan dengan perencanaan ini adalah untuk
membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan dan mengoptimalkan
penyelesaian masalah.
Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan terhadap status
yang selalu berubah.
5. Intervensi
Semua tindakan dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap
klien sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk mencapai tujuan.
Tindakan keperawatan dapat dalam bentuk observasi, tindakan prosedur terntentu,
tindakan kolaboratif dan pendidikan kesehatan. Dalam tindakan perlu ada pengawasan
terus menerus terhadap kondisi klien termasuk evaluasi prilaku.
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk pencegahan
krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai dapat
beradaptasi dengan tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi
kematian.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan merupakan dasar
pertimbangan yang sistematis untuk menilai keberhasilan tindkan keperawatan dan
sekaligus dan merupakan alat untuk melakukan pengkajian ulang dalam upaya
melakukan modifikasi/revisi diagnosa dan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan setiap
akhir tindakan pemberian asuhan yang disebut sebagai evaluasi proses dan evaluasi
hasil yang dilakukan untuk menilai keadaan kesehatan klien selama dan pada akhir
perawatan. Evaluasi dicatatan perkembangan klien.
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk
mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara terus-menerus menilai
kriteria hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan
kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan tidak
meninggalkan prinsip holistic bio-psiko-sosio dan spritual.
Keperawatan kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan :
a. Data akan dikumpulkan secara terus – menerus pada semua pasien yang sakit kritis
dimanapun tempatnya.
b. Indentifikasi masalah/kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan pada data
yang dikumpulkan.
c. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan.
d. Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan menurut prioritas dari
identifikasimasalah atau kebutuhan.
e. Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus – menurus.
7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan yang berisi data pelaksanaan tindakan keperawatan
atau respon klien terhadap tindakan keperawatan sebagai petanggungjawaban dan
pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan perawat kepada
pasien dari kebijakan.
Dokumentasi keperawatan merupakan dokumentasi legal dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasikan yang baik, maka
informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara
berkesinambungan.

D. Prinsip keperawatan kritis


Pengatasan pasien kritis dilakukan di ruangan unit gawat darurat yang disebut juga
dengan emergency department sedangkan yang dimaksud dengan pasien kritis adalah
pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang dapat menyebabkan kematian.
Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di rumah sakit dibagi atas Unit Gawat Darurat
(UGD) dimana pasien diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah
bagian untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan
perhatian pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit
perawatan intensif koroner (Intensive Care Coronary Unit= ICCU). Baik UGD, ICU,
maupun ICCU adalah unit perawatan pasien kritis dimana perburukan patofisiologi dapat
terjadi secara cepat yang dapat berakhir dengan kematian.Sebenarnya tindakan
pengatasan kritis ini telah dimulai di tempat kejadian maupun dalam waktu pengankutan
pasien ke Rumah Sakit yang disebut dengan fase prehospital. Tindakan yang dilakukan
adalah sama yakni resusitasi dan stabilisasi sambil memantau setiap perubahan yang
mungkin terjadi dan tindakan yang diperlukan. Tiap pasien yang dirawat di ICU
memerlukan evaluasi yang ketat dan pengatasan yang tepat dalam waktu yang singkat.
Oleh karena itu kelainan pada pasien kritis dibagi atas 9 rangkai kerja:
1) Prehospital, meliputi pertolongan pertama pada tempat kejadian resusitasi cardiac
pulmoner, pengobatan gawat darurat, teknik untuk mengevaluasi, amannya
transportasi, akses telepon ke pusat.
2) Triage, yakni skenario pertolongan yang akan diberikan sesudah fase keadaan.
Pasien-pasien yang sangat terancam hidupnya harus diberi prioritas utama.Pada
bencana alam dimana terjadi sejumlah kasus gawat darurat sekaligus maka skenario
pengatasan keadaan kritis harus dirancang sedemikian rupa sehingga pertolongan
memberikan hasil secara maksimal dengan memprioritaskan yang paling gawat dan
harapan hidup yang tinggi.
3) Prioritas dari gawat darurat tiap pasien gawat darurat mempunyai tingkat kegawatan
yang berbeda, dengan demikian mempunyai prioritas pelayanan prioritas yang
berbeda.

