Anda di halaman 1dari 233

LAPORAN AKHIR

Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

PROGRES KESELURUHAN
KEGIATAN

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2-1


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

A. PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT

1. Konsepsi Pengaturan Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Jasa


Konstruksi

a. Urgensi dan Tujuan Penyusunan

Undang-undang Nomor 02 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi yang diundangkan


pada tanggal 12 Januari 2017 telah terbit menggantikan Undang-undang Nomor
18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Salah satu amanat dari Undang-undang
Nomor 02 tahun 2017 yaitu perlu menyusun Peraturan Pemerintah sebagai
pelaksana dari UU tersebut untuk mengisi kekosongan hukum dan memberi
kepastian kepada masyarakat. Beberapa hal yang menjadi urgensi penyusunan
rancangan peraturan pemerintah adalah:

1) Perlu ditetapkan landasan penyelenggaraan pembinaan yang dilakukan oleh


Pemerintah dan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung
jawab;

2) Perubahan Struktur Usaha Jasa Konstruksi yang memperhatikan standar


Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dimana usaha jasa konstruksi dibagi
berdasarkan Central Product Classification (CPC). CPC menganut bidang
usaha berdasarkan produk bukan ilmu yang dikembangkan di perguruan tinggi
yang lebih cocok untuk pembagian dunia profesi dan rumusan yang kurang
efektif mengenai ketentuan bidang/sub-bidang usaha, klasifikasi/kualifikasi
badan usaha dan tenaga kerja.

3) Pengaturan mengenai kelembagaan pengembangan jasa konstruksi


memerlukan penyesuaian terkait aspek pengembangan prosedur, terutama
dalam memperjelas kualitas akuntabilitas dan pembagian peran diantara para
pemangku kepentingan di jasa konstruksi. Selain itu juga Pemerintah harus
concern mengenai keberadaan tenaga kerja konstruksi asing yang melakukan
pekerjaan konstruksi di Indonesia. Hal ini tentunya menjadi perhatian bersama
untuk menata kembali tata niaga jasa konstruksi, terutama pengaturan
mengenai pasar yang bisa diakses oleh pelaku jasa konstruksi asing serta
tenaga kerja yang terlibat.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2-2


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

4) Selain dikarenakan adanya amanat baru dalam UU Nomor 02 tahun 2017,


pengaturan dalam PP 29 Tahun 2000 belum menyentuh kenyataan bahwa
penyelenggaraan jasa konstruksi bukan hanya perencanaan, penyelenggaraan
jasa konstruksi, dan pengawasan, tetapi sudah berkembang berdasarkan
product life cycle, mulai dari tahapan perencanaan, perancangan,
pengadaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta demolisi;

5) Peningkatan jumlah peristiwa kegagalan bangunan menunjukkan sangat


mendesaknya pengaturan terkait kualitas konstruksi dan tanggung jawab para
pihak, baik penyedia maupun pengguna jasa. Pengaturan terkait hal ini harus
didefinisikan kembali dengan jaminan kepastian hukum.

6) Pengaturan sanksi yang masih dirasa belum disesuaikan dengan norma yang
mengatur kewajiban dan larangan dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi

Selanjutnya peraturan pemerintah ini bertujuan untuk:

1) menjadi rujukan dalam rangka kegiatan usaha jasa konstruksi;

2) menjadi pedoman dalam penyelenggaraan jasa konstruksi;

3) menjadi pedoman baik bagi pusat dan daerah dalam penyelenggaraan


pembinaan jasa konstruksi;

4) meningkatkan perekonomian masyarakat;

5) mengendalikan kegiatan usaha jasa konstruksi;

6) menjadikan usaha jasa konstruksi sebagai salah satu pendukung untuk


pembangunan nasional; dan

7) mendorong partisipasi masyarakat

b. Sasaran yang Ingin Diwujudkan

Sasaran kondisi atau keadaan yang ingin dicapai dengan tersusunnya Peraturan
Pemerintah pelaksana Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
adalah:

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2-3


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

1) memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk


mewujudkan struktur usaha kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa
Konstruksi berkualitas;

2) meningkatnya peran dan partisipasi masyarakat dalam jasa konstruksi;

3) meningkatnya peran pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pembinaan


jasa konstruksi;

4) terbukanya akses informasi yang menjadi kemudahan bagi masyarakat dalam


berpartisipasi dalam usaha jasa konstruksi;

5) Struktur Usaha Jasa Konstruksi yang dapat menjanjikan kepastian hukum dan
kepastian usaha di bidang Jasa Konstruksi;

6) terwujudnya ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin


kesetaraan kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

7) terwujudnya sistem penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang mampu


mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan kenyamanan lingkungan
terbangun;

8) terjaminnya tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik; dan

9) terciptanya integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa


Konstruksi.

c. Pokok Pikiran, Lingkup, atau Objek yang Diatur

Substansi yang akan diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Jasa Konstruksi
adalah sebagai berikut:

BAB JUDUL BAB SUBTANSI PASAL AMANAT


mengatur tentang definisi dan
I KETENTUAN UMUM ruang lingkup serta asas dan
tujuan
II USAHA JASA KONSTRUKSI
Bagian Kesatu: Umum

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2-4


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

BAB JUDUL BAB SUBTANSI PASAL AMANAT

Mengatur mengenai struktur usaha


jasa konstruksi, yang terdiri dari:
Bagian Kedua :
- Jenis
Struktur Usaha Jasa Pasal 18
- Sifat
Konstruksi
- Klasifikasi
- Subkualifikasi Layanan Usaha
Mengatur mengenai Kriteria resiko dan
Bagian Ketiga : besaran biaya usaha orang
Pasal 25
Segmentasi Pasar perseorangan, badan usaha kualifikasi
kecil, besar, dan menengah
mengatur mengenai persyaratan
dalam usaha jasa konstruksi, yang
meliputi:
- Tanda daftar usaha
Bagian Keempat:
perorangan dan izin usaha
Persyaratan Usaha Pasal 27
- Sertifikat Badan Usaha
Jasa Konstruksi
- Tanda Daftar Pengalaman Pasal 28
- Kinerja Peneyedia Jasa
- Usaha Rantai Pasok Sumber
Daya Jasa Konstruksi
Bagian Kelima: Mengatur mengenai syarat
Badan Usaha Jasa dan tata cara untuk BUJKA
Konstruksi Asing dan Asing dan Usaha Perorangan Pasal 34
Usaha Perseorangan Asing yang ingin dan akan
Jasa Konstruksi Asing bekerja di Indonesia
Bagian Keenam:
Usaha Penyediaan Pasal 36 (5)
Bangunan
Mengatur mengenai pelaksanaan
Bagian Ketujuh: pengembangan usaha
Pengembangan Usaha berkelanjutan melalui penilaian
Berkelanjutan kinerja penyedia jasa oleh Asosiasi
Badan Usaha Jasa Konstruksi
III PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
Bagian Kesatu : Mengatur mengenai lingkup umum
Umum Penyelenggaaran jasa konstruksi
Mengatur tahapan pelaksanaan
kegiatan perencanaan, yang terdiri
Bagian Kedua :
dari:
Perencanaan
- Identifikasi kebutuhan
- Penilaian kelayakan pekerjaan
Mengatur mengenai
pendelegasian pengaturan tata
Bagian Ketiga:
cara persiapan yang akan diatur
Persiapan
lebih lanjut dalam Peraturan
Presiden

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2-5


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

BAB JUDUL BAB SUBTANSI PASAL AMANAT


Mengatur mengenai tata cara
pelaksanaan pengadaan untuk:
Bagian Keempat: - Sumber pembiayaan dari
Pemilihan keuangan negara;
- Sumber pembiayaan diluar
dari keuangan negara
Mengatur mengenai tata cara
Pelaksanaan Pekerjaan. Yang
terdiri dari: (mencakup pengaturan
tentang tenaga kerja kontruksi
Bagian Kelima:
bersertifikat)
Pelaksanaan
- Inisiasi proyek
Pekerjaan
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Pengawasan
- Penyelesaian Pekerjaan
Bagian Keenam: Mengatur mengenai norma serah
Serah terima terima hasil pekerjaan
Bagian Ketujuh:
Operasi,
Pemeliharaan, dan
Pembongkaran/Pemba
ngunan Kembali
Bagian Kedelapan: Mengatur mengenai:
Keamanan, Kesehatan, - Standar K4
Keselamatan, dan - Kegagalan Bangunan Pasal 67 ayat (2)
Keberlanjutan - Penilai Ahli
Konstruksi - Keberlanjutan Konstruksi
Bagian Kesembilan: Mengatur mengenai:
Kontrak dan - Kontrak Kerja Konstruksi
Penyelesaian - Penyelesaian Sengketa dan
Sengketa Dewan Sengeketa
SUMBER DAYA
IV
KONSTRUKSI
Bagian Kesatu: Mengatur mengenai:
Tenaga Kerja - Klasifikasi dan Kualifikasi
Konstruksi - Pelatihan Konstruksi berbasis
Komepetensi
- Sertifikasi Kompetensi Kerja
- Registasi Pengalaman
Profesional
- Remunerasi Tenaga Kerja
Konstruksi
- Tenaga Kerja Konstruksi Asing
- Tanggung jawab Profesi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2-6


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

BAB JUDUL BAB SUBTANSI PASAL AMANAT

Mengatur mengenai:
Bagian Kedua: - Pengembangan rantai pasok
Material, Peralatan dan sumber daya konstruksi
Teknologi - Peningkatan teknologi
produksi dalam negeri
mengatur tentang kontrak
KONTRAK DAN pekerjaan konstruksi dan prosedur
VI PENYELESAIAN penyelesaian sengketa yang
SENGKETA terjadi dalam pelaksanaan kontrak
kerja konstruksi

PEMBINAAN JASA
V
KONSTRUKSI

Bagian Kesatu: Mengatur mengenai:


Tugas dan - Tugas (penetapan dan
Kewenangan penyelenggaraan kebijakan)
Pemerintah Pusat - Pemantauan dan Evaluasi
Mengatur mengenai:
- Tugas Pemerintah Provinisi
Bagian Kedua:
sebagai wakil Pemerintah
Tugas dan
Pusat
Kewenangan
- Tugas Provinsi dan
Pemerintah Provinsi
Kabupaten/Kota sebagai
dan Kabupaten/Kota
daerah otonom
- Pemantauan dan Evaluasi
Bagian Ketiga:
Pendanaan
Bagian Keempat:
Pengawasan
Bagian Kelima:
Pelaporan
PARTISIPASI
VI
MASYARAKAT
Mengautr mengenai:
- Partisipasi dalam
penyelenggaraan jasa
Bagian Kesatu: konstruksi
Partisipasi Masyarakat - Pasrtisipasi dalam
Umum memberikan masukan
kebijakan kepada pemerintah
- Mekanisme penanganan
pengaduan masyarakat
Bagian Kedua: Mengatur mengenai:
Partisipasi Masyarakat - Lembaga
Jasa Konstruksi - Forum Jasa Kosntruksi
SISTEM INFORMASI
VII
JASA KONSTRUKSI

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2-7


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

BAB JUDUL BAB SUBTANSI PASAL AMANAT


Mengatur mengenai:
- Data yang berkaitan tugas dan
Bagian Kesatu: wewenang
Jenis dan Informasi - Data yang berkaitan tugas
Jasa Konstruksi pembinaan
- Data yang berkaitan tugas
layanan masyarakat
Mengatur mengenai:
- Proses bisnis dan Piranti
Lunak
Bagian Kedua: - Piranti keras dan Jaringan
Pengelolaan Sistem - Operasional dan pemeliharaan
Informasi Jasa sistemn informasi
Konstruksi - Pengelolaan data dan
Informasi
- Dukugan teknis
- Pembiayaan
Mengatur mengenai:
Bagian Ketiga:
- Koordinasi penyediaan data
Koordinasi, Kerjasama
dan informasi
serta Pemantauan dan
- Kerjasama pertukaran data
Evaluasi
- Pemantauan dan evaluasi
TATA CARA
VIII PENGENAAN SANKSI
ADMINISTRATIF
KETENTUAN PERALIHAN
KETENTUAN
XI (tahapan pemenuhan persyaratan
PERALIHAN
penyelenggaraan konstruksi)
KETENTUAN
X KETENTUAN PENUTUP
PENUTUP

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2-8


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

d. Jangkauan serta Arah Pengaturan

Target pemberlakuan dari Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Jasa Konstruksi


adalah:

1) Pembina Jasa Konstruksi Pusat dan Daerah, untuk menciptakan ketertiban


penyelenggaraan dan memberikan arah pengembangan jasa konstruksi;

2) Pengguna Jasa (K/L/D/I dan masyarakat), untuk menciptakan iklim usaha jasa
konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan
kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3) Penyedia Jasa (pekerjaan konsultansi dan pekerjaan konstruksi), untuk


menciptakan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin
kesetaraan kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan menjamin tersedianya
pasar jasa konstruksi untuk melindungi dan mendukung pertumbuhan
penyedia jasa;

4) Instansi pemeriksa pengelolaan keuangan negara, untuk terjaminnya tata


kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik;

5) Masyarakat, untuk terwujudnya masyarakat yang patuh dan peduli terhadap


sistem penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan
keselamatan publik dan menciptakan kenyamanan lingkungan terbangun.

B. IDENTIFIKASI OUTPUT DIREKTORAT TERHADAP CAPAIAN RENTRA


KEMENTERIAN PUPR

1. Struktur Organisasi DBKPK

Tugas dari Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi adalah


melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kompetensi dan produktivitas konstruksi.

Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas


Konstruksi menyelenggarakan fungsi:

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2-9


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang standar, penerapan, pengembangan


kompetensi profesi jasa konstruksi, dan produktivitas konstruksi;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang standar, penerapan, pengembangan
kompetensi profesi jasa konstruksi, dan produktivitas konstruksi;
c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
standar, penerapan, pengembangan kompetensi profesi jasa konstruksi, dan
produktivitas konstruksi;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang standar, penerapan,
pengembangan kompetensi profesi jasa konstruksi, dan produktivitas
konstruksi;
e. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang standar, penerapan,
pengembangan kompetensi profesi jasa konstruksi, dan produktivitas
konstruksi; dan
f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Gambar Struktur Organisasi Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Permen PUPR 15/PRT/M/2015

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 10


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

a. Bisnis Proses Manajemen DBKPK

Sesuai amanat undang undang RI no. 2/ 2017 tentang Jasa Konstruksi, Rencana
Strategis Dirjen Bina Konstruksi 2015 – 2019 dan Permen PUPR no
15/PRT/M/2015 tentang organisasi dan tata kerja, maka ketiga instrumen ini
merupakan input dari rangkaian proses yang akan dilaksanakan di dalam tubuh
organisasi Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi (DBKPK).
Proses internal direktorat yang sehari hari dilaksanakan sesuai tugas dan fungsi
yang dijelaskan dalam bab A.1 di atas yang dilaksanakan oleh 4 sub direktorat dan
1 sub bagian Tata Usaha, semuanya bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
SDM konstruksi berupa standar kompetensi kerja dan program pelatihan berbasis
kompetensi sebagai output dari proses kinerja yang ada di DBKPK.

Gambar : Pemetaan Bisnis Proses DBKPK

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 11


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Kegitan pembinaan kompetensi dan produktivitas konstruksi bertujuan untuk


meningkatkan SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten yang ditunjukkan
dengan meningkatnya presentase SDM tiap tahunnya.

Gambar : Interaksi Proses DBKPK

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Sebagai indikator meningkatnya SDM penyedia jasa konstruksi, maka di Rencana


Strategis diberikan penjabaran 2 output sebagai berikut :

1. Ketersediaan pengaturan pembinaan kompetensi dan Produktivitas Konstruksi


dalam draft NSPK sebanyak 26 tiap tahunnya dan 155 tiap 5 tahun

2. Terlaksananya pemantauan dan evaluasi kompetensi dan Produktivitas Kerja


Konstruksi yang ditandai dengan jumlah profil sebanyak 3 tiap tahunnya dan
15 profil pada akhir tahun ke 5.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 12


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Gambar : Indikator Proses di DBKPK

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 13


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

b. Program Kegiatan Tahun 2017

Rencana kegiatan Direktorat Bina Komptensi dan Produktivitas Konstruksi (DBKPK) menangani 29 paket kegiatan dengan,
dengan total pagu anggaran Rp. 28.471.000.000,- Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai berikut :

Tabel Rencana Kegiatan Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2017

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
I STANDAR DAN MATERI 9,970,342,000
KOMPETENSI
A Seksi Standar Kompetensi

1 Penyusunan SKKNI: K Maksud: kegiatan RSKKNI Stakeholder, Untuk Pelatihan 2,925,265,000


1. Bidang Keahlian Teknik ini adalah untuk Bidang Asosiasi Berbasis
Pantai menyiapkan Keahlian Profesi, Kompetensi,
2. Bidang Keahlian Teknik bakuan Teknik Pantai, Lembaga Sertifikasi Profesi
Rawa kompetensi Bidang Sertifikasi,
3. Ahli Hidrolika sebagai acuan Keahlian Lembaga
4. Ahli Geologi pelatihan dan uji Teknik Rawa, Pelatihan,
5. Mandor Bangunan kompetensi Ahli Hidrolika, Industri
Bendungan tenaga kerja Ahli Geologi,
6. Mandor Pekerjaan Drainase konstruksi Mandor
7. Operator Grouting Bangunan
8. Operator Hydraulic Hammer Tujuan: pekerjaan Bendungan,
Breaker ini adalah Mandor
9. Operator Pile Drive Hammer menyiapkan Pekerjaan
10. Operator Ripper Tractor RSKKNI Drainase,
Operator
Grouting,
Operator

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 14


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
Hydraulic
Hammer
Breaker,
Operator Pile
Drive Hammer,
Operator
Ripper Tractor

2 Diseminasi Penyusunan S Maksud : kegiatan Tenaga Stakeholder, Untuk Penyusunan 557,270,000


Standar, Materi Kompetensi, ini adalah untuk penyusun dan Asosiasi SKKNI, Materi
dan Verifikasi Standar mengupdate verifikator Profesi, Kompetensi, dan
pengetahuan Standar dan Lembaga verifikasi Standar
pokja penyusun Materi Sertifikasi,
SKKNI dan materi kompetensi Lembaga
pelatihan terkait yang Pelatihan,
tata cara kompeten Industri
penyusunan
SKKNI dan materi
kompetensi, serta
tata cara verifikasi
standar

Tujuan :
pekerjaan ini
adalah Pokja

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 15


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
penyusun SKKNI
dan materi
kompetensi
menjadi perumus
dalam
pengembangan
standar dan
materi kompetensi

3 Monitoring dan Evaluasi S Maksud : kegiatan Laporan Stakeholder, Untuk Penyusunan 512,791,000
Substansi Standar dan Materi ini adalah untuk Monitoring dan Asosiasi dan revisi Materi
Pelatihan Konstruksi memperoleh Evaluasi Profesi, Kompetensi,
informasi Lembaga Pelatihan Berbasis
mengenai Sertifikasi, kompetensi,
penggunaan Lembaga Sertifikasi Profesi
materi pelatihan di Pelatihan,
lapangan, serta Industri
mendapatkan
masukkan dari
stakeholder terkait
substansi materi
pelatihan
konstruksi

Tujuan :
pekerjaan ini
adalah melakukan
monitoring dan
evaluasi kepada

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 16


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
pengguna materi
pelatihan
konstruksi dan
stakeholder yang
mempunyai
materi pelatihan di
sektor jasa
konstruksi

B Seksi Materi Kompetensi

4 Penyusunan Materi K Maksud : kegiatan Materi Stakeholder, Untuk Pelatihan 2,339,229,000


Kompetensi: ini adalah untuk kompetensi di Asosiasi Berbasis kompetensi,
1. Ahli Teknik Sumber Daya Air memberdayakan bidang Profesi, Sertifikasi Profesi
(Pelaksanaan) tenaga kerja Pelaksanaan Lembaga
2. Ahli Teknik Sumber Daya Air konstruksi yang Sumber Daya Sertifikasi,
(Pengawasan) kompeten dan ter- Air, Lembaga
3. Ahli Teknik Bendungan Besar standar Pengawasan Pelatihan,
(Pelaksanaan) Sumber Daya Industri
4. Ahli Teknik Bendungan Besar Tujuan : Air,
(Pengawasan) pekerjaan ini Pelaksanaan
5. Operator Bore Pile adalah Teknik
menyiapkan Bendungan
materi Besar,
Kompetensi yang Pengawasan
terdiri dari IUK, Teknik
KPBK, dan MUK Bendungan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 17


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
Pelaksanaan Besar,
Sumber Daya Air, Operator Bore
Pengawasan Pile
Sumber Daya Air,
Pelaksanaan
Teknik
Bendungan
Besar,
Pengawasan
Teknik
Bendungan
Besar, Operator
Bore Pile
5 Penyusunan Modul 4 S Maksud: kegiatan Materi Stakeholder, Untuk Pelatihan 984,224,000
Area/Jabatan Kerja: ini adalah kompetensi di Asosiasi Berbasis kompetensi,
1. Bidang Pemasangan Baja memberdayakan bidang Mandor Profesi, Sertifikasi Profesi
Ringan tenaga kerja Pasang Baja Lembaga
2. Mandor Tukang Pasang konstruksi yang Ringan; Sertifikasi,
Beton Precast kompeten dan ter- Tukang Lembaga
3. Mekanik Alat Berat standar Pasang Baja Pelatihan,
4. Operator Road Roller Ringan; Industri
Tujuan: pekerjaan Tukang
ini adalah Precast;
menyiapkan Mekanik Alat
materi kompetensi Berat; dan
yang terdiri dari Operator Road
IUK, KPBK, dan Roller
MUK

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 18


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
6 Penyusunan Materi K Maksud: kegiatan Materi Stakeholder, Untuk Pelatihan 2,651,563,000
Kompetensi: ini adalah kompetensi di Asosiasi Berbasis kompetensi,
1. Ahli Teknik Bangunan memberdayakan bidang Ahli Profesi, Sertifikasi Profesi
Gedung (Pelaksanaan) tenaga kerja Teknik Lembaga
2. Ahli Teknik Bangunan konstruksi yang Bangunan Sertifikasi,
Gedung (Pengawasan) kompeten dan ter- Gedung Lembaga
3. Ahli Teknik Jalan standar (Pelaksanaan); Pelatihan,
(Pelaksanaan) Ahli Teknik Industri
4. Ahli Teknik Jalan Tujuan: pekerjaan Bangunan
(Pengawasan) ini adalah Gedung
5. Operator Launching Girder menyiapkan (Pengawasan);
6. Operator Concrete Paver materi kompetensi Ahli Teknik
7. Operator Dump Truck yang terdiri dari Jalan
IUK, KPBK, dan (Pelaksanaan);
MUK Ahli Teknik
Jalan
(Pengawasan);
Operator
Launching
Girder;
Operator
Concrete
Paver; dan
Operator
Dump Truck
II PENERAPAN KOMPETENSI 3,763,083,000

A Seksi Standar dan Pedoman

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 19


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
1 Penyusunan SKKNI: K Maksud : untuk RSKKNI Ahli Ditjen Bina Tercipta pembinaan
1. Ahli Teknik Elektrikal menyiapkan Teknik Konstruksi - tenaga kerja 800,000,000
2. Ahli Sistem Manajemen Mutu Standar Elektrikal; dan Kemen. konstruksi yang
Konstruksi Penerapan Ahli Sistem PUPR, selaras dan
Kompetensi Manajemen Pemerintah berkesinambungan
Konstruksi Mutu Daerah, antara pusat dan
bakuan Konstruksi Asosiasi daerah.
kompetensi Perusahaan
sebagai acuan dan Profesi
pelatihan dan uji
kompetensi
tenaga kerja
konstruksi.

Tujuan :
menyiapkan
Rancangan
Standar
Kompetensi Kerja
Nasional
Indonesia
(RSKKNI), pada
suatu jabatan
kerja tertentu di
sektor konstruksi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 20


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
2 Bantek Penerapan Kompetensi S Maksud: Hasil Bantek Ditjen Bina Bantek Penerapan
Konstruksi Menyelenggaraka Penerapan Konstruksi - Kompetensi 406,123,000
n Bantek untuk Kompetensi Kemen.PUPR Konstruksi
penerapan Konstruksi , Balai memberikan
kompetensi, Pembina informasi dan
khususnya untuk Jasa pemahaman
sosialisasi Konstruksi, mengenai peraturan
Permen No.24 Pembina jasa atau kebijakan yang
Tahun 2014 konstruksi terkait penerapan
daerah kompetensi pada
Tujuan: pembina jasa
Terlaksananya konstruksi.
Bantek
Penerapan
Kompetensi
Konstruksi
B Seksi Pemantauan dan
Evaluasi
3 Monitoring Penerapan S Maksud: Hasil Ditjen Bina Data hasil monitoring
Pembinaan Kompetensi Melaksanakan monitoring Konstruksi - penerapan 898,073,000
Konstruksi monitoring ke penerapan Kemen kompetensi dapat
beberapa kompetensi PUPR, LPJK, digunakan sebagai
stakeholder terkait konstruksi USTK, evaluasi bagi
penerapan berupa Lembaga penyusunan SKKNI
kompetensi evaluasi dan Pelatihan, dan penerapan
(SKKNI) antara rekomendasi Pengguna kompetensi kontruksi
lain USTK, bagi Jasa
Lembaga pembinaan
Pelatihan, dan tenaga kerja
Perusahaan konstruksi
Konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 21


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
Tujuan: Mendapat
potret mengenai
penerapan
kompetensi
khususnya
penerapan SKKNI

4 Penyusunan Profil Kualifikasi S Maksud: Profil Ditjen Bina Profil terkait


dan Klasifikasi Tenaga Kerja Menyusun Profil Kualifikasi dan Konstruksi - klasifikasi dan 572,112,000
Konstruksi Kualifikasi dan Klasifikasi Kemen. kualifikasi tenaga
Klasifikasi Tenaga Tenaga Kerja PUPR, LPJK, kerja konstruksi ini
Kerja Konstruksi Konstruksi Asosiasi dapat digunakan
Profesi / sebagai data dan
Tujuan: Perusahaan, informasi mengambil
Tersedianya profil Lembaga kebijakan dalam
kualifikasi dan Pelatihan, pengembangan SDM
klasifikasi tenaga Lembaga konstruksi. Selain itu
kerja konstruksi Sertifikasi, profil ini juga
Tim Pembina bermanfaat dalam
Jakon Daerah penentuan level
kualifikasi dalam
sertfifikasi SDM
konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 22


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
5 Manajemen Pelaksanaan S Maksud: Laporan Direktorat Menjamin
Pembinaan Kompetensi Dan Melakukan Manajemen Bina pelaksanaan dan 1,086,775,000
Produktivitas Konstruksi evaluasi dan Pelaksanaan Kompetensi pencapaian Output
pengendalian Pembinaan dan Direktorat Bina
terhadap seluruh Kompetensi Produktivitas Kompetensi dan
program kerja Dan Konstruksi Produktivitas
ataupun kegiatan Produktivitas dan Konstruksi
yang Konstruksi stakeholder
dilaksanakan terkait
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas
Konstruksi

Tujuan:
1. Menyusun
instrumen tolak
ukur pemantauan
kinerja;
2. Melakukan
pemantauan
terhadap program
kerja Subdit;
3. Melakukan
evaluasi kegiatan
Subdit;
4. Pengumpulan
data;
5. Melakukan
analisa dan
pengolahan data;
6. Melaporkan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 23


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
hasil analisa;
7. Memberikan
saran dan
rekomendasi
kepada pimpinan

III PENGEMBANGAN PROFESI JASA KONSTUKSI 3,800,000,000

A Seksi Standarisasi Profesi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 24


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
1 Penyusunan SKKNI: K Maksud : untuk RSKKNI Stakeholder Sebagai penunjang
1. Operator Vibratory Roller menyiapkan Bidang Jasa dalam pembinaan 1,200,000,000
2. Operator Pneumatic Tire bakuan Keterampilan Konstruksi kompetensi dan
Roller kompetensi Operator peningkatan kualitas
3. Operator Tandem Roller sebagai acuan Vibratory tenaga kerja
pelatihan dan uji Roller, konstruksi Indonesia.
kompetensi Operator
tenaga kerja Pneumatic Tire
konstruksi. Roller, dan
Operator
Tujuan : Tandem Roller
menyiapkan
Rancangan
Standar
Kompetensi Kerja
Nasional
Indonesia
(RSKKNI), pada
suatu jabatan
kerja tertentu di
sektor konstruksi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 25


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
2 Diseminasi Permen PUPERA S Maksud : Agar Daftar Asosiasi Asosiasi Terlaksananya
tentang Pembinaan dan Peraturan Menteri dan jumlah Profesi dan peraturan Menteri 1,050,000,000
Pengembangan Kompetensi Pekerjaan Umum LPJKP yang LPJK terkait tentang
Profesi Jasa Konstruksi tentang akan Propinsi pengembangan
Pembinaan dan menerapkan keprofesionalan
Pengembangan Permen PU berkelanjutan
Kompetensi tentang
Profesi Jasa pengembanga
Konstruksi ini n
dapat keprofesionala
dilaksanakan dan n
dimengerti oleh berkelanjutan
semua pihak.

Tujuan : Untuk
menyosialisasikan
Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Rakyat tentang
Pembinaan dan
Pengembangan
Kompetensi
Profesi Jasa
Konstruksi.
B Seksi Penyetaraan
Kompetensi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 26


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
3 Fasilitasi Mutual Recognition S Maksud : Agar Jumlah Tenaga Tenaga Ahli Agar tenaga ahli
Arrangements (MRA) on Tenaga Ahli Ahli yang yang telah Indonesia dapat 1,550,000,000
Engineering Services and Indonesia bisa teregister memiliki SKA bersaing dengan
Architectural Services teregister MRA on ACPE dan AA tenaga asing dalam
Architectural rangka MEA
services dan MRA
on Engineering
dalam rangka
menghadapi
MEA.

Tujuan : Sebagai
sarana sosialisasi
dan fasilitasi pada
Tenaga ahli
indonesia terkait
registrasi MRA
baik untuk arsitek
maupun
Engineering.
IV PRODUKTIVITAS 3,550,000,000

A Seksi Standar dan Pedoman

1 Penyusunan Kebijakan K Maksud : Rekomendasi Kementerian Tersedianya


Peningkatan Produktivitas Melakukan Kebijakan Teknis Terkait Kebijakan 1,000,000,000
Konstruksi analisis Peningkatan dan Peningkatan
kebutuhan Produktivitas Stakeholder Produktivitas
kebijakan Konstruksi Konstruksi yang

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 27


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
S Pembinaan Jasa mendukung
Sektor Konstruksi Konstruksi terciptanya Iklim 500,000,000
yang mendukung Usaha Produktif
tercapainya
Peningkatan
Produktivitas
Konstruksi
Nasional

Tujuan :
Tersedianya
rekomendasi
Kebijakan Sistem
Peningkatan
Produktivitas
Konstruksi dalam
Pembinaan
Konstruksi
Nasional
2 Penyusunan SKKNI: K Maksud : untuk Tersedianya Stakeholder Sebagai penunjang
1. Rumah Instan Sederhana menyiapkan RSKKNI Jasa dalam pembinaan 800,000,000
Sehat (RISHA) bakuan Rumah Instan Konstruksi kompetensi dan
2. Fasilitator Teknis dalam kompetensi Sederhana peningkatan kualitas
Pembangunan Infrastruktur sebagai acuan Sehat (RISHA) tenaga kerja
berbasis Masyarakat pelatihan dan uji dan Fasilitator konstruksi Indonesia.
kompetensi Teknis dalam
tenaga kerja Pembangunan
konstruksi. Infrastruktur
berbasis
Tujuan : Masyarakat
menyiapkan
Rancangan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 28


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
Standar
Kompetensi Kerja
Nasional
Indonesia
(RSKKNI), pada
suatu jabatan
kerja tertentu di
sektor konstruksi.

B Seksi Pemantauan dan


Evaluasi
3 Fasilitasi Pendampingan S Maksud : Laporan Kementerian Terbangunnya
Produktivitas Konstruksi Melakukan Fasilitasi Teknis Terkait kapasitas 1,250,000,000
fasilitasi Pendampingan dan Stakeholder dalam
peningkatan Produktivitas Stakeholder mengimplementasika
awareness Konstruksi Jasa n Sistem
Produktivitas Konstruksi Peningkatan
Konstruksi melalui terutama Produktivitas
kegiatan strategis Penyedia Konstruksi
dalam Jasa
mendukung Konstruksi
tercapainya
Peningkatan
Produktivitas
Konstruksi
Nasional

Tujuan :
Meningkatkan
kapasitas

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 29


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
pemahaman dan
pelaksanaan Jasa
Konstruksi
berbasis
Produktivitas

V TATA USAHA 7,387,575,000

1 Gaji dan Tunjangan S - - - -


1,171,573,000
2 Penyelenggaraan Operasional S Maksud: Dukungan Pegawai di Untuk memberikan
dan Pemeliharaan Perkantoran Terciptanya Layanan lingkungan dukungan layanan 3,214,000,000
kenyamanan kerja Operasional Direktorat operasional
dalam Perkantoran Bina perkantoran dalam
mendukung Kompetensi mendukung program
program kerja di dan kerja di lingkungan
lingkungan Produktivitas Direktorat Bina
Direktorat Bina Konstruksi Kompetensi dan
Kompetensi dan Produktivitas
Produktivitas Konstruksi
Konstruksi.
Tujuan:
memberikan
dukungan layanan
operasional
perkantoran di

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 30


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
lingkungan
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas
Konstruksi.

3 Perangkat Pengolah Data dan S Maksud: Perangkat Pegawai di Untuk memberikan


Komunikasi Terciptanya Pengolah Data lingkungan dukungan layanan 155,000,000
kenyamanan kerja dan Direktorat operasional
dalam Komunikasi Bina perkantoran dalam
mendukung Kompetensi mendukung program
program kerja di dan kerja di lingkungan
lingkungan Produktivitas Direktorat Bina
Direktorat Bina Konstruksi Kompetensi dan
Kompetensi dan Produktivitas
Produktivitas Konstruksi
Konstruksi.
Tujuan:
memberikan
dukungan layanan
operasional
perkantoran di
lingkungan
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 31


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
Konstruksi.

4 Peralatan dan Fasilitas S Maksud: Peralatan dan Pegawai di Untuk memberikan


Perkantoran Terciptanya Fasilitas lingkungan dukungan layanan 145,000,000
kenyamanan kerja Perkantoran Direktorat operasional
dalam Bina perkantoran dalam
mendukung Kompetensi mendukung program
program kerja di dan kerja di lingkungan
lingkungan Produktivitas Direktorat Bina
Direktorat Bina Konstruksi Kompetensi dan
Kompetensi dan Produktivitas
Produktivitas Konstruksi
Konstruksi.
Tujuan:
memberikan
dukungan layanan
operasional
perkantoran di
lingkungan
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 32


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
Konstruksi.

5 Pembinaan Internal S -
Kepegawaian - - - 318,600,000
6 Bintek/Pendampingan S -
Penyusunan, Perencanaan, - - - 183,484,000
Program Dan Anggaran &
Evaluasi Tahunan Ta. 2017
7 Pelaksanaan Manajemen S Maksud: - Laporan - Direktorat Untuk memberikan
Keuangan dan Perkantoran menyusun dan Sistem Bina informasi terkait 177,832,000
menerapkan Akuntansi Kompetensi perencanaan,
mekanisme Keuangan dan pelaksanaan dan
pelaporan Pemerintah Produktivitas evaluasi Keuangan
Keuangan dan (SAKPA) Konstruksi dan Barang Milik
Barang Milik - Laporan - Direktorat Negara di lingkungan
Negara dalam Barang Milik Jenderal Bina Direktorat Bina
penyelengaraan Negara (BMN) Konstruksi Kompetensi dan
pemerintahan - Produktivitas
yang menjadi Kementerian Konstruksi
tugas fungsi Pekerjaan
Direktorat Bina Umum dan
Kompetensi dan Perumahan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 33


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
Produktivitas Rakyat
Konrtsuksi.
Tujuan:
menyusun
laporan Keuangan
dan Barang Milik
Negara di
lingkungan
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas
Konrtsuksi.

8 Pengumpulan Data dan S -


Informasi - - - 400,525,000
9 Koordinasi Penerapan Sistem S Maksud: Laporan Direktorat Untuk memenuhi
Manajemen Mutu (SMM) melaksanakan Penerapan Bina standar mutu yang 344,300,000
Koordinasi Sistem Kompetensi merupakan salah
Penerapan Manajemen dan satu indikator kinerja
Sistem Mutu (SMM) Produktivitas Direktorat Bina
Manajemen Mutu Direktorat Bina Konstruksi Kompetensi dan
di lingkungan Kompetensi Produktivitas
Direktorat Bina dan Konstruksi
Kompetensi dan Produktivitas
Produktivitas Konstruksi
Konstruksi untuk
mengakomodasi
semua sistem
terkait dengan
penjaminan mutu
seluruh proses
kegiatan yang

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 34


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
dilaksanakan.
Tujuan:
memenuhi
standar mutu
yang merupakan
salah satu
indikator kinerja
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas
Konstruksi

10 Reformasi Birokrasi S Maksud: 1) Bintek Seluruh Pelaksanaan


terwujudnya Kesatkeran pegawai di Reformasi Birokrasi 395,575,000
pemerintahan dan Verifikator lingkungan bermanfaat bagi
yang baik (good 2) Bintek Direktorat seluruh pegawai di
governance) Hukum Bina lingkungan Direktorat
terhadap Kontrak dan Kompetensi Bina Kompetensi dan
kelembagaan Penyusunan dan Produktivitas
(organisasi), Dokumen Produktivitas Konstruksi agar
ketatalaksanaan Kontrak Konstruksi dapat benar-benar
(business 3) Bintek ditempatkan sesuai
process), dan Pengadaan dengan
yang paling utama Barang dan kompetensinya dan
adalah Jasa dapat mendukung
sumberdaya Pemerintah kebutuhan
manusia aparatur. organisasi.
Tujuan:
peningkatan
kapasitas SDM di
lingkungan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 35


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas
Konstruksi,
khususnya dalam
hal tugas
Kesatkeran dan
Pengadaan
Barang dan Jasa
Pemerintah
11 Fasilitasi Koordinasi Internal S Maksud: Laporan - Pegawai di Terselenggaranya
Direktorat terwujudnya Fasilitasi lingkungan koordinasi internal di 781,686,000
sinkronisasi Koordinasi Direktorat lingkungan
program Internal Bina Direktorat Bina
Direktorat Bina Direktorat Kompetensi Kompetensi dan
Kompetensi dan dan Produktivitas
Produktivitas Produktivitas Konstruksi
Konstruksi dalam Konstruksi-
mendukung Narasumber
Program dari
Direktorat stakeholder
Jenderaal Bina terkait
Konstruksi.Tujuan
: terwujudnya
koordinasi internal
di lingkungan
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas
Konstruksi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 36


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Output /
K/ Ruang
NO Kegiatan Maksud / Tujuan Manfaat / Sasaran Anggaran
S Lingkup
Produk
12 Sistem Pelaporan secara S Maksud: Laporan e- - Direktorat Untuk memberikan
Elektronik (e-Monitoring) menyusun dan Monitoring Bina informasi terkait 100,000,000
menerapkan Direktorat Bina Kompetensi perencanaan,
mekanisme Kompetensi dan pelaksanaan dan
pemantauan dan dan Produktivitas evaluasi program
penilaian Produktivitas Konstruksi kerja di lingkungan
penyelengaraan Konstruksi - Direktorat Direktorat Bina
pemerintahan Jenderal Bina Kompetensi dan
yang menjadi Konstruksi Produktivitas
tugas fungsi - Konstruksi
Direktorat Bina Kementerian
Kompetensi dan Pekerjaan
Produktivitas Umum dan
Konrtsuksi. Perumahan
Tujuan: Rakyat
melakukan
pemantauan dan
penilaian
penyelengaraan
tugas fungsi
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas
Konrtsuksi.
TOTAL 28,471,000,000

a. Kontraktual K 11,716,057,00
0
b. Swakelola S 16,754,943,00
0

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 37


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Gambar Paket Kegiatan

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Pagu Kegiatan (Rupiah)

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

2. SUB DIREKTORAT STANDAR DAN MATERI KOMPETENSI

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 38


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

a. Tugas dan Fungsi


 Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan dan
evaluasi di bidang standar dan materi kompetensi.
 Dengan menyelenggarakan fungsi :
1) penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang standar dan materi
kompetensi;
2) pelaksanaan kebijakan di bidang standar dan materi kompetensi;
3) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
4) di bidang standar dan materi kompetensi;
5) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang standar dan
materi
6) kompetensi; dan
7) pemantauan dan evaluasi di bidang standar dan materi kompetensi.
 Subdirektorat Standar dan Materi Kompetensi terdiri atas:
1) Seksi Standar Kompetensi

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan,


pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang standar.

2) Seksi Materi Kompetensi.

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan,


pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang materi kompetensi

Gambar : Struktur Organisasi Direktorat Bina Kompetensi dan


Produktivitas Konstruksi :

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 39


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Permen PUPR 15/PRT/M/2015

b. Business Process Subdit Standar dan Materi Kompetensi

Pada dasarnya proses yang ada di Subdit Standar dan Materi Kompetensi
(Subdit SMK) dibagi menjadi 2 (dua) bagian/ seksi yaitu seksi standar
kompetensi dan seksi materi kompetensi. Kedua seksi ini mempunyai tugas
dan fungsi yang tertera pada bagian A.1 di atas dan sama sama mempunyai
output kegiatan berupa tersusunnya standar kompetensi kerja konstruksi.
Tolok ukurnya berupa tersusunnya draft NSPK kompetensi kerja konstruksi
yang ditargetkan 20 draft NSPK setiap tahunnya dan 125 draft NSPK di akhir
tahun ke 5. Secara garis besar digambarkan dalam Bisnis Proses Subdit SMK
di bawah ini.

Gambar Bisnis Proses Subdit Standar dan Materi Kompetensi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 40


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

c. Evaluasi Kegiatan Subdit Standar dan Materi Kompetensi Tahun 2016

Program kegiatan Tahun 2016, Subdirektorat Standard dan Materi


Kompetensi menangani 4 jenis program-kegiatan, dengan total pagu
anggaran Rp. 7.301.190.000

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai


berikut:
Tabel Program Kegiatan Subdit Standar dan Materi Kompetensi 2016

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan Biaya (Rp)


1 Penyusunan Maksud : 1.881.220.000
SKKNI Untuk menyiapkan bakuan kompetensi
Subklasifikasi : sebagai acuan pelatihan dan uji
Teknik kompetensi tenaga kerja konstruksi.
terowongan; Tujuan :
Teknik Bangunan Menyiapkan Rancangan Standar
Lepas Pantai; Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Teknik Sanitasi (RSKKNI), pada pada subklasifikasi Ahli
dan Limbah; Teknik terowongan, Ahli Teknik
Teknik Plumbing Bangunan Lepas Pantai, Ahli Teknik
dan Pompa Sanitasi dan Limbah, Ahli Teknik
Mekanik; dan Plambing dan Pompa Mekanik, serta
Teknik Landasan Ahli Teknik Landasan Terbang
Terbang

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 41


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan Biaya (Rp)


2 Penyusunan Maksud : 2.689.603.000
Materi Untuk memberdayakan tenaga kerja
Kompetensi : konstruksi yang kompeten dan ter-
Manajemen standar
Konstruksi, Ahli Tujuan :
Sumber Daya Air, Menyiapkan materi Kompetensi yang
Teknisi Lab. terdiri dari IUK, KPBK, dan MUK untuk
Beton Aspal, Ahli Ahli Manajemen Konstruksi; Ahli
teknik Jalan, Ahli Sumber Daya Air; Teknisi Laboratorium
Teknik Jembatan, Beton Aspal; Ahli Teknik Jalan; Ahli
Ahli Keselamatan Teknik Jembatan; Ahli Keselamatan
Jalan, Ahli Jalan; Ahli Geoteknik; Ahli Teknik
Geoteknik, Ahli Bangunan Gedung; dan Ahli Teknik
Teknik Bangunan Bendungan Besar.
Gedung, dan Ahli
Teknik
Bendungan
Besar
3 Pemutakhiran Maksud : 1.423.400.000
Materi Untuk memberdayakan tenaga kerja
Kompetensi: konstruksi yang kompeten dan ter-
Quantity standar
Surveyor; Tujuan :
Pelaksana Menyiapkan materi Kompetensi yang
Pekerjaan Jalan; terdiri dari IUK, KPBK, dan MUK untuk
Pelaksana Quantity Surveyor, Pelaksana
Bangunan Irigasi; Pekerjaan Jalan, Pelaksana Bangunan
Operator Irigasi, Operator Excavator, Juru
Excavator; Juru Gambar
Gambar
Arsitektur, dan
Teknisi Fire
Alarm.
4 Pemetaan Maksud : 1.297.967.000
Kompetensi Menyiapkan informasi lingkup
Konstruksi kompetensi pekerjaan jasa konstruksi
secara menyeluruh melalui suatu kajian
pemetaan kompetensi yang
komprehensif
Tujuan :
Menyusun pemetaan kompetensi pada
sector jasa konstruksi sebagai acuan
dalam pengembangan standar dan
materi kompetensi konstruksi
Total
7.301.190.000
Keseluruhan

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2016

Gambar Nilai Pagu dalam Rupiah Tahun 2016

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 42


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2016

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

d. Pengendalian Kegiatan Subdit Standar dan Materi Kompetensi Tahun


2017

Kegiatan Sub-direktorat Standar dan Materi Kompetensi menangani 6 paket


program-kegiatan, dengan total pagu anggaran Rp. 9.970.342.000,-.

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai berikut

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 43


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Tabel Kegiatan Subdit Standar dan Materi Kompetensi Tahun 2017

Pengguna Biaya
No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Manfaat Produk
Produk (Rp. Ribu))
Seksi Standar Kompetensi

1 Penyusunan SKKNI: K Maksud: kegiatan ini RSKKNI Bidang Stakeholder, Untuk Pelatihan 2,925,265,000
1. Bidang Keahlian Teknik adalah untuk Keahlian Teknik Asosiasi Berbasis
Pantai menyiapkan bakuan Pantai, Bidang Profesi, Kompetensi,
2. Bidang Keahlian Teknik kompetensi sebagai Keahlian Teknik Lembaga Sertifikasi Profesi
Rawa acuan pelatihan dan Rawa, Ahli Hidrolika, Sertifikasi,
3. Ahli Hidrolika uji kompetensi tenaga Ahli Geologi, Mandor Lembaga
4. Ahli Geologi kerja konstruksi Bangunan Pelatihan,
5. Mandor Bangunan Bendungan, Mandor Industri
Bendungan Tujuan: pekerjaan ini Pekerjaan Drainase,
6. Mandor Pekerjaan adalah menyiapkan Operator Grouting,
Drainase RSKKNI Operator Hydraulic
7. Operator Grouting Hammer Breaker,
8. Operator Hydraulic Operator Pile Drive
Hammer Breaker Hammer, Operator
9. Operator Pile Drive Ripper Tractor
Hammer
10. Operator Ripper
Tractor
2 Diseminasi Penyusunan S Maksud : kegiatan ini Tenaga penyusun Stakeholder, Untuk 557,270,000
Standar, Materi adalah untuk dan verifikator Asosiasi Penyusunan
Kompetensi, dan mengupdate Standar dan Materi Profesi, SKKNI, Materi
Verifikasi Standar pengetahuan pokja kompetensi yang Lembaga Kompetensi, dan
penyusun SKKNI dan kompeten Sertifikasi, verifikasi Standar
materi pelatihan Lembaga
terkait tata cara Pelatihan,
penyusunan SKKNI Industri
dan materi
kompetensi, serta
tata cara verifikasi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 44


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pengguna Biaya
No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Manfaat Produk
Produk (Rp. Ribu))
standar

Tujuan : pekerjaan ini


adalah Pokja
penyusun SKKNI dan
materi kompetensi
menjadi perumus
dalam
pengembangan
standar dan materi
kompetensi
3 Monitoring dan Evaluasi S Maksud : kegiatan ini Laporan Monitoring Stakeholder, Untuk 512,791,000
Substansi Standar dan adalah untuk dan Evaluasi Asosiasi Penyusunan dan
Materi Pelatihan memperoleh Profesi, revisi Materi
Konstruksi informasi mengenai Lembaga Kompetensi,
penggunaan materi Sertifikasi, Pelatihan Berbasis
pelatihan di Lembaga kompetensi,
lapangan, serta Pelatihan, Sertifikasi Profesi
mendapatkan Industri
masukkan dari
stakeholder terkait
substansi materi
pelatihan konstruksi

Tujuan : pekerjaan ini


adalah melakukan
monitoring dan
evaluasi kepada
pengguna materi
pelatihan konstruksi
dan stakeholder yang
mempunyai materi
pelatihan di sektor

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 45


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pengguna Biaya
No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Manfaat Produk
Produk (Rp. Ribu))
jasa konstruksi

Seksi Materi Kompetensi


4 Penyusunan Materi K Maksud : kegiatan ini Materi kompetensi di Stakeholder, Untuk Pelatihan 2,339,229,000
Kompetensi: adalah untuk bidang Pelaksanaan Asosiasi Berbasis
1. Ahli Teknik Sumber memberdayakan Sumber Daya Air, Profesi, kompetensi,
Daya Air (Pelaksanaan) tenaga kerja Pengawasan Sumber Lembaga Sertifikasi Profesi
2. Ahli Teknik Sumber konstruksi yang Daya Air, Sertifikasi,
Daya Air (Pengawasan) kompeten dan ter- Pelaksanaan Teknik Lembaga
3. Ahli Teknik Bendungan standar Bendungan Besar, Pelatihan,
Besar (Pelaksanaan) Pengawasan Teknik Industri
4. Ahli Teknik Bendungan Tujuan : pekerjaan ini Bendungan Besar,
Besar (Pengawasan) adalah menyiapkan Operator Bore Pile
5. Operator Bore Pile materi Kompetensi
yang terdiri dari IUK,
KPBK, dan MUK
Pelaksanaan Sumber
Daya Air,
Pengawasan Sumber
Daya Air,
Pelaksanaan Teknik
Bendungan Besar,

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 46


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pengguna Biaya
No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Manfaat Produk
Produk (Rp. Ribu))
Pengawasan Teknik
Bendungan Besar,
Operator Bore Pile

5 Penyusunan Modul 4 S Maksud: kegiatan ini Materi kompetensi di Stakeholder, Untuk Pelatihan 984,224,000
Area/Jabatan Kerja: adalah bidang Mandor Asosiasi Berbasis
1. Bidang Pemasangan memberdayakan Pasang Baja Ringan; Profesi, kompetensi,
Baja Ringan tenaga kerja Tukang Pasang Baja Lembaga Sertifikasi Profesi
2. Mandor Tukang konstruksi yang Ringan; Tukang Sertifikasi,
Pasang Beton Precast kompeten dan ter- Precast; Mekanik Alat Lembaga
3. Mekanik Alat Berat standar Berat; dan Operator Pelatihan,
4. Operator Road Roller Road Roller Industri
Tujuan: pekerjaan ini
adalah menyiapkan
materi kompetensi
yang terdiri dari IUK,
KPBK, dan MUK

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 47


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pengguna Biaya
No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Manfaat Produk
Produk (Rp. Ribu))
6 Penyusunan Materi K Maksud: kegiatan ini Materi kompetensi di Stakeholder, Untuk Pelatihan 2,651,563,000
Kompetensi: adalah bidang Ahli Teknik Asosiasi Berbasis
1. Ahli Teknik Bangunan memberdayakan Bangunan Gedung Profesi, kompetensi,
Gedung (Pelaksanaan) tenaga kerja (Pelaksanaan); Ahli Lembaga Sertifikasi Profesi
2. Ahli Teknik Bangunan konstruksi yang Teknik Bangunan Sertifikasi,
Gedung (Pengawasan) kompeten dan ter- Gedung Lembaga
3. Ahli Teknik Jalan standar (Pengawasan); Ahli Pelatihan,
(Pelaksanaan) Teknik Jalan Industri
4. Ahli Teknik Jalan Tujuan: pekerjaan ini (Pelaksanaan); Ahli
(Pengawasan) adalah menyiapkan Teknik Jalan
5. Operator Launching materi kompetensi (Pengawasan);
Girder yang terdiri dari IUK, Operator Launching
6. Operator Concrete KPBK, dan MUK Girder; Operator
Paver Concrete Paver; dan
7. Operator Dump Truck Operator Dump Truck
TOTAL 9,970,34
2,000
a. Kontraktual K 7,916,057,000
b. Swakelola S 2,054,285,000

e. Prognosis Subdit Standar dan Materi Kompetensi Tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 48


