Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan penyelenggaraan
upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
untuk dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, yaitu
sempurnanya kesehatan fisik dan mental. Pembangunan kesehatan itu merupakan
salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional yang
harus dicapai oleh Bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945. Upaya pembangunan bidang kesehatan tidak hanya terfokus pada
upaya penyembuhan saja, tetapi juga berkembang kearah promotif, preventif dan
rehabilitatif. Salah satu upaya pembangunan bidang kesehatan diwujudkan dalam
usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan para ibu karena banyaknya kasus-
kasus penyakit yang terjadi pada wanita, terutama mengenai masalah yang
menyangkut organ-organ reproduksi.
Salah satu masalah yang sering terjadi pada wanita baik di negara maju
maupun negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah peningkatan penyakit
kanker serviks. Setiap tahunnya di dunia terdapat sekitar 500.000 kasus baru
kanker leher rahim dengan tingkat kematian sekitar 200.000 kasus
(Rachmadahniar, 2005). Di Indonesia terjadi sekitar 90-100 kasus baru kanker
serviks per 100.000 penduduk per tahun (Depkes, 2001). Pada tahun 2005, kasus
penyakit kanker yang ditemukan sebanyak 2.020 kasus, 55% di antaranya adalah
kanker serviks dan 90% diantaranya bukan kanker serviks (Depkes, 2005). Profil
kesehatan 2010 menyebutkan bahwa indikator penyakit kanker serviks adalah
19,70% per 10.000 penduduk.
Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat
493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian
sebanyak 273.505 jiwa per tahun. (Emilia, 2010). Secara nasional prevalensi
penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 diperkirakan
sekitar 347.792 jiwa dengan 15.000 kasus baru kanker serviks yang terjadi setiap
dengan angka kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Berdasarkan
estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi

1
dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 jiwa
(Kementrian Kesehatan RI, 2015 ; Wijaya, 2010).
Prevalensi penapisan dengan tes Papanicolaou (Pap smear), insiden kanker
serviks invasif telah berkurang terus-menerus selama bertahun-tahun. Semakin
banyak klien terdiagnosis dengan lesi prakanker invasif, sehingga mortalitas lebih
sedikit karena angka kesembuhan hampir 100% jika terdeteksi pada stadium pra
invasif. Kemajuan mutakhir pada vaksin human papilomavirus (HPV)
memberikan harapan untuk penggunaannya dalam terapi dan profilaksis HPV.
Kanker serviks memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik
berupa penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau diamputasi,
rasa nyeri dan perubahan penampilan fisik karena efek samping dari pengobatan
yang dijalani pasien. Dampak psikologis dapat berupa reaksi psikologis terhadap
diagnosa kanker serviks yang harus dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan
yang dijalani pasien dan kondisi fisik yang baru. Dampak sosial yang dapat terjadi
yaitu perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan dari tempat kerja
pasien, perubahan peran dan tugas dirumah karena tidak mampu melakukan
tugasnya sebagai salah satu angggota keluarga (Rachmadahniar (2005).
Dampak dari penyakit kanker serviks antara lain dapat menyebabkan
kegagalan fungsi reproduksi karena komplikasi pengobatan lesi prakanker. Pada
kanker serviks stadium awal akan menyebabkan kegagalan fungsi reproduksi
khususnya pada penderita usia muda karena pengobatan pembedahan atau radiasi.
Kanker serviks stadium lanjut ataupun kanker serviks yang tumbuh lagi setelah
pengobatan dapat menyebabkan kematian pada penderitanya karena kegagalan
pengobatan. Pada stadium lanjut, kanker dapat menyebar atau metastase ke
berbagai organ lainnya sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi berbagai
organ seperti ginjal, paru-paru, hati, dan organ lainnya. Beberapa dampak inilah
yang juga dapat menimbulkan ketakutan atau kecemasan pada penderita kanker
serviks, sehingga dapat muncul berbagai masalah keperawatan (Nurwijaya, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Ca Serviks?
2. Bagaimana anatomi Ca Serviks?
3. Bagaimana etiologi dari Ca serviks?
4. Bagaimana patogenesis Ca serviks?

2
5. Bagaimana patofisologis Ca Serviks?
6. Bagaimana manifestasi klinis Ca Serviks?
7. Bagaimana gejala dan tanda-tanda Ca Serviks?
8. Bagaimana klasifikasi dari Ca Serviks?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dalam Ca Serviks?
10. Bagaimana penatalaksanaan dari Ca Serviks?
11. Bagaimana komplikasi dari Ca Serviks?
12. Bagaimana pencegahan dari Ca Serviks?
13. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ca Serviks?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk
pelayanan keperawatan profesional kepada pasien dengan penyakit Kanker
Serviks.
2. Tujuan Khusus:
a. Mampu menjelaskan hasil pengkajian asuhan keperawatan dengan Ca
Serviks.
b. Mampu menjelaskan masalah-masalah keperawatan yang timbul pada Ca
Serviks secara umumnya.
c. Mampu mengatasi masalah keperawatanyang timbul dengan Ca Serviks.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sertamenerapkan ilmu yang
telah didapat selama studi khususnya khususnya pada kasus gangguan Ca
serviks.
2. Bagi masyarakat
Agar masyarakat terutama bagi calon ibu yang berusia kurang dari
20tahun sebaiknya menunda pernikahan dan bagi ibu-ibu yang sudahmenikah
setialah pada pasangan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Serviks adalah bagian rahim yang menyempit dan bergabung dengan bagian
atas vagina. Jenis kanker serviks terbanyak berasal dari sel skuamosa, yaitu sel
gepeng yang melapisi leher rahim. Urutan berikutnya adalah kanker jenis
adenokarsinoma, berasal dari epitel kelenjar. Jarang ditemukan sel lain penyebab
kanker serviks. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di
AS setiap tahun ada lebih dari ,3 juta baru infeksi HPV pada laki-laki dan
perempuan, dimana 10% akan terus berkembang menjadi displasia persisten atau
kanker serviks. Faktor risiko yang sangat penting dalam perkembangan kanker
serviks adalah infeksi dengan jenis HPV risiko tinggi. Virus kanker bekerja
dengan memicu perubahan pada sel-sel leher rahim, yang dapat mengarah pada
perkembangan neoplasia intraepitel serviks, dan dapat menyebabkan kanker.
Wanita yang memliki banyak pasangan seksual memiliki risiko lebih besar
terkena HPV.
Kutil kelamin disebabkan oleh berbagai galur (strain) HPV yang biasanya
tidak berhubungan dengan kanker serviks. Namun, terdapat kemungkinan untuk
memiliki beberapa galur pada saat yang sama, termasuk HPV yang dapat
menyebabkan kanker serviks bersama dengan HPV yang dapat menyebabkan
kutil. Penggunaan kondom mengurangi risiko penularan HPV.

B. Anatomi Fisiologi
Sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian, yaitu alat reproduksi
wanita bagian dalam dan alat reproduksi wanita bagian luar.
1. Alat genitalia wanita bagian luar

4
a. Mons veneris
Mons pubis disebut juga gunung venus merupakan bagian yang
menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit
jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Labia mayora merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk
lonjong, kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum
permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea
(lemak)
3) Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan dibagian dalam bibir besar tanpa rambut, dibagian
atau klitoris bibir kecil bertemu membentuk prenulum klitoridis. bibir
kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
4) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris.
5) Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasioleh: kedua bibir
kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan kedua
bibir kecil. Kedua bibir kecil yaituuretra dua lubang saluran kelenjar
skene.
6) Kelenjara Bartholin
a) Kelenjar yang penting didaerah vulva dan vagina bersifat rapuh dan
mudah robek
b) pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
7) Himen (Selaput dara)
a) Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh
dan mudah robek

5
b) Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang
dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi
c) bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinik setelah mendapat
menstruasi
d) setelah persalinan sisanya disebut karunkel himenalis / karunkel
mirsiformis

2. Alat genitalia wanita bagian dalam

a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
rahim dengan vulva
1) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan
2) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum
3) Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar
11 cm
4) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae
dan terutama di bagian bawah
5) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus
6) Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan
asam susu dengan PH 4,5
7) Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeks
8) Fungsi utama vagina:
a) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi
b) Alat hubungan seks
c) Jalan lahir pada waktu persalinan

6
b. Uterus
1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rectum
2) Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih
3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah peer) dan gepeng
a) Corpus uteri: berbentuk segitiga
b) Seviks uteri: berbentuk silinder
c) Fundus uteri: bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua
pangkal tuba
d) Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan: peritoneum, lapisan otot, dan
endometrium
c. Tuba Fallopi
1) Letak : terdapat ditepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral
mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim
2) Ukuran : panjang 12cm diameter 3-8 cm
3) Jenis :
a) Pars interstitialis (intramularis) terletak diantara otot rahim mulai
dari osteum internum tubae
b) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada diluar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit
c) Pars ampuralis tubae,bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”
d) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai
yang disebut fimbriae tubae
4) Fungsi :
a) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi
b) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
c) Tempat terjadinya konsepsi
d. Ovarium
1) Letak : Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo
pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium
2) Jenis : ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
a) Korteks ovarii
- Mengandung folikel primordial

7
- Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraff
- Terdapat corpus luteum dan albikantes
b) Medula ovarii
- Terdapat pembuluh darah dan limfe
- Terdapat serat saraf
c) Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara ke dua
lembar ligamentum latum. Batasan Parametrium:
- Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping;
- Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri;
- Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium;
- Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii.

C. Etiologi
Infeksi human papillomavirus (HPV) dengan tipe resiko tinggi telah terbukti
menjadi faktor penting dalam perkembangan kanker serviks. DNA HPV dapat
dideteksi pada hampir semua kasus kenker serviks. Tidak semua penyebab kanker
serviks dapat diketahui. Beberapa faktor lain juga diduga terlibat.Ada beberapa
faktor resiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:
1. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. penelitian
menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual
maka semakin besar kemungkinan mendapat kanker servik. Menikah pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Kehamilan
yang optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga. Kehamilan setelah tiga
mempunyai resiko yang meningkat.
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker serviks
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus human papiloma
(HPV) diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks

8
5. Sosial ekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi,
imunitas, dan kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi rendah
umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang, sehingga mempengaruhi
imunitas tubuh.
6. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker. Wanita perokok
memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan
wanita tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita
perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok.
Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan
ko-karsinogen infeksi virus. Sedangkan pemakaian AKDR akan terpengaruh
terhadap servik yaitu bermula dari adanya erosi servik yang kemudian menjadi
infeksi yang berupa radang yang terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
7. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang
mempunyai kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih
besar untuk juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan orang
normal. Beberapa peneliti menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya
kemampuan untuk melawan infeksi HPV.

D. Patogenesis
Transmisi HPV terjadi secara primer melalui kontak kulit dengan kulit sel
basal dari epitel gepeng berlapis dapat terinfeksi oleh HPV. Sel lainnya lebih
resisten. Terdapat dugaan bahwa siklus replikasi HPV dimulai saat virus
memasuki lapisan basal epitel. Infeksi HPV di lapisi basal epitel cenderung
membutuhkan abrasi ringan atau mikrotrauma epidermis. Sesaat setelah
memasuki sel inang, DNA HPV bereplikasi ke permukaan epitel.
Pada lapisan basal, replikasi virus dianggap tidak produktif, dan virus
mengembangan dirinya sendiri sebagai low-copy-number episome menggunakan
mesin replikasi DNA inang untuk mensintesis DNA HPV rata-rata satu kali per
siklus sel. Pada keratinosit yang berdiferensiasi di lapisan suprabasal epitel, virus

9
bertukar menjadi mode siklus- berputar dari replikasi DNA, mengamplifikasikan
DNA HPV ke high-copy number, mensitesis protein kapsid dan menyebabkan
virus berkumpul.

E. Patofisiologi
Kanker serviks diawali dengan infeksi HPV pada epitel serviks selama
hubugan seksual. Walaupun persentase wanita muda yang aktif secara seksual dan
terpajan oleh infeksi HPV tinggi, sangat sedikit yang berkembang menjadi kanker
serviks. Bebrapa studi menunjukan bahwa beberapa wanita berhasil
menyingkirkan infeksi HPV, diduga melalui sitem imun kompeten. Hampir 90%
lesi berkurang secara spontan antara 12 hingga 36 bulan. Faktor lain seperti
predisposisi genetik, frekuenssi infeksi berulang, variasi genetik intratipe anatar
tipe HPV, ko-infeksi dengan lebih dari satu tipe HPV.
Faktor hormon juga dapat mempengaruhi kemampuan penjamu untuk
menyinkirkan infeksi HPV. Bukti pentingnya sistem imun penjamu dalam
mencegah perkembangan penyakit serviks didapat dari analisis infeksi HPV pada
wanita dengan HIV positif. Infeksi HPV dengan virus tipe resiko tinggi , infeksi
HPV persisten dan adanya lesi intraepitel gepeng merupakan hal yang biasa pada
kelompok imunokompromias dibanding debgan anita imunokompeten.
Respon imun seluler penjamu dimediasi dengan sel T sitotoksik dan
membutuhakan interaksi epitop virus dengan molekul histokompabilits kelas I.
Respon imun humoral juga berkembang, tetapi kadar lokal dari imunoglobulin G
(IgG) spesifik- HPV dan IgA dijaringan tidak berkaitan dengan pembersih virus.
Namun, kadar sistemik IgA spesifik-HPV telah berkaitan dengan pembersih virus.
Kontrasnya, kadar IgG sistemik spesifik HPV telah terdeteksi lebih sering pada
pasien dengan infeksi HPV persisten. Sejarah kanker serviks merupakan proses

10
penyakit berkesinambungan yang secara bertahap berkembang dari neoplasia
intrapitel serviks ringan (CIN) hingga ke neoplasia dengan derajat lebih buruk
(CIN 2 atau CIN 3) dan akhirnya menjadi kanker invasif.
Infeksi HPV yang terjadi pada awal kehidupan, dapat bertahan, dan
berhubungan dengan tranformasi sel promosi lain, serta dapat mengarah kepada
perkembangan bertahap untuk menjadi penyakit yang lebih buruk. Displasia
ringan dan sedang berkaitan dengan repikasi virus berlanjut dan penyebaran virus,
dan sebagian besar dari lesi tersebut berkurang secara spontan. Progresivitas untuk
menjadi lesi derajat- tinggi (CIN 2/3) dan akhirnya kanker invasif biasanya
berhubungan dengan konversi genom virus dri bentuk episom menjadi bentuk
yang terintegrasi, bersamaan dengan inaktivasi atau penghapusan regio E2 dan
ekspresi produk gen E6/E7.
Beberapa peneliti telah menghubungkan tipe HPV dengan derajat diferensiasi
CIN dan menujukkan bahwa CIN I dan CIN2/3 merupakan proses yang berbeda,
dengan CIN 1 mengindiskasikan infeksi menular seksual HPV, sedangkan CIN 2
atau CIN 3 menjadi satu-satunya prekursor kanker serviks yang nyata. Progresi
menuju kanker biasanya mengambil waktu dalam periode 10 hingga 20 tahun.
Beberapa lesi menjadi kanker lebih cepat, bahkan dalam dua tahun sudah terjadi.

11
F. Manifestasi Klinis
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui vagina,
misalnya:
1. Setelah melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atua
timbul perdarahan menstruasi lebih sering.
2. Timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
3. Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bias terjadi perdarahan
spontan dan nyeri pada rongga panggul.
4. Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami halangan
air seni.
5. Nyeri pada pinggang bagian bawah.
6. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
7. Perdarahan sesudah menopouse

G. Gejala dan tanda-tanda


Kanker serviks stadium awal dapat tanpa disertai gejala apa pun. Perdarah
per vagina, perdarahan kontak atau massa vagina ( lebih jarang ) dapat
menunjukkan adanya keganasan. Keluhan nyeri derajat sedang ketika melakukan
hubungan seksual dan keluarnya cairan vagina adalah gejala dri kanker serviks.
Pada penyakit stadium lanjut, matastasis dapat ditemukan di abdomen, paru atau
ditempat lain. Gejala kanker serviks stadium lanjut dapat meliputi hilangnya nafsu
makan, penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul, nyeri punggung, nyeri
kaki, pembengkakan kaki, perdarahan vagina, didapatkannya fistel vagina dan
fraktur.

12
H. Klasifikasi
Stadium Karakteristik
0 Lesi belum menembus membrane basalis
I Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 Lesi telah menembus membrane basalis kurang dari 3 mm dengan
diameter permukaan tumor < 7 mm
IA2 Lesi telah menembus membrane basalis > 3 mm tetapi < 5 mm
dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4 cm
IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4 cm
II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan
sepertiga proksimal vagina)
II A Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina
II B Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai dinding
panggul
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium dan atau
sepertiga vagina distal)
III A Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal
III B Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul
IV Lesi menyebar keluar organ genitalia
IV A Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke mukosa
vesika urinaria
IV B Lesi meluas ke mukosa rectum dan atau meluas ke organ jauh

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher rahim
sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak
memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil
dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18
tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga
kali hasil pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun.

13
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim
secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian
akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita
yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur
yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan
hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan
setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai
berikut :
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar)
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih
dalam atau ke organ tubuh lainnya).
2. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap
smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala besar
mendapatkan bahwa Pap smear negatif disertai DNA HPV yang negatif
mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi
pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30 tahunkarena
prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu.
Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya
31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau
lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif
secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga,
deteksi DNA HPV yang positif yang ditentukan kemudian lebih dianggap
sebagai HPV yang persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita dengan usia
yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
3. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,
merupakan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim
dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area
berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak
ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).

14
4. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear
menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk
melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch
biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang
menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada
pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil
biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya
tumor saja.
5. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear,
karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis
dalam mengetes darah yang abnormal.
6. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks
karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung
kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada
glikogen.
7. Radiologi
a. Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada
saluran pelvik atau peroartik limfe.
b. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks
tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter
terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi
kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena
(IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging
(MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai
penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional.

15
J. Penatalaksanaan
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan
secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang
sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim
onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan
ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana
penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan
pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah
diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa
berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi),
pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai
jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi.
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau
bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau
konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan
ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya
setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi,
dianjurkan untuk menjalani histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun
paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya
sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan
tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan
penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan
untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO).
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus
bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan
hepar.

16
2. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium
II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan
dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan
kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya
atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap
mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar
seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium
IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih
terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi
tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari
sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit,
penyinaran biasanyadilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di
dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini
dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping
dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung
kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya.
Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat
didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal
lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang
kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.

17
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh.
Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan
sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik.
Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase
karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan
yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks
antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin
Veble Bleomycin) dan lain –lain.

K. Komplikasi
Komplikasi yang sering ditemukan pada kasus karsinoma serviks lanjut :
uropati obstruktif hingga gagal ginjal, nyeri viseral, trombosis, pendarahan serta
malodour. Penatalaksanaan uropati obstruktif dikaitkan dengan keseimbangan
antara kualitas hidup dengan cadangan fungsi ginjal. Penatalaksanaan dibagi
menjadi: observasi, tindakan/ pemasangan nefrostomi dan double J stent. Nyeri
viseral akibat karsinoma serviks dapat diberikan analgetik, mulai derajat sedang
hingga derajat tinggi, yaitu dengan pemberian injeksi morfin.
Pendarahan karsinoma serviks yang ditandai dengan pendarahan pervaginam,
dapat menjadi masalah yang serius. Invasi kanker pada vesika urinaria atau
saluran cerna dapat menyebabkan hematuria. Pendarahan akibat infiltrasi sumsum
tulang jarang didapatkan pada kanker serviks. Malodour yang diakibatkan oleh
kerusakan jaringan, akan menyebabkan kehilangan sejumlah cairan dari jaringan
nekrotik atau erosi pada saluran cerna atau saluran kemih, yang kemudian
menyebabkan kebocoran sejumlah feses atau urin. Infeksi juga berpern sebagai
malodour. Penatalaksanaan bertujuan untuk mengobati infeksi, mengurangi
kehilangan sejumlah cairan, meminimalkan iritasi lokal dan optimalisasi kualitas
hidup pasien.

L. Pencegahan
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi :
1) Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda,
pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks.

18
2) Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak
perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut
petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini
kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan
biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Pilih kontrasepsi dengan
metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat memberi
perlindungan terhadap kanker leher rahim.
3) Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker mulut rahim.
4) Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe
16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan
cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki
sel-sel serviks. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa menurun
hingga 75%.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
1. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis
kelamin dan pendidikan terakhir.Terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi dapat juga
terjadi pada usia 18 tahun.
Keluhan utama
Pada umumnya pasien dating dengan keluhan keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyerupai air.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluargayang sebelumnya mengalami kanker
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah
mengeluarkan cairan putih dari vagina (keputihan). Pada umumnya klien pada
stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium
akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan
rasa nyeri intra servikal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid lainnya dapat
menimbulkan berkembangnya masalah fungsional genital pada keturunannya.
Data yang perlu dikaji antara lain:Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi
masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor, riwayat keluarga
yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:Ca. Serviks sering dijumpai pada
kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan
kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta
tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.

20
3. Pola kesehatan Fungsional
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung
zat-zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks.
b. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan pada saat
kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami
oleh ibu.
c. Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung kemih.
Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi
inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot abdominal
d. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji jenis makanan
yang biasa dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu . Kanker serviks pada
Ibu yang sedang hamil juga dapat mengganggu dari perkembangan janin.
e. Pola kognitif-perseptual
Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya terjadi gangguan pada pada panca indra
meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap. Bila sudah
metastase ke organ tubuh
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu
etiologi dari kanker serviks adalah akibat dari sering berganti-ganti pasangan
seksual.
g. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor
kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3=
dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama
pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat

21
dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan
encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
i. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen
koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.
j. Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya.
k. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.

4. Pengkajian Fisik
a. Rambut : Rontok karena efek dari kemoterapi
b. Conjungtiva : Anemis
c. Wajah : Pucat
d. Abdomen : Distensi abdomen
e. Vagina : Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua,
berbau dan kental
f. Serviks : Terdapat nodul
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : HB menurun, Leukosit meningkat, Trombosit
meningkat
b. Pemeriksaan Diagnostik : Pap smear, kalposkopi, biopsy, MRI atau CT-Scan
abdomen ataupun pelvis

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan
femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan
hubungan dengan pasangan dan keluarga.

22
3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis
saraf.
4. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik : kanker dan konsekuensi kemoterapi, radiasi dan pembedahan.
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, interpretasi
terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak
mengetahui sumber-sumber informasi.

C. Rencana/Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Ansietas berhubungan Kontrol kecemasan dan Penurunan kecemasan
dengan diagnosis koping 1. Gunakan pendekatan
kanker, takut akan rasa Kriteria Hasil: yang menenangkan
nyeri, kehilangan 1. Klien mampu 2. Nyatakan dengan jelas
femininitas dan mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
perubahan bentuk mengungkapkan pasien
tubuh. gejala cemas 3. Jelaskan semua
2. Mengidentifikasi, prosedur dan apa yang
mengungkapkan dan dirasakan selama
menunjukkan tehnik prosedur
untuk mengontol 4. Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan
3. Vital sign dalam batas dan mengurangi takut
normal 5. Berikan informasi
4. Postur tubuh, ekspresi faktual mengenai
wajah, bahasa tubuh diagnosis, tindakan
dan tingkat aktivitas prognosis
menunjukkan 6. Libatkan keluarga untuk
berkurangnya mendampingi klien
kecemasan 7. Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan

23
tehnik relaksasi
8. Dengarkan dengan
penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
12. Kelola pemberian obat
anti cemas
2. Ketidakseimbangan Status nutrisi : intake Pola Nutrisi
nutrisi kurang dari makanan dan cairan, 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh intake nutrisi, dan makanan
berhubungan dengan kontrol berat badan 2. Kolaborasi dengan ahli
status hipermetabolik : Kriteria Hasil : gizi untuk menentukan
kanker dan konsekuensi 1. Adanya peningkatan jumlah kalori dan nutrisi
kemoterapi, radiasi dan berat badan sesuai yang dibutuhkan pasien.
pembedahan dengan tujuan 3. Anjurkan pasien untuk
2. Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
sesuai dengan tinggi 4. Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan protein
3. Mampu dan vitamin
mengidentifikasi 5. Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi 6. Yakinkan diet yang
4. Tidak ada tanda tanda dimakan mengandung
malnutrisi tinggi serat untuk
5. Menunjukkan mencegah konstipasi
peningkatan fungsi 7. Monitor jumlah nutrisi

24
pengecapan dari dan kandungan kalori
menelan 8. Berikan informasi
6. Tidak terjadi tentang kebutuhan
penurunan berat nutrisi
badan yang berarti Pantau nutrisi
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor lingkungan
selama makan
5. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
6. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva

25
12. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
3. Nyeri berhubungan - Tingkat nyeri 1. Lakukan pengkajian
dengan agen cidera - Kontrol nyeri nyeri secara
fisik : pembedahan - comfort level komprehensif termasuk
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
1. Mampu durasi, frekuensi,
mengont kualitas dan faktor
rol presipitasi
nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi
nyeri, mampu nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk 3. Bantu pasien dan
mengurangi nyeri, keluarga untuk mencari
mencari bantuan) dan menemukan
2. Melapor dukungan
kan 4. Kontrol lingkungan
bahwa yang dapat
nyeri berkurang mempengaruhi nyeri
dengan menggunakan seperti suhu ruangan,
manajemen nyeri pencahayaan dan
3. Mampu kebisingan
mengen 5. Kurangi faktor
ali presipitasi nyeri
nyeri (skala, 6. Kaji tipe dan
intensitas, frekuensi sumber
dan tanda nyeri) nyeri untuk menentukan
4. Menyata intervensi
kan rasa 7. Ajarkan tentang
nyaman setelah nyeri teknik
berkurang non farmakologi: napas

26
5. Tanda vital dalam dalam, relaksasi,
rentang normal distraksi, kompres
6. Tidak mengalami hangat/ dingin
gangguan tidur 8. Berikan analgetik
untuk
mengurangi nyeri:
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
4. Kurangnya Pengetahuan: proses 1. Kaji tingkat
pengetahuan penyakit dan perilaku pengetahuan pasien dan
berhubungan dengan kesehatan keluarga
keterbatasan kognitif, Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologi
interpretasi terhadap 1. Pasien dan keluarga dari penyakit dan
informasi yang salah, menyatakan bagaimana hal ini
kurangnya keinginan pemahaman tentang berhubungan dengan
untuk mencari penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi,
informasi, tidak prognosis dan dengan cara yang tepat.
mengetahui sumber- program pengobatan 3. Gambarkan tanda dan
sumber informasi 2. Pasien dan keluarga gejala yang biasa
mampu melaksanakan muncul pada penyakit,
prosedur yang dengan cara yang tepat
dijelaskan secara 4. Gambarkan proses

27
benar penyakit, dengan cara
3. Pasien dan keluarga yang tepat
mampu menjelaskan 5. Identifikasi
kembali apa yang kemungkinan penyebab,
dijelaskan dengan cara yang tepat
perawat/tim kesehatan 6. Sediakan informasi pada
lainnya pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat

D. Implementasi dan Evaluasi


Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Ansietas berhubungan 1. Menggunakan pendekatan S : Klien mengatakan
dengan diagnosis kanker, yang menenangkan mampu mengungkapkan
takut akan rasa nyeri, 2. Menyatakan dengan jelas gejala cemas dan
kehilangan femininitas harapan terhadap pelaku menunjukkan teknik
dan perubahan bentuk pasien mengontrol kecemasan
tubuh. 3. Menjelaskan semua O : - Pasien mendengarkan

28
prosedur dan apa yang penjelasan perawat
dirasakan selama prosedur -Vital sign pasien dalam
4. Menemani pasien untuk batas normal
memberikan keamanan - Postur tubuh, ekspresi
dan mengurangi takut wajah, bahasa tubuh
5. Memberikan informasi dan tingkat aktivitas
faktual mengenai pasien menunjukkan
diagnosis, tindakan berkurangnya
prognosis kecemasan
6. Melibatkan keluarga A : Masalah teratasi
untuk mendampingi klien P : Pertahankan kondisi
7. Menginstruksikan pada
pasien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi
8. Mendengarkan dengan
penuh perhatian
9. Mengidentifikasi tingkat
kecemasan
10. Membantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Mendorong pasien untuk
mengungkapkanperasaan,
ketakutan, persepsi
12. Mengelola pemberian obat
anti cemas
Ketidakseimbangan 1. Mengkaji adanya alergi S : -Pasien mengatakan
nutrisi kurang dari makanan berat badanya
kebutuhan tubuh 2. Mengkolaborasikan bertambah
berhubungan dengan dengan ahli gizi untuk -Pasien mengatakan
status hipermetabolik : menentukan jumlah kalori dapat menelan dengan
kanker dan konsekuensi dan nutrisi yang baik

29
kemoterapi, radiasi dan dibutuhkan pasien. O : -BB pasien meningkat
pembedahan 3. Menganjurkan pasien -Pasien tidak mengalami
untuk meningkatkan malnutrisi
intake Fe A : Masalah teratasi
4. Menganjurkan pasien P : Pertahankan kondisi
untuk meningkatkan
protein dan vitamin
5. Memberikan substansi
gula
6. Meyakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7. Memberikan makanan
yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8. Mengajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian.
9. Memonitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Membe
rikan
informa
si
tentang kebutuhan nutrisi
11. Mengkaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. Memonitor adanya

30
penurunan berat badan
2. Memonitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
3. Memonitorinteraksi anak
atau orangtua selama
makan
4. Memonitor lingkungan
selama makan
5. Menjadwalkan
pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
6. Memonitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
7. Memonitorturgor kulit
8. Memonitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
9. Memonitor mual dan
muntah
10. Memonitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
11. Memonitorpertumbuhan
dan perkembangan
12. Memonitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Memonitor kalori dan
intake nuntrisi
14. Mencatat adanya edema,

31
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Nyeri berhubungan 1. Melakukan S : - Pasien mengatakan
dengan agen cidera fisik : pengkajian mampu mmenjelaskan
pembedahan nyeri secara komprehensif penyebab nyeri, gejala
2. Mengobservasi nyeri dan skala nyeri
reaksi -Pasien mengatakan
nonverbal dari tidak mengalami
ketidaknyamanan gangguan tidur
3. Membantu pasien dan O : -Tanda vital dalam
keluarga untuk mencari keadaan normal
dan menemukan dukungan -Nyeri pada pasien
4. Mengontrol berkurang
lingkungan A : Masalah teratasi
yang dapat mempengaruhi P : Pertahankan kondisi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
5. Mengurangi faktor
presipitasi nyeri
6. Mengkaji tipe dan
sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
7. Mengajarkan
tentang
teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/
dingin
8. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri

32
9. Meningkatkan istirahat
10. Memberikan informasi
tentang nyeri
11. Memonitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Kurangnya pengetahuan 1. Mengkaji tingkat S : -Pasien dan keluarga
berhubungan dengan 2. Pengetahuan pasien dan mengatakan telah
keterbatasan kognitif, keluarga memahami penyakit Ca.
interpretasi terhadap 3. Menjelaskan Servik, kondisi
informasi yang salah, patofisiologi dari prognosis dan program
kurangnya keinginan penyakit dan bagaimana pengobatanya
untuk mencari informasi, hal ini berhubungan -Pasien dan keluarga
tidak mengetahui sumber- dengan anatomi dan mengatakan mampu
sumber informasi fisiologi, dengan cara melaksanakan prosedur
yang tepat. yang telah dijelaskan
4. Menggambarkan tanda dengan benar
dan gejala yang biasa O : -Pasien dan keluarga
muncul pada penyakit, tampak memperhatikan
dengan cara yang tepat apa yang dijelaskan
5. Menggambarkan proses oleh petugas kesehatan
penyakit, dengan cara -Pasien aktif bertanya
yang tepat kepada petugas
6. Mengidentifikasi kesehatan
kemungkinan penyebab, A : Masalah teratasi
dengan cara yang tepat P : Pertahankan kondisi
7. Menyediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
8. Menyediakan bagi
keluarga informasi

33
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Mendiskusikan pilihan
terapi atau penanganan
10. Mengeksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan
serviks. Kemoterapi merupakan terapi kanker menggunakan obat-obatan dengan
tujuan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel
secara langsung maupun denggan menghentikan pembelahan selnya. Beberapa
masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan Ca Serviks yang
menjalani kemoterapi antara lain :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
pervaginam (efek kemoterapi).
2. Retensi urinarius berhubungan denganHambatan dalam urin (ada zat lain
abnormal dalam urin) : proteinuria, urobilinogen, bilirubinurea, nitriturea, leukosit
dan eritosit dalam urin tinggi.
3. Mual berhubungan denganefek samping kemoterapi.
Penting bagi kita sebagai perawat maupun tenaga kesehatan lain untuk
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh
pasien.

B. Saran
12. Bagi Mahasiswa Keperawatan
34
a. Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Ca Serviks secara menyeluruh.
b. Melalui laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran dan pokok
pembahasan/diskusi terkait dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Ca Serviks.
13. Bagi Bidan maupun Perawat
Dalam melakukan pengkajian diharapkan mampu melakukan pengkajian
secara komperehensif yang mencakup bagaimana cara pencegahan timbulnya
dampak dari penyakit maupun program terapi yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Gralla, J. R., Grunberg, M. S., Messner, C.2008. Coping with Nausea aVomiting from
Chemotheraphy.www.cancercare.com

Milia, Ova, dkk, 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: MedPress.

Nurwijaya, Hartati, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex Media
Komputindo

Wijaya, Delia, 2010. Pembunuh Ganas itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar
Kejora.

Joyce, M.Black& Jahn Hokanson. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : CV.
Pentasada Media Edukasi

35

Anda mungkin juga menyukai