Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan Makalah Media Pertumbuhan Bakteri dan Reagensia dalam
Identifikasi Bakteri ini dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima
kasih yang kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Penulis akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik,
saran, dan masukkan dari pembaca kiranya dapat menyempurnakan makalah ini.

Cimahi, 14 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................. iii
Bab I. Pendahuluan................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Tujuan.......................................................................................... 2
Bab II. Tinjauan Pustaka......................................................................... 3
2.1. Media Pertumbuhan Bakteri....................................................... 3
2.2. Komponen Penyusun Media....................................................... 3
2.3. Jenis-Jenis Media........................................................................ 5
2.4. Persyaratan Media....................................................................... 7
2.7. Cara Penyimpanan Media........................................................... 12
Bab III. Pembahasan............................................................................... 15
3.1. Bakteriologi................................................................................. 15
Bab IV. Penutup......................................................................................92
4.1. Kesimpulan................................................................................. 92
4.2. Saran........................................................................................... 93
Daftar Pustaka.........................................................................................94

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir semua proses kimia berlangsung dalam larutan sehingga penting untuk
memahami sifat-sifatnya. Larutan adalah sesuatu yang penting bagi manusia dan makhluk
hidup pada umumnya. Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat,
bukannya antara zat murni. Banyak reaksi kimia yang dikenal, baik di dalam laboratorium
atau di industri terjadi di dalam larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen
yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar
disebut pelarut atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut
atau solute. Konsentrasi dalam suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada
dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara.
Antara lain adalah molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya.
Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan
reaksi berlangsung di dalam larutan air. Tubuh manusia menyerap mineral, vitamin dan
makanan dalam bentuk larutan . Obat-obatan bisanya merupakan larutan air atau alkohol dari
senyawa fisiologis aktif. Larutan biasanya terdiri dari dua zat atau lebih yang merupakan
campuran homogen.
Larutan yang mengandung sebagian besar solut relatif terhadap pelarut, berarti larutan
tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil solut,
maka konsentrasinya rendah atau encer.
Media tumbuh merupakan media yang dipersiapkan untuk digunakan sebagai media
penumbuh mikroba. Komposisi media tumbuh disesuaikan dengan mikroba yang akan
ditumbuhkan. Berdasarkan bentuknya, media tumbuh dapat dibagi menjadi cair (broth) dan
media padat (agar). Perbedaan dari kedua media ini yaitu penambahan tepung adalah untuk
memadatkan media. Sedangkan media padat dibagi menjadi tiga macam, yaitu media agar
tegak (deep agar), agar miring (slants agar), dan lempeng agar (plate agar).
Pada media cair prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba atau biakan adalah
menumbuhkan mikroba tersebut dan mengamati pola pertumbuhannya. Media cair
merupakan media yang tidak mengandung agar, contohnya LB dan NB.
Pada media padat prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba atau biakan adalah
menumbuhkan mikroba yang sudah ditentukan dalam praktikum dan mengamati karakteristik
1
morfologisnya. Inokulasi pada media padat dilakukan dengan teknik agar miring, teknik agar
tegak, dan teknik lempeng agar. Media padat merupakan media yang mengandung 15 % agar,
sehingga setelah dingin kemudian menjadi padat.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui media pertumbuhan bakteri;
2. Mengetahui reagensia dalam identifikasi bekteri.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri?
2. Apa reagensia yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri?

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat mengetahui media pertumbuhan bakteri
2. Dapat mengetahui reagensia dalam identifikasi bakteri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Media Pertumbuhan Bakteri


Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran
nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan
berkembangbiak pada media tersebut. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi pada media
berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel-nya. Dengan media
pertumbuhan juga bisa digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme, identifikasi dan
membuat kultur murni. Komposisi media pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan
isolasi dan identifikasi mikroorganisme tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing
pembuatan suatu media. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-
macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan
perhitungan jumlah mikroba (Sutedjo,1996).
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi bagi
mikroorganisme yang akan dibiakkan pada media, selain itu media juga berfungsi untuk
membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu
yang lama di laboratorium. Media juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat
koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya. Di dalam
laboratorium mikrobiologi kedokteran media juga dapat digunakan untuk pembuatan
antigen, toksin dan untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.

2.2. Komponen Penyusun Media


1. Bahan Dasar
a. Air (H2O) sebagai pelarut
b. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi
oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45oC.

3
c. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam
amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis
mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai
pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi
mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau Zat Makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu
berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur
pelikan/trace element.
a. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau
anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber
karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
b. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain.
Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
c. Vitamin-vitamin.
3. Bahan Tambahan
a. Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan
tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator
perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme.
b. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
nontarget/kontaminan.
4. Bahan yang Sering digunakan dalam Pembuatan Media
a. Agar
Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari
beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang
pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika
dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk
dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama
dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.
b. Peptone
Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver, darah,
susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan
asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
c. Meat extract.

4
Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta dan daging
sapi.
d. Yeast extract
Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast extract
mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
e. Karbohidrat.
Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas dari
karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunakan dalam amilum, glukosa,
fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk
analisis fermentasi adalah 0,5-1%.

2.3. Jenis-Jenis Media


Media untuk kultur bakteri dalam mikrobiologi ada banyak jenisnya dan dapat menjadi tiga
kelompok besar berdasarkan bentuk, komposisi/susunannya, dan fungsinya:
1. Berdasarkan Bentuknya
Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau tidaknya bahan
tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin. Bentuk media tersebut
yaitu :
a. Media padat
Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat pemadat
kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini dapat dibedakan
menjadi tiga jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu, media tegak, media miring,
dan media lempeng. Media tegak menggunakan tabung reaksi yang ditegakkan
sebagai wadahnya, media miring menggunakan tabung reaksi yang dimiringkan,
sedangkan media lempeng menggunakan petridish (plate) sebagai wadahnya. Media
ini umumnya digunakan untuk pertumbuhan koloni bakteri atau kapang.
b. Media semi padat atau semi cair
Media semi padat merupakan media yang mengandung agar kurang dari yang
seharusnya kurang lebih 0,3% - 0,4% sehingga media menjadi kenyal, tidak padat
dan tidak begitu cair. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang
banyak memerlukan air dan hidup anerobik dan untuk melihat pergerakan mikroba.
c. Media cair

5
Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya
digunakan untuk pertumbuhan mikroalga.
2. Berdasarkan Komposisi/susunannya
Berdasarkan komposisinya media di bagi atas :
a. Media alami/non sintetis
Media alami merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dimana
komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung
diekstrak dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur,
dsb. Contohnya: Tomato juice agar.
b. Media semi sintesis
Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dan
bahan-bahan sintesis. Contohnya: Kaldu nutrisi disusun dari :Pepton 10,0 g,
Ekstrak daging 10,0 g, NaCl 5,0 g, dan Aquadest 1000 ml.
c. Media sintesis
Media sintesis yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis dan
takarannya diketahui secara pasti. Contohnya : Mac Conkey Agar.
3. Berdasarkan fungsinya
Berdasarkan fungsinya, media dapat dibedakan menjadi enam yaitu:
a. Media Basal (media dasar)
Media basal adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat
media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung pertumbuhan hampir
semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth, kaldu pepton, dsb.
b. Media diferensial
Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang berbeda,
mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat dibedakan.
Contohnya: Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Media Sulfit Indol Motility
(SIM), dsb.
c. Media selektif
Media selektif adalah adalah media yang memungkinkan suatu jenis mikroba
tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat. Contohnya:
Media Salmonella Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile Salt (TCBS), dsb.
d. Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang dirancang untuk mendukung pertumbuhan
mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen nutrisi yang mendorong

6
pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya: kaldu selenit, atau kaldu tetrationat
untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja
e. Media uji
Media uji adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba, umumnya
ditambah dengan substansi tertentu yang menjadi indikator, misalnya medium
litmus milk.

2.4. Persyaratan Media


1. Tingkat keasaman (pH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 – 7,0 merupakan
kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan khamir tumbuh
pada pH yang lebih rendah.
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum tertentu untuk
pertumbuhannya.

Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga kelompok sebagai
berikut:
a. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada suhu 0-
20o C.
b. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C.
c. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh baik
pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu
optimum pertumbuhan sekitar 37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena
itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri
pathogen. Mikroba perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–
66oC.
3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon,
nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya.
Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi
7
pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak
bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi
bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan
seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis
adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar
pertumbuhannya terkendali.
4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas 4 kelompok sebagai
berikut:
a. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
b. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
c. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya
oksigen.
d. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi yang
lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara. Mikroba perusak
pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat tumbuh pada saluran pencernaan
manusia yang tergolong anaerob fakultatif.
5. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose
lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis. Sebaliknya tekanan
osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat
mengakibatkan rusaknya sel. Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel
bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri
memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh
terlalu besar.
6. Sterilitas
Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri yang dimaksud
tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.