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Realisasi Sisa belum


Anggaran Per 20 terserap Per 20
NO URAIAN PAGU
oktober 2017 Oktober 2017
Rp. % Rp. %
Program Pembinaan Konstruksi
2439 Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Sumber Daya Konstruksi
Kapasitas Kompetensi Konstruksi dan Produktivitas Kerja/Proyek
001 9,674,621 6,431,920 66.48 3,242,701 33.52
Konstruksi
Peny.SKKNI: Ahli Tek.Pantai;Ahli Tek.Rawa;Ahli Hidrolika;Ahli
Geologi;Mandor Bangunan Bendungan; Mandor Pek.Drainase;
16 2,896,805 1,985,574 68.54 911,231 31.46
Op.Grouting; Op.Hydraulic Hammer Breaker; Op.Pile Drive Hammer;
Op.Ripper Tractor

Peny.SKKNI: Ahli Tek.Pantai;Ahli Tek.Rawa;Ahli Hidrolika;Ahli


Geologi;Mandor Bangunan Bendungan; Mandor Pek.Drainase;
2,772,775 1,879,126 67.77 893,649 32.23
Op.Grouting; Op.Hydraulic Hammer Breaker; Op.Pile Drive Hammer;
Op.Ripper Tractor

Penyusunan Materi Kompetensi: Ahli Teknik SDA (Pelaksanaan); Ahli


17 Teknik SDA (Pengawasan); Ahli Teknik Bendungan Besar (Pelaksanaan); 2,321,435 1,569,062 67.59 752,373 32.41
Ahli Teknik Bendungan Besar (Pengawasan); Operator Bore Pile

Penyusunan Materi Kompetensi: Ahli Teknik SDA (Pelaksanaan);


Ahli Teknik SDA (Pengawasan); Ahli Teknik Bendungan Besar
2,293,405 1,559,515 68.00 733,890 32.00
(Pelaksanaan); Ahli Teknik Bendungan Besar (Pengawasan);
Operator Bore Pile

Penyusunan Materi Pelatihan Konstruksi; Bidang Teknik Jembatan


18 (Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan); Mekanik Alat Berat; dan 999,232 424,475 42.48 574,757 57.52
Operator Road Roller

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 49


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Realisasi Sisa belum


Anggaran Per 20 terserap Per 20
NO URAIAN PAGU
oktober 2017 Oktober 2017
Rp. % Rp. %

Peny.Materi Kompetensi: Ahli Tek.Bangunan Gdg (Pelaksanaan);Ahli


19 Tek.Bangunan Gdg (Pengawasan);Ahli Tek.Jln (Pelaksanaan);Ahli Tek.Jln 2,498,097 1,690,094 67.66 808,003 32.34
(Pengawasan);Op.Launching Girder;Op.Concrete Paver;Op.Dump Truck

Peny.Materi Kompetensi: Ahli Tek.Bangunan Gdg (Pelaksanaan);Ahli


Tek.Bangunan Gdg (Pengawasan);Ahli Tek.Jln (Pelaksanaan);Ahli
2,470,067 1,679,645 68.00 790,422 32.00
Tek.Jln (Pengawasan);Op.Launching Girder;Op.Concrete
Paver;Op.Dump Truck
Diseminasi Penyusunan Standar, Materi Kompetensi, dan Verifikasi
20 537,865 439,535 81.72 98,330 18.28
Standar
Monitoring dan Evaluasi Substansi Standar dan Materi Pelatihan
21 421,187 323,180 76.73 98,007 23.27
Konstruksi
TOTAL 9,674,621 6,431,920 66.48 3,242,701 33.52

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 50


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

1) Pengendalian Kegiatan Subdit Standar dan Materi Kompetensi Tahun 2017

Program kegiatan Tahun 2017, Subdirektorat Standart dan Materi Kompetensi


menangani 8 jenis program-kegiatan, dengan total pagu anggran Rp.
23.489.863.000

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai


berikut:
Tabel Program Kegiatan Subdit Standart dan Materi Kompetensi 2017

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Pemetaan Maksud : 931.740.000
Kompetensi Dari kegiatan ini adalah untuk
dalam rangka menyiapkan informasi lingkup
penyusunan kompetensi pekerjaan jasa
Body of konstruksi secara menyeluruh
Knowledge melalui suatu kajian pemetaan
kompetensi yang
komprehensif di bidang
perhubungan darat, laut,
udara, dan perkeretaapian

Tujuan :
Dari pekerjaan ini adalah
menyusun pemetaan
kompetensisebagai acuan
dalam pengembangan standar
dan materi kompetensi
konstruksi
2 Penyusunan Maksud : 14.446.844.000
SKKNI dan Dari kegiatan ini adalah untuk
Materi pelatihan menyiapkan bakuan
kompetensi sebagai acuan
pelatihan dan uji kompetensi
tenaga kerja konstruksi

Tujuan :
Dari pekerjaan ini adalah
menyiapkan RSKKNI dan
materi pelatihan

3 Penyusunan Maksud : 4.225.038.000


Materi Dari kegiatan ini adalah untuk
Pelatihan memberdayakan tenaga kerja
konstruksi yang kompeten dan
ter-standar

Tujuan :
Dari pekerjaan ini adalah

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 51


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


menyiapkan materi
Kompetensi

4 Penyusunan Maksud : 229.206.000


Prospektus Dari kegiatan ini adalah untuk
SKKNI memberikan informasi kepada
stakeholder sektor jasa
konstruksi tentang garis besar
SKKNI

Tujuan :
Dari pekerjaan ini adalah
menyusun prospektus SKKNI
5 Diseminasi Maksud : 442.480.000
Penyusunan Dari kegiatan ini adalah untuk
Standar, Materi mengupdate pengetahuan
Kompetensi pokja penyusun SKKNI dan
dan Verifikasi materi pelatihan terkait tata
Standar cara penyusunan SKKNI dan
materi kompetensi, serta tata
cara verifikasi standar

Tujuan :
Dari pekerjaan ini adalah
Pokja penyusun SKKNI dan
materi kompetensi menjadi
perumus dalam
pengembangan standar dan
materi kompetensi

6 Monitoring dan Maksud : 971.075.000


Evaluasi Dari kegiatan ini adalah untuk
Substansi memperoleh informasi
Standar dan mengenai penggunaan materi
Materi pelatihan di lapangan, serta
Pelatihan mendapatkan masukkan dari
Konstruksi stakeholder terkait substansi
materi pelatihan konstruksi

Tujuan :
Dari pekerjaan ini adalah
melakukan monitoring dan
evaluasi kepada pengguna
materi pelatihan konstruksi
dan stakeholder yang

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 52


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


mempunyai materi pelatihan
di sektor jasa konstruksi

7 Pemutakhiran Maksud : 1.250.800.000


Materi Dari kegiatan ini adalah untuk
Pelatihan memberdayakan tenaga kerja
Konstruksi konstruksi yang kompeten dan
ter-standar

Tujuan :
Dari pekerjaan ini adalah
menyiapkan materi
Kompetensi

8 Penyusunan Maksud : 992.680.000


Materi Dari kegiatan ini adalah untuk
Pelatihan memberdayakan tenaga kerja
Konstruksi konstruksi yang kompeten dan
ter-standar

Tujuan :
Dari pekerjaan ini adalah
menyiapkan materi
Kompetensi

Total
Keseluruhan
23.489.863.000

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2017

Gambar Nilai Pagu dalam Rupiah Tahun 2017

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 53


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

2) Percepatan Kegiatan Subdit Standar dan Materi Kompetensi Tahun 2017

Standar Dan Materi Kompetensi

a. Seksi Standar Kompetensi

1) Penyusunan SKKNI :

 Bidang Keahlian Teknik Pantai

 Bidang Keahlian Teknik Rawa

 Ahli Hidrolika

 Ahli Geologi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 54


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

 Mandor Bangunan Bendungan

 Mandor Pekerjaan Drainase

 Operator Grouting

 Operator Hydraulic Hammer Breaker

 Operator Pile Drive Hammer

 Operator Ripper Tractor"

2) Diseminasi Penyusunan Standar, Materi Kompetensi, dan Verifikasi Standar

3) Monitoring dan Evaluasi Substansi Standar dan Materi Pelatihan Konstruksi

b. Seksi Materi Kompetensi

4) Penyusunan Materi Kompetensi:

 Ahli Teknik Sumber Daya Air (Pelaksanaan)

 Ahli Teknik Sumber Daya Air (Pengawasan)

 Ahli Teknik Bendungan Besar (Pelaksanaan)

 Ahli Teknik Bendungan Besar (Pengawasan)

 Operator Bore Pile

5) Penyusunan Materi Pelatihan Konstruksi:

 Bidang Pemasangan Baja Ringan

 Mandor Tukang Pasang Beton Precast

 Mekanik Alat Berat

 Operator Road Roller

6) Penyusunan Materi Kompetensi:

 Ahli Teknik Bangunan Gedung (Pelaksanaan)

 Ahli Teknik Bangunan Gedung (Pengawasan)

 Ahli Teknik Jalan (Pelaksanaan)

 Ahli Teknik Jalan (Pengawasan)

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 55


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

 Operator Launching Girder

 Operator Concrete Paver

 Operator Dump Truck

3) Program Kegiatan Subdit Standar dan Materi Kompetensi Tahun 2015

Program kegiatan Tahun 2015, Subdirektorat Standard dan Materi


Kompetensi menangani 8 jenis program-kegiatan, dengan total pagu
anggaran Rp. 8.514.931.000,-

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai


berikut:
Tabel Program Kegiatan Subdit Standar dan Materi Kompetensi 2015

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan Biaya (Rp)


1 Penyusunan Maksud dari kegiatan ini adalah untuk 691,560,000
SKKNI menyiapkan bakuan kompetensi
Subklasifikasi sebagai acuan pelatihan dan uji
Arsitek, Ahli kompetensi tenaga kerja konstruksi.
Teknik Bangunan Tujuan dari pekerjaan ini adalah
Gedung menyiapkan Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(RSKKNI), pada suatu
subklasifikasi/bidang keahlian tertentu
di sektor konstruksi.
2 Penyusunan Maksud dari kegiatan ini adalah untuk 1,110,504,000
SKKNI menyiapkan bakuan kompetensi
Subklasifikasi sebagai acuan pelatihan dan uji
Ahli Teknik kompetensi tenaga kerja konstruksi.
Dermaga, Ahli Tujuan dari pekerjaan ini adalah
Geoteknik, Ahli menyiapkan Rancangan Standar
Teknik Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Bendungan (RSKKNI), pada suatu
Besar subklasifikasi/bidang tertentu di sektor
konstruksi.
3 Penyusunan Maksud dari kegiatan ini adalah untuk 802,666,000
SKKNI Bidang menyiapkan bakuan kompetensi
Perencanaan sebagai acuan pelatihan dan uji
SPAM, kompetensi tenaga kerja konstruksi.
Pelaksanaan Tujuan dari pekerjaan ini adalah
Konstruksi SPAM menyiapkan Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(RSKKNI), pada suatu
subklasifikasi/bidang tertentu di sektor
konstruksi.
4 Harmonisasi Maksud dari kegiatan ini adalah untuk 1,159,263,000

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 56


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan Biaya (Rp)


SKKNI dengan menyiapkan bakuan kompetensi
Malaysia sebagai acuan pelatihan dan uji
National kompetensi tenaga kerja konstruksi.
Occupational Tujuan dari pekerjaan ini adalah
Skills menyiapkan dan melakukan
StandardPantai, harmonisasi Rancangan Standar
Ahli Teknik Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Sanitasi dan (RSKKNI), pada suatu jabatan kerja
Limbah, Ahli tertentu di sektor konstruksi.Teknik
Teknik Plambing Landasan Terbang
dan Pompa
Mekanik, serta
Ahli Teknik
Landasan
Terbang
5 Evaluasi Modul Maksud dari kegiatan Evaluasi Modul 1,210,440,000
Pelatihan Pelatihan Konstruksiadalah untuk
Keahlian mengevaluasi penggunaan modul
Konstruksi pelatihan konstruksi yang berbasis
kompetensi sesuai dengan kebutuhan
pasar konstruksi.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk


melakukan pemutakhiran metode
penyusunan bakuan kompetensi guna
memenuhi kebutuhan pasar akan
pelatihan konstruksi.
6 Identifikasi Maksud dari kegiatan Identifikasi 1,483,058,000
Kebutuhan Kebutuhan Kompetensi Tenaga Kerja
Kompetensi Konstruksiadalah untuk mengkaji
Tenaga Kerja secara menyeluruh terkait kompetensi
Konstruksi yang harus dimiliki tenaga kerja
konstruksi dalam melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan di bidang jasa
konstruksi, serta dihasilkannya suatu
pemetaan/roadmapkebutuhan
kompetensi di bidang jasa konstruksi
tersebut.
Tujuan dari kegiatan adalah
pengembangan kualitas dan
peningkatan kompetensi tenaga kerja
untuk mencapai pembangunan
infrastruktur yang berkualitas dan
berkesinambungan.
7 Identifikasi Maksud dari kegiatan Identifikasi 652,795,000
Penerapan KKNI Penerapan KKNI dalam
dalam Sertifikasi Sertifikasiadalah mengkaji secara
komprehensif tentang implementasi
KKNI dalam pelaksanaan sertifikasi
tenaga kerja konstruksi.
Tujuan dari kegiatan adalah
mengidentifikasi penerapan KKNI dalam

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 57


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan Biaya (Rp)


pelaksanaan sertifikasi tenaga kerja
konstruksi.
8 Penyusunan Maksud dari kegiatan Penyusunan 1,404,645,000
Publikasi Materi Publikasi Materi Pelatihanadalah
Pelatihan menyusun bahan publikasi materi
Keahlian pelatihan keahlian secara lebih
Konstruksi informatif dan mudah dipahami oleh
masyarakat konstruksi.
Tujuan dari kegiatan adalah
mempublikasikan materi pelatihan
kepada masyarakat melalui berbagai
bentuk media baik cetak maupun
audiovisual/digital agar dapat terakses
lebih mudah dan dipahami.
Total
8,514,931,000
Keseluruhan

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2016

Gambar Nilai Pagu dalam Rupiah Tahun 2015

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 58


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2016

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

3. SUB DIREKTORAT PENERAPAN KOMPETENSI

a. Tugas dan Fungsi


 Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan dan evaluasi
di bidang penerapan kompetensi.
 Dengan menyelenggarakan fungsi :
1) penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang penerapan
kompetensi;
2) pelaksanaan kebijakan di bidang penerapan kompetensi;
3) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
4) di bidang penerapan kompetensi;
5) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penerapan
6) kompetensi; dan
7) pemantauan dan evaluasi di bidang penerapan kompetensi.
 Subdirektorat Penerapan Kompetensi terdiri atas:
1) Seksi Standar dan Pedoman;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan,


pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang
penerapan kompetensi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 59


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

2) Seksi Pemantauan dan Evaluasi.

Mempunyai tugas melakukan pemantauan dan evaluasi di bidang


penerapan kompetensi

Gambar Struktur Organisasi Direktorat Bina Kompetensi dan


Produktivitas Konstruksi :

Sumber : Permen PUPR 15/PRT/M/2015

b. Bisnis Proses Subdit Penerapan Kompetensi

Subdit Penerapan Kompetensi memiliki dua bagian/ seksi yaitu seksi standar
dan pedoman dan seksi pemantauan dan evaluasi. Kedua bagian ini di dalam
proses kerjanya mempunyai fungsi yang berbeda (lihat bab A.1 pada Subdit
Penerapan Kompetensi). Sinergi kerja pada kedua bagian ini ditujukan untuk
mendapatkan standar dan pedoman penerapan peningkatan kompetensi kerja
konstruksi yaitu 2 draft NSPK dalam setahun dan 10 draft NSPK dalam 5 tahun.
Dalam hal profil kinerja maka jumlah fasilitator/ Instruktur/ asesor/ manajemen

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 60


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

pemberdayaan (manager perusahaan) yang ditargetkan berjumlah 1 profil


dalam 1 tahun.

