Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan Makalah Media Pertumbuhan Bakteri dan Reagensia dalam
Identifikasi Bakteri ini dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima
kasih yang kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Penulis akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik,
saran, dan masukkan dari pembaca kiranya dapat menyempurnakan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................. iii
Bab I. Pendahuluan................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Tujuan.......................................................................................... 2
Bab II. Tinjauan Pustaka......................................................................... 3
2.1. Media Pertumbuhan Bakteri....................................................... 3
2.2. Komponen Penyusun Media....................................................... 3
2.3. Jenis-Jenis Media........................................................................ 5
2.4. Persyaratan Media....................................................................... 7
2.7. Cara Penyimpanan Media........................................................... 12
Bab III. Pembahasan............................................................................... 15
3.1. Bakteriologi................................................................................. 15
Bab IV. Penutup......................................................................................92
4.1. Kesimpulan................................................................................. 92
4.2. Saran........................................................................................... 93
Daftar Pustaka.........................................................................................94
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
c. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam
amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis
mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai
pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi
mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau Zat Makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu
berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur
pelikan/trace element.
a. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau
anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber
karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
b. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain.
Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
c. Vitamin-vitamin.
3. Bahan Tambahan
a. Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan
tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator
perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme.
b. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
nontarget/kontaminan.
4. Bahan yang Sering digunakan dalam Pembuatan Media
a. Agar
Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari
beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang
pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika
dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk
dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama
dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.
b. Peptone
Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver, darah,
susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan
asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
c. Meat extract.
4
Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta dan daging
sapi.
d. Yeast extract
Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast extract
mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
e. Karbohidrat.
Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas dari
karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunakan dalam amilum, glukosa,
fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk
analisis fermentasi adalah 0,5-1%.
5
Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya
digunakan untuk pertumbuhan mikroalga.
2. Berdasarkan Komposisi/susunannya
Berdasarkan komposisinya media di bagi atas :
a. Media alami/non sintetis
Media alami merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dimana
komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung
diekstrak dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur,
dsb. Contohnya: Tomato juice agar.
b. Media semi sintesis
Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dan
bahan-bahan sintesis. Contohnya: Kaldu nutrisi disusun dari :Pepton 10,0 g,
Ekstrak daging 10,0 g, NaCl 5,0 g, dan Aquadest 1000 ml.
c. Media sintesis
Media sintesis yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis dan
takarannya diketahui secara pasti. Contohnya : Mac Conkey Agar.
3. Berdasarkan fungsinya
Berdasarkan fungsinya, media dapat dibedakan menjadi enam yaitu:
a. Media Basal (media dasar)
Media basal adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat
media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung pertumbuhan hampir
semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth, kaldu pepton, dsb.
b. Media diferensial
Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang berbeda,
mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat dibedakan.
Contohnya: Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Media Sulfit Indol Motility
(SIM), dsb.
c. Media selektif
Media selektif adalah adalah media yang memungkinkan suatu jenis mikroba
tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat. Contohnya:
Media Salmonella Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile Salt (TCBS), dsb.
d. Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang dirancang untuk mendukung pertumbuhan
mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen nutrisi yang mendorong
6
pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya: kaldu selenit, atau kaldu tetrationat
untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja
e. Media uji
Media uji adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba, umumnya
ditambah dengan substansi tertentu yang menjadi indikator, misalnya medium
litmus milk.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga kelompok sebagai
berikut:
a. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada suhu 0-
20o C.
b. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C.
c. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh baik
pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu
optimum pertumbuhan sekitar 37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena
itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri
pathogen. Mikroba perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–
66oC.
3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon,
nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya.
Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi
7
pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak
bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi
bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan
seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis
adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar
pertumbuhannya terkendali.
4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas 4 kelompok sebagai
berikut:
a. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
b. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
c. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya
oksigen.
d. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi yang
lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara. Mikroba perusak
pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat tumbuh pada saluran pencernaan
manusia yang tergolong anaerob fakultatif.
5. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose
lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis. Sebaliknya tekanan
osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat
mengakibatkan rusaknya sel. Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel
bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri
memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh
terlalu besar.
6. Sterilitas
Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri yang dimaksud
tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.
9
Penyimpanan Reagen yang bersifat berbahaya memerlukan perlakuan khusus, antara
lain:
a. Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya dan
beracun membutuhkan pengaturan tersendiri, agar tidakterjadi kecelakaan akibat
kesalahan dalam penyimpanan tersebut. Salah satupersyaratan kelengkapan pada
tempat penyimpanan tersebut adalah sistem tanggap darurat dan prosedur
penanganannya.
b. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat,
kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian.
Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah
dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat
kebahayaannya.
c. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan
secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, dan
ledakan. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko
bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic.
d. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya
karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet
tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic.
e. Reagen berbahaya dan beracun yang dianggap kadaluwarsa, atau tidak memenuhi
spesifikasi, atau bekas kemasan, yang tidak dapat digunakan tidak boleh dibuang
sembarangan, tetapi harus dikelola sebagai limbah berbahaya dan beracun.
Kadaluwarsa adalah bahan yang karena kesalahan dalam penanganannya
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi dan atau karakteristik sehingga bahan
tersebut tidak sesuai lagi dengan spesifikasinya.
f. Salah satu langkah yang wajib dilakukan adalah kewajiban uji kesehatan secara
berkala bagi pekerja, sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun, denganmaksud untuk
mengetahui sedini mungkin terjadinya kontaminasi oleh zat/senyawa kimia berbahaya
dan beracun terhadap pekerja atau pengawas lokasi tersebut.
g. Salah satu kehawatiran utama dalam penanganan berbahaya dan beracun adalah
kemungkinan terjadinya kecelakaan baik pada saat masih dalam penyimpanan
maupun kecelakaan pada saat dalam pengangkutannya. Kecelakaan ini adalah
10
lepasnya atau tumpahnya reagen kelingkungan, yang memerlukan penanggulangan
cepat dan tepat. Bila terjadi kecelakaan, maka kondisi awalnya adalah berstatus
keadaan darurat (emergency).
Penyimpanan reagen yang bersifat anhidrat, disimpan di dalam oven pada suhu 100-
110oC, selama 1-2 jam dan sebaiknya semalam, sedangkan penyimpanan reagen yang
bersifat hidrat disimpan pada eksikator.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. BAKTERIOLOGI
1. Nutrien Agar (NA)
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk. NA juga digunakan
untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian
mikroorgsnisme heterotof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari
ekstrak beef, pepton, dan agar.
Komposisi :
Bacto ekstar NaCl
Bacto pepton Aquadest
Bacto agar
Cara pembuatan:
11
Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquadest 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas pemanas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
Turunkan dari pemanas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan
diberi label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
Keluarkan dari autoclave kemudian tuangkan dalam cawan petri secara aseptis.
Biarkan dingin, isolasi dan masukkan ke dalam lemari pendingin.
Endo agar adalah media padat (solid plating media). Digunakan untuk
menumbuhkan bakteri yang hidup di usus, misalnya Escherichia Coli. Media ini
mengandung natrium sulfat dan “basic fuchsin” yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif. Asam yang dihasilkan dari perombakan laktosa dapat dideteksi
dengan asetaldehida dan natrium sulfit.
