Anda di halaman 1dari 9

Raden Imam Al Hafis PUBLIKa, Vol 3, No. 1 Hal.

80-88 (2017)
Moris Adidi Yogia

ABUSE OF POWER:
TINJAUAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN KEKUASAAN
OLEH PEJABAT PUBLIK DI INDONESIA
Raden Imam Al Hafis dan Moris Adidi Yogia
Dosen Program Studi Administrasi Publik FISIPOL UIR

ABSTRACT

Having power means having the ability to change the behavior or attitudes of others in accordance with
what is desired by the authority. By holding power, automatically the bersangkuatan has an influence,
and this is what is dreamed by some people who want to get legitimacy so that later he has the influence
of the power possessed. the cause of abuse of power can have an impact on rampant corruption. Among
the causes: a. That punishment perceived from the results of abuse of power is relatively lighter
compared to the benefits it feels. b. Abuse of power can be tricked and engineered in the form of physical
accountability. c. To get power requires substantial material capital, so that when the power is granted to
him, of course the person concerned is trying to return the initial capital plus a large profit. d. It is not
good for a check and balance system in the government system.

Keywords: Abuse, Power, Corruption.


ABSTRAK
Memilki kekuasaan berarti memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku atau sikap orang lain sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan. Dengan memegang kekuasaan maka secara
otomatis yang bersangkuatan mempunyai pengaruh, dan hal inilah yang diimpikan oleh sebagian orang
yang ingin mendapatkan legitimasi sehingga nantinya ia mempunyai pengaruh dari kekuasaan yang
dimiliki. penyebab terjadinya penyalahgunaan kekuasaan mampu berdampak pada korupsi yang
merjalela. Diantara penyebabnya: a. Bahwa punishment yang dirasakan dari hasil penyalahgunaan
kekuasaan relatif lebih ringan dibanding dengan manfaat yang dirasakannya. b. Penyalahgunaan
kekuasaan bisa diakali dan direkayasa dalam bentuk wujud fisik pertanggungjawaban. c. Untuk
mendapatkan kekuasaan memerlukan modal materi yang cukup besar, sehingga begitu kekuasaan melakat
pada dirinya tentu yang bersangkutan berusaha untuk mengembalikan modal awal plus keuntungan yang
besar. d. Tidak baiknya sistem check and balance dalam sistem pemerintahan.

Kata Kunci: Penyalahgunaan, Kekuasaan, Korupsi.

Pendahuluan bersangkutan memiliki kebebasan untuk


Sebelum pembahasan mengenai melakukan sesuatu yang ia kehendaki.
penyalahgunaan dibahas dalam tulisan Memilkiki kekuasaan berarti memiliki
ini, ada pertanyaan yang paling kemampuan untuk mengubah perilaku
mendasar muncul dalam benak penulis atau sikap orang lain sesuai dengan apa
yaitu Mengapa banyak orang yang diinginkan oleh pemegang
memburu kekuasaan? Pertanyaan kekuasaan. Dengan memegang
tersebut mungkin bisa dijawab penulis kekuasaan maka secara otomatis yang
dengan analisa sederhana yaitu karena bersangkuatan mempunyai pengaruh,
dengan memiliki kekuasaan yang dan hal inilah yang diimpikan oleh
Raden Imam Al Hafis PUBLIKa, Vol 3, No. 1 Hal. 80-88 (2017)
Moris Adidi Yogia

sebagian orang yang ingin mendapatkan yang menduduki posisi penting dalam
kekuasaan sehingga nantinya ia sebuah lembaga negara merasa
mempunyai pengaruh dari kekuasaan mempunyai hak untuk menggunakan
yang dimiliki. Dengan kata lain ia wewenang yang diperuntukkan baginya
mempunyai hak memerintah, hak untuk secara bebas. Makin tinggi jabatannya,
mengatur atau mengelola sampai pada makin besar kewenangannya. Dalam
hak untuk mengambil keputusan keadaan di mana masyarakat lemah
penting yang ada. Karena pada sebagian karena miskin, buta hukum, buta
orang berpandangan bahwa apabila administrasi, korupsi berjalan seperti
ketiga hak tersebut bisa didapatkan angin lewat. Pemerintah di suatu negara
maka seseorang berhasil menjalankan merupakan kompoenen dalam
dan berkarir. Keinginan itulah yang pembentukan negara yang baik.
didambakan oleh sebagian orang, walau Permerintahan yang baik akan terwujud
terkadang mereka menyadari bahwa bila ada sinergitas antara swasta, rakyat
apabila ia mendapatkan kekuasaan jika dan pemerintah dalam hal ini sebagai
tidak berhati-hati hal tersebut akan fasilitator yang melaksanakan tanggung
membahayakan dirinya dan bahkan jawa dengan transparan, partisipatif,
keluarganya. akuntabel dan demokratis.
Penyalahgunaan kekuasaan Pelaku utama dalam banyaknya
(abuse of power) saat ini menjadi kasus penyalahgunaan kekuasaan
tranding topic, baik di media massa, adalah mereka yang disebut sebagai
media cetak maupun media electronik. administrator publika atau pegawai
Abuse of Power merupakan suatu negeri atau aparatur sipil negara (ASN).
tindakan yang dilakukan oleh seorang (Sundarso, 2015). Merekalah yang
pejabat publik atau penguasa dengan dibebani tanggung jawab untuk
agenda kepentingan tertentu, baik untuk mengerjakan tugas pemerintahan, tetapi
kepentingan individu maupun proses administrasi publik
kepentingan kelompok atau korporasi. sesungguhnya melibatkan juga banyak
Kalau tindakan itu dapat merugikan pihak di luar pegawai negeri seperti
keuangan atau perekonomian negara, pekerja sosial, LSM, akademisi
maka tindakan tersebut dapat dianggap terutama dalam proses pembuatan
sebagai tindakan korupsi. istilah kebijakan untuk melaksanakan berbagai
menyebutkan bahwa kekuasaan itu macam kegiatan untuk pencapaian
dekat dengan korupsi. Kekuasaan yang tujuan organisasi pemerintah tersebut.
tidak terkendali akan menjadi semakin Proses pencapaian negara dengan
sewenang-wenang dan pada akhirnya pemerintahan yang baik memerlukan
berujung pada penyimpangan. Makin instrumen dalam membawa komponen
besar kekuasaan itu, makin besar pula kebijakan-kebijakan atau peraturan-
kemungkinan untuk melakukan korupsi. peraturan pemerintah guna
Wewenang yang diberikan sebagai terealisasinya tujuan nasional.
sarana untuk melaksanakan tugas, Instrumen pemerintah tersebut yaitu
dipandang sebagai kekuasaan pribadi. Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
Karena itu dapat dipakai untuk ditetapkan dalam Undang-Undang
kepentingan pribadi. Akibatnya, pejabat Nomor 5 Tahun 2014. Pembentukan
Raden Imam Al Hafis PUBLIKa, Vol 3, No. 1 Hal. 80-88 (2017)
Moris Adidi Yogia

