Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN REFLEKSI KASUS DI REHABILITASI NAPZA RSJ GHRASIA

Oleh :
Sri Setia Noviana
19/451319/KU/21836

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
Refleksi Kasus Rehabilitasi NAPZA

Saya bertemu dengan responden rehabilitasi NAPZA berinisial G. awal saya bertemu
dengan responden, saya memperkenalkan diri terlebih dahulu, pun juga Tn.G memperkenalkan
dirinya. Hal pertama yang saya tanyakan ada;ah terkait penyebab atau faktor apa yang
membuat Tn.G ingin mengonsumsi zat aditif. Tn. G mengatakan awal dari pemakaian zat
terlarang itu karena masalah keluarga. Tn. G tidak tahan melihat ibunya menangis, ataupun
tersakiti. Ayah dari Tn.G seringkali bertengkar dan membuat ibu Tn. G menangis. Karena tidak
suka melihat ibunya diperlakukan seperti itu, Tn.G melempar benda ke arah ayah Tn.G. setelah
itu Tn.G pergi dari rumah dan baru kembali 2 minggu kemudian. Dalam kurun waktu 2 minggu
itulah pertama kalinya Tn.G mendapat ajakan dari teman untuk mengkonsumsi tembakau
gorila. Karena merasa stres, Tn.G menerima ajakan kawannya itu. Awalnya, teman dari Tn.G
yang selalu memberikan zat terlarang itu secara cuma-cuma. Lambat laun, teman-temannya
sudah tidak maul lagi untuk memberikan secara Cuma-Cuma. Dari situlah Tn.G mulai membeli
tembakau gorila dari temannya. Selain itu, Tn. G juga menjadi kurir untuk mengantarkan zat
terlarang itu kepada para pelanggan, namun saat itu hanya sekedar kurir. Kesempatan datang,
Tn.G mulai merambah menjadi penjual pula. Keuntungan yang didapat memang sangat besar,
Tn.G bisa mendapatkan keuntungan sebesar 8-10 juta hanya dalam 1 hari penjualan. Ketika
saya bertanya terkait apakah orang tua tidak curiga? Karena di usia yang masih belasan tahun
sudah sanggup memiliki uang ratusan juta di rekening. Dan perlu diketahui bahwa Tn.G telah
menggunakan tembakau gorila semenjak kelas 3 SMP. Pada usia belasan itu pula, Tn.G
menambah pundi-pundi uangnya dengan mendirikan kos-kosan yang juga digunakan sebagai
tempat berpesta tembakau gorila.

Ketika saya bertanya terkait dengan efek penggunaan dari zat terlarang itu, Tn.G
menjawab bahwa rasanya “ngefly” merasa telah menunjukkan jati diri bahwa dia adalah
pemakai. Baginya, memakai zat terlarang itu adalah bagian dari kebanggaan jati dirinya. Tn.G
pernah ditangkap oleh aparat keamanan polisi dirumahnya, karena terbukti memakai tembakau
gorila. pada tangkapan pertama ini, Tn.G berhasil lolos dari jeruji besi karena orangtua G
menebus dengan nominal uang 50 juta kepada pihak kepolisian. Ya, ternyata masih ada oknum
kepolisian yang mudah tergiur dengan uang. Dan akhirnya Tn.G pun dapat kembali ke rumah.
Setahun berlalu, Tn.G tidak lagi menggunakan zat terlarang itu. Tn G mulai menata
hidupnya dengan menempuh pendidikan pelayaran mengikuti jejak ayahnya. Masalah keluarga
juga telah berangsur membaik karena mereka telah berbicara dari hati ke hati dan Tn.G pun
sudah merasa selesai dengan masalah itu. Namun, begitulah para pengguna NAPZA, mereka
memiliki kemungkinan relapse yang tinggi. Tn G kembali menggunakan tembakau gorila
ketika Tn G kembali bertemu dengan teman-teman yang juga pengguna pada bulan Desember
2019. Dari situlah Tn G kembali ditangkap. Tn G memiliki keinginan untuk sembuh, itulah
kenapa Tn G berkeinginan untuk di rehabiltasi NAPZA. Namun ternyata tidak semudah itu
untuk bisa masuk rehabilitasi NAPZA, untuk bisa direhab polisi akan meminta tebusan.
Nominalnya bervariasi, angkanya bisa mencapai 30 juta. Jika sudah menyodorkan uang,
barulah jalan untuk rehabilitasi akan mulu.

Karena saya penasaran terkait dengan kenapa jika satu orang tertangkap, bisa dipastikan
dia adalah kunci untuk membongkar siapa pengedarnya, atau minimal mengungkap para
pengguna lainnya. kenapa itu tidak terjadi? Tn G menjelaskan bahwa bukan hal yang mudah
bagi sudah terlanjur tertangkap untuk kemudina bisa mengungkap siapa target buronan
selanjutnya. Karena, jika ada orang yang berani mengungkap artinya dia juga harus berani
menanggung risiko yang besar. Keamanan keluarga di rumah, urusan yang menjadi makin
panjang, dan uang tebusan yang bahkan menjadi lebih besar. Tn G mengatakan jika dalam satu
tangkapan ada banyak orang yang tertangkap, maka pihak kepolisian akan menetapkan
kebijakan yang sama. Misalnya, Tn G memiliki uang tebusan agar bisa bebas, namun Tn G
tidak akan bisa bebas jika hanya dirinya yang ditebus. Temannya yang lain pun juga harus
ditebus agar Tn G bisa bebas. Itulah mengapa, jika tertangkap bareng-bareng urusannya kana
lebih panjang. Sehingga orang yang tertangkap akan lebih memilih untuk “keep” nama-nama
orang yang terlibat daripaida urusan menjadi lebih panjang.

Dari penjelasan yang saya dapatkan dari responden, saya dapat mengambil
pembelajaran bahwa bagaimana kondisi keluarga akan sangat mempengaruhi bagaimana anak
akan berkembang, bagaimana sikap anak ketika menghadapi masalah, menentukan bagaimana
anak akan memilih lingkungan pergaulannya. Kondisi keluarga yang hangat, harmonis,
komunikasi intens dengan anggota keluarga akan membuat anak memiliki bonding yang kuat
dengan keluarganya dan tidak mudah terpengaruh dengan pergaulan yang tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai