HUKUM PAJAK
DOSEN PENGAMPU:
CITRA LUTFIA,S.E.,M.A
DISUSUN OLEH:
190221100085
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu
tugas dari dosen pada mata kuliah perpajakan.
(Penulis)
i
DAFTAR ISI
KESIMPULAN ......................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pendaftaran dan penghapusan NPWP, pengukuhan dan pencabutan PKP, serta
tata cara pembukuan, pencatatan, penyetoran, dan pelaporan pajak.
B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup yang menjadi sasaran dalam
makalah ini, maka perlu diadakan rumusan masalah. Berikut rumusan masalah
tersebut:
1. Apa pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan hal-hal yang
menyangkut di dalamnya?
2. Apa pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan hal-hal yang
menyangkut di dalamnya?
3. Apa pengertian pembukuan dan pencatatan pada pajak? Serta bagaimana
tata caranya?
4. Apa pengertian penyetoran dan pelaporan pada pajak? Serta bagaimana
tata caranya?
5. Mengapa diperlukan penyetoran dan pelaporan terhadap pajak?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui siapa saja yang wajib mendaftar NPWP serta kewajiban yang
harus di laksanakan jika sudah memiliki NPWP
2. Mengetahui apa itu PKP dan hal-hal yang menyangkut didalamnya
3. Mengetahui prosedur pembukuan dan pencatatan pajak
4. Mengetahui prosedur penyetoran dan pelaporan pajak
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pelaporan Kegiatan Usaha serta Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
Menurut pengertian di atas dan beberapa buku yang saya baca, fungsi
NPWP adalah :
4
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.
c. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak sehingga kepada setiap
wajib pajak hanya diberikan satu nomor wajib pajak.
d. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan, misalnya dalam Surat
Setoran Pajak .
e. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang
diwajibkan, misalnya, dokumen impor (PIB) dan dokumen ekspor (PEB),
pinjaman kredit bank dan lain-lain.
f. Untuk keperluan pelaporan SPT masa dan tahunan.
Kredit di Bank
Rekening Koran
Pembuatan SIUP
Administrasi Pajak Final
Paspor
5
Mengurus Restitusi Pajak
Mengajukan Pengurangan untuk pembayaran pajak
Melaporkan jumlah pajak yang harus dibayarkan
Menyetor pajak penghasilan
6
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan apabila
wajib pajak yang telah memenuhin persyaratan subjektif dan objektif secara
sengaja tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. Kewajiban
Perpajakan untuk wajib pajak yang diterbitkan NPWP secara jabatan dimulai
sejak saat wajib pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan Undang-Undang perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum
diterbitkannya NPWP.
Ada tiga saluran yang bisa dipilih untuk dapat memperoleh NPWP
1. Pendaftaran langsung
Untuk panduan penggunaan Aplikasi e-Registration dapat dilihat
pada halaman situs Aplikasi e-Registration
Wajib Pajak yang telah menyampaikan Formulir Pendaftaran
Wajib Pajak melalui apikasi e-Registration harus mengirimkan
dokumen yang disyaratkan di atas, ke KPP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak
Pengiriman dokumen yang diisyaratkan dapat dilakukan dengan
cara menggunggah (upload) salinan digital (softcopy) dokumen
melalui aplikasi e-Registration atau mengirimkan dengan
menggunakan surat pengiriman dokumen yang telah
ditandatangani.
Dokumen-dokumen tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja setelah penyampaian permohonan pendaftaran secara
elektronik, maka permohonan tersebut dianggap tidak diajukan.
Jadi, pastikan dokumen yang diisyaratkan telah diterima KPP
sebelum jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja.
Apabila dokumen yang diisyaratkan ini telah diterima secara
lengkap, KPP menerbitkan Bukti Penerimaan Surat secara
Elektronik.
7
Terhadap permohonan pendaftaran NPWP yang telah diberikan
Bukti Penerimaan Surat, KPP atau KP2KP akan menerbitkan Kartu
NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar paling lambat 1 (satu) hari
kerja setelah Bukti Penerimaan surat diterbitkan
Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar disampaikan kepada
Wajib Pajak melalui pos tercatat.
Jadi pastikan alamat yang dicantumkan pada Formulir Pendaftaran
Wajib Pajak adalah benar dan lengkap.
8
e. Account adalah sarana bagi Wajib Pajak untuk dapat mengakses
Sistem e-Registration.
f. Username adalah identitas Wajib Pajak yang unik berupa huruf
atau angka atau gabungan keduanya untuk mengakses account
Wajib Pajak pada Sistem e-Registration.
g. Password adalah kata kunci yang hanya diketahui oleh Wajib Pajak
untuk memperoleh otoritas atas account yang diakses yang
sekurang-kurangnya terdiri atas 6 (enam) digit berupa huruf atau
angka atau gabungan keduanya.
h. Login adalah proses untuk mengakses Sistem e-Registration
dengan menggunakan username dan password.
i. Logout adalah proses untuk keluar dari Sistem e-Registration
dengan cara yang telah ditentukan sehingga data pengakses tetap
terjamin kerahasiaan dan keamanannya.
j. E-mail address adalah alamat elektronik yang dimiliki oleh Wajib
Pajak untuk menerima informasi elektronik hasil proses yang
berkaitan dengan Sistem e- Registration.
k. Notifikasi adalah pemberitahuan mengenai status permohonan
Wajib Pajak dalam Sistem e- Registration.
l. Permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
adalah permohonan yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan cara
mengisi Formulir Pendaftaran Wajib Pajak yang dibangkitkan oleh
Sistem e-Registration yang memiliki bentuk dan isi standar dan
digunakan oleh Wajib Pajak dalam melakukan pendaftaran melalui
Sistem e-Registration.
m. Permohonan Pengukuhan Pengusaha kena Pajak (PKP) adalah
permohonan yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
dengan cara mengisi Formulir Permohonan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (PKP) yang dibangkitkan oleh Sistem e-Registration
yang memiliki bentuk dan isi standar dan digunakan oleh
9
Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam melakukan pengukuhan
melalui Sistem e- Registration.
n. Permohonan perubahan data adalah permohonan yang dibuat
oleh Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak (PKP)
dengan cara mengisi Formulir Permohonan Perubahan Data
Wajib Pajak dan/atau Formulir Permohonan Perubahan Data
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dibangkitkan oleh Sistem e-
Registration yang memiliki bentuk dan isi standar dan
digunakan oleh Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak
(PKP) dalam melakukan perubahan data melalui Sistem e-
Registration.
10
dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
b. Wajib pajak badan likuidasi (telah dilakukan pembubaran) karena
penghentian atau penggabungan usaha.
c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan dalam hal suami
dan wanita tersebut telah terdaftar sebagai wajib pajak.
d. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia.
e. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP
dari wajib pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif
dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
11
B. PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannnya menghasilkan barang, mengimpor
barang,mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan , memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
dan perubahannya.
12
equity, di mana negara tidak diperbolehkan mengadakan diskriminasi, karena
setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha diperlakukan sama tidak ada
diskriminasi yaitu sama wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai PKP.
13
telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai di tempat
lain, dan PKP menyalahgunakan pengukuhan PKP.
Surat keputusan mengenai Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan
setelah jangka waktu 6 (enam)bulan berakhir apabila Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak telah dianggap dikabulkan.
14
C. PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
1. Pembukuan
Pasal 1 angka 29 UU KUP menegaskan pengertian pembukuan yaitu:
Proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan atau jasa, barang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak
tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat saya simpulkan, bahwa
pembukuan merupakan proses pencatatan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi tentang :
a. Keadaan harta
b. Kewajiban atau utang
c. Modal
d. Penghasilan dan biaya
e. Harga perolehan dan penyerahan barang / jasa yang
Terutang pajak pertambahan nilai (PPN)
Tidak terutang PPN
Dikenakan PPN dengan tarif 0%
Dikenakan pajak penjualan atas barang mewah
Pembukuan ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca
dan perhitungan laba rugi pada setiap akhir tahun pajak.