disiplin, etika dan moral ditingkat dijebloskan ke penjara gara-gara


pejabat pengambil keputusan, sangat korupsi, suap, ataupun pemerasan,
diperlukan untuk menangkal kebijakan namun masih banyak pejabat dan
yang diambil penuh dengan nuansa penyelenggara negara lainnya tidak
kepentingan pribadi dan takut dan juga tidak jera. Jumlah pejabat
golongan/kelompok. Jika hal tersebut negara mulai dari menteri, anggota
terjadi, tanpa disadari bahwa hal dewan, gubernur, bupati sampai dengan
tersebut merupakan penyalahgunaan pejabat yang lebih rendah dari berbagai
kekuasaan atau dengan kata lain abuse jenjang dan tingkatan yang tersandung
of power. Tindakan penyalahgunaan kasus penyalahgunaan kekuasaan.
kekuasan tersebut sebagian besar Jumlahnya bukan semakin berkurang,
berdampak pada terjadinya Korusi, malahan justru semakin merajalela
Kolusi dan Nepotisme (KKN). meluluhlantakkan sistem administrasi
Penyalahgunaan kekuasaan saat tata negara. Ada beberapa argumentasi
ini seperti hal yang tidak asing lagi bagi mengapa mereka tidak jera. Pertama,
mereka yang memiliki jabatan publik. bahwa punishment yang dirasakan dari
Jika ada yang membantah pernytaan hasil penyalahgunaan kekuasaan relatif
tersebut, juga tidak bisa ada salahnya lebih ringan dibanding dengan manfaat
dengan pandangan bahwa tidak semua yang dirasakannya. Misalnya, akibat
pejabat publik yang memiliki mental dari penyalahgunaan wewenang (kalau
untuk melakukan penyelewengan terbukti ketahuan) risikonya sudah
kekuasaan. Namun apabila kita berkaca diperhitungkan yakni dipenjara, dan
dari studi kasus yang ada di Indonesia setelah dikalkulasi selama masa
baik dari media massa, televisi maupun tahanan/ masa hukuman yang
media online maka akan sangat banyak bersangkutan masih menghitung ada
masalah publik yang berkaitan dengan keuntungan secara materil dari hasil
penyalahgunaan kekuasaan tersebut. penyalahgunaan
yang paling menghebohkan adalah kekuasaan. Argumentasi kedua,
kasus suap yang dilakukan oleh penyalahgunaan kekuasaan bisa diakali
walikota malng kepada anggota DPRD dan direkayasa dalam bentuk wujud
kota malang terkait dengan perubahan fisik pertanggungjawaban.Walaupun
APBD yang menjerat 41 dari 45 suatu kegiatan sebenarnya fiktif atau
anggota DPRD yang ada di Kota ada rekayasa lain mark up harga dan
Malang. Yang mana mereka semua model lainnya, namun banyak penguasa
merupakan perwakilan rakyat yang yang bisa mengatur sistem
seharusnya mencerminkan sikap dan pertanggungjawaban sehingga pada saat
perilaku yang bisa menjadi panutan bagi ada pemeriksaan tidak ada temuan
masyarakat yang telah memberikan karena didukung dengan tertib
kepercayaan kepada mereka. administrasi yang professional.
Selamatlah mereka meskipun telah
Pembahasan terjadi penyalahgunaan
Kekuasaan kekuasaan. Argumentasi ketiga, untuk
Meski telah berulang kali pejabat mendapatkan kekuasaan memerlukan
negara tertangkap tangan dan modal materi yang cukup besar,
Raden Imam Al Hafis PUBLIKa, Vol 3, No. 1 Hal. 80-88 (2017)
Moris Adidi Yogia

sehingga begitu kekuasaan melakat keuangan negara, maka hal tersebut


pada dirinya tentu yang bersangkutan merupakan tindakan pidana.
berusaha untuk mengembalikan modal Sebagaimana disebutkan dalam novel
awal plus keuntungan yang besar. Korupsi karya Pramudya Ananta Toer
Argumentasi keempat, mengapa (2002), soal pelanggaran hukum dalam
penyalahgunaan kekuasaan terus terjadi kaitan dengan pejabat negara, sudah
dimana-mana, karena ada anggapan mulai bersemai dengan baik sejak awal
aparatur pemeriksa bisa diatur dengan kehadiran republik ini. Realitas ini juga
berbagai cara dan pendekatan. Petugas pernah ungkapkan oleh Kwik Kian Gie
pemeriksa adalah manusia biasa, yang dalam Sanusi (2009) selaku Menteri
bisa dibujuk rayu untuk diajak Negara Perencanaan Pembangunan
kompromi terhadap temuan-temuan dari Nasional/Kepala Bappenas. Kwik
hasil pemeriksaan. Artinya, menduga namun tidak mengada-ada
rekomendasi dari para pemeriksa bisa akan terjadinya kebocoran dalam
diperjualbelikan. pemanfaatan dana pinjaman dari
Revrisond Baswir menyampaikan Consultative Group on Indonesia (CGI).
bahwa pelajaran yang dapat dipetik dari Pemerintah bahkan secara resmi
sejarah perkembangan korupsi di mengakui dana miliaran dolar AS, yang
Indonesia adalah: Pertama, korupsi pada diwujudkan dalam berbagai proyek
dasarnya berkaitan dengan perilaku infrastruktur, setiap tahun bocor sampai
kekuasaan. Mengutip Lord Acton, 20%. Kwik menambahkan bahwa
power tend to corrupt (kekuasaan selama ini dana CGI yang disalurkan
memang cenderung untuk korup). puluhan miliar dolar. Namun dana itu
Pemerintahan yang berkuasa secara bocor, karena proyek tak dikerjakan
absolut akan korup secara absolut pula. sesuai dengan rencana atau malah
Kedua, korupsi sangat erat diselewengkan sehingga tak ada proyek
hubungannya dengan perkembangan sama sekali.
sikap kritis masyarakat. Semakin Kekuasaan (power) menunjukkan
berkembang sikap kritis masyarakat, capability yang dimiliki seseorang
maka korupsi akan cenderung untuk membuat orang lain melakukan
dipandang sebagai masalah yang sesuatu, atau potensi yang dimiliki
semakin berbahaya. seseorang untuk mempengaruhi orang
lain. Dengan demikian
Kasus Korupsi, Kolusi dan kekuasaan/power merupakan
Nepotisme kapasitas/capacity mengubah sikap atau
Sebagian pandangan menyatakan perilaku orang lain sesuai dengan yang
bahwa penyalahgunaan kekuasaan diinginkan. Sayangnya banyak
disebebkan oleh kebijakan publik yang pemimpin yang menyalahgunakan
hanya dipandang sebagai kesalahan kekuasaan, ia memanfaatkan kekuasaan
prosedur dan administratif, namun untuk kepentingan dirinya dan
apabila dilakukan dengan tujuan kelompoknya yang mengarah pada
menguntungkan diri sendiri atau suatu upaya memanfaatkan jabatan sebagai
kelompok (korporasi) yang berdampak alat untuk mengelabuhi orang
pada kerugian perekonomian dan lain. Kekuasaan yang tanpa kendali
Raden Imam Al Hafis PUBLIKa, Vol 3, No. 1 Hal. 80-88 (2017)
Moris Adidi Yogia