2.7. Cara Penyimpanan Reagen dan Media


1. Penyimpanan Media
a) Seteleh media dingin simpan sesuai dengan jenis media yang dibuat , bisa disimpan
dalam almari es, suhu ruang maupun tempat gelap.
8
b) Untuk penyimpanan media ada hal –hal yang harus diperhatikan antara lain :
 Jangan terkena sinar matahari secara langsung atau terkena panas secara
langsung
 Untuk media-media yang diperkaya dengan darah, antibiotic maupun serum
harus disimpan dalam lemari es
 Media yang ditempatkan dicawan petri harus dijaga jangan sampai kering
sebaiknya simpan didalam lemari es dan ditempatkan dalam plastik tertutup.
2. Cara penyimpanan Reagen
a. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan
kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya
(multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities),
wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdatechemicals),
inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
b. Pisahkan antara sediaan liquid dan solid dan klasifikasikan berdasarkan sifatnya:
flamable, mudah meledak, toxic, oksidator, korosif, infeksi, dll.
c. Disimpan dalam suatu lemari hindari bahan dari kayu
d. Kondisi ruangan harus dingin/ber ac atau dengan dilengkapi exhaust fan, lampu
ruangan pilih yang fire proof, dan kalau tidak dilengkapi dengan AC, ruangan harus
punya sirkulasi udara yg baik Karena ada beberapa reagen yg penyimpananya
dibawah suhu 25 C, pantau suhu ruangan maksimal 30 C.
e. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena
sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi
dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan. Pada penataan bahan
kimiapun diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi masing-masing
bahan kimia tersebut. Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog
bahan.
f. Jika terjadi tumpahan yang paling baik mengatasinya dengan pasir atau dengan air
kran.
g. Buat sistem administrasi nya: daftar isi, jumlah stock, ED bahan, memasang perhatian
APD yg sesuai dg peruntukannya, dll.
h. Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah lembar data
keselamatan data (Material Safety Data Sheet – MSDS). Informasi MSDS disamping
harus tercantum pada produksi, juga harus munculpada dokumen pengangkutan,
penyimpanan, pengedaran dan juga pada kemasan bahan tersebut.

9
Penyimpanan Reagen yang bersifat berbahaya memerlukan perlakuan khusus, antara
lain:
a. Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya dan
beracun membutuhkan pengaturan tersendiri, agar tidakterjadi kecelakaan akibat
kesalahan dalam penyimpanan tersebut. Salah satupersyaratan kelengkapan pada
tempat penyimpanan tersebut adalah sistem tanggap darurat dan prosedur
penanganannya.
b. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat,
kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian.
Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah
dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat
kebahayaannya.
c. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan
secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, dan
ledakan. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko
bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic.
d. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya
karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet
tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic.
e. Reagen berbahaya dan beracun yang dianggap kadaluwarsa, atau tidak memenuhi
spesifikasi, atau bekas kemasan, yang tidak dapat digunakan tidak boleh dibuang
sembarangan, tetapi harus dikelola sebagai limbah berbahaya dan beracun.
Kadaluwarsa adalah bahan yang karena kesalahan dalam penanganannya
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi dan atau karakteristik sehingga bahan
tersebut tidak sesuai lagi dengan spesifikasinya.
f. Salah satu langkah yang wajib dilakukan adalah kewajiban uji kesehatan secara
berkala bagi pekerja, sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun, denganmaksud untuk
mengetahui sedini mungkin terjadinya kontaminasi oleh zat/senyawa kimia berbahaya
dan beracun terhadap pekerja atau pengawas lokasi tersebut.
g. Salah satu kehawatiran utama dalam penanganan berbahaya dan beracun adalah
kemungkinan terjadinya kecelakaan baik pada saat masih dalam penyimpanan
maupun kecelakaan pada saat dalam pengangkutannya. Kecelakaan ini adalah
10
lepasnya atau tumpahnya reagen kelingkungan, yang memerlukan penanggulangan
cepat dan tepat. Bila terjadi kecelakaan, maka kondisi awalnya adalah berstatus
keadaan darurat (emergency).
Penyimpanan reagen yang bersifat anhidrat, disimpan di dalam oven pada suhu 100-
110oC, selama 1-2 jam dan sebaiknya semalam, sedangkan penyimpanan reagen yang
bersifat hidrat disimpan pada eksikator.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. BAKTERIOLOGI
1. Nutrien Agar (NA)

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk. NA juga digunakan
untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian
mikroorgsnisme heterotof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari
ekstrak beef, pepton, dan agar.
Komposisi :
 Bacto ekstar  NaCl
 Bacto pepton  Aquadest
 Bacto agar

Cara pembuatan:
11
 Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquadest 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas pemanas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
 Turunkan dari pemanas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan
diberi label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 Keluarkan dari autoclave kemudian tuangkan dalam cawan petri secara aseptis.
 Biarkan dingin, isolasi dan masukkan ke dalam lemari pendingin.

2. Endo Agar (EA)

Endo agar adalah media padat (solid plating media). Digunakan untuk
menumbuhkan bakteri yang hidup di usus, misalnya Escherichia Coli. Media ini
mengandung natrium sulfat dan “basic fuchsin” yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif. Asam yang dihasilkan dari perombakan laktosa dapat dideteksi
dengan asetaldehida dan natrium sulfit.
Komposisi:
 Bacti ekstrak daging  Na2SO3
 Bacto pepton  Bacto agar
 NaCl  Basic Fucsin 10%
 Bacto lactosa  Aquadest

3. Mac Conkey Agar (MCA)

12
Media ini merupakan media padat dan media alfferensial digunakan untuk seleksi
dan pertumbuhan Enterobacteriacede dan bakteri gram negatif yang berbentuk batang
seperti Escherichia coli. Garam-garam empedu dan kristal violet di dalam media ini
dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Komposisi :
 Bacto pepton  Bacto Aga
 Proteosa pepton  Bacto nectral rea
 Bacto lactosa  Bacto kristal read
 Garam empedu  Aquadest
 NaCl

4. Eosolin Methylene Blue Agar (EMBA)

Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan


berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P.
aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan
koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang
dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu
mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada
tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp
dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk
mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli.
Komposisi:
 Bacto pepton  Bscto agar
 Bacto lactosa  Bacto eosin
 Sukrosa  Bacto methylene blue
 K2HPO4  Aquadest

5. Blood Agar Plate (BAP)


13
Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sulit untuk
dibiakan dan juga untuk membedakan kelompok mikroorganisme yang melisis atau
tidak melisiskan butir darah merah. Lisis butir darah merah terlihat sebagai wilayah
jernih di sekitar koloni. Bila proses lisis sempurna akan terlihat di wilayah yang benar-
benar jernih dan jenis hemolisisnya disebut Beta Hemolisis. Bila proses lisis tidak
sempurna dan media berwarna kehijauan maka jenis hemolisisnya disebut Alpha
Hemolisis. Bakteri yang tidak mampu melisiskan butir darah dan tidak menyebabkan
perubahan nyata pada media tersebut disebut Gamma Hemolisis. Kelompok
mikroorganisme yang sering dibedakan berdasarkan kemampuan melisiskan butir darah
merah adalah streptococcus dan staphylococcus, proses hemolisis disebabkan oleh
enzim yang dilepas mikroorganisme.

Komposisi:
 Ekstrak daging  Basic fuchsin
 Bacto pepton  Na2CO3
 NaCl  Aquadest
 Laktosa  Darah “O”
 Bacto agar

6. Agar Coklat

Kegunaannya adalah untuk menumbuhkan bakteri yang sulit tumbuh pada perbenihan
sederhana dan biasanya dipakai untuk menumbuhkan golongan Neisseriae dan Hemorhylus

14
influenza. Prosedur kerjanya sama dengan pembuatan Blood Agar, hanya setelah penambahan
darah dipanaskan kembali sampai 80-90% selama 5-15 menit sampai berwarna coklat. Semua ini
di kerjakan dalam water bath.
Bahan dari coklat agar sama dengan bahan pada media Blood Agar. Media ini berwarna
coklat disebabkan oleh suhu yang lebih tinggi saat pemanasan.
Komposisi:
 Proteose Peptone  Corn Starch
 Sodium Chloride  Hemoglobin, Bovine
 Dipotassium Phosphate  KoEnzyme Enrichment
 Monopotassium Phosphate  Agar

7. Salmonella Shigella Agar (SSA)

Perbenihan ini mirip MCA, hanya penggunaanya lebih khusus lagi untuk basil gram
negative pathogen enteric, sehingga dipakai untuk isolasi dari specimen tinja terutama
salmonella shigella yang keduanya memperlihatkan pertumbuhan koloni yang tidak berwarna.
Sebagai bahan penghambat utama adalah garam empedu dan brilliant green yang tidak hanya
menghambat bakteri asam positif saja tetapi menekan pertumbuhan basil pathogen non enteric
lainnya.
Komposisi:
 Ekstrak sapi  Ferri sitrat
 Proteose peptone  Agar
 Laktosa  Merah netral
 Garam bile no.3  Hijau brilliant
 Natrium sitrat  Aquadest
.