Komposisi:
Bacti ekstrak daging Na2SO3
Bacto pepton Bacto agar
NaCl Basic Fucsin 10%
Bacto lactosa Aquadest
12
Media ini merupakan media padat dan media alfferensial digunakan untuk seleksi
dan pertumbuhan Enterobacteriacede dan bakteri gram negatif yang berbentuk batang
seperti Escherichia coli. Garam-garam empedu dan kristal violet di dalam media ini
dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Komposisi :
Bacto pepton Bacto Aga
Proteosa pepton Bacto nectral rea
Bacto lactosa Bacto kristal read
Garam empedu Aquadest
NaCl
Komposisi:
Ekstrak daging Basic fuchsin
Bacto pepton Na2CO3
NaCl Aquadest
Laktosa Darah “O”
Bacto agar
6. Agar Coklat
Kegunaannya adalah untuk menumbuhkan bakteri yang sulit tumbuh pada perbenihan
sederhana dan biasanya dipakai untuk menumbuhkan golongan Neisseriae dan Hemorhylus
14
influenza. Prosedur kerjanya sama dengan pembuatan Blood Agar, hanya setelah penambahan
darah dipanaskan kembali sampai 80-90% selama 5-15 menit sampai berwarna coklat. Semua ini
di kerjakan dalam water bath.
Bahan dari coklat agar sama dengan bahan pada media Blood Agar. Media ini berwarna
coklat disebabkan oleh suhu yang lebih tinggi saat pemanasan.
Komposisi:
Proteose Peptone Corn Starch
Sodium Chloride Hemoglobin, Bovine
Dipotassium Phosphate KoEnzyme Enrichment
Monopotassium Phosphate Agar
Perbenihan ini mirip MCA, hanya penggunaanya lebih khusus lagi untuk basil gram
negative pathogen enteric, sehingga dipakai untuk isolasi dari specimen tinja terutama
salmonella shigella yang keduanya memperlihatkan pertumbuhan koloni yang tidak berwarna.
Sebagai bahan penghambat utama adalah garam empedu dan brilliant green yang tidak hanya
menghambat bakteri asam positif saja tetapi menekan pertumbuhan basil pathogen non enteric
lainnya.
Komposisi:
Ekstrak sapi Ferri sitrat
Proteose peptone Agar
Laktosa Merah netral
Garam bile no.3 Hijau brilliant
Natrium sitrat Aquadest
.
15
Bismut Sulfite Agar merupakan jenis media agar yang digunakan untuk
mengisolasi Salmonella spesies. Menggunakan glukosa sebagai sumber
utama karbon. BLBG dan berhenti bismut gram positif pertumbuhan. sulfit
Bismuth agar-agar tes kemampuan untuk memanfaatkan ferro sulfat dan mengubahnya
menjadi hidrogen sulfida.
Komposisi:
Enzimatik Digest of Casein Disodium fosfat
Enzimatis Intisari dari jaringan Ferrous Sulfat
hewan Bismuth Sulfit Indikator
Brilliant Hijau
Beef Extract
Agar
Dextrose
(TCBS) adalah media selektif untuk Vibrio Cholera. Medium TCBS Oxid
sempurna dan tidak membutuhkan bahan tambahan atau tambahan darah steril dan
media ini lebih menguntungkan dari media lanryl sulphate tellurite agar yang
membutuhkan tambahan lebih lanjut setelah pensterilisasian penampakan koloni dari
organisme. Pada media TCBS setelah 24 jam inkubasi pada suhu 350 C.
Komposisi :
16
Yeast Extract Sodium Chloride
Bacteriological Peptone Bromothymol Blue
Sodium thiosulphate Thymol Blue
Sodium Citrate Agar
Ox bile Aquadest
Sucrose PH 8,6
17
difermentasikan. Merah fenol merupakan indikator untuk melihat adanya pembentukan
asam.
Komposisi:
Ekstark sapi Proteose peptone no.3
NaCl D-Mannitol
Agar Merah fenol
Aquadest
Media Violet Red Bile Agar merupakan media padat berwarna merah yang
digunakan untuk deteksi dan penentuan coliform dalam makanan, air susu, dan bahan
sanitasi lainnya.
Komposisi:
Pankreas Digest of Gelatin Lactose
Ragi Extract Sodium Chloride
Garam empedu NetralMerah
Agar KristalViolet
Medium ini merupakan modifikasi dari Tryptone Empedu Agar. Tryptone Bile Agar
dikembangkan untuk meningkatkan deteksi E. coli pada makanan. TBX Medium
ditingkatkan dengan penambahan agen kromogenik, X-glukuronida, mendeteksi aktivitas
18
glucuronidase. Kehadiran enzim D-glucuronidase membedakan E. coli spp. dari coliform
lain, dan enzim yang sama digunakan dalam MUG reaction.