cenderung korup, demikian juga mendapat keuntungan karena memiliki


kekuasaan mutlak tanpa ada hirarki pengetahuan sebagai orang dalam
dipastikan akan korup. Namun, riset (insider’s information) tentang berbagai
psikologi membuktikan, kondisi itu kebijakan publik yang semestinya dia
hanya berlaku bagi pemegang kuasa rahasiakan. Keenam, “korupsi suportif”,
yang mementingkan ego pribadi. Baru- yakni perlindungan atau penguatan
baru ini ada pejabat negara yang korupsi yang terjadi melalui intrik
merepresentasikan wakil rakyat justru kekuasaan dan bahkan kekerasan.
tertangkap tangan oleh KPK, dan Persolan korupsi yang terjadi dari
penyebabnya karena ingin memperkaya penyalahgunaan jabatan, terkait dengan
diri dan karena ego pribadi. kompleksitas masalah moral atau sikap
Syed Hussein Alatas (1990:3-4) juga mental, masalah pola hidup, kebutuhan
merumuskan pengertian minimalis. serta kebudayaan dan lingkungan sosial.
Menurut Alatas, “corruption is the Berkaitan dengan masalah kebutuhan
abuse of trust in the interest of private dan tuntutan ekonomi serta kerjasama
gain,” yaitu penyalahgunaan amanah ekonomi, masalah struktur atau sistem
untuk kepentingan pribadi. Alatas ekonomi, masalah sistem atau budaya
kemudian mengembangkan beberapa politik, masalah mekanisme
tipologi korupsi: Pertama, “korupsi pembangunan dan lemahnya birokrasi
transaktif”, yakni korupsi yang terjadi atau prosedur administratif yang
atas kesepakatan di antara seorang berbelit-belit (sistem pengawasan) di
donor dan resipien untuk keuntungan bidang pelayanan publik. Dengan
kedua belah pihak. Kedua, “korupsi demikian, kasus tindak pidana korupsi
ekstortif”, yang melibatkan penekanan dengan bentuk penyalahgunaan
dan pemaksaan untuk menghindari kekuasaan bersifat multi dimensional
bahaya bagi mereka yang terlibat atau dan kompleks. Sekalipun tindak pidana
orangorang yang dekat dengan pelaku korupsi bersifat multi dimensional dan
korupsi. Ketiga, “korupsi investif”, kompleks, namun ada satu hal
yakni korupsi yang bermula dari merupakan penyebab utama terjadinya
tawaran atau iming-iming, sebagai tindak pidana korupsi khususnya dalam
“investasi” untuk keuntungan di masa birokrasi, yakni jabatan atau kekuasaan.
datang. Keempat, “korupsi nepotistik”, Seseorang akan cenderung
yakni korupsi yang terjadi karena menyalahgunakan jabatan atau
perlakuan khusus baik dalam kekuasaannya untuk memperkaya diri
pengangkatan pada kantor publik sendiri atau orang lain atau korporasi,
maupun pemberian proyek-proyek bagi apabila mempunyai kesempatan. Saat
keluarga dekat. Kelima, “korupsi ini, kasus korupsi terjadi peningkatan
otogenik”, yakni korupsi yang terjadi dari tahun 2016 - 2017. Hal ini dapat
ketika seorang individu pejabat dilihat dari data dibawah ini:
Raden Imam Al Hafis PUBLIKa, Vol 3, No. 1 Hal. 80-88 (2017)
Moris Adidi Yogia