8. Bismuth Sulfit Agar (BSA)

15
Bismut Sulfite Agar merupakan jenis media agar yang digunakan untuk
mengisolasi Salmonella spesies. Menggunakan glukosa sebagai sumber
utama karbon. BLBG dan berhenti bismut gram positif pertumbuhan. sulfit
Bismuth agar-agar tes kemampuan untuk memanfaatkan ferro sulfat dan mengubahnya
menjadi hidrogen sulfida.
Komposisi:
 Enzimatik Digest of Casein  Disodium fosfat
 Enzimatis Intisari dari jaringan  Ferrous Sulfat
hewan  Bismuth Sulfit Indikator
 Brilliant Hijau
 Beef Extract
 Agar
 Dextrose

9. Taurocholate Citrate Broom Thymul, Blue Suchrose Salt Agar (TCBS)

(TCBS) adalah media selektif untuk Vibrio Cholera. Medium TCBS Oxid
sempurna dan tidak membutuhkan bahan tambahan atau tambahan darah steril dan
media ini lebih menguntungkan dari media lanryl sulphate tellurite agar yang
membutuhkan tambahan lebih lanjut setelah pensterilisasian penampakan koloni dari
organisme. Pada media TCBS setelah 24 jam inkubasi pada suhu 350 C.
Komposisi :

16
 Yeast Extract  Sodium Chloride
 Bacteriological Peptone  Bromothymol Blue
 Sodium thiosulphate  Thymol Blue
 Sodium Citrate  Agar
 Ox bile  Aquadest
 Sucrose  PH 8,6

10. Blood Tellurit Agar

Digunakan untuk isolasi bakteri bergranula volutin (Corynebacterium diphtheriae) yang


selanjutnya ditanam pada gula-gula untuk difteri. Berwarna transparan. tidak
mengandung indikator tetapi mengandung darah dengan kadar 5-10% dan Kalium
Telurit 1% 37,5 ml.
Komposisi:
 Meat Extract  Pottasium Tellurite
 Peptone  Horse Blood, defibrinated, lysed
 Sodium Chloride  Agar

11. Manitol Salt Agar (MSA)

Media ini mengandung kadar NaCl tinggi, sehingga akan menghambat


pertumbuhan bakteri, namun staphylococcus tidak dihambat pertumbuhannya.
Staphylococcus aureus akan membentuk zona kuning. Sedangkan S.epidermis akan
membentuk zona merah. Warna kuning disebabkan oleh fermentasi mannitol disertai
permukaan asam, sedangkan warna merah disebabkan oleh mennitol yang tidak

17
difermentasikan. Merah fenol merupakan indikator untuk melihat adanya pembentukan
asam.
Komposisi:
 Ekstark sapi  Proteose peptone no.3
 NaCl  D-Mannitol
 Agar  Merah fenol
 Aquadest

12. Media Violet Red Bile Agar

Media Violet Red Bile Agar merupakan media padat berwarna merah yang
digunakan untuk deteksi dan penentuan coliform dalam makanan, air susu, dan bahan
sanitasi lainnya.
Komposisi:
 Pankreas Digest of Gelatin  Lactose
 Ragi Extract  Sodium Chloride
 Garam empedu  NetralMerah
 Agar  KristalViolet

13. Tryptone Bile Glucoronic Medium (TBX)

Medium ini merupakan modifikasi dari Tryptone Empedu Agar. Tryptone Bile Agar
dikembangkan untuk meningkatkan deteksi E. coli pada makanan. TBX Medium
ditingkatkan dengan penambahan agen kromogenik, X-glukuronida, mendeteksi aktivitas

18
glucuronidase. Kehadiran enzim D-glucuronidase membedakan E. coli spp. dari coliform
lain, dan enzim yang sama digunakan dalam MUG reaction.
Komposisi:
 Tryptone
 Bile Salts
 X-Glucuronide
 Agar

14. KF Streptococccus

KF Steptococcus merupakan media selektif Sterptococcus spesies Enterococci.