Oleh karena itu diklasifikasikan pasien kritis atas:


a. Exigent, pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1 dan memerlukan
pertolongan segera. Yang termasuk dalam kelompok ini dalah pasien
dengan obstruksi jalan nafas, fibrilasi ventrikel, ventrikel takikardi dan cardiac arest.
b. Emergent, yang disebut juga dengan gawat darurat 2 yang memerlukan pertolongan
secepat mungkin dalam beberapa menit. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah miocard infark, aritmia yang tidak stabil dan pneumothoraks.
c. Urgent, yang termasuk kedalam gawat darurat 3. Dimana waktu pertolongan yang
dilakukan lebih panjang dari gawat darurat 2 akantetapi tetap memerlukan
pertolongan yang cepat oleh karena dapat mengancam kehidupan, yang termasuk ke
dalam kelompok ini adalah ekstraserbasi asma, perdarahan gastrointestinal dan
keracunan.
d. Minoratau non urgent, yang termasuk ke dalam gawat darurat 4, semua penyakit yang
tergolong kedalam yang tidak mengancam kehidupan.

E. Isu Etik Dan Legal Pada Keperawatan Kritis


Perawat ruang intensif atau kritis harus memberikan palayanan keperawatan yang
mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal kesehatan. Perawat ruang kritis
harus bekerja sesuai dengan aturan yang ada (standar rumah sakit / standar pelayanan
maupun asuhan keperawatan).Etik ditujukan untuk mengukur prilaku yang diharapkan
dari manusia, sehingga jika manusia tersebut merupakan suatu kelompok tertentu atau
profesi tertentu seperti profesi keperawatan, maka aturannya merupakan suatu
kesepakatan dari kelompok tersebut yang disebut kode etik.
Suatu pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian dari staf
pramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung jawab dan kewajiban
mematuhi hukum dalam setiap tindakan atau pelayanan keperawatan yang
dilakukan.Kumpulan hukum atau peraturan keperawatan yang telah dikembangkan
dikenal sebagai standar pelayanan keperawatan. Standar pelayanan keperawatan
ditentukan dengan pengambilan keputusan akan tindakan profesional yang paling tepat
dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada.

F. Kecenderungan Trend Dan Isu Keperawatan Kritis


Perkembangan yang sangat pesan dibidang teknologi dan pelayanan kesehatan cukup
berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat dalam jangka waktu lama dirumah
sakit.Klien yang berada di unit perawatan kritis dikatakan lebih sakit dari
sebelumnya.Sekarang ini banyak klien yang dirawat diunit kritis untuk waktu 5 tahun
sudah dapat menjalani rawat jalan dirumah masing-masing.Klien unit kritis yang ada
sekarang ini tidak mungkin bertahan hidup dimasa lalu dikarenakan buruknya sistem
perawatan kritis yang ada. Sudah direncanakan dibeberapa rumah sakit akan adanya unit
kritis yang lebih besar dan kemungkinan mendapatkan pelayana perawatan kritis dirumah
atau tempat-tempat alternatif lainnya. Perawat kritis harus tepat memantau informasi
terbaru dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk mengelola metode dan
teknologi perawatan terbaru.Seiring dengan perkembangan perawatan yang dilakukan
pada klien semakin kompleks dan banyaknya metode ataupun teknologi perawatan baru
yang diperkenalkan, perawat kritis dipandang perlu untuk selalu meningkatkan
pengetahuannya.

G. Ruang lingkup keperawatan kritis


American Association of Critical Care Nurses (AACN) menyatakan bahwa asuhan
keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia terhadap
penyakit yang aktual atau potensial yang mengancam kehidupan (AACN,1989).Lingkup
praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis, pasien
dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber adekuat untuk
pemberian perawatan.
Pasien yang masuk ke lingkungan keperawatan kritis menerima asuhan keperawatan
intensif untuk berbagai masalah kesehatan.Serangkaian gejala memiliki rentang dari
pasien yang memerlukan pemantauan yang sering dan membutuhkan sedikit intervensi
sampai pasien dengan kegagalan fungsi multisistem yang memerlukan intervensi untuk
mendukung fungsi hidup yang mendasar.Pada umumnya lingkungan yang mendukung
rasio perbandingan perawat – pasien yaitu 1:2 (tergantung dari kebutuhan pasien), satu
perawat dapat merawat tiga pasien dan, terkadang seorang pasien memerlukan bantuan
lebih dari satu orang perawat untuk dapat bertahan hidup.Dukungan dan pengobatan
terhadap pasien-pasien tersebut membutuhkan suatu lingkungan yang informasinya siap
tersedia dari berbagai sumber dan diatur sedemikian rupa sehingga keputusan dapat
diambil dengan cepat dan akurat.

H. Kompetensi spesialis keperawatan kritis


Kompetensi ialah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas dibidang pekerjaan tertantu.Untuk mengembangkan kompetensi seseorang
perawat spesialis keperawatan kritis kita perlu mengetahui ciri-ciri dari tingkat spesialis
keperawatan kritis itu sendiri.
Kompetensi yang harus dicapai oleh seorang perawat kritis sesuai Standar
Operasional Prosedur yang di lakukan di ICU Dewasa
1. Penanganan Gangguan Jalan Nafas :
a. Melakukan Terapi Oksigen
b. Melakukan Bronchiaal Washing
c. Melakukan Suction
d. Melakukan Intubasi
e. Melakukan Extubasi /Weaning
2. Menggunakan Ventilator :
a. Mempersiapkan Ventilator
b. Set Ventilator
c. Merawat mesin Ventilator
d. Mengukur Volume Tidak
e. Melakukan T-Piece
f. Memberikan obat Inhalasi
g. Mengambil sampel darah arteri unk. AGD
3. Penaganan Gangguan Sistem Cardiovaskuler
a. Emergency Trolly
b. Melakukan rekaman EKG
c. Memasang Monitoring E K G , Saturasi Oksigen, Tekanan Darah
d. R J P
e. Mengkaji pasien Decompensasi Cordis
f. Mengkaji pasien MCI
g. Merawat pasien dengan menggunakan CVP
h. Melakukan DC Shock
i. Memberi antikuagulan
j. Melakukan evaluasi post streptase
k. Memberikan Pendidikan Kesehatan dalam pemberian Streptase
4. Penanganan Gangguan Sistim Pencernaan
a. Memasang NGT
b. Melakukan Nutrisi parenteral
5. Penanganan Gangguan Sistim Perkemihan
a. Menghitung Balance Cairan
b. Mengobservasi pasien post Transplantasi
6. Penanganan Gangguan Sistim Neorologi
a. Menilai tingkat kesadaran /GCS
b. Melakukan Mobilisasi
7. Penanganan Gangguan Endokrin
a. Melakukan pemberian insulin pa pat. Ketoasidosis.

I. Ciri-ciri Seorang Perawat Kritis


Berikut ciri-ciri dari level spesialis keperawatan kritis menurut Robertson et al, (1996)
adalah :
1. Mengelola pasien dengan standar industri yang konsiten
2. Hormat terhadap sejawat dan lainnya
3. Role model
4. Utilisasi pengetahuan dalam aplikasi dan mengintergrasikan pengetahuan dan praktek.
5. Respon terhadap perubahan lingkungan secara kontinyu
6. Utilisasi riset dalam praktek
7. Mendukung staf yang kurang pengalaman dan menunjukan kesadaran kebutuhan dari
keutuhan unit
8. Profesional yang aktif
9. Memperlihatkan keterampilan komunikasi yang aktif
10. Memperlihatkan keterampilan pengkajian tingkat tinggi
11. Intrepretasikan situasi yang kompleks
12. Bertindak sebagai koordinator perawatan
Setelah mengetahui ciri-ciri dari keperawatan kritis spesialis maka kita lebih mudah
dalam merumuskan kompetensi, elemen dan ujuk kerja/penampilan yang dibutuhkan.

J. PERAN PERAWAT KRITIS


Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang
berkualitas tinggi dan komprehensif. Untuk pasien yang kritis, waktu adalah sesuatu hal
yang vital. Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana
perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat (Talbot,
1997).
ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat
daruratan dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh,
kegawatan di unit operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates. Keperawatan
gawat darurat secara khusus berkonsentrasi pada respon manusia pada masalah yang
mengancam hidup seperti trauma atau operasi mayor. Pencegahan terhadap masalah
kesehatan merupakan hal penting dalam praktik keperawatan gawat darurat. (Hartshorn et
all, 1997).
Peran perawat kritis sebagai berikut:
1. Advokat
Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan
yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu (Potter dan Perry,
2005).
2. Care giver
Perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang
mengalami masalah kesehatan (Vicky, 2010).
3. Kolaborator
Peran ini dilakukan perawat karena perawat bekerja bersama tim kesehatan lainnya
seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, apoteker, dan lainnya dalam upaya memberikan
pelayanan yang baik (Vicky, 2010).
4. Peneliti
Peran sebagai pembaharu dan peneliti dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan sistematis, dan terarah sesuai metode pemberian pelayanan
(Vicky, 2010). Selain itu juga meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan
ketrampilan, baik dalam praktik maupun dalam pendidikan keperawatan (Aryatmo,
1993).
5. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian layanan dapat terarah
serta sesuai kebutuhan (Vicky, 2010).
6. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan
terutama mengenai keamanan pasien dan keluarga (Vicky, 2010).
BAB III
PROSES KEPERAWATAN KRITIS

A. MODEL ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS


Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan pasien
sehingga dapat berfungsi secara optimal. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan
manajemen asuhan keperawatan yang profesional, dan salah satu faktor yang menentukan
dalam manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
melalui berbagai pendekatan model asuhan keperawatan yang diberikan (Sitorus, 2005).
Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit yaitu metode
fungsional, metode kasus, metode tim, metode primer, dan metode modular. Metode
fungsional berorientasi kepada tugas, yaitu semua tugas atau tindakan keperawatan yang
ada dibagi kepada perawat yang sedang dinas pada saat itu. Seorang perawat dapat
melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang
semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien. Metode ini tidak berorientasi
pada masalah pasien. Pada metode primer, penugasan diberikan kepada Primary Nurse atas
pasien yang dirawat dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit yang didasarkan kepada
kebutuhan pasien atau masalah keperawatan yang disesuaikan dengan kemampuan Primary
Nurse. Pada metode tim, didasarkan pada pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Sedangkan
metode modular adalah gbungan dari metode primer dan metode tim (Sitorus, 2005).
Model Praktek Keperawatan Profesional dengan menggunakan metode kasus
diharapkan akan menghasilkan kontinuitas keperawatan yang bersifat komprehensif di unit
perawatan kritis atau ICU.Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau
jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien
(Sitorus, 2005).
Manajemen kasus adalah model yang digunakan untuk mengidentifikasi, koordinasi,
dan monitoring implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai asuhan yang diinginkan
dalam periode waktu tertentu.
Elemen penting dalam manajemen kasus meliputi :
1. Kerjasama dan dukungan dari semua anggota pelayanan dan anggota kunci dalam
organisasi ( Administrator, dokter dan perawat).
2. Kualifikasi perawat manajer kasus.
3. Praktek kerjasama Tim.
4. Kualitas sistem manajemen yang diterapkan.
5. Menggunakan prinsip perbaikan mutu yang terus menerus.
6. Menggunakan ”Critical pathway” (hasil) atau asuhan MAPS (Multidisciplinary
Action Plans) yaitu kombinasi ”Clinical Path dengan Care Plans.
7. Promosi praktek keperawatan profesional

Dalam 1 unit diperlukan 2 manajer kasus yang bekerja mengkoordinasikan,


mengkomunikasikan, bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dan memfasilitasi asuhan
sekelompok pasien. Idealnya 1 orang manajer kasus mempunyai 10 – 15 kasus pasien dimana
perkembangan pasien akan diikuti terus oleh manajer kasus dari masuk sampai pulang. Bila
diperlukan mengikuti perkembangan pasien di rawat jalan. Keuntungan dari manajemen
kasus meningkatnya mutu asuhan karena perkembangan kesehatan pasien dimonitoring terus
menerus sehingga selalu ada perbaikan bila asuhan yang diberikan tidak memberikan
perbaikan, dan adanya kerjasama yang harmonis antara manajer kasus dengan tim kesehatan
lain merupakan elemen penting yang mempengaruhi meningkatnya mutu asuhan,
menurunnya komplikasi dan biaya menjadi lebih efektif (Junaidi, 1999).
Manajer kasus melakukan monitoring terhadap asuhan keperawatan yang
dilaksanakan oleh tenaga perawat dan non keperawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk
melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan
holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi
pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
Konsep dasar metode kasus dalam asuhan keperawatan professional adalah ada
tanggung jawab dan tanggung gugat, otonomi, serta ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat dalam metode kasus yaitu:
Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
1. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
2. Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama ini
3. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin
lain maupun perawat lain.
4. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
5. Menerima dan menyesuaikan rencana.
6. Menyiapkan penyuluhan pulang.
7. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat.
8. Membuat jadwal perjanjian klinik.

Metoda ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada perawat untuk memberikan
asuhan secara total terhadap seorang atau sekelompok klien. Keuntungan model asuhan
keperawatan kasus yaitu asuhan yang diberikan komprehensif, berkesinambungan, dan
holistik. Perawat dalam metode kasus mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap pasien,
perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,1998).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan diberiakan bermutut tinggi dan
tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan
advokasi sehingga pasien merasa puas. Dokter juga merasakan kepuasan karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.
Selain itu, masalah pasien dapat dipahami oleh perawat dan kepuasan tugas secara
keseluruhan dapat dicapai.
Sedangkan kerugiannya adalah kurang efisien karena memerlukan perawat
profesional dengan keterampilan tinggi dan imbalan yang tinggi, sedangkan masih ada
pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh asisten perawat. Beban kerja tinggi terutama jika
jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan. Pendelegasian
perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab klien bertugas
(Priharjo,1995).

B. PROSES KEPERAWATAN KRITIS


Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi
pengkajian, analisa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Asuhan Keperawatan
Intensif adalah kegiatan praktek keperawatan intensif yang diberikan pada
pasien/keluarga. Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang merupakan metode ilmiah dan panduan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas guna mengatasi masalah pasien. Langkah-langkah yang
harus dilakukan meliputi pengkajian, masalah/diagnose keperawatan, rencana tindakan
dan evaluasi (Depkes RI, 2006).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses keperawatan yang mengharuskan
perawat menemukan data kesehatan klien secara tepat. Pengkajian awal di dalam
keperawatan intensif sama dengan pengkajian umumnya yaitu dengan pendekatan
system yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, namun ketika klien
yang dirawat telah menggunakan alat bantu mekanik seperti alat bantu napas,
hemodialisa, pengkajian juga diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus yakni terkait
dengan terapi dan dampak dari penggunaan alat-alat tersebut.
2. Penetapan Masalah/Diagnosa Keperawatan
Setelah data dikumpulkan, data dianalisa. Dari pengkajian data dasar, masalah yang
aktual, potensial dan beresiko tinggi diidentifikasi dan diuraikan menurut prioritas
sesuai dengan kebutuhan keperawatan pasien kritis. Hal ini mungkin merupakan
masalah yang kompleks disebabkan oleh beratnya kondisi pasien. Prioritas paling
tinggi diberikan pada masalah yang mengancam kehidupan, lalu dapat dilanjutkan
dengan mengidentifikasi alternative diagnose untuk meningkatkan keamanan,
kenyamanan, dan diagnose untuk mencegah komplikasi.
3. Perencanaan
Pembuatan tujuan, identifikasi dari tindakan keperawatan yang tepat dan pernyataan
atas hasil yang diharapkan merumuskan rencana keperawatan. Perencanaan tindakan
keperawatan dibuat apabila diagnose telah diprioritaskan. Perencanaan tindakan
mencakup 4 unsur kegiatan yaitu observasi/monitoring, terapi keperawatan,
pendidikan dan tindakan kolaboratif. Pertimbangan lain adalah kemampuan untuk
melaksanakan rencana dilihat dari ketrampilan perawat, fasilitas, kebijakan, dan
standar operasional prosedur. Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk membuat
efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan dan mengoptimalkan penyelesaian
masalah (Depkes RI, 2006).
4. Implementasi
Perencanaan dimasukkan dalam tindakan selama fase implementasi. Ini merupakan
fase kerja aktual dari proses keperawatan.
5. Evaluasi
Suatu perbandingan antara hasil aktual pasien dan hasil yang diharapkan terjadi dalam
fase evaluasi. Pada bagian ini menunjukkan pentingnya modifikasi dalam rencana
keperawatan atau pengkajian ulang total dapa diidentifikasi.

Masalah Keperawatan yang biasanya muncul dan intervensi yang diberikan di ruang
perawatan kritis atau ICU adalah (Doengoes, 2002):

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas


2. Observasi keabu-abuan menyeluruh dan sianosis pada “ jaringan hangat” seperti daun
telinga, bibir, lidah, dan membrane lidah
3. Lakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan jalan nafas, misalnya: batuk
atau suction.
4. Kaji status pernafasan.
5. Catat adanya dispnea dan penggunaan otot bantu
6. Pertahankan kepatenan jalan nafas (posisi kepala dan leher netral anatomis, cegah
fleksi leher)
7. Pertahankan elevasi kepala tempat tidur 30 – 45 derajat
8. Beri oksigen dengan metode dan indikasi yang tepat
9. Gangguan perfusi jaringan cerebral
1. Monitor status neurologi dan menentukan faktor penyebab gangguan
2. Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, kebutuhan lapang
pandang / kedalaman persepsi
3. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, sperti fungsi bicara jika klien sadar.
4. Berikan posisi kepala ditinggikan sedikit dengan posisi netral (hanya tempat
tidurnya saja yang ditinggikan)
5. Kolaborasi pemberian oksigen
10. Ketidakefektifan Pola Nafas
11. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi
12. Perhatikan pergerakan dada pasien, amati kesimetrisan, penggunaan otot bantu, serta
retraksi otot supraklavikular dan intercostals.
13. Pantau pola pernafasan : bradipne, takipne, hiperventilasi
14. Kaji kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan nafas.
15. Pertahankan ketinggian bagian kepala tempat tidur.
16. Kaji AGD untuk membuktikan pertukaran gas yang adekuat
17. Waspada terhadap dampak obat-obat depresan atau sedatif.
18. Pantau frekensi dan irama jantung.
19. Lakukan suction sesuai kebutuhan,
20. Nilai hasil laporan foto dada setiap hari.
21. Resiko tinggi terhadap infeksi
22. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual
23. Bersihkan luka bila ada luka dengan teknik steril dan bersihakan min. 2 kali sehari
24. Dorong keseimbanagn istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan
nutrisi adekuat
25. Mengawasi kekefektifan terapi antimicrobial
26. Selidiki perubahan tiba-tiba/penyimpangan kondisi, seperti peningkatan nyeri dada,
bunyi jantung ekstra, gangguan sensori, berulangnya demam, perubahan karakteristik
pus.
27. Kekurangan volume cairan
28. Pantau warna,jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
29. Observasi khususnya terhadap kehilanagn cairan yang tinggi elektrolit (misalnya
diare, drainase luka, pengisapan nasogastrik dll)
30. Pantau perdarahan
31. Tinjau ulang elektrolit, terutama natrium, kalium klorida dan kreatinin)
32. Pantau status hidrasi
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit,cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa. Keperawatan kritis menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam
hidup. Perawatan kritis berperan sebagai advokat, care giver, kolaborator, peneliti, dan
koordinator serta berkomunikasi dan bekerjasama dalam tim.

SARAN
Sebagai perawat professional kita harus mampu memberikan asuhan keperawatan
kritis yang tepat pada klien dengan kondisi gawat. Selain itu pemahaman terhadap konsep
holism, komunikasi, dan kerjasama tim dalam keperawatan kritis penting untuk menunjang
perawatan terhadap klien agar kondisi klien lebih baik dan status kesehatan meningkat
sehingga angka kematian dapat ditekan semaksimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Carolyn, et all. 1997. Critical Care Nursing Seventh Edition. Philadelphia: Lippincott
Company.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Keperawatan di
ICU. Jakarta: Depkes
Doengoes, M. E. (2002). Nursing care plane: Guidelines for planning & documenting patient
care, 3rd edition, FA. Davis
Dossey, B. M. 2002. Critical Care Nursing: body-mind-spirit. (3rd ed.). Philadelphia: J. B.
Lippincott Company.
George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth
Edition. USA : Appleton & Lange.
http://www.scribd.com/doc/243508922/Bab-II-Prespektif-Kep-Kritis#scribd (Diakses tanggal
9/9/2015)
Laura A. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis Edisi: 2. Jakarta: EGC
Morton, Patricia Gonce, dkk. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik.
Jakarta: EGC
Tabrani. 2007. Agenda gawat darurat (Critical Care). P. T Alumni: Bandung
______. 2014. Critical Care Nursing.
Http://www.en.wikipedia.org/wiki/Critical_care_nursing (Diakses tanggal 9/9/2015)

Anda mungkin juga menyukai