Tabel 1. Kasus Korupsi Selama 2016-2017


Tahun
No Keterangan
2016 2017
1 Kasus Korupsi 482 576
2 Tersangka 1101 1298
3 Kerugian Negara 1,47 T 6,5 T
4 Nilai Suap 31 M 211 M
Sumber : Indonesian Coruption Watch, 2017

Dari data diatas dapat diambil bersangkutan diberikan kekuasaan. 3.


kesimpulan bahwa tren korupsi terjadi Potensi penyalahgunaan kekuasaan
peningkatan dari tahun ketahun, hal ini yang bergantung pada karakter
salah satu penyebabnya yaitu adanya pemegang kekuasaan juga diungkapkan
kesempatan bagi pejabat publik untuk ahli psikologi politik Fakultas Psikologi
melakukan hal tersebut dan didukung Universitas Gadjah Mada, Bagus
oleh kekuasaan dan jabatan yang Riyono, Terjadi korupsi atau tidak itu
mereka miliki. tergantung ada peluang dan pandangan
Mengutip riset Serena Chen dkk setiap individu tentang untung-
(2001) yang dipublikasikan di Journal rugi. Dalam analisis Rose – Ackerman
of Personality and Social Psychology, perilaku koruptif itu terutama
tentang hubungan antara kuasa dan ditentukan oleh: a. besarnya keuntungan
tanggung jawab sosial, bahwa individu yang tersedia; b. tingkat resiko dari
pemegang kuasa yang mementingkan suatu perbuatan koruptif; c. kekuatan
egonya tak akan membantu rekannya tawar-menawar relatif antara penyuap
meski telah ditugasi membantu. dan yang disuap. Faktor-faktor dasar
Sebaliknya, mereka yang melepaskan yang dikemukakan oleh Rose –
egonya atas kekuasaan, tetap membantu Ackerman tersebut dapat diterapkan
temannya. Itu berarti, kekuasaan tak untuk konteks hakim dan pengadilan.
selalu mendorong orang untuk Gaji yang rendah, kondisi kerja yang
menyalahgunakan kekuasaannya, buruk dan minimnya sumberdaya
bergantung pada motif dan ego setiap semuanya dapat menjadi kekuatan
individunya saja. Selanjutnya penelitian pendorong bagi hakim maupun staf
psikolog Philip G Zimbardo tentang pengadilan lainnya untuk menerima
Stanford Prison Experiment suap. Mereka mungkin akan
menunjukkan, seseorang yang diberi menyalahgunakan kekuasaan yang
kekuasaan cenderung menyalahgunakan mereka miliki apabila resiko untuk
kekuasannya. ketahuan rendah, atau sekalipun
Kondisi itu sesuai dengan ketahuan tetapi tidak mengarah pada
pernyatan berikut bahwa: 1. Hampir dijatuhkannya sanksi.
semua orang bisa tahan terhadap
kesengsaraan. Namun, jika kamu ingin Benarkah Abuse of Powere Bukan
menguji karakter seseorang, berilah dia Permasalahan Budaya?
kekuasaan. 2. Bagaimana kondisi dan Penyalahgunaan kekuasaan dan
situasi kehidupannya setelah yang pandangan hidup materialis bukan
Raden Imam Al Hafis PUBLIKa, Vol 3, No. 1 Hal. 80-88 (2017)
Moris Adidi Yogia