Maltosa dan dan laktosa dimetabolisme sebagian besar enterococci dengan produksi
asam dan jadi meningkatkan pertumbuhan bakteri ini, mikroorganisme yang tidak
diinginkan sebagian besar ditekan sodium acid. Bentuk asam dideteksi oleh bromcresoll
ungu dengan perubahan warna ke warna media menjadi kuning. Enterococci menurunkan
TTC memberi fomazan merah dan jadi terlihat sebagai koloni yang berwarna merah.
Komposisi:
 Enzymatic Digest of Animal Tissue  Sodium Glycerophosphate
 Triphenlytetrazolium Chloride  Maltose
 Lactose
(TTC)
 Sodium Azide
 Yeast Extract
 Bromcresol Purple
 Sodium Chloride
 Agar

15. Vogel Johnson Agar (VJA)

19
Vogel Johnson Agar digunakan untuk deteksi dini Staphylococcus aureus, dengan
mengidentifikasi koagulase positif dan fermentasi manitol strain. Medium yang sangat
baik untuk mendeteksi Staphylococci Staphylococcus pembawa serta studi kepedulian
sanitasi. S. aureus mengurangi tellurite kalium ke tellirium logam dan menghasilkan
pertumbuhan koloni hitam. Fermentasi manitol ini ditunjukkan dengan zona kuning di
sekitar koloni hitam dan mengubah warna merah medium menjadi kuning.
Komposisi:
 Glycine  Manitol
 Trypton  Fosfat Dipotassium
 Lithium Klorida  Ekstrak Ragi
 Fenol Merah  Agar

16. Cetrimide

Cetrimide digunakan untuk isolasi dan difrensiasi pseudomonas aerogenosa dari


berbagai jenis bakteri lainya. Cetrimide sebagian besar menghambat pertumbuhan bakteri
yang mengiringi pertumbuhan Ps. Aerogenosa dan meminimalkan gangguan terhadap
pertumbuhan Ps. Aerogenosa. Produksi pigmen tidak dihambat sewaktu tumbuh pada
media ini. Warna pigmen kuning-hijau.
Komposisi:
 Enzymatic Digest of Gelatin  Potassium Chloride
 Glycerol  Cetyltrimethyl Ammonium
 Magnesium Chloride Bromide
 Agar
20
17. Pseudomonas Isolation Agar

Media Selektif ini digunakan untuk isolasi Pseudomonas, bentuk putih transparan
dan menggunakan indikator karbohidrat bebas pepton dengan pH indikator brom
cresol ungu. Karbohidrat spesifik ditambahkan dalam konsentrasi 0,5-1%.
Komposisi:
 Pankreas Digest of Gelatin  Magnesium Chloride
 Kalium Sulfat  Irgasan (triklosan)
 Agar

18. SIM Medium

Kegunaannya yaitu untuk membedakan golongan kuman enteric berdasarkan


produksi sulfide, indol, dan motilitas (gerak kuman).
Komposisi:
 Pepton from Cassein  Na2S2O3
 Pepton from Meat  Agar
 NH4 Iron (III) Citrat  Aquadest

19. Simmons Citrat Agar (SCA)

21
SCA adalah media selektif yang berwarna hijau karena mengandung zat warna
bromthymol blue. Simmons citrate positif berwarna biru setelah ditumbuhi kuman.
Kegunaannya yaitu untuk menderterminasi kemampuan bakteri yang menggunakan
sitrat sebagai sumber karbon dengan produk akhir basa.
Komposisi:
 MgSO4  Bacto Agar
 (NH4)3PO4  Bromthymol Blue
 K2HPO4  Aquadest
 C6H5Na3O7.2H2O  NaCl

20. Tripple Sugar Iron Agar (TSIA)

Media TSIA memberikan informasi fermentasi mengenai glukosa, pemanfaatan


gula laktosa dan sukrosa, dan proses pernapasan anaerobik. Proses pernapasan yang
menggunakan belerang sebagai penerima elektron terakhir untuk menghasilkan hidrogen
sulfida. Informasi ini berguna dalam identifikasi basil gram negatif.
Komposisi:
 Bacto ekstrak daging  Bacto dekstrosa
 Bacto pepton  FeSO4
 Bacto ekstrak ragi  Na2S3O3
 Preteosa pepton  Bacto agar
 Bacto laktosa  Bacto merah fenol
 Bacto sukrosa  Aquadest

22
21. Lowenstein Jensen

Digunakan untuk menumbuhkan Mycobacterium tuberculos, untuk diagnosis


infeksi mikobakteri, untuk menguji kerentanan antibiotik isolate, dan untuk membedakan
berbagai jenis mycobacterium (morfologi koloni, tingkat pertumbuhan, karakteristik
biokimia, dan mikroskop). Koloni M.tuberculosis berwarna krem, permukaannya tidak
rata atau berdungkul-dungkul seperti bunga kubis kering. Koloni mikrobacteria yang
patogen akan berbau seperti aroma buah. Pemberian gliserol juga bisa merangsang
pertumbuhan M.tuberculosis.
Komposisi:
Komposisi media Lowenstein Jansen dalam 600 ml air mengandung:
a) Lowenstein Jensen menengah
 Asparagin  Kentang tepung
 Monopotasium fosfat  Malasit hijau
 Magnesium sitrat  Telur (segar, utuh)
 Magnesium sulfat  Gliserol
b) Lowenstein Jensen dengan 5% sodium cloride, sama dengan prosedur no 1 hanya
ditambah dengan 80,0 gr sodium chloride.
c) Lowenstein Jensen dengan micobacterium selective, sama dengan prosedur no 1
hanya ditambah dengan Cycloheximide 0,64 gr, Lincomicin 3,2 mg, dan asam
nalidixic 56,0 mg.
d) Lowenstein Jensen Gruft modification, sama dengan prosedur no 1 hanya ditambah
dengan 56,0 mg asam nalidixic dan 80 mg RNA.

22. Motilitas Indole Ornithine (MIO) Medium

23
Media Motility Indol Ornithine (MIO) merupakan media yang digunakan untuk
mengetahui adanya pergerakan bakteri, kemampuan menghasilkan indol, serta
kemampuan bakteri bereaksi memecah ornitin. Motilitas bakteri ditunjukkan dengan
adanya sebaran kabut putih keluar dari tusukan. Untuk bakteri yang tidak motil hanya
ditunjukkan garis putih sepanjang tusukan. Produksi indol ditunjukkan dengan
pembentukan cincin warna merah pada bagian atas tabung setelah penambahan reagen
Kovac’s for indol. Untuk reaksi indol negatif tidak terbentuk cincin merah, namun
berwarna kuning. Reaksi bakteri terhadap ornitin ditunjukkan dengan perubahan warna
pada tiga perempat bagian bawah media. Untuk reaksi dekarboksilasi ornitin positif
ditunjukkan dengan warna ungu pada tiga perempat bagian bawahnya, sedangkan reaksi
dekarboksilasi ornitin negatif ditunjukkan dengan warna kuning pada tiga perempat
bagian bawah media.
Komposisi:
 Approximate Formula Per Liter  Dextrose
 L-Omitthine Monohychloride
Purified Water
 Bromcresol Purple
 Pancreatic Digest of Casein
 Pancreatic Digest of Gelatin  Agar
 Yeaast Extract

23. Nutrient Broth

24
Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar
adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antara Nutrient Agar dengan
Nutrient Broth yaitu nutrient agar berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk cair.
Susunan kimia sama-sama sintetik. Fungsi kimia dari nutrient agar dan nutrient broth
sebagai medium umum. Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang
berwarna coklat yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari
sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri sama
seperti medium NA.
Komposisi:
 Bacto ekstra
 Bacto pepton

24. Methyl Red/ Vogoes Prokauer (MR/VP) Broth

MR - VP Menengah ( Glukosa Phosphate Broth ) direkomendasikan untuk kinerja


tes Metil Merah dan Voges Proskauer dalam diferensiasi dari kelompok coli – aerogenes.
Komposisi:
 Pepton from alent
 Glukosa
 Phosphate buffer

25. Media gula-gula


25
Media gula-gula termasuk media identifikasi. Media identifikasi adalah perbenihan
yang digunakan untuk menentukan jenis bakteri. Biasanya digunakan beberapa media
bersama-sama. Disebut media gula gula karena terbuat dari beberapa gula seperti:
glukosa, laktosa, mannosa, maltosa, sakarosa. Media gula-gula adalah air pepton yang
ditambah gula tertentu. Tujuannya adalah untuk mengetahui bakteri memfermentasi
karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi perubahan warna pada media gula-gula
yang berubah menjadi warna kuning, artinya bakteri ini membentuk asam dari
fermentasi glukosa. Pada media gula-gula juga terbentuk gelembung pada tabung
durham yang diletakkan terbalik didalam tabung media, artinya hasil fermentasi
berbentuk gas.
Komposisi:
 Pepton  Indikator fenol read
 NaCl  Karbohidrat
 Aquadest

26. Pepton Water

Pepton water digunakan untuk membudidaya non pemilih mikroorganisme, uji


indol dan sebagai basal media untuk studi fermentasi karbohidrat.
Komposisi:
 Pepton
 Natrium klorida

27. Brain Heart Infusion (BHI) Broth

26
BHI digunakan untuk pertumbuhan bermacam-macam mikroorganisme
phatogenik (bakteri). Berisi irisan kecil dari jaringan otak dan dapat digunakan untuk
menumbuhkan banyak bakteri seperti streptococcus, staphylococcus, dll.
Komposisi:
 Calf brain infusion  Na2HPO4.12H2O
 Beef heart infusion  Dextrose
 Proteose peptone atau gelysate  Aquadest
 NaCl