Gambar Bisnis Proses Subdit Penerapan Kompetensi

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

c. Evaluasi Kegiatan Subdit Penerapan Kompetensi Tahun 2016


Paket kegiatan Tahun 2016, Subdit Penerapan Kompetensi menangani 4 jenis
paket program kegiatan, dengan total pagu anggaran Rp. 4.716.227.600,-
Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai berikut:

Tabel Program Kegiatan Subdit Penerapan Kompetensi 2016

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Penyusunan Maksud : Tersusunnya suatu 1.596.030.000
Roadmap roadmap (guideline)
Pengembangan pengembangan SDM konstruksi
Tenaga Kerja yang memiliki produktivitas yang
Konstruksi tinggi dan daya saing yang
mumpuni dan mampu
menghadapi persaingan baik
secara nasional, regional dan
internasional.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 61


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)

Tujuan : Menghasilkan sebuah


pedoman yang dapat digunakan
dengan mudah oleh seluruh
stakeholder jasa konstruksi
guideline) sebagai masukan
maupun pertimbangan dalam
penyusunan rencana kegiatan
pengembangan tenaga kerja
konstruksi.
2 Penyusunan Maksud: Menyusun sistem dan 945.859.000
Sistem Sertifikasi mekanisme sertifikasi tenaga
Tenaga Kerja kerja konstruksi.
Konstruksi Tujuan: Tersusunnya suatu
sistem dan mekanisme sertifikasi
tenaga kerja konstruksi yang
efektif dan efisien sesuai tuntutan
industri konstruksi
3 Bantuan Teknis Maksud: Memberikan sosialisasi 1.110.500.000
Penerapan terkait fasilitasi registrasi &
Kompetensi akreditasi lembaga pelatihan
Konstruksi konstruksi kepada lembaga
(Bantuan Teknis pelatihan konstruksi baik
bagi Lembaga pemerintah maupun swasta (Ex:
Pelatihan Dan learning centre di BUMN,
CPD Instruktur) asosiasi, lembaga vokasional) di
beberapa kota di Indonesia
(Jakarta, Bandung, Semarang,
DIY, Surabaya)
Tujuan:
 Teregistrasinya lembaga
pelatihan konstruksi
 Melakukan fasilitasi kepada
lembaga yang sudah register
untuk mendapatkan
akreditasi dari LALPK
4 Penyusunan Maksud: Menyusun Profil 1.063.838.600
Profil Penerapan Penerapan Kompetensi
Kompetensi Konstruksi
Konstruksi Tujuan: Tersedianya profil
penerapan kompetensi sebagai
bahan untuk pelaksanaan
pembinaan kompetensi tenaga
kerja konstruksi
Total
4.716.227.600
Keseluruhan

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2016

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 62


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Gambar Nilai Pagu dalam Rupiah Tahun 2016

Sumber : Data olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2016

Sumber : Data olahan tahun 2017

d. Pengendalian Kegiatan Subdit Penerapan Kompetensi Tahun 2017


Paket kegiatan Tahun 2017, Sub-direktorat Penerapan Kompetensi menangani
5 jenis program-kegiatan, dengan total pagu anggaran Rp. 6,000,000,000,-
Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai berikut

Tabel Program Kegiatan Subdit Penerapan Kompetensi 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 63


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Pengembangan Maksud: 1.270.637.000
Rantai Pasok Menyusun sistem terintegrasi
Tenaga Kerja untuk pengembangan tenaga
Konstruksi kerja konstruksi dari suatu
pemasok sehingga
terjaminnya ketersediaan
SDM sektor konstruksi

Tujuan:
Menghasilkan sebuah kajian
dan rekomendasi rantai pasok
SDM konstruksi

2 Penyusunan Maksud: 1.345.533.000


dan Penerapan Menyusun sebuah sistem
Sistem registrasi tenaga kerja
Registrasi konstruksi di proyek
Tenaga Kerja konstruksi
Konstruksi
Tujuan:
Sistem dan mekanisme
registrasi tenaga kerja
konstruksi tersusun

3 Sosialisasi Maksud: 997.934.000


Penerapan Menyelenggarakan sosialisasi
Kompetensi untuk penerapan kompetensi
Konstruksi
Tujuan:
Terlaksananya Sosialisasi
Penerapan Kompetensi
Konstruksi

4 Monitoring Maksud: 1.073.146.000


Penerapan
Melaksanakan monitoring ke
Pembinaan
beberapa stakeholder terkait
Kompetensi
penerapan kompetensi
Konstruksi
Konstruksi (SKKNI) antara lain USTK,
Lembaga Pelatihan, dan
Perusahaan Konstruksi

Tujuan:
Mendapat potret mengenai
penerapan kompetensi
khususnya penerapan SKKNI

5 Penyusunan Maksud: 1.312.750.000


Profil Kualifikasi Menyusun Profil Kualifikasi
dan Klasifikasi dan Klasifikasi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 64


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


Tenaga Kerja Tujuan:
Konstruksi Tersedianya profil kualifikasi
dan klasifikasi tenaga kerja
konstruksi

Total
Keseluruhan
6.000.000.000

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 65


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Tabel Rencana Kegiatan Subdit Penerapan Kompetensi Tahun 2017

Pengguna
No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Manfaat Produk Biaya (Rp)
Produk
Seksi Standar dan Pedoman

1 Penyusunan SKKNI: K Maksud : untuk RSKKNI Ahli Ditjen Bina Tercipta 800,000,000
1. Ahli Teknik Elektrikal menyiapkan Standar Teknik Elektrikal; Konstruksi - pembinaan tenaga
2. Ahli Sistem Manajemen Penerapan dan Ahli Sistem Kemen. kerja konstruksi
Mutu Konstruksi Kompetensi Manajemen Mutu PUPR, yang selaras dan
Konstruksi bakuan Konstruksi Pemerintah berkesinambungan
kompetensi sebagai Daerah, antara pusat dan
acuan pelatihan dan Asosiasi daerah.
uji kompetensi Perusahaan
tenaga kerja dan Profesi
konstruksi.

Tujuan : menyiapkan
Rancangan Standar
Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia
(RSKKNI), pada
suatu jabatan kerja
tertentu di sektor
konstruksi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 66


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pengguna
No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Manfaat Produk Biaya (Rp)
Produk
2 Bantek Penerapan S Maksud: Hasil Bantek Ditjen Bina Bantek Penerapan 406,123,000
Kompetensi Konstruksi Menyelenggarakan Penerapan Konstruksi - Kompetensi
Bantek untuk Kompetensi Kemen.PUPR, Konstruksi
penerapan Konstruksi Balai Pembina memberikan
kompetensi, Jasa informasi dan
khususnya untuk Konstruksi, pemahaman
sosialisasi Permen Pembina jasa mengenai
No.24 Tahun 2014 konstruksi peraturan atau
daerah kebijakan yang
Tujuan: terkait penerapan
Terlaksananya kompetensi pada
Bantek Penerapan pembina jasa
Kompetensi konstruksi.
Konstruksi
Seksi Pemantauan dan Evaluasi

3 Monitoring Penerapan S Maksud: Hasil monitoring Ditjen Bina Data hasil 898,073,000
Pembinaan Kompetensi Melaksanakan penerapan Konstruksi - monitoring
Konstruksi monitoring ke kompetensi Kemen PUPR, penerapan
beberapa konstruksi berupa LPJK, USTK, kompetensi dapat
stakeholder terkait evaluasi dan Lembaga digunakan sebagai
penerapan rekomendasi bagi Pelatihan, evaluasi bagi
kompetensi (SKKNI) pembinaan Pengguna penyusunan
antara lain USTK, tenaga kerja Jasa SKKNI dan
Lembaga Pelatihan, konstruksi penerapan
dan Perusahaan kompetensi
Konstruksi kontruksi

Tujuan: Mendapat
potret mengenai
penerapan
kompetensi
khususnya

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 67


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pengguna
No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Manfaat Produk Biaya (Rp)
Produk
penerapan SKKNI

4 Penyusunan Profil Kualifikasi S Maksud: Menyusun Profil Kualifikasi Ditjen Bina Profil terkait 572,112,000
dan Klasifikasi Tenaga Kerja Profil Kualifikasi dan dan Klasifikasi Konstruksi - klasifikasi dan
Konstruksi Klasifikasi Tenaga Tenaga Kerja Kemen. kualifikasi tenaga
Kerja Konstruksi Konstruksi PUPR, LPJK, kerja konstruksi ini
Asosiasi dapat digunakan
Tujuan: Tersedianya Profesi / sebagai data dan
profil kualifikasi dan Perusahaan, informasi
klasifikasi tenaga Lembaga mengambil
kerja konstruksi Pelatihan, kebijakan dalam
Lembaga pengembangan
Sertifikasi, Tim SDM konstruksi.
Pembina Selain itu profil ini
Jakon Daerah juga bermanfaat
dalam penentuan
level kualifikasi
dalam sertfifikasi
SDM konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 68


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pengguna
No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Manfaat Produk Biaya (Rp)
Produk
5 Manajemen Pelaksanaan K Maksud: Melakukan Laporan Direktorat Menjamin 1,086,775,000
Pembinaan Kompetensi Dan evaluasi dan Manajemen Bina pelaksanaan dan
Produktivitas Konstruksi pengendalian Pelaksanaan Kompetensi pencapaian Output
terhadap seluruh Pembinaan dan Direktorat Bina
program kerja Kompetensi Dan Produktivitas Kompetensi dan
ataupun kegiatan Produktivitas Konstruksi Produktivitas
yang dilaksanakan Konstruksi dan Konstruksi
Direktorat Bina stakeholder
Kompetensi dan terkait
Produktivitas
Konstruksi

Tujuan:
1. Menyusun
instrumen tolak ukur
pemantauan kinerja;
2. Melakukan
pemantauan
terhadap program
kerja Subdit;
3. Melakukan
evaluasi kegiatan
Subdit;
4. Pengumpulan
data;
5. Melakukan analisa
dan pengolahan
data;
6. Melaporkan hasil
analisa;
7. Memberikan saran
dan rekomendasi
kepada pimpinan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 69


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pengguna
No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Manfaat Produk Biaya (Rp)
Produk
TOTAL 3,763,083,000

a. Kontraktual K 1,886,775,000
b. Swakelola S 1,876,308,000

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 70


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Gambar Nilai Paket Kegiatan dalam Rupiah Tahun 2017

Sumber : Data olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2017

Sumber : Data olahan tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 71


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

e. Percepatan Kegiatan Subdit Penerapan Kompetensi Tahun 2017

Penerapan Kompetensi

a. Seksi Standar dan Pedoman

1) Penyusunan SKKNI:

 Ahli Teknik Elektrikal

 Ahli Sistem Manajemen Mutu Konstruksi

2) Bantek Penerapan Kompetensi Konstruksi

b. Seksi Pemantauan dan Evaluasi

3) Monitoring Penerapan Pembinaan Kompetensi Konstruksi

4) Penyusunan Profil Kualifikasi dan Klasifikasi Tenaga Kerja Konstruksi

5) Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas


Konstruksi

f. Program Kegiatan Subdit Penerapan Kompetensi Tahun 2015


Paket kegiatan Tahun 2015, Subdit Subdit Penerapan Kompetensi menangani 8
jenis paket program kegiatan, dengan total pagu anggaran Rp. 7.227.430.000,-
Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai berikut:

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 72


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Tabel Program Kegiatan Subdit Penerapan Kompetensi 2015

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Manajemen Maksud dari kegiatan ini adalah 1,366,309,000
Pengendalian untuk memotret kondisi lapangan
Pelatihan pelaksanaan pelatihan konstruksi
di lingkungan Direktorat Bina
Kompetensi dan Produktivas
Konstruksi serta mengukur
sejauh mana pelaksanaan
program-program pelatihan
konstruksi di Pusat Pembinaan
Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi dapat berjalan sesuai
dengan standar yang berlaku dan
tujuan pembinaan serta
melakukan evaluasi terhadap
hasil monitoring untuk
peningkatan dan pengembangan
penyelenggaraan pelatihan
selanjutnya.
Tujuan dari kegiatan ini adalah
meningkatkan kualitas pelatihan
konstruksi yang lebih efektif dan
efisien Direktorat Bina
Kompetensi dan Produktivas
Konstruksi dapat menjadi pusat
pembinaan pelatihan konstruksi
yang berkualitas dan menjadi
contoh dan acuan bagi institusi
pelatihan daerah
2 Pendampingan Maksud dari kegiatan 1,103,984,000
Pelaksanaan pendampingan Rekruitmen
Rekruitmen Pelatihan Konstruksi ini adalah
Pelatihan terlaksananya pelaksanaan
Konstruksi pendampingan rekruitmen
sebagai tahap persiapan dari
pelaksanaan pelatihan konstruksi
untuk menjamin ketersediaan
tenaga kerja konstruksi yang
kompeten.
Tujuan dari kegiatan ini adalah
terselenggaranya pendampingan
rekruitmen peserta pelatihan
bidang jasa konstruksi berbasis
kompetensi yang berkualitas
sesuai dengan standar yang
ditetapkan yang pada akhirnya
menghasilkan lulusan pelatihan
berkualitas.
3 Penyusunan Maksud dari kegiatan ini adalah : 653,083,000
Profil Sumber  Menyusun direktori instruktur,
Daya Pembinaan asesor dan penyelenggara
Kompetensi pelaksanaan pembinaan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 73


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


Konstruksi kompetensi konstruksi di
seluruh provinsi di indonesia
 Mendapatkan identifikasi
data sumber daya
pembinaan kompetensi
konstruksi yang sudah ada.
 Mengumpulkan data sumber
daya pembinaan kompetensi
konstruksi di seluruh provinsi
Indonesia.
Tujuan dari kegiatan ini adalah
tersusunnya direktori instruktur,
asesor dan penyelenggaran
pelaksanaan pembinaan
kompetensi konstruksi di seluruh
provinsi Indonesia.
4 Review Rencana Maksud dari kegiatan ini adalah 868,554,000
Strategis dan menyiapkan dan menyusun arah
Manajemen kebijakan teknis dan operasional
Pelaksanaan sesuai dengan Renstra 2015 -
Pembinaan 2019.
Kompetensi Tujuan dari kegiatan ini adalah
Konstruksi tersusunnya kerangka kebijakan
teknis dan operasional yang
terarah sesuai Renstra 2015 –
2019
5 Penyusunan Maksud : Menyiapkan pedoman 691,109,000
Mekanisme pelaksanaan seleksi tenaga kerja
Seleksi Tenaga konstruksi nasional
Kerja Konstruksi Tujuan : merumuskan pedoman
mekanisme dan kriteria
pelaksanaan kompetesi tenaga
kerja konstruksi nasional
6 Penyusunan Maksud : Menyiapkan pedoman 670,868,000
Mekanisme pelaksanaan seleksi tenaga kerja
Seleksi Tenaga konstruksi nasional
Kerja Konstruksi Tujuan : merumuskan pedoman
Tingkat Nasional mekanisme dan kriteria
pelaksanaan kompetesi tenaga
kerja konstruksi nasional
7 Penyusunan Maksud dari kegiatan ini adalah 737,242,000
Pedoman tersedianya mekanisme registrasi
Mekanisme dan lembaga pembinaan kompetensi
Fasilitasi konstruksi.
Registrasi Tujuan dari kegiatan ini adalah
Lembaga proses registrasi lembaga
Pembinaan pembinaan kompetensi
Kompetensi konstruksi yang mudah, cepat
Konstruksi dan efisien
8 Penyiapan Maksud dari kegiatan ini adalah 1,136,281,000

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 74


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


Kebijakan menyiapkan bahan penyusunan
Penerapan kebijakan penerapan kompetensi
Kompetensi tenaga kerja dalam rangka
Tenaga Kerja penjaminan mutu pekerjaan
dalam Rangka konstruksi.
Penjaminan Mutu Tujuan dari kegiatan ini adalah
Pekerjaan tersusunnya bahan kebijakan
Konstruksi penerapan kompetensi tenaga
kerja dalam rangka penjaminan
mutu pekerjaan konstruksi.
Total 7,227,430,000
Keseluruhan

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2016

Gambar Nilai Pagu dalam Rupiah Tahun 2015

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2015

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 75


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

4. SUB DIREKTORAT PENGEMBANGAN PROFESI JASA KONSTRUKSI

a. Tugas dan Fungsi


 Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan dan evaluasi di bidang pengembangan profesi jasa
konstruksi.
 Dengan menyelenggarakan fungsi :
1) penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pengembangan
profesi jasa konstruksi;
2) pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan profesi jasa
konstruksi;
3) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang pengembangan profesi jasa konstruksi;
4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan
profesi jasa konstruksi; dan
5) pemantauan dan evaluasi di bidang pengembangan profesi jasa
konstruksi.
 Subdirektorat Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi terdiri atas:
1) Seksi Standardisasi Profesi

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan


kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi
serta evaluasi dan penyusunan laporan di bidang Standardisasi
Profesi

2) Seksi Fasilitasi Penyetaraan Kompetensi.

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan


kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi
serta evaluasi dan penyusunan laporan di bidang fasilitasi
penyetaraan kompetensi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 76


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Gambar Struktur Organisasi Direktorat Bina Kompetensi dan


Produktivitas Konstruksi :

Sumber : Permen PUPR 15/PRT/M/2015

b. Bisnis Proses Subdit Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi


Subdit Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi mepunyai 2 bagian tugas
yang berbeda yaitu Seksi Standar Profesi dan Seksi Fasilitasi Penyetaraan
Profesi (lihat tugas dan fungsi di bab A.1). Output dari kegiatan yang ada
pada Subdit ini adalah tersusunnya standar dan pedoman pengembangan
profesi sebanyak 2 draft NSPK dalam setahun atau 10 NSPK dalam 5
tahun. Disamping profil kinerja sebanyak 1 profil dalam setahun atau 5 profil
dalam 5 tahun. Secara garis besar dapat dilihat pada Bisnis Proses Subdit
Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi di bawah ini.