budaya bangsa kita. Namun mengapa kmeudian korupsi cenderung


penyalahgunaan kekuasaan terjadi di berkembang menjadi penyakit yang
mana-mana dan banyak pejabat kita sifatnya endemik dalam semua elemen
yang mudah terbuai di saat memegang struktur di Indonesia, paling tidak
kekuasaan. Karakter itu jadi menonjol menurut sejumlah kalangan, kesalahan
di Indonesia karena hukum belum kuat. terutama harus ditujukan kepada
Ketika muncul peluang, terlebih saat pemerintahan pendudukan Jepang.
ada tekanan, mereka yang tak punya Tetapi hal tersebut dibantah dengan
sistem kendali diri yang memadai dan tegas oleh Smith. Mengutip Day, Smith
mudah terjatuh dalam penyelewengan mengemukakan sejumlah contoh yang
kekuasaan. yang mengungkapkan cukup meluasnya
Migai Akech dalam penelitiannya tindakan korupsi di bawah
berpendapat bahwa korupsi di pemerintahan Hindia Belanda, yang
pemerintah Kenya sebagian besar mana penyebab utamanya ialah tingkat
merupakan masalah kelembagaan, gaji yang sangat rendah. Karena
bukan masalah budaya. Ini atribut menerima gaji yang sangat rendah,
seperti korupsi ke dominasi kekuasaan orang-orang yang bekerja pada kompeni
sewenang-wenang, terutama dalam Belanda sangat mudah tergoda untuk
perintah undang-undang (sebagai lawan menerima imbalan tambahan dari
konstitusional). Perintah hukum organisasi-organisasi pribumi yang
memberikan kekuasaan eksekutif, lemah. Hanya saja, karena banyak dari
legislatif, dan yudisial yang luas tanpa bentuk-bentuk korupsi yang terjadi
membangun mekanisme prosedural ketika itu berlangsung dengan modus
yang efektif untuk membatasi latihan operandi yang belum dikenal
mereka. penyalahgunaan kekuasaan dan sebelumnya, ia cenderung mendapat
korupsi di Kenya dapat dikaitkan nama yang cukup sopan dan dipandang
dengan tidak adanya prinsip dan sebagai perbuatan legal. Tindakan
mekanisme pengaturan yang efektif. korupsi yang berlangsung sejak 1800-an
Buruknya sistem kendali diri juga tersebut, semakin meluas setelah
membuat koruptor terjebak dalam terjadinya peralihan kekuasaan ke
keserakahan. Mereka terus menuruti tangan gubernur jendral Belanda.
pikiran bawah sadar yang menuntut Penyebabnya yaitu peruahan sistem
meraih semua peluang dan menimbun pembayaran terhadap aristokrat
segala sumber daya yang bisa diraih pribumi. Pembayaran terhadap
dari peluang itu meski sudah berlebih aristokrat pribumi tersebut oleh
memilikinya. kompeni dilakukan dengan memberikan
Masalah korupsi pernah menjadi upeti, oleh gubernur jendral Belanda
topik perdebatan yang cukup hangat diganti dengan memberi gaji. Hal
dalam sejarah Indonesia. Hal ini tersebut berdampak pada aristokrat
bermula dari pernytaan Furnivall, pribumi terpaksa menggunakan cara-
sebagaimana yang dikemukakan oleh cara yang tidak sah jika mereka ingin
Smith (Lubis dan Scott, 1990) mempertahankan taraf hidup yang
menyatakan bahwa Indonesia di masa sudah menjadi kebiasaanya.
kolonial sama sekali bebas korupsi. Jika
Raden Imam Al Hafis PUBLIKa, Vol 3, No. 1 Hal. 80-88 (2017)
Moris Adidi Yogia

Kesimpulan dan Saran Referensi


Dari pembahasan diatas dapat Alatas, Syed Hussein. (1990).
ditarik kesimpulan bahwa penyebab Corruption: Its Nature, Causes
terjadinya penyalahgunaan kekuasaan and Consequences Aldershot,
sehingga berakibat pada korupsi yang Brookfield, Vt.: Avebury.
merjalela diantaranya a. Bahwa Ananta Pramoedya Toer. (2002).
punishment yang dirasakan dari hasil Korupsi. Jakarta: Hasta Mitra.
penyalahgunaan kekuasaan relatif lebih Arsyad Sanusi (2009). Relasi Antara
ringan dibanding dengan manfaat yang Korupsi dan Kekuasan. Jurnal
dirasakannya. b. Penyalahgunaan Konstitusi; Vol 6 Nomor 2.
kekuasaan bisa diakali dan direkayasa Azra, A. (2002). Korupsi dalam
dalam bentuk wujud fisik perspektif good
pertanggungjawaban. c. Untuk governance. Indonesian Journal
mendapatkan kekuasaan memerlukan of Criminology, 2(1).
modal materi yang cukup besar, Azyumardi Azra. (2002). KORUPSI
sehingga begitu kekuasaan melakat DALAM PERSPEKTIF GOOD
pada dirinya tentu yang bersangkutan GOVERNANCE. Jurnal
berusaha untuk mengembalikan modal Kriminologi Indonesia Vol. 2 No.
awal plus keuntungan yang besar. d. I. : 31 - 36
Tidak baiknya sistem check and balance Laporan Akhir Tahun Indonesia
dalam sistem pemerintahan. Coruption Watch. Antikorupsi.
Oleh karena itu, penulis 2015
menyarankan: a. Meninjau kembali Laporan Akhir Tahun Indonesia
punishment yang diberikan kepada Coruption Watch. Antikorupsi.
mereka yang melakukan 2016
penyalahgunaan kekuasan yang Laporan Akhir Tahun Indonesia
merugikan negara, sehingga ada efek Coruption Watch. Antikorupsi.
jera yang dirasakan. b. Pemeriksaan 2017
terhadap LPJ yang dilakukan oleh setiap Lubis, Mochtar dan James C. Scott,
instansi harus dilakukanan secara 1990. Korupsi Politik, Jakarta:
mendetail sehingga celah/ruang mereka Yayasan Obor Indonesia
yang ingin melakukan penyalhgunaan Migai Akech. (2011). Abuse of Power
kekuasaan dapat terminimalisir. c. and Corruption in Kenya: Will the
Mengurani biaya politik sebelum New Constitution Enhance
menjabat sebagai pejabat publik atau Government Accountability.
wakil rakyat, sehingga tidak ada rasa Indana Journal of Legal Studies.
untuk mengembalikan uang yang telah Vol 18 Issue 1.
digunakan dalam biaya politik sebelum Revrisond Baswir. (2002). DINAMIKA
menjabat. d. Memperkuat sistem check KORUPSI DI INDONESIA:
and balance dalam sistem pemerintah, DALAM PERSPEKTIF
sehingga bisa saling mengontrol dan STRUKTURAL. Jurnal
memberikan teguran terhadap Universitas Paramadina Vol.2 No.
pelanggaran yang terjadi. 1: 25-34
Raden Imam Al Hafis PUBLIKa, Vol 3, No. 1 Hal. 80-88 (2017)
Moris Adidi Yogia

Rose-Ackerman, Susan. (1999).


Corruption and Government:
Causes, Cosequences, and
Reform, Cambridge, UK:
Cambridge University Press.
Serena Chen, Lee-Chai, Annette Y.,
John A Bargh. (2001).
Relationship orientation as a
moderator of effects of social
power. Journal of Personalityand
Social Psychology, Vol 80 (2),
173-187.
Sundarso, dkk. (2015). Teori
Administrasi. Banten, Universitas
Terbuka.
Rahardjo, M. D., & Marzuki, S. (1999).
Orde Baru dan Orde Transisi:
wacana kritis atas penyalahgunaan
kekuasaan dan krisis ekonomi.
Universitas Islam Indonesia (UII)
Press. Yogyakarta.
Thontowi, J. (2016). Urgensi Undang-
Undang Pelayanan Publik dan
Pencegahan Fungsi Diskresi untuk
Penyalahgunaan
Kekuasaan. UNISIA, (49), 316-
330.
Ardi, H., & Wahyuningsih, S. E.
(2017). Penegakan Hukum Bagi
Pegawai Negeri Sipil Dalam
Hubungannya Dengan Perbuatan
Pidana. Studi Koordinasi Antara
Penegak Hukum dengan
Pemerintah Kabupaten
Kendal. Jurnal Hukum Khaira
Ummah, 12(3), 573-584.

Anda mungkin juga menyukai