28. Lactose Broth

Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform


dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth)
untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada
umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme
bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk
organisme koliform.
Komposisi:
 Peptone
 Ekstrak daging (sapi)
 Laktosa

29. Salenite Cystein Broth (SCB)

27
SCB (Salenite Cystein Broth) adalah media pengaya untuk bakteri Salmonella sp.
Media ini mengandung pepton, laktosa, natrium fosfat buffer medium, sodium selenite,
dan L-sistin. Masing-masing bahan memiliki perannya sendiri. Pepton menyediakan
asam amino dan nitrogen. Laktosa menyediakan sumber energi, dan natrium fosfat buffer
medium untuk mempertahankan pH. Sodium Selenite menghambat bakteri gram positif
dan menekan pertumbuhan enterics gram-negatif yang paling lain selain Salmonella. L-
sistin didirikan untuk meningkatkan pemulihan Salmonella. Selenite cystine Broth
digunakan sebagai pengayaan selektif media untuk isolasi Salmonella dari kotoran,
makanan, air dan bahan lainnya.
Komposisi:
 Pankreas Intisari dari Kasein
 Laktosa
 Natrium Fosfat
 Sodium Selenite
 L-sistin

28
BAB IV
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Reagen adalah suatu zat atau senyawa atau larutan dalam konsentrasi tertentu yang
digunakan untuk mengetahui penjelasan dari suatu analisa dari laboratorium. Zat atau bahan-
bahan yang dipakai tersebut kebanyakan megandung bahaya. Oleh karena itu perlu untuk
mengetahui bahan-bahan kimia yang ada didalam laboratorium beserta sifat dari bahan-bahan
tersebut.
Untuk membuat suatu reagen yang terlebih dahulu seorang praktikan harus menghitung
dulu gram dari zat yang akan dilarutkan atau diencerkan. Kemudian harus bisa menggunakan
neraca analitik sebaik dan seefisien mungkin. Neraca analitik memiliki tingkat ketelitian
yang sangat tinggi, karena itu bekerja dengan neraca ini harus secara halus dan hati-hati.
Biasanya digunakan aquadest sebagai pelarut, namun ada beberapa zat tertentu yang tidak
dapat dilarutkan dengan aquadest sehingga harus dilarutkan menggunakan pelarut tertentu.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran
nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang
biak pada media tersebut.
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi bagi
mikroorganisme yang akan dibiakkan pada media, selain itu media juga berfungsi untuk
membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu
yang lama di laboratorium. Media juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat
koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya. Di dalam laboratorium
mikrobiologi kedokteran, media juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan
untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.
Bahan dasar pembuatan media yaitu:
 Air (H2O) sebagai pelarut
 Agar (dari rumput laut) yang berfungsi sebagai pemadat media. Agar sulit didegradasi
oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45oC.

29
 Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino
yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang
mampu menguraikannya dibanding agar.
 Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai
pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi
mikroorganisme autotrof obligat.

1.2. SARAN
 Hendaknya selalu menggunakan APD pada saat praktikum sehingga dapat terhindar
dari kecelakaan kerja di dalam laboratorium.
 Dalam melakukan perhitungan maupun penimbangan harus dilakukan dengan teliti
sehingga didapat konsentrasi larutan yang dibutuhkan.
 Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media hendaknya disterilkan dahulu
sebelum digunakan sehingga media yang dibuat tidak terkontaminasi.
 Reagen dan media harus disimpan pada tempat yang sesuai untuk menghindari
kerusakan media dan reagen yang telah dibuat.

30
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, 2008, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium, Jakarta : Bumi Aksara

Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM,Tuntunan Praktikumkimia klinik i,Bagian Patologi Klinik FK-UGM,
Yogyakarta, 1995.

R. Gandasoebrata,Penuntun Laboratorium Klinik , Dian Rakyat, Bandung,1992.

The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use and Interpretation of P


athology Tests, Griffin Press Ltd., Netley, Australia,1990

Bonang G. dan Koeswardono E.S. 1979. Mikrobiologi Kedokteran untuk Laboratorium dan
klinik. Jakarta : Gramedia

Misnadiarly., dan Husjain Djajaningrat. 2014. Mikrobiologi untuk Klinik dan Laboratorium.
Jakarta : Rineka Cipta

Gandasoebrata R. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat

31

Anda mungkin juga menyukai