Gambar Bisnis Proses Subdit Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 77


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Data olahan tahun 2017

c. Evaluasi Kegiatan Subdit Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi


Tahun 2016

Paket program kegiatan tahun 2016, Sub-direktorat Pengembangan Profesi


Jasa Konstruksi menangani 4 jenis paket program-kegiatan, dengan total
pagu anggaran Rp. 3.256.057.200,-

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai


berikut:

Tabel Program Kegiatan Subdit Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi 2016

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Monitoring Maksud : Agar pelaksanaan 531.305.500
Pelaksanaan monitoring pelaksanaan
Pengembangan pengembangan profesi jasa
Profesi Jasa konstruksi dapat dilakukan
Konstruksi secara efektif dan efesien
sehingga pengembangan profesi
jasa konstruksi bisa terlaksana
dengan baik.
Tujuan : Untuk memonitoring

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 78


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


pelaksanaan pengembangan
profesi jasa konstruksi
2 Penyusunan Maksud : Mendukung kesiapan 1.189.161.600
Naskah Sumber Daya konstruksi di
Akademis dan Indonesia tentang permasalahan
Rapermen yang dapat terjadi dengan
Tentang RFPE & adanya serbuan tenaga kerja
RFA asing di Indonesia, sehingga
diharapkan dapat tercapai
pembangunan kawasan ASEAN
yang berdaya saing tinggi.
Tujuan : Tersusunnya Naskah
akademis perihal masuknya
tenaga kerja konstruksi asing di
Indonesia dalam kaitannya
dengan pasar bebas ASEAN
2015 atau MEA 2015 sebagai
instrumen peraturan yang efektif
untuk menyaring tenaga kerja
asing yang banyak masuk ke
Indonesia
3 Penyusunan Maksud : Mendukung kebijakan 643.852.000
Rapermen pengembangan profesi jasa
Tentang konstruksi yang lebih terarah dan
Pedoman berkelanjutan yang bertolak ukur
Penilaian Kinerja pada kinerja profesi jasa
Profesi Dalam konstruksi yang kompeten dan
Pembinaan berdaya saing dalam skala
Pengembangan nasional maupun internasional.
Profesionalitas
Tujuan : Tersusunnya Rapermen
perihal Pedoman Penilaian
Kinerja Asosiasi Profesi dalam
Penerapan Pengembangan
Kompetensi Berkelanjutan
sebagai kebijakan
pengembangan profesi jasa
konstruksi
4 Strategi Maksud : Agar tersedianya data 891.738.100
Implementasi terhadap sejauh mana
MRA implementasi tenaga ahli yang
sudah teregister ACPE dan AA.
Tujuan : Untuk memperoleh data
implementasi tenaga ahli
yangteregister MRA
Total
3.256.057.200
Keseluruhan

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2016

Gambar Nilai Pagu dalam Rupiah Tahun 2016

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 79


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2016

Sumber : Data olahan tahun 2017

d. Program Kegiatan Subdit Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi


Tahun 2017

Paket program kegiatan tahun 2017, Sub-direktorat Pengembangan Profesi


Jasa Konstruksi menangani 7 jenis paket program-kegiatan, dengan total
pagu anggaran Rp. 10,900,000,000,-

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai


berikut:

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 80


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Tabel Program Kegiatan Subdit Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi 2017

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Sosialisasi Maksud : Agar Peraturan 1.400.000.000
Permen PU Menteri Pekerjaan Umum
tentang tentang Pengembangan
Pengembangan Keprofesionalan
Keprofesionalan Berkelanjutan ini dapat
Berkelanjutan dilaksanakan dan
dimengerti oleh semua
pihak.

Tujuan : Untuk
menyosialisasikan
Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
tentang Pengembangan
Keprofesionalan
Berkelanjutan
2 Penguatan Maksud : Mendukung 2.200.000.000
Kebijakan kebijakan pengembangan
pengembangan profesi jasa konstruksi
Profesi Jasa yang lebih terarah dan
Konstruksi berkelanjutan yang
bertolak ukur pada kinerja
profesi jasa konstruksi
yang kompeten dan
berdaya saing dalam skala
nasional maupun
internasional.

Tujuan : Tersusunnya
instrumen peraturan yang
efektif.

3 Penyusunan Maksud : Agar 700.000.000


Pedoman pelaksanaan monitoring
Monitoring dan pelaksanaan
Evaluasi pengembangan profesi
Pelaksanaan jasa konstruksi dapat
Pengembangan
dilakukan secara efektif
Profesi Jasa
Konstruksi dan efisien sehingga
keberlangsungan
penyelenggaraan
pengembangan profesi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 81


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


jasa konstruksi dapat
terlaksana dengan tepat
mutu dan sasaran.

Tujuan : Tersusunnya
pedoman dan instrumen
minimal untuk monitoring
pelaksanaan
pengembangan profesi
jasa konstruksi sebagai
penerapan program
Pengembangan
Keprofesionalan
Berkelanjutan (PKB)

4 Penyusunan Maksud : Mendukung 1.500.000.000


Program kebijakan upaya
Penyelenggaraan peningkatan jumlah tenaga
Penyetaraan kerja yang dapat
Kompetensi disetarakan
Regional bagi
kompetensinya di tingkat
Tenaga Kerja
Konstruksi regional melalui
Indonesia penyusunan program dan
kegiatan serta rencana
kebutuhan pemberian
fasilitasi/bimbingan
bersama dengan
stakeholder.

Tujuan : Tersusunnya
rencana program dan
kegiatan penyetaraan
kompetensi regional
tenaga kerja konstruksi
dalam upaya pemenuhan
target 1500 orang di 2019.

5 Mutual Maksud : Agar Tenaga Ahli 2.700.000.000


Recognition Indonesia bisa teregister
Arrangements MRA on Architectural
(MRA) on services dan MRA on
Engineering
Services and Engineering dalam rangka
Architectural menghadapi MEA
Services
Tujuan : untuk

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 82


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


mensosialisasikan pada
Tenaga ahli indonesia
terkait registrasi MRA baik
untuk arsitek maupun
Engineering

6 Kajian Manfaat Maksud : sebagai arahan 1.500.000.000


Tenaga Kerja tindak lanjut penyusunan
Konstruksi kebijakan/strategi
Indonesia di pemenuhan tenaga kerja
ASEAN bidang konstruksi serta
pola pengembangannya
dari segi kualitas dan
kuantitas.

Tujuan : untuk
menyediakan informasi
kondisi eksisting tenaga
kerja konstruksi Indonesia
di negara-negara ASEAN
dengan berdasar pada
peta kompetensi pada
struktur proyek secara
sektoral untuk
menciptakan peluang dan
tantangan pengembangan
profesi jasa konstruksi di
ASEAN

7 Sekretariat Maksud : Agar Tenaga Ahli 900.000.000


Mutual Indonesia bisa teregister
Recognition MRA on Architectural
Arrangements services dan MRA on
(MRA) on Engineering dalam rangka
Engineering
menghadapi MEA.
Services and
Architectural Tujuan : sebagai sarana
Services
fasilitasi Tenaga ahli
indonesia terkait registrasi
MRA baik untuk arsitek
maupun Engineering.

Total
Keseluruhan
10.900.000.000

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 83


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 84


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Tabel Rencana Kegiatan Subdit Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi Tahun 2017

No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Pengguna Produk Manfaat Produk Biaya (Rp.)

Seksi Standarisasi Profesi


1 Penyusunan SKKNI: K Maksud : untuk RSKKNI Bidang Stakeholder Jasa Sebagai 1,200,000,000
1. Operator Vibratory Roller menyiapkan bakuan Keterampilan Konstruksi penunjang
2. Operator Pneumatic Tire kompetensi sebagai Operator Vibratory dalam
Roller acuan pelatihan dan Roller, Operator pembinaan
3. Operator Tandem Roller uji kompetensi Pneumatic Tire kompetensi dan
tenaga kerja Roller, dan peningkatan
konstruksi. Operator Tandem kualitas tenaga
Roller kerja konstruksi
Tujuan : menyiapkan Indonesia.
Rancangan Standar
Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia
(RSKKNI), pada
suatu jabatan kerja
tertentu di sektor
konstruksi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 85


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Pengguna Produk Manfaat Produk Biaya (Rp.)

2 Diseminasi Permen PUPERA S Maksud : Agar Daftar Asosiasi Asosiasi Profesi Terlaksananya 1,050,000,000
tentang Pembinaan dan Peraturan Menteri dan jumlah LPJKP dan LPJK Propinsi peraturan
Pengembangan Kompetensi Pekerjaan Umum yang akan Menteri terkait
Profesi Jasa Konstruksi tentang Pembinaan menerapkan tentang
dan Pengembangan Permen PU pengembangan
Kompetensi Profesi tentang keprofesionalan
Jasa Konstruksi ini pengembangan berkelanjutan
dapat dilaksanakan keprofesionalan
dan dimengerti oleh berkelanjutan
semua pihak.

Tujuan : Untuk
menyosialisasikan
Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Rakyat tentang
Pembinaan dan
Pengembangan
Kompetensi Profesi
Jasa Konstruksi.
Seksi Penyetaraan Kompetensi
3 Fasilitasi Mutual Recognition S Maksud : Agar Jumlah Tenaga Tenaga Ahli yang Agar tenaga ahli 1,550,000,000
Arrangements (MRA) on Tenaga Ahli Ahli yang telah memiliki SKA Indonesia dapat
Engineering Services and Indonesia bisa teregister ACPE bersaing dengan
Architectural Services teregister MRA on dan AA tenaga asing
Architectural services dalam rangka
dan MRA on MEA
Engineering dalam
rangka menghadapi
MEA.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 86


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Pengguna Produk Manfaat Produk Biaya (Rp.)

Tujuan : Sebagai
sarana sosialisasi
dan fasilitasi pada
Tenaga ahli
indonesia terkait
registrasi MRA baik
untuk arsitek maupun
Engineering.

TOTAL 3,800,000,000

a. Kontraktual K 1,200,000,000
b. Swakelola S 2,600,000,000

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 87


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Gambar Nilai Paket Kegiatan dalam Rupiah Tahun 2017

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2017

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 88


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

e. Percepatan Kegiatan Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi Tahun


2017

Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi

a. Seksi Standarisasi Profesi

1) Penyusunan SKKNI:

 Operator Vibratory Roller

 Operator Pneumatic Tire Roller

 Operator Tandem Roller

2) Diseminasi Permen PUPERA tentang Pembinaan dan


PengembanganKompetensi Profesi Jasa Konstruksi

b. Seksi Penyetaraan Kompetensi

3) Fasilitasi Mutual Recognition Arrangements (MRA) on Engineering


Services and Architectural Services

f. Program Kegiatan Kegiatan Subdit Pengembangan Profesi Jasa


Konstruksi Tahun 2015

Paket program kegiatan tahun 2015, Sub-direktorat Pengembangan Profesi


Jasa Konstruksi menangani 6 jenis paket program-kegiatan, dengan total pagu
anggaran Rp. 4.687.388.000,-

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 89


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai berikut:
Tabel Program Kegiatan Subdit Pengembangan Profesi Jasa Konstruksi 2015

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Identifikasi Maksud dari kegiatan Identifikasi 731,280,000
Kebutuhan Kebutuhan Program Penyediaan
Program Standar dan Pedoman dalam
Penyediaan Pengembangan Jasa Profesi
Standar dan Konstruksi adalah untuk
Pedoman dalam Menyiapkan bahan masukan
Pengembangan penyusunan rencana program
Jasa Profesi dan kegiatan pemenuhan
Konstruksi kebutuhan standar dan pedoman
dalam pengembangan jasa
profesi konstruksi 2015-2019.
Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk Menyusun rencana
program dan kegiatan serta
rencana aksi bersama dengan
stakeholder dalam upaya
penyediaan standar dan
pedoman yang diperlukan dalam
pengembangan profesi jasa
konstruksi.
2 Penyusunan Maksud dari kegiatan 907,842,000
Pedoman Penyusunan Pedoman Penilaian
Penilaian Kinerja Kinerja Asosiasi Profesi dalam
Asosiasi Profesi Penerapan Pengembangan
dalam Keprofesionalan Berkelanjutan
Penerapan adalah untuk Menyiapkan konsep
Pengembangan pedoman penilaian kinerja
Keprofesionalan asosiasi profesi dalam
Berkelanjutan penerapan pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan
sebagai masukan perumusan
kebijakan stimulan dan reward
kepada asosiasi profesi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk Menyusun konsep
pedoman penilaian kinerja
asosiasi profesi dalam
penerapan pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan
yang disepakati bersama dengan
stakeholder terkait.
3 Penyusunan Maksud dari kegiatan 663,913,000
Profil Tenaga Ahli Penyusunan Profil Tenaga Ahli
Konstruksi Konstruksi Profesional adalah
Profesional untuk Menyediakan informasi
kondisi eksisting ketersediaan
tenaga ahli profesional yang
terdaftar sebagai anggota
asosiasi profesi konstruksi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 90


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk Menyusun informasi
sebaran tenaga ahli konstruksi,
jenis profesi, tahun pengalaman
kerja, pendidikan/pelatihan,
NPWP, informasi sertifikasi
kompetensi ahli (SKA).
4 Bantuan Teknis Maksud dari kegiatan ini adalah 913,180,000
Manajemen memberikan bantuan teknis di
Pelaksanaan bidang manajemen dan strategi
Penyetaraan pelaksanaan rekruitmen calon
Kompetensi engineer dan arsitek sampai
Regional dengan tahap fasilitasi layanan
registrasi yang akan menjadi
anggota ASEAN Architect dan
ASEAN Chartered Professional
Engineer.
Tujuan dari kegiatan ini adalah
memfasilitasi layanan
penyetaraan kemampuan
engineer dan arsitek di Indonesia
dalam rangka MRA untuk
meningkatkan jumlah engineer
dan arsitek yang menjadi
anggota ASEAN Architect dan
ASEAN Chartered Professional
Engineer.
5 Identifikasi Maksud dari kegiatan ini adalah 731,555,000
Kebutuhan untuk Menyiapkan bahan
Program masukan penyusunan rencana
Penyelenggaraan program dan kegiatan
Penyetaraan penyetaraan kompetensi regional
Kompetensi tenaga kerja konstruksi dalam
Regional bagi upaya pemenuhan target 1500
Tenaga Kerja orang di 2019.
Konstruksi Tujuan dari kegiatan ini adalah
Indonesia Menyusun rencana program dan
kegiatan serta rencana
kebutuhan pemberian
fasilitasi/bimbingan bersama
dengan stakeholder dalam upaya
peningkatan jumlah tenaga kerja
yang dapat disetarakan
kompetensinya di tingkat
regional.
6 Penyusunan Maksud dari kegiatan ini 739,618,000
Profil Tenaga menyediakan informasi kondisi
Kerja Konstruksi eksisting profesi tenaga kerja
Indonesia di konstruksi Indonesia yang
ASEAN berada di negara-negara ASEAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah
menyusun informasi sebaran

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 91


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


tenaga kerja konstruksi, jenis
profesi, jenis dan besaran
pekerjaan konstruksi, durasi
penugasan, imbal jasa
konstruksi, peluang dan
tantangan pengembangan
profesi di ASEAN.
Total
4.687.388.000
Keseluruhan

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2016


Gambar Nilai Pagu dalam Rupiah Tahun 2015

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2015

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 92


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

5. SUB DIREKTORAT PRODUKTIVITAS

a. Tugas dan Fungsi


 Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan dan evaluasi di bidang produktivitas konstruksi.
 Dengan menyelenggarakan fungsi :
1) penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang produktivitas
konstruksi;
2) pelaksanaan kebijakan di bidang produktivitas konstruksi;
3) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang produktivitas konstruksi;
4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produktivitas
konstruksi; dan
5) pemantauan dan evaluasi di bidang produktivitas konstruksi.

 Subdirektorat Produktivitas terdiri atas:


1) Seksi Standar dan Pedoman

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan


kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
supervise di bidang produktivitas konstruksi.

2) Seksi Pemantauan dan Evaluasi.

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan


kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
supervisi di bidang produktivitas konstruksi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 93


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Gambar Struktur Organisasi Direktorat Bina Kompetensi dan


Produktivitas Konstruksi :

Sumber : Permen PUPR 15/PRT/M/2015

b. Bisnis Proses Subdit Produktivitas


Sesuai dengan judul Subdit Produktivitas Konstruksi maka tujuan kegiatan
yang ada pada Subdit ini adalah memastikan tersusunnya standar dan
pedoman produktivitas kerja konstruksi yang diukur sejumlah 2 draft NSPK
dalam setahun dan 10 draft NSPK dalam 5 tahun. Sedangkan output lainnya
adalah tersusunnya profil kinerja produktivitas sebanyak 1 profil setahun dan
5 profil dalam 5 tahun. Jelasnya dapat dilihat dalam bagan bisnis proses ini.

Gambar Bisnis Proses Subdit Produktivitas

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 94


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

c. Evaluasi Kegiatan Subdit Produktivitas Tahun 2016

Paket program kegiatan tahun 2016, Sub-direktorat Produktivitas


menangani 4 jenis paket program-kegiatan, dengan total pagu anggaran Rp.
4.188.382.000,-

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai


berikut:
Tabel Program Kegiatan Subdit Produktivitas 2016

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Penyusunan Maksud : Menyiapkan masukan 808.527.500
Naskah Akademik teknis bagi penetapan 'billing
Kebijakan rate' minimum tenaga ahli yang
Pembinaan berkompeten (SKA) dengan
Konstruksi untuk mempertimbangkan dampak
Peningkatan pengaruhnya terhadap kenaikan
Produktivitas produktivitas jasa konstruksi
Konstruksi kerja bagi individu, proyek,
perusahaan, dan ekonomi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 95


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


Tujuan : Tersusunnya masukan
teknis penetapan upah minimum
bagi tenaga ahli konstruksi dalam
rangka meningkatkan apresiasi
terhadap pencapaian kompetensi
kerja dan peningkatan
produktivitas kerja untuk
meningkatkan daya saing
konstruksi Indonesia
2 Penyusunan Maksud : Menyiapkan petunjuk 741.183.300
Petunjuk pelaksanaan pengukuran
Pelaksanaan produktivitas kerja konstruksi
Pengukuran Tujuan : Tersedianya petunjuk
Produktivitas pelaksanaan pengukuran
Konstruksi produktivitas kerja konstruksi
bagi stakeholder untuk
meningkatkan produktivitas kerja
3 Kajian Maksud : Mengkaji 1.189.909.600
Pendayagunaan pemanfaatan teknologi
Teknologi konstruksi dalam mendukung
Konstruksi dalam peningkatan produktivitas
Mendukung konstruksi
Peningkatan Tujuan : Menyusun kajian
Produktivitas pemanfaatan teknologi
konstruksi dan pengaruhnya
terhadap peningkatan
produktivitas konstruksi
4 Bantek Maksud : Memberikan bantuan 1.448.761.600
Manajemen teknis Manajemen Produktivitas
Produktivitas Kerja Konstruksi
Kerja Konstruksi Tujuan : Meningkatkan
produktivitas kerja konstruksi
Total
4.188.382.000
Keseluruhan

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2016

Gambar Nilai Pagu dalam Rupiah Tahun 2016

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 96


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2016

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

d. Program Kegiatan Subdit Produktivitas Tahun 2017

Paket program kegiatan tahun 2017, Sub-direktorat Produktivitas


menangani 5 jenis paket program-kegiatan, dengan total pagu anggaran Rp.
6.000.000.000,-

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai


berikut:

Tabel Program Kegiatan Subdit Produktivitas 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 97


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Penyusunan Maksud : Melakukan analisis 1.500.000.000
Kebijakan kebutuhan kebijakan
Peningkatan Pembinaan Sektor Konstruksi
Produktivitas yang mendukung tercapainya
Konstruksi Peningkatan Produktivitas
Konstruksi Nasional

Tujuan : Tersedianya
rekomendasi Kebijakan
Sistem Peningkatan
Produktivitas Konstruksi
dalam Pembinaan Konstruksi
Nasional

2 Penyusunan Maksud : Melakukan analisis 500.000.000


Kebijakan kebutuhan kebijakan
Peningkatan Pembinaan Sektor Konstruksi
Produktivitas yang mendukung tercapainya
Konstruksi Peningkatan Produktivitas
Konstruksi Nasional

Tujuan : Tersedianya
rekomendasi Kebijakan
Sistem Peningkatan
Produktivitas Konstruksi
dalam Pembinaan Konstruksi
Nasional
3 Fasilitasi Maksud : Melakukan 1.200.000.000
Peningkatan fasilitasi peningkatan
Produktivitas awareness Produktivitas
Konstruksi Konstruksi melalui kegiatan
strategis dalam mendukung
tercapainya Peningkatan
Produktivitas Konstruksi
Nasional

Tujuan : Meningkatkan
kapasitas pemahaman dan
pelaksanaan Jasa Konstruksi
berbasis Produktivitas
4 Bantek Maksud : Memberikan 1.600.000.000
Manajemen bantuan teknis Manajemen
Produktivitas Produktivitas Kerja
Konstruksi Konstruksi dengan
mengenalkan serta
mendampingi Stakeholder
terkait

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 98


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


Tujuan : Terciptanya
Program Pengukuran dan
Peningkatan Produktivitas

5 Monitoring dan Maksud : Melakukan 1.200.000.000


Evaluasi monitoring dan evaluasi
Produktivitas berkala terhadap kondisi
Konstruksi Sistem Produktivitas
Konstruksi

Tujuan : Tersedianya profil


Produktivitas Konstruksi
Nasional

Total 6.000.000.000
Keseluruhan

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 20167

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 99


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Tabel Rencana Kegiatan Subdit Produktivitas Tahun 2017

Pengguna
No Paket Pekerjaan K/S Maksud/Tujuan Produk Manfaat Produk Biaya (Rp)
Produk
Seksi Standar dan Pedoman

1 Penyusunan Kebijakan K Maksud : Melakukan Rekomendasi Kementerian Tersedianya


Peningkatan Produktivitas analisis kebutuhan Kebijakan Teknis Kebijakan 1,000,000,000
Konstruksi kebijakan Pembinaan Peningkatan Terkait dan Peningkatan
Sektor Konstruksi Produktivitas Stakeholder Produktivitas
yang mendukung Konstruksi Jasa Konstruksi yang
tercapainya Konstruksi mendukung
S Peningkatan terciptanya Iklim
Produktivitas Usaha Produktif 500,000,000
Konstruksi Nasional

Tujuan : Tersedianya
rekomendasi
Kebijakan Sistem
Peningkatan
Produktivitas
Konstruksi dalam
Pembinaan
Konstruksi Nasional
2 Penyusunan SKKNI: K Maksud : untuk Tersedianya Stakeholder Sebagai penunjang
1. Rumah Instan Sederhana menyiapkan bakuan RSKKNI Rumah Jasa dalam pembinaan 800,000,000
Sehat (RISHA) kompetensi sebagai Instan Sederhana Konstruksi kompetensi dan
2. Fasilitator Teknis dalam acuan pelatihan dan Sehat (RISHA) peningkatan kualitas
Pembangunan Infrastruktur uji kompetensi tenaga dan Fasilitator tenaga kerja
berbasis Masyarakat kerja konstruksi. Teknis dalam konstruksi Indonesia.
Pembangunan
Tujuan : menyiapkan Infrastruktur
Rancangan Standar berbasis
Kompetensi Kerja Masyarakat
Nasional Indonesia

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 100


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

(RSKKNI), pada suatu


jabatan kerja tertentu
di sektor konstruksi.

Seksi Pemantauan dan Evaluasi

3 Fasilitasi Pendampingan S Maksud : Melakukan Laporan Fasilitasi Kementerian Terbangunnya


Produktivitas Konstruksi fasilitasi peningkatan Pendampingan Teknis kapasitas Stakeholder 1,250,000,000
awareness Produktivitas Terkait dan dalam
Produktivitas Konstruksi Stakeholder mengimplementasikan
Konstruksi melalui Jasa Sistem Peningkatan
kegiatan strategis Konstruksi Produktivitas
dalam mendukung terutama Konstruksi
tercapainya Penyedia
Peningkatan Jasa
Produktivitas Konstruksi
Konstruksi Nasional

Tujuan :
Meningkatkan
kapasitas
pemahaman dan
pelaksanaan Jasa
Konstruksi berbasis
Produktivitas
TOTAL 3,550,000,000

a. Kontraktual K 1,800,000,00
0
b. Swakelola S 1,750,000,00
0

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 101


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Gambar Nilai Paket Kegiatan dalam Rupiah Tahun 2017

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2017

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 102


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

e. Percepatan Kegiatan Pengembangan Subdit Produktivitas Tahun 2017

Produktivitas
a. Seksi Standar dan Pedoman
1) Penyusunan Kebijakan Peningkatan Produktivitas Konstruksi
2) Penyusunan SKKNI:
 Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA)
 Fasilitator Teknis dalam Pembangunan Infrastruktur berbasis Masyarakat
b. Seksi Pemantauan dan Evaluasi
3) Fasilitasi Pendampingan Produktivitas Konstruksi

f. Program Kegiatan Subdit Produktivitas Tahun 2015

Paket program kegiatan tahun 2015, Sub-direktorat Produktivitas menangani


6 jenis paket program-kegiatan, dengan total pagu anggaran Rp.
4.127.277.000,-

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai berikut:
Tabel Program Kegiatan Subdit Produktivitas 2015

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Kajian Maksud dari kegiatan Kajian 733,679,000
Pengaturan Upah Pengaturan Upah Minimum
Minimum terhadap Produktivitas Tenaga
Terhadap Terampil di Proyek Konstruksi
Produktivitas adalah untuk Menyiapkan bahan
Tenaga Terampil masukan bagi pengaturan upah
di Proyek minimum bagi tenaga kerja
Konstruksi terampil yang kompeten (SKT)
dengan mempertimbangkan
dampak pengaruhnya terhadap
kenaikan produktivitas konstruksi
kerja bagi individu, proyek,
perusahaan, dan ekonomi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk Tersusunya rancangan
peraturan upah minimum bagi
tenaga kerja terampil konstruksi
dalam rangka meningkatkan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 103


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


apresiasi terhadap pencapaian
kompetensi kerja dan
peningkatan produktivitas kerja
untuk meningkatkan daya saing
konstruksi Indonesia.
2 Kajian Maksud dari kegiatan ini 709,402,000
Pengaturan menyiapkan bahan masukan
Imbal Jasa bagi pengaturan 'billing rate'
Minimum Tenaga minimum tenaga ahli yang
Ahli terhadap berkompeten (SKA) dengan
Peningkatan mempertimbangkan dampak
Produktivitas pengaruhnya terhadap kenaikanp
Jasa Konstruksi roduktivitas jasa konstruksi kerja
bagi individu, proyek,
perusahaan, dan ekonomi
Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk Tersusunnya rancangan
peraturan upah minimum bagi
tenaga kerja terampil konstruksi
dalam rangka meningkatkan
apresiasi terhadap pencapaian
kompetensi kerja dan
peningkatan produktivitas kerja
untuk meningkatkan daya saing
konstruksi Indonesia.
3 Identifikasi Maksud dari kegiatan ini adalah 718,540,000
Kebutuhan menyiapkan bahan masukan
Program penyusunan rencana program
Peningkatan dan kegiatan dalam peningkatan
Produktivitas produktivitas kerja konstruksi
Kerja Konstruksi 2015-2019
Tujuan dari kegiatan ini adalah
Menyusun rencana program dan
kegiatan serta rencana aksi
bersama dengan stakeholder
dalam upaya peningkatan
produktivitas kerja konstruksi.
4 Penyusunan Maksud dari kegiatan ini adalah 732,342,000
Rancangan Menyiapkan rancangan
Standar Indikator standarisasi indikator
Pengukuran pengukuran produktivitas kerja
Produktivitas konstruksi beserta mekanisme
Kerja Konstruksi pemantauan dan evaluasinya
bersama stakeholder terkait
Tujuan dari kegiatan ini adalah
Tersedianya indikator
pengukuran produktivitas kerja
konstruksi yang reliable,
akuntable, mudah didapat, dan
dapat digunakan sebagai alat
'benchmarking' kinerja
produktivitas konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 104


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


5 Penyusunan Maksud dari kegiatan ini adalah 715,495,000
Rancangan Menyiapkan rancangan standar
Standar perhitungan jenis dan jumlah
Perhitungan tenaga kerja konstruksi yang
Kebutuhan dibutuhkan berdasarkan
Tenaga Kerja karakteristik jenis proyek
Berdasarkan konstruksi yang mempunyai
Keseragaman keseragaman produktivitas
Parameter Tujuan dari kegiatan ini adalah
Produktivitas Tersedianya bahan masukan
Kerja acuan perencanaan penyerapan
tenaga kerja yang bisa dilakukan
oleh stakeholder dalam
menjamin ketercapaian target
produktivitas proyek konstruksi
6 Sinkronisasi Maksud dari kegiatan ini adalah 517,819,000
Upaya Menyiapkan bahan dan
Peningkatan pelaksanaan sinkronisasi
Kesiapan Daya kegiatan percepatan peningkatan
Saing Tenaga kompetensi tenaga kerja muda
Kerja Konstruksi (SMK bangunan/konstruksi)
Muda Tingkat bersama kementerian terkait
Terampil dalam dalam rangka fasilitasi sertifikasi
menghadapi kompetensi dan kesiapan
MEA menghadapi MEA
Tujuan dari kegiatan ini adalah
Tersedianya bahan kesepakatan
kerja bersama dengan
stakeholder dalam rangka
pelaksanaan kegiatan terpadu
untuk percepatan sertifikasi
tenaga terampil menghadapi
MEA di 2015.
Total
4,127,277,000
Keseluruhan

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2016

Gambar Nilai Pagu dalam Rupiah Tahun 2015

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 105


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2015

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

6. SUB BAGIAN TATA USAHA

a. Tugas dan Fungsi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 106


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Mempunyai tugas melakukan pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan,


perlengkapan, rumah tangga, administrasi barang milik negara, tata
persuratan, kearsipan, koordinasi administrasi dan koordinasi penerapan
sistem manajemen mutu direktorat.

Gambar Struktur Organisasi Direktorat Bina Kompetensi dan


Produktivitas Konstruksi :

Sumber : Permen PUPR 15/PRT/M/2015

b. Bisnis Proses Subbag Tata Usaha

Dalam proses bisnis di atas dapat diidentifikasi bahwa tugas subbag Tata
Usaha sesuai uraian tugas di bab A.1 di atas melayani seluruh subdit di
DBKPK. Agar pelayanannya maksimal maka ditetapkan target Laporan
Bulan Layanan berjumlah 13 tiap tahunannya atau 65 laporan tiap 5
tahun.sekali sesuai renstra.

Gambar Bisnis Proses Subbag Tata Usaha

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 107


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Data olahan tahun 2017

c. Evaluasi Kegiatan Subbag Tata Usaha Tahun 2016

Paket program kegiatan tahun 2016, Sub bagian Tata Usaha menangangani
2 jenis paket program-kegiatan, dengan total pagu anggaran Rp.
1.898.847.500,-

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai


berikut:
Tabel Program Kegiatan Subbagian Tata Usaha 2016

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Pendampingan Maksud: Melaksanakan 438.130.000
Penerapan Koordinasi Penerapan Sistem
Sistem Manajemen Mutu di lingkungan
Manajemen Mutu Direktorat Bina Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi untuk
mengakomodasi semua sistem
terkait dengan penjaminan mutu
seluruh proses kegiatan yang
dilaksanakan.
Tujuan: Memenuhi standar mutu
yang merupakan salah satu
indikator kinerja Direktorat Bina
Kompetensi dan Produktivitas
Konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 108


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


2 Konsultan Maksud : Memberikan bantuan 1.460.717.500
Pembinaan teknis terkait program dan
Kompetensi dan anggaran Direktorat Bina
Produktivitas Kompetensi dan Produktivitas
Konstruksi Konstruksi
Tujuan : Meningkatkan
akuntabilitas dan kinerja program
dan anggaran Direktorat Bina
Kompetensi dan Produktivitas
Konstruksi
Total
1.898.847.500
Keseluruhan

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2016

Gambar Nilai Pagu dalam Rupiah Tahun 2016

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2016

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 109


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

d. Pengendalian Kegiatan Subbag Tata Usaha Tahun 2017

Paket program kegiatan tahun 2017, Sub bagian Tata Usaha menangangani
11 jenis paket program-kegiatan, dengan total pagu anggaran Rp.
11.177.230.000,-

Adapun rincian program dan besarnya pagu anggaran adalah sebagai


berikut:
Tabel Program Kegiatan Subbagian Tata Usaha 2016

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


1 Penyelenggaraan Maksud: 4.613.550.000
Operasional dan Terciptanya kenyamanan
Pemeliharaan kerja dalam mendukung
Perkantoran program kerja di
lingkungan Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi.

Tujuan:
Memberikan dukungan
layanan operasional
perkantoran di lingkungan
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi

2 Sistem Maksud: 82.700.000


Pelaporan secara Menyusun dan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 110


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


Elektronik (e- menerapkan mekanisme
Monitoring) pemantauan dan penilaian
penyelengaraan
pemerintahan yang
menjadi tugas fungsi
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi.

Tujuan:
Melakukan pemantauan
dan penilaian
penyelengaraan tugas
fungsi Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi.

3 Perangkat Maksud: 429.000.000


Pengolah Data Terciptanya kenyamanan
dan Komunikasi kerja dalam mendukung
program kerja di
lingkungan Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi

Tujuan:
Memberikan dukungan
layanan operasional
perkantoran di lingkungan
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi.

4 Peralatan dan Maksud: 300.000.000


Fasilitas Terciptanya kenyamanan
Perkantoran kerja dalam mendukung
program kerja di
lingkungan Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi.

Tujuan:
Memberikan dukungan
layanan operasional
perkantoran di lingkungan
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 111


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


5 Pelaksanaan Maksud: 1.066.860.000
Manajemen Terwujudnya
Kepegawaian pemerintahan/ birokrasi
yang efektif dan efisien
sesuai prinsip-prinsip tata
kelola pemerintahan yang
baik.

Tujuan:
Terwujudnya aparatur
yang berintegritas,
kompeten, profesional,
berkinerja tinggi, dan
sejahtera dalam
menyokong pencapaian
pengelolaan birokrasi yang
baik.

6 Fasilitasi Maksud: 570.800.000


Penyusunan - Menyusun dokumen
Rencana dan Rencana Kerja dan
Evaluasi Aggaran Kementerian/
Program Lembaga (RKA-KL) untuk
Direktorat tahun anggaran 2017.
- Menyusun dan
menerapkan mekanisme
pemantauan dan penilaian
penyelengaraan
pemerintahan yang
menjadi tugas fungsi
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi.

Tujuan:
- Tercapainya
Perencanaan Program dan
Anggaran efisien,
berorientasi kinerja serta
tepat sasaran.

- Melakukan pemantauan
dan penilaian
penyelengaraan tugas
fungsi Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi.

7 Pelaksanaan Maksud: 555.400.000


Manajemen Menyusun dan
Keuangan dan menerapkan mekanisme

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 112


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


Perkantoran pelaporan Keuangan dan
Barang Milik Negara
dalam penyelengaraan
pemerintahan yang
menjadi tugas fungsi
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konrtsuksi.