Komposisi:
Tryptone
Bile Salts
X-Glucuronide
Agar
14. KF Streptococccus
19
Vogel Johnson Agar digunakan untuk deteksi dini Staphylococcus aureus, dengan
mengidentifikasi koagulase positif dan fermentasi manitol strain. Medium yang sangat
baik untuk mendeteksi Staphylococci Staphylococcus pembawa serta studi kepedulian
sanitasi. S. aureus mengurangi tellurite kalium ke tellirium logam dan menghasilkan
pertumbuhan koloni hitam. Fermentasi manitol ini ditunjukkan dengan zona kuning di
sekitar koloni hitam dan mengubah warna merah medium menjadi kuning.
Komposisi:
Glycine Manitol
Trypton Fosfat Dipotassium
Lithium Klorida Ekstrak Ragi
Fenol Merah Agar
16. Cetrimide
Media Selektif ini digunakan untuk isolasi Pseudomonas, bentuk putih transparan
dan menggunakan indikator karbohidrat bebas pepton dengan pH indikator brom
cresol ungu. Karbohidrat spesifik ditambahkan dalam konsentrasi 0,5-1%.
Komposisi:
Pankreas Digest of Gelatin Magnesium Chloride
Kalium Sulfat Irgasan (triklosan)
Agar
21
SCA adalah media selektif yang berwarna hijau karena mengandung zat warna
bromthymol blue. Simmons citrate positif berwarna biru setelah ditumbuhi kuman.
Kegunaannya yaitu untuk menderterminasi kemampuan bakteri yang menggunakan
sitrat sebagai sumber karbon dengan produk akhir basa.
Komposisi:
MgSO4 Bacto Agar
(NH4)3PO4 Bromthymol Blue
K2HPO4 Aquadest
C6H5Na3O7.2H2O NaCl
22
21. Lowenstein Jensen
23
Media Motility Indol Ornithine (MIO) merupakan media yang digunakan untuk
mengetahui adanya pergerakan bakteri, kemampuan menghasilkan indol, serta
kemampuan bakteri bereaksi memecah ornitin. Motilitas bakteri ditunjukkan dengan
adanya sebaran kabut putih keluar dari tusukan. Untuk bakteri yang tidak motil hanya
ditunjukkan garis putih sepanjang tusukan. Produksi indol ditunjukkan dengan
pembentukan cincin warna merah pada bagian atas tabung setelah penambahan reagen
Kovac’s for indol. Untuk reaksi indol negatif tidak terbentuk cincin merah, namun
berwarna kuning. Reaksi bakteri terhadap ornitin ditunjukkan dengan perubahan warna
pada tiga perempat bagian bawah media. Untuk reaksi dekarboksilasi ornitin positif
ditunjukkan dengan warna ungu pada tiga perempat bagian bawahnya, sedangkan reaksi
dekarboksilasi ornitin negatif ditunjukkan dengan warna kuning pada tiga perempat
bagian bawah media.
Komposisi:
Approximate Formula Per Liter Dextrose
L-Omitthine Monohychloride
Purified Water
Bromcresol Purple
Pancreatic Digest of Casein
Pancreatic Digest of Gelatin Agar
Yeaast Extract
24
Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar
adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antara Nutrient Agar dengan
Nutrient Broth yaitu nutrient agar berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk cair.
Susunan kimia sama-sama sintetik. Fungsi kimia dari nutrient agar dan nutrient broth
sebagai medium umum. Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang
berwarna coklat yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari
sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri sama
seperti medium NA.
Komposisi:
Bacto ekstra
Bacto pepton
26
BHI digunakan untuk pertumbuhan bermacam-macam mikroorganisme
phatogenik (bakteri). Berisi irisan kecil dari jaringan otak dan dapat digunakan untuk
menumbuhkan banyak bakteri seperti streptococcus, staphylococcus, dll.
Komposisi:
Calf brain infusion Na2HPO4.12H2O
Beef heart infusion Dextrose
Proteose peptone atau gelysate Aquadest
NaCl
27
SCB (Salenite Cystein Broth) adalah media pengaya untuk bakteri Salmonella sp.
Media ini mengandung pepton, laktosa, natrium fosfat buffer medium, sodium selenite,
dan L-sistin. Masing-masing bahan memiliki perannya sendiri. Pepton menyediakan
asam amino dan nitrogen. Laktosa menyediakan sumber energi, dan natrium fosfat buffer
medium untuk mempertahankan pH. Sodium Selenite menghambat bakteri gram positif
dan menekan pertumbuhan enterics gram-negatif yang paling lain selain Salmonella. L-
sistin didirikan untuk meningkatkan pemulihan Salmonella. Selenite cystine Broth
digunakan sebagai pengayaan selektif media untuk isolasi Salmonella dari kotoran,
makanan, air dan bahan lainnya.
Komposisi:
Pankreas Intisari dari Kasein
Laktosa
Natrium Fosfat
Sodium Selenite
L-sistin
28
BAB IV
PENUTUP
1.1. KESIMPULAN
Reagen adalah suatu zat atau senyawa atau larutan dalam konsentrasi tertentu yang
digunakan untuk mengetahui penjelasan dari suatu analisa dari laboratorium. Zat atau bahan-
bahan yang dipakai tersebut kebanyakan megandung bahaya. Oleh karena itu perlu untuk
mengetahui bahan-bahan kimia yang ada didalam laboratorium beserta sifat dari bahan-bahan
tersebut.
Untuk membuat suatu reagen yang terlebih dahulu seorang praktikan harus menghitung
dulu gram dari zat yang akan dilarutkan atau diencerkan. Kemudian harus bisa menggunakan
neraca analitik sebaik dan seefisien mungkin. Neraca analitik memiliki tingkat ketelitian
yang sangat tinggi, karena itu bekerja dengan neraca ini harus secara halus dan hati-hati.
Biasanya digunakan aquadest sebagai pelarut, namun ada beberapa zat tertentu yang tidak
dapat dilarutkan dengan aquadest sehingga harus dilarutkan menggunakan pelarut tertentu.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran
nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang
biak pada media tersebut.
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi bagi
mikroorganisme yang akan dibiakkan pada media, selain itu media juga berfungsi untuk
membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu
yang lama di laboratorium. Media juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat
koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya. Di dalam laboratorium
mikrobiologi kedokteran, media juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan
untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.
Bahan dasar pembuatan media yaitu:
Air (H2O) sebagai pelarut
Agar (dari rumput laut) yang berfungsi sebagai pemadat media. Agar sulit didegradasi
oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45oC.
29
Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino
yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang
mampu menguraikannya dibanding agar.
Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai
pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi
mikroorganisme autotrof obligat.
1.2. SARAN
Hendaknya selalu menggunakan APD pada saat praktikum sehingga dapat terhindar
dari kecelakaan kerja di dalam laboratorium.
Dalam melakukan perhitungan maupun penimbangan harus dilakukan dengan teliti
sehingga didapat konsentrasi larutan yang dibutuhkan.
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media hendaknya disterilkan dahulu
sebelum digunakan sehingga media yang dibuat tidak terkontaminasi.
Reagen dan media harus disimpan pada tempat yang sesuai untuk menghindari
kerusakan media dan reagen yang telah dibuat.
30
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM,Tuntunan Praktikumkimia klinik i,Bagian Patologi Klinik FK-UGM,
Yogyakarta, 1995.
Bonang G. dan Koeswardono E.S. 1979. Mikrobiologi Kedokteran untuk Laboratorium dan
klinik. Jakarta : Gramedia
Misnadiarly., dan Husjain Djajaningrat. 2014. Mikrobiologi untuk Klinik dan Laboratorium.
Jakarta : Rineka Cipta
31