Pembukuan wajib diselenggarakan oleh:
a. Wajib pajak (WP) badan
b. WP Orang Pribadi yang melakukan kegiatan/ pekerjaan bebas
(dengan peredaran bruto di atas 1,8 miliar rupiah setahun)
Jadi apabila kedua subjek pajak tersebut tidak melakukan
pembukuan maka Berdasarkan UU no. 28 tahun 2007 pasal 39 ayat 1
tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan mengatakan bahwa
“Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyelenggarakan pembukuan
15
atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau meminjamkan
buku,catatan atau dokumen lain” maka sanksinya Pidana penjara paling
singkat enam bulan dan paling lama enam tahun dan denda paling sedikit
dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar paling
banyak empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar
2. Pencatatan
Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang
peredaran bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang termasuk penghasilan yang bukan
objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.
16
Rp 4.800.000.000,00 dapat menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dengan syarat
memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak jangka waktu 3 bulan
pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
17
atau usaha pekerjaan bebas Wajib Pajak wajib disimpan selama 10
tahun.
2. Syarat Pencatatan
Syarat-syarat penyelenggaraan pencatatan adalah:
Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan
keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan huruf latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia
Pencatatan dalam suatu tahun harus diselenggarakan secara
kronologis
Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus
disimpan di tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas dilakukan selama 10 (sepuluh) tahun
Pencatatan harus dapat menggambarkan anatara lain
Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan
bruto yang diterima dan/atau diperoleh
Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final.
18
yang tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan.
19
dengan mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah,
paling lambat 3 (tiga) bulan:
a) Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat
tersebut dimulai atau
b) Sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak pertama.
Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan
keputusan atas permohonan Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak
permohonan dari Wajib Pajak diterima secara lengkap. Apabila jangka
waktu telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum memberikan
keputusan maka permohonan dianggap diterima dan Kepala Kantor
Wilayah atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan pemberian
izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat. Bagi Wajib Pajak
yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika
Serikat, berlaku ketentuan konversi ke satuan mata uang Dolar Amerika
Serikat sebagai berikut:
1. Pada Awal Tahun Buku
Pertama kali dilakukan dengan bertitik tolak dari Nearca akhir
tahun buku sebelumnya (dalam satuan mata uang Rupiah) yang
dikonversikan ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs :
a. Untuk harga perolehan harta berwujud dan/atau harta tidak
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun meenggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat
perolehan harta tersebut
b. Untuk akumulasi penyusutan dan/atau amortisasi harta
sebagaimana dimaksud pada huruf (a) menggunakan kurs
yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut
20
c. Untuk harta ainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku sebelumnya,
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan
secara taat azas
d. Jika terjadi revaluasi aktiva tetap, di samping menggunakan
nilai historis, atas nilai selisih lebih dikonversi ke dalam satuan
mata uang Dolar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs
yang sebenarnya berlaku pada saaat dilakukannya revaluasi
e. Untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalamsatuan mata uang
Rupiah dari tahun-tahun sebelumnya, dikonversi ke dalam
satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan menggunakan
kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku
sebelumnya, yakni kurs tengah Bank Indonesia, berdasarkan
system pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat azas
f. Untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs
yang sebenarnya berlaku pada saat terjadinya transaksi
g. Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat
konversi dari satuan mata uang Rupiah ke satuan mata uang
Dolar Amerika Serikat sebagaimana dimaksud pada huruf (a)
sampai dengan huruf (e) maka selisih laba atau rugi tersebut
dibebankan pada rekening laba ditahan.
2. Dalam tahun berjalan
a. Untuk transaksi yang dilakukan dengan satuan mata uang
Dolar Amerika Serikat, pembukuannya dicatat sesuai dengan
dokumen transaksi yang bersangkutan
b. Untuk transaksi baik dalam negeri maupun luar negeri, yang
menggunakan satuan mata uang selain Dolar Amerika Serikat,
dikonversikan ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat
dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat
terjadinya transaksi, yaitu sebagai berikut:
21
Apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang
berlaku, maka kurs yang dipakai adalah kurs yng diketahui dari
transaksi tersebut
Apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang
berlaku, maka kurs yang dipakai adalah kurs tengah Bank
Indonesia yang berlaku, berdasarkan sistem pembukuan yang
dianut yang dilakukan secara taat azas.
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan
atas izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika
Serikat dengan syarat disampaikan secara tertulis kepada Direktur
Jendral Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku
berakhir dan mengemukakan alasan pencabutan sesuai dengan
kondisi sebenarnya.
22
Tempat Penyimpanan Buku/Catatan/Dokumen
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program online
wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu tempat
kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak Orang Pribadi, atau di tempat
kedudukan Wajib Pajak Orang Badan. Perubahan tahun buku dan metode
Pembukuan Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku,
harus mendapat persetujuan dari Direktur Jendral Pajak.
Sanksi Pidana
Pasal 39 Undang-Undang KUP, yaitu barang siapa dengan sengaja:
1. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang
palsu atau dipalsukan seolah-olah benar.
2. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak
memperhatikan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen
lainny atau
3. Tidak menyimpan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil
pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau
secara program aplikasi online di Indonesia.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang bayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang bayar.
23
D. PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK
Pembayaran dan pelaporan Pajak dapat dilakukan dengan
menggunakan fasilitas sisiem pembayaran online, dilaksanakan melalui Teller
Bank Persepsi/Devisa Persepsi online atau menggunakan fasilitas alat
transaksi yang disediakan oleh Bank Persepsi/ Devisa Persepsi online.
24
dimaksud dalam angka 1 huruf a dan b diatas kepada Teller Bank
Persepsi/Devisa Persepsi Online.
3. WP menjawab kebenaran identitas WP tentang Nama WP dan Alamat
WP.
4. WP menerima Kembali SSP yang telah disahkan dengan tanda tangan
petugas teller dan cap Bank serta diberi Nomor Transaksi Pembayaran
Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB), dan atau SSP
yang dicetak oleh Bank yang telah diberi NTPP dan atau NTB dari
Teller.
5. WP memeriksa kebenaran SSP yang diterima dari Teller.
6. WP melaporkan SSP ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
25
masa pajak akan terisi 00 sehingga WP hanya tinggal
mengisi empat digit tahun pajak.
2) WP membuka menu Pembayaran Pajak.
3) WP mengisi elemen dalam tampilan dengan data sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 diatas secara tepat, lengkap dan benar.
4) WP meneliti Identitas WP yang terdiri dari nama dan Alamat WP
yang muncul pada tampilan. Apabila Identitas WP yang terdiri dari
nama dan Alamat WP pada tampilan tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya, maka proses berikutnya harus dibatalkan dan kembali
kepada menu sebelumnya untuk mengulang pemasukan data yang
diperlukan.
5) WP mengisi elemen data lainnya yang diperlukan dalam tampilan
berikutnya secara tepat.
6) WP mengambil SSP hasil keluaran fasilitas alat transaksi Bank.
7) WP memeriksa kebenaran SSP yang diperoleh.
8) WP melaporkan SSP ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
26
Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk
menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam
perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Contohnya:
Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak.
Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi
syarat sebagai wajib pajak.
Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum
sesuai dengan berat ringannya pelanggaran.
o Pengaturan pajak harus berdasarkan UU
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: “Pajak dan
pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-
Undang”, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU
tentang pajak, yaitu:
1) Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan
UU tersebut harus dijamin kelancarannya.
2) Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan
secara umum.
3) Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak.
o Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak
mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan,
maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan
masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak,
terutama masyarakat kecil dan menengah.
o Pemungutan pajak harus efesien
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak
harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah
daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem
pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.
Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam
pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.
27
o Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan
dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib
pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan
memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan
kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan
pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak. Contoh:
1. Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.
2. Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu
10%.
3. Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan
maupun perseorangan (pribadi)
28
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.
o Fungsi mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring
penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan
berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi
produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi
untuk produk luar negeri.
o Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasidapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain
dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak,
penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
o Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai
pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
B. MANFAAT
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau
keluarga, perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan
dan pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan
negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat
dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai
sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan
sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah
sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang
29
berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam
rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap
warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia,
menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya
dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas
bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat
dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan
pembangunan. Secara singkat pajak dimanfaatkan untuk mendanai:
Pembangunan fasilitas dan infrastruktur
Alokasi Dana Umum
Pemilihan Umum ( PEMILU)
Penegakan hukum
Subsidi pangan dan BBM
Pelayanan Kesehatan
Pendidikan
Pertahanan dan Keamanan
Kelestarian lingkungan hidup
Kelestarian budaya
Transportasi massal
30
b. PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan.
c. PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor
paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
d. PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor paling lama
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
e. PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor
paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
f. PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh
harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
g. PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas)
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
h. PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi
bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea
Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan
PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean impor.
i. PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang
dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, harus disetor
dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan
pemungutan pajak.
j. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara harus disetor pada hari
yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan
barang yang dibiayai dari belanja Negara atau belanja Daerah,
31
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama rekanan dan
ditandatangani oleh bendahara.
k. PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas kepada penyalur/agen atau industri yang dipungut oleh
Wajib Pajak badan yang bergerak dalam bidang produksi bahan
bakar minyak, gas, dan pelumas, harus disetor paling lama tanggal
10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
l. PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak
badan tertentu sebagai Pemungut Pajak harus disetor paling lama
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
m. PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus disetor
oleh orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean harus
disetor oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang
Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean, paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya setelah saat terutangnya pajak.
n. PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran sebagai Pemungut PPN, harus disetor
paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar sebagai
Pemungut PPN, harus disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran kepada Pengusaha Kena Pajak Rekanan
Pemerintah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
o. PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Pemungut PPN selain Bendahara Pemerintah yang ditunjuk, harus
32
disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
p. PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang
KUP yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat
Pemberitahuan Masa, harus dibayar paling lama pada akhir Masa
Pajak terakhir.
q. Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b)
Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa masa pajak
dalam satu Surat Pemberitahuan Masa, harus dibayar paling lama
sesuai dengan batas waktu untuk masing-masing jenis pajak.
Pelaporan Pajak
1. Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran
pajak sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4),
ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (11), dan ayat (12) wajib menyampaikan
Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa
Pajak berakhir.
i) Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM
yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (13) dan
ayat (13a), serta Pasal 2A, dengan menggunakan Surat Pemberitahuan
Masa PPN ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak
dikukuhkan, paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
ii) Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib
melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang telah disetor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (13) dengan menggunakan lembar ketiga
Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya
33
meliputi tempat bangunan tersebut, paling lama akhir bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
iii) Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib
melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang telah disetor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (13a) dengan menggunakan lembar
ketiga Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayahnya meliputi tempat tinggal orang pribadi atau tempat
kedudukan badan tersebut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah
saat terutangnya pajak.
2. Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (9) wajib
melaporkan hasil pemungutannya secara mingguan paling lama pada hari
kerja terakhir minggu berikutnya
3. Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (10) wajib
melaporkan hasil pemungutannya paling lama 14 (empat belas) hari setelah
Masa Pajak berakhir.
a. Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM
yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(14) dan ayat (15) ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemungut
PPN terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
4. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat(16) dan ayat (17) yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu
Surat Pemberitahuan Masa, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya Masa Pajak
terakhir.
34
Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung menyetor, dan
melaporkan pajaknya sendiri. Untuk dapat menjalankannya dengan baik,
maka setiap Wajib Pajak memerlukan pengetahuan pajak, baik dari segi
peraturan maupun teknis administrasinya. Agar pelaksanaannya dapat
tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan, pemerintah telah
menyiapkan rambu-rambu yang diatur dalam UU Perpajakan yang
berlaku.
Dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur
pemaksaan. Artinya, jika kewaiiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka
ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi. Konsekuensi hukum tersebut
adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan.
Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk
menciptakan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Itulah sebabnya, penting bagi Wajib pajak memahami
sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari
apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan. Untuk dapat memberikan
gambaran mengenai hal-hal apa saja yang perlu dihindari agar tidak
dikenai sanksi perpajakan, di bawah ini akan diuraikan tentang jenis-jenis
sanksi perpajakan dan perihal pengenaannya. Ada 2 macam Sanksi
perpajakan, yaitu:
1. Sanksi Administrasi
Terdiri dari:
a. Sanksi Administrasi Berupa Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan
dalam UU perpajakan. Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar
jumlah tertentu, persentase dari jumlah tertentu, atau suatu angka
perkalian dari jumlah tertentu. Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda
ini akan ditambah dengan sanksi pidana. Pelanggaran yang juga dikenai
sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa atau disengaja.
Untuk mengetahui lebih laniut, dalam tabel 1 dimuat hal-hal yang dapat
35
menyebabkan sanksi administrasi berupa denda, bentuk pengenaan denda,
dan besarnya denda.
b. Sanksi Administrasi Berupa Bunga
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang
menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung
berdasarkan persentase tertentu dari suatu jumlah, mulai dari saat bunga
itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima dibayarkan.
Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga utang biasa
dengan bunga utang paiak. Penghitungan bunga utang pada umumnya
menerapkan bunga majemuk (bunga berbunga). Sementara, sanksi bunga
dalam ketentuan pajak tidak dihitung berdasarkan bunga majemuk.
Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok pajak yang
tidak/kurang dibayar. Tetapi, dalam hal Waiib Paiak hanya membayar
sebagian atau tidak membayar sanksi bunga yang terdapat dalam surat
ketetapan pajak yang telah diterbitkan, maka sanksi bunga tersebut dapat
ditagih kembali dengan disertai bunga lagi.
Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya adalah
sanksi bunga dalam ketentuan perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu)
bulan penuh. Dengan kata lain, bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan
penuh atau tidak dihitung secara harian. Untuk mengetahui lebih Jelas
mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi bunga dan
penghitungan besarnya bunga dalam pajak.
36
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan diberlakukan karena
Wajib Pajak tidak memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan
dalam menghitung jumlah pajak terutang.
2. Sanksi Pidana
Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum.
Dalam perpajakan juga terdapat sanksi pidana. UU KUP menyatakan
bahwa pada dasarnya, pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir
untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Namun, pemerintah masih memberikan keringanan dalam
pemberlakuan sanksi pidana dalam pajak, yaitu bagi Wajib Pajak yang
baru pertama kali melanggar ketentuan Pasal 38 UU KUB tidak dikenai
sanksi pidana, tetapi dikenai sanksi administrasi. Pelanggaran Pasal 38 UU
KUP adalah tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang
isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara.
Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan
tindak kejahatan. Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak
pelanggaran disebut dengan kealpaan, yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-
hati, atau kurang mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan tindak
kejahatan adalah tindakan dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban
pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun terlampaui.Jangka waktu ini dihitung sejak saat
terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian tahun
pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. Penetapan jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun ini disesuaikan dengan daluarsa penyimpanan
37
dokumen-dokumen perpajakan yang dijadikan dasar penghitungan jumlah
pajak yang terutang, yaitu selama 10 (sepuluh) tahun.
Dalam UU Perpajakan Indonesia, ketentuan mengenai sanksi
pidana pada intinya diatur dalam Bab VIII UU KUP sebagai hukum pajak
format. Namun, dalam UU Perpajakan lainnya, dapat juga diatur sanksi
pidana. Sanksi pidana biasanya disertai dengan sanksi administrasi berupa
denda, walaupun tidak selalu ada.
38
Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.
c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak
yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
39
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pada dasarnya harus dimiliki oleh
setiap orang pribadi atau badan yang termasuk kedalam wajib pajak. Kewajiban
ini sangat ditekankan seiring dengan gencarnya sosialiasi pajak melalui berbagai
media. Tidak hanya itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajk juga semakin
menunjukkan keserisannya mengenai perpajakan. Hal ini terbukti dengan adanya
perbaikan-perbaikan system perpapajakan beberapa tahun ini.
Berdasarkan Undang-undang pajak penghasilan Nomor 36 tahun 2008
yang mulai berlaku tahun 2009 menganut diskriminatif tariff, dimana wajib pajak
orang pribadi atau badan yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan pajak lebih
tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP.
40
DAFTAR PUSTAKA
41