Tujuan:
Menyusun laporan
Keuangan dan Barang
Milik Negara di lingkungan
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konrtsuksi.

8 Fasilitasi Maksud: 787.200.000


Koordinasi Terwujudnya sinkronisasi
Direktorat program Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi
dalam mendukung
Program Direktorat
Jenderaal Bina Konstruksi.

Tujuan:
Terwujudnya koordinasi
internal di lingkungan
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi.

9 Pengelolaan Maksud: 567.860.000


Database dan Pengelolaan database
Materi Publikasi Direktorat Bina
Direktorat Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi
yang profesional dan
konsisten serta
terselenggaranya promosi
dan publikasi .

Tujuan:
Menyediakan database
yang mudah diakses,
informatif, terkini dan
dapat diandalkan serta
menyusun materi promosi
dan publikasi Direktorat
Bina Kompetensi dan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 113


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

No Paket Pekerjaan Maksud/Tujuan K/S Biaya (Rp)


Produktivitas Konstruksi.

10 Koordinasi Maksud: 403.860.000


Penerapan Melaksanakan Koordinasi
Sistem Penerapan Sistem
Manajemen Mutu Manajemen Mutu di
Direktorat (SMM) lingkungan Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi
untuk mengakomodasi
semua sistem terkait
dengan penjaminan mutu
seluruh proses kegiatan
yang dilaksanakan.

Tujuan:
Memenuhi standar mutu
yang merupakan salah
satu indikator kinerja
Direktorat Bina
Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi

11 Konsultan Maksud: 1.800.000.000


Pembinaan Memberikan
Kompetensi Dan Pendampingan Teknis
Produktivitas untuk Direktorat
Konstruksi Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi.

Tujuan:
Terselenggaranya
Program Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi
yang mendukung Rencana
Strategis DJBK dengan
tujuan pembinaan industri
konstruksi nasional yang
bersinergi dengan
Kebijakan Pembinaan
Konstruksi serta
membangun mekanisme
penilaian kinerja Direktorat
Bina Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi
sebagai bahan evaluasi
berkala.

Total
Keseluruhan
11.177.230.000

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 114


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Sumber : Laporan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 115


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Tabel Rencana Kegiatan Sub Bagian Tata Usaha Tahun 2017

Pengguna
NO Paket Pekerjaan K/S Maksud / Tujuan Produk Manfaat Produk Biaya (Rp)
Produk
1 Gaji dan Tunjangan S - - - -
1,171,573,000
2 Penyelenggaraan S Maksud: Terciptanya Dukungan Layanan Pegawai di Untuk
Operasional dan kenyamanan kerja dalam Operasional lingkungan memberikan 3,214,000,000
Pemeliharaan mendukung program kerja Perkantoran Direktorat dukungan
Perkantoran di lingkungan Direktorat Bina layanan
Bina Kompetensi dan Kompetensi operasional
Produktivitas Konstruksi. dan perkantoran
Tujuan: memberikan Produktivitas dalam
dukungan layanan Konstruksi mendukung
operasional perkantoran di program kerja di
lingkungan Direktorat Bina lingkungan
Kompetensi dan Direktorat Bina
Produktivitas Konstruksi. Kompetensi dan
Produktivitas
Konstruksi
3 Perangkat Pengolah S Maksud: Terciptanya Perangkat Pengolah Pegawai di Untuk
Data dan Komunikasi kenyamanan kerja dalam Data dan Komunikasi lingkungan memberikan 155,000,000
mendukung program kerja Direktorat dukungan
di lingkungan Direktorat Bina layanan
Bina Kompetensi dan Kompetensi operasional
Produktivitas Konstruksi. dan perkantoran
Tujuan: memberikan Produktivitas dalam
dukungan layanan Konstruksi mendukung
operasional perkantoran di program kerja di
lingkungan Direktorat Bina lingkungan
Kompetensi dan Direktorat Bina
Produktivitas Konstruksi. Kompetensi dan
Produktivitas
Konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 116


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

4 Peralatan dan Fasilitas S Maksud: Terciptanya Peralatan dan Fasilitas Pegawai di Untuk
Perkantoran kenyamanan kerja dalam Perkantoran lingkungan memberikan 145,000,000
mendukung program kerja Direktorat dukungan
di lingkungan Direktorat Bina layanan
Bina Kompetensi dan Kompetensi operasional
Produktivitas Konstruksi. dan perkantoran
Tujuan: memberikan Produktivitas dalam
dukungan layanan Konstruksi mendukung
operasional perkantoran di program kerja di
lingkungan Direktorat Bina lingkungan
Kompetensi dan Direktorat Bina
Produktivitas Konstruksi. Kompetensi dan
Produktivitas
Konstruksi
5 Pembinaan Internal S
Kepegawaian 318,600,000
6 Bintek/Pendampingan S
Penyusunan, 183,484,000
Perencanaan, Program
Dan Anggaran &
Evaluasi Tahunan Ta.
2017
7 Pelaksanaan S Maksud: menyusun dan - Laporan Sistem - Direktorat Untuk
Manajemen Keuangan menerapkan mekanisme Akuntansi Keuangan Bina memberikan 177,832,000
dan Perkantoran pelaporan Keuangan dan Pemerintah (SAKPA) Kompetensi informasi terkait
Barang Milik Negara dalam dan perencanaan,
penyelengaraan - Laporan Barang Milik Produktivitas pelaksanaan dan
pemerintahan yang Negara (BMN) Konstruksi evaluasi
menjadi tugas fungsi - Direktorat Keuangan dan
Direktorat Bina Kompetensi Jenderal Barang Milik
dan Produktivitas Bina Negara di
Konrtsuksi. Konstruksi lingkungan
Tujuan: menyusun laporan - Direktorat Bina
Keuangan dan Barang Kementerian Kompetensi dan
Milik Negara di lingkungan Pekerjaan Produktivitas

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 117


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Direktorat Bina Kompetensi Umum dan Konstruksi


dan Produktivitas Perumahan
Konrtsuksi. Rakyat

8 Pengumpulan Data dan S


Informasi 400,525,000
9 Koordinasi Penerapan S Maksud: melaksanakan Laporan Penerapan Direktorat Untuk memenuhi
Sistem Manajemen Koordinasi Penerapan Sistem Manajemen Bina standar mutu 344,300,000
Mutu (SMM) Sistem Manajemen Mutu di Mutu (SMM) Direktorat Kompetensi yang merupakan
lingkungan Direktorat Bina Bina Kompetensi dan dan salah satu
Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Produktivitas indikator kinerja
Produktivitas Konstruksi Konstruksi Direktorat Bina
untuk mengakomodasi Kompetensi dan
semua sistem terkait Produktivitas
dengan penjaminan mutu Konstruksi
seluruh proses kegiatan
yang dilaksanakan.
Tujuan: memenuhi standar
mutu yang merupakan
salah satu indikator kinerja
Direktorat Bina Kompetensi
dan Produktivitas
Konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 118


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

10 Reformasi Birokrasi S Maksud: terwujudnya 1) Bintek Kesatkeran Seluruh Pelaksanaan


pemerintahan yang baik dan Verifikator2) Bintek pegawai di Reformasi 395,575,000
(good governance) Hukum Kontrak dan lingkungan Birokrasi
terhadap kelembagaan Penyusunan Dokumen Direktorat bermanfaat bagi
(organisasi), Kontrak3) Bintek Bina seluruh pegawai
ketatalaksanaan (business Pengadaan Barang dan Kompetensi di lingkungan
process), dan yang paling Jasa Pemerintah dan Direktorat Bina
utama adalah sumberdaya Produktivitas Kompetensi dan
manusia aparatur.Tujuan: Konstruksi Produktivitas
peningkatan kapasitas Konstruksi agar
SDM di lingkungan dapat benar-
Direktorat Bina Kompetensi benar
dan Produktivitas ditempatkan
Konstruksi, khususnya sesuai dengan
dalam hal tugas kompetensinya
Kesatkeran dan dan dapat
Pengadaan Barang dan mendukung
Jasa Pemerintah kebutuhan
organisasi.
11 Fasilitasi Koordinasi S Maksud: terwujudnya Laporan Fasilitasi - Pegawai di Terselenggaranya
Internal Direktorat sinkronisasi program Koordinasi Internal lingkungan koordinasi 781,686,000
Direktorat Bina Kompetensi Direktorat Direktorat internal di
dan Produktivitas Bina lingkungan
Konstruksi dalam Kompetensi Direktorat Bina
mendukung Program dan Kompetensi dan
Direktorat Jenderaal Bina Produktivitas Produktivitas
Konstruksi. Konstruksi Konstruksi
Tujuan: terwujudnya -
koordinasi internal di Narasumber
lingkungan Direktorat Bina dari
Kompetensi dan stakeholder
Produktivitas Konstruksi. terkait

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 119


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

12 Sistem Pelaporan S Maksud: menyusun dan Laporan e-Monitoring - Direktorat Untuk


secara Elektronik (e- menerapkan mekanisme Direktorat Bina Bina memberikan 100,000,000
Monitoring) pemantauan dan penilaian Kompetensi dan Kompetensi informasi terkait
penyelengaraan Produktivitas Konstruksi dan perencanaan,
pemerintahan yang Produktivitas pelaksanaan dan
menjadi tugas fungsi Konstruksi- evaluasi program
Direktorat Bina Kompetensi Direktorat kerja di
dan Produktivitas Jenderal lingkungan
Konrtsuksi.Tujuan: Bina Direktorat Bina
melakukan pemantauan Konstruksi- Kompetensi dan
dan penilaian Kementerian Produktivitas
penyelengaraan tugas Pekerjaan Konstruksi
fungsi Direktorat Bina Umum dan
Kompetensi dan Perumahan
Produktivitas Konrtsuksi. Rakyat
TOTAL 7,387,575,000

a. Kontraktual K -
b. Swakelola S 7,387,575,00
0

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 120


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Gambar Nilai Paket Kegiatan dalam Rupiah Tahun 2017

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

Gambar Alokasi Paket Kegiatan dalam Persentase Tahun 2017

Sumber : Data hasil olahan tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 121


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Tata Usaha
 Gaji dan Tunjangan
 Operasional dan Pemeliharaan Kantor
 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
 Pembinaan Internal Kepegawaian
 Bintek/Pendampingan Penyusunan, Perencanaan, Program Dan Anggaran &
Evaluasi Tahunan TA. 2017
 Pelaksanaan Manajemen Keuangan dan Perkantoran
 Pengumpulan Data dan Informasi
 Koordinasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM)
 Reformasi Birokrasi
 Fasilitasi Koordinasi Internal Direktorat
 Sistem Pelaporan secara Elektronik (e-Monitoring)

C. KEBIJAKAN DIREKTUR BINA KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS


KONSTRUKSI

1. Penyusunan Draft Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

DRAFT RANCANGAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …….. TAHUN ..........
TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2017
TENTANG JASA KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal 18, Pasal
25, Pasal 42 ayat (6), Pasal 45, Pasal 51, Pasal 65 ayat (5), Pasal
67 ayat (2), Pasal 82, Pasal 85 ayat (4), Pasal 88 ayat (7), dan
Pasal 102 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 122


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

tentang Jasa Konstruksi;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6018);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG


PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2
TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Pemerintah yang dimaksud dengan:

1. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan


konstruksi.
2. Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang
meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen
penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.
3. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan
pembangunan kembali suatu bangunan.
4. Usaha Penyediaan Bangunan adalah pengembangan jenis usaha jasa konstruksi
yang dibiayai sendiri oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha,
atau masyarakat, dan dapat melalui pola kerja sama untuk mewujudkan, memiliki,
menguasai, mengusahakan, dan/atau meningkatkan kemanfaatan bangunan.
5. Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang menggunakan
layanan Jasa Konstruksi.
6. Penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi.
7. Sub penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi kepada Penyedia
Jasa.
8. Kontrak Kerja Konstruksi adalah keseluruhan dokumen kontrak yang mengatur
hubungan hukum antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
9. Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan adalah

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 123


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

pedoman teknis keamanan, keselamatan, kesehatan tempat kerja konstruksi, dan


perlindungan sosial tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
10. Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau
tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
11. Sertifikat Badan Usaha adalah tanda bukti pengakuan terhadap klasifikasi dan
kualifikasi atas kemampuan badan usaha Jasa Konstruksi termasuk hasil
penyetaraan kemampuan badan usaha Jasa Konstruksi asing.
12. Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah proses pemberian sertifikat kompetensi
melalui uji kompetensi sesuai dengan standar kompetensi kerja nasional
Indonesia, standar internasional, dan/atau standar khusus.
13. Sertifikat Kompetensi Kerja adalah tanda bukti pengakuan kompetensi tenaga
kerja konstruksi.
14. Tanda Daftar Usaha Perseorangan adalah izin yang diberikan kepada usaha
orang perseorangan untuk menyelenggarakan kegiatan Jasa Konstruksi.
15. Izin Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut Izin Usaha adalah izin yang
diberikan kepada badan usaha untuk menyelenggarakan kegiatan Jasa
Konstruksi.
16. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Jasa Konstruksi.
19. Klasifikasi adalah bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan
usaha di bidang jasa konstruksi menurut bidang dan sub bidang usaha atau
penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang perseorangan di
bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan/atau keterampilan tertentu
dan/atau kefungsian dan/atau keahlian masing-masing
20. Kualifikasi adalah bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan
usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman kompetensi .dan
kemampuan usaha, atau penggolongan profesi dan keahlian kerja orang
perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman kompetensi
dan kemampuan profesi dan keahlian.
21. Akreditasi adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh Lernbaga
terhadap :
a. asosiasi perusahaan jasa konstruksi dan asosiasi profesi jasa konstruksi atas
kornpetensi dan kinerja asosiasi untuk dapat rnelakukan sertifikasi anggota
asosiasi; atau
b. institusi pendidikan dan pelatihan jasa konstruksi atas kompetensi dan kinerja
institusi tersebut untuk dapat menerbitkan sertifikat keterarnpilan kerja dan atau
sertifikat keahlian kerja.
22. Badan usaha adalah badan usaha di bidang jasa konstruksi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 124


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

23. Kerugian negara adalah kekurangan uang dan barang, yang nyata dan pasti
jumlahnya yang dapat dihitung berdasarkan hasil temuan yang berwenang atau
akuntan publik yang ditunjuk sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai dalam menyelenggarakan Jasa Konstruksi.
24. Pembinaan Jasa Konstruksi adalah serangkaian kegiatan yang mencakup
penetapan kebijakan, penyelenggaraan kebijakan, pemantauan dan evaluasi
kebijakan Jasa Konstruksi serta pemberdayaan dan pengawasan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi sesuai dengan tanggung jawab dan
kewenangan pemerintah pusat dan/atau daerah.
25. Masyarakat Jasa Konstruksi adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai
kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan Jasa Konstruksi
antara lain asosiasi perusahaan, asosiasi profesi, pengguna jasa, perguruan
tinggi, pakar, pelaku rantai pasok, dan pemerhati konstruksi.
26. Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi adalah layanan informasi dan
proses pengelolaan data Jasa Konstruksi yang didukung oleh teknologi informasi
dan telekomunikasi yang diselenggarakan secara terpadu oleh Pemerintah Pusat.
27. Lembaga adalah Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi.
28. Lisensi adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan proses sertifikasi
Jasa Konstruksi.
29. Rantai Pasok adalah adalah alur kegiatan produksi dan distribusi material,
peralatan, dan teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi.
30. Layanan Usaha adalah suatu proses pekerjaan berdasarkan jenis kualifikasi
31. Tender atau Seleksi adalah cara pemilihan penyedia usaha jasa konstruksi.
32. Pengadaan Secara Elektronik adalah cara pemilihan penyedia usaha jasa
konstruksi melalui media elektronik.
33. Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh
penyedia jasa yang dinyatakan telah lulus prakualifikasi dan jumlahnya diyakini
terbatas dengan pengumuman secara luas melalui media massa, sekurang-
kurangnya 1 (satu) media cetak dan papan pengumuman resmi untuk umum
sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi
dapat mengikutinya.
34. Pemilihan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi tanpa melalui
pelelanganumum atau pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan
membandingkansekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar dari penyedia jasa dan
dapat dilakukannegosiasi, baik dari segi teknis maupun harga, sehingga
diperoleh harga yangwajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
35. Penunjukan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi yang dilakukan tanpa
melalui pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung yang
dilakukan hanya terhadap 1 (satu) penyedia jasa dengan cara melakukan
negosiasi baik dari segi teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang
wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan
36. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran dan pembangunan
kembali suatu bangunan
37. Bangunan Konstruksi adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 125


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

di dalam tanah dan/atau air dengan fungsi tertentu yang telah ditetapkan
38. Pembangunan adalah kegiatan mewujudkan suatu bangunan konstruksi.
39. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan konstruksi beserta
prasarana dan sarananya agar selalu laik fungsi.
40. Pengoperasian adalah kegiatan memanfaatkan bangunan konstruksi sesuai
dengan fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kegiatan perawatan,
pemeliharaan dan pemeriksaan secara berkala.
41. Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau merobohkan seluruh atau
sebagian bangunan konstruksi, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana
dan sarananya.
42. Pembangunan Kembali adalah kegiatan mewujudkan suatu bangunan konstruksi
yang sebagian dan/atau seluruh bagian strukturnya merupakan struktur baru
pada suatu lokasi dimana sebelumnya telah berdiri suatu bangunan konstruksi
tertentu.
43. Pengguna Jasa adalah pemlik atau pemberi pekerjaan yang menggunakan
layanan Jasa Konstruksi.
44. Penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi.
45. