Anggota Kelompok :
1. Novella Emilia (17.2009.P)
2. Saifurohman (17.2028.P)
3. Sintia Indriani (17.2031.P)
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah merupakan faktor yang paling penting pada system sirkulasi.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di
dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah
di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran
darah yang menetap. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain yang
dikenal sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah
rendah. Hipertensi telah menjadi penyakit yang menjadi perhatian di banyak Negara
di dunia, karena hipertensi seringkali menjadi penyakit tidak menular nomor satu di
banyak Negara (Anggara, 2013).
Banyak faktor yang dapat memperbesar risiko atau kecenderungan seseorang
menderita hipertensi, diantaranya ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin dan
suku, faktor genetik serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi
garam, merokok, konsumsi alkohol, dan sebagainya. Beberapa faktor yang mungkin
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi secara
bersama-sama sesuai dengan teori mozaik pada hipertensi esensial. Teori tersebut
menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor yang saling
mempengaruhi, dimana faktor utama yang berperan dalam patofisiologi adalah faktor
genetic dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan garam, stres, dan
obesitas (Setiawan, 2006).
Pada tahun 2020, diperkirakan penyakit tidak menular menjadi 73% penyebab
kematian dan 60% beban penyakit dunia. Faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler
adalah hipertensi dan diabetes. Sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang
penting, hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung coroner 5 kali dan stroke 10
kali. Empat puluh sampai tujuh puluh persen penderita stroke adalah penderita
hipertensi. Dalam 8 tahun, pria 40 tahun dengan hipertensi berisiko stroke sebesar 4%
(Bell, 2015).
Berdasarkan laporan WHO dan CDC, diperkirakan penderita hipertensi di
seluruh dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun. Di
Amerika diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi, dan stroke
merupakan masalah utama. Oleh sebab itu, Amerika telah mengharuskan penduduk
yang berusia diatas 20 tahun untuk memeriksakan tekanan darahnya minimal 1 kali
dalam 2 tahun. Faktor risiko hipertensi meliputi faktor genetik, karakteristik individu
seperti umur, jenis kelamin dan ras serta faktor lain seperti asupan natrium, obesitas
dan stres. Faktor lingkungan sosiodemografi seperti social ekonomi, penuaan
populasi, tingkat urban, dan luaran sosial juga berperan penting terhadap kejadian
hipertensi melalui mekanisme pola diet, aktifitas fisik, stres, dan akses pada
pelayanan kesehatan (James, et al., 2013).
Beberapa penanganan dalam hipertensi yaitu penanganan farmakologis dan
non farmakologis, peneliti menggunakan penanganan pada hipertensi dengan non
farmakologis yaitu menggunakan teknik relaksasi dengan teknik relaksasi otot
progresif (Progresive Muscle Relaxtation), beberapa teknik non farmakologis yaitu
Teknik relaksasi nafas dalam, Relaksasi aroma terapi mawar, Terapi mandi uap, Pijat
refleksi kaki dan hipnoterapi, dan Relaksasi otot progresif (Progresive Muscle
Relaxtation), beberapa kelebihan dan keistimewaan dari teknik PMR ini yaitu
menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher, sakit kepala ,sakit punggung,
frekuensi jantung, frekuensi pernafasan laju metabolik., menurunkan denyut nadi,
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik mengurangi stres pada lansia,
menurunkan kecemasan dan depresi dengan meningkatkan control diri.
Dari kelebihan dan keistewaan pada teknik Progressive Muscle Relaxation
(PMR) peneliti akan menggunakan teknik PMR dalam menurunkan tekanan darah dan
denyut nadi pada pasien hipertensi di RSUD prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengurangi ketegangan otot, stress,
menurunkan darah tinggi yaitu dengan cara melakukan latihan Progressive Muscle
Relaxation (PMR) (Sucipto, 2014). Progressive Muscle Relaxation (PMR) adalah
gerakan mengencangkan dan melemaskan otot – otot pada satu bagian tubuh pada
satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan
mengencangkan dan melemaskan otot secara progresif ini dilakukan secara berturut –
turut (Chen, 2009).
Vital Sign atau tanda vital merupakan parameter tubuh yang terdiri dari suhu
tubuh, tekanan darah, denyut nadi, laju pernafasan. Disebut tanda vital karena penting
untuk menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh (Jones, 2008). Setelah melakukan
aktivitas latihan PMR diharapkan adanya perubahan yang nyata terhadap tanda-tanda
vital yang ada didalam tubuh pasien hipertensi berupa menurunnya denyut nadi,
tekanan darah sistolik, tekanan diastolik, frekuensi pernafasan, sakit kepala, nyeri
(Chen, 2008).
B. Pokok bahasan : Terapi relaksasi otot progresif
C. Sub pokok bahasan :
D. Sasaran : Kelompok Khusus Hipertensi
E. Tempat : Balai Desa
F. Waktu : Rabu, 15 Oktober, Jam 08.00 – 08.30
G. Tujuan
Umum : Setelah dilakukan penyuluhan tentang terapi relaksasi otot progresif, klien
mampu memahami dan mempraktekkan teknik relaksasi otot progresif.
LCD
b. Evaluasi Proses
Semua kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh dan peserta sejak mulai
penyuluhan sampai selesai
Penyuluh memberikan materi sesuai SAP
Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung
Peserta dapat berperan aktif selama kegiatan berlangsung
Penyuluh menyimpulkan hasil pemaparan materi
c. Evaluasi Hasil
Hasil yang dicapai peserta selama proses penyuluhan.
100% peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
80% peserta mampu menyebutkan pengertian
80% peserta mampu menyebutkan penyebab
Materi Penyuluhan
Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan mental
sehingga menjadi rileks (Suryani,2000).Relaksasi merupakan kegiatan untuk
mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan
berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2006).
B. Tujuan
Relaksasi Progresif bertujuan untuk mengenali apa yang terjadi pada tubuh, sehingga
dapat mengurangi ketegangan dan dapat melanjutkan kegiatan.
C. Manfaat
Manfaat dari relaksasi otot progresif ini adalah untuk mengatasi berbagai macam yaitu:
- Stres
- Kecemasan
- Insomnia
6. Gerakan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-otot rahang dengan
cara mengatup rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga ketegangan di sekitar
otot-otot rahang
7. Gerakan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimonyongkan sekuat-
kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
8. Gerakan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang. Letakkan
kedua tangan di belakang kepala, kemudian dorong kepala ke belakang sambil tangan
menahan dorongan kepala.
9. Gerakan untuk melatih otot leher. Dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian
klien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka
10. Gerakan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara
kedua tangan diletakkan di belakang sambil menyentuh lantai dan menahan badan.
Kemudian busungkan dada.
11. Gerakan untuk melemaskan otot-otot dada. Klien diminta untuk menarik nafas
panjang. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada kemudian diturunkan ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, klien dapan
bernafas normal.
12. Gerakan melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-
kuat perut ke dalam, kemudia menahannya sampai perut menjadi kencang dan keras.
Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti gerakan awal
untuk peru ini.
13. Gerakan untuk otot-otot kaki dan bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan
dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
Gerakan ini dilanjkan dengan mngunci lutut sedemikian sehingga ketegangan pindah
ke otot-otot betis
14. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi tegang selama 10
detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua
kali.
a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri
e. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudia bagian kiri dua kali
g. Terus-menerus memberikan instruksi dan tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Hawari D. 2002. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, Jakarta : Gaya
Baru
Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI. 2001. Pedoman Pembinaan Kesehatan Jiwa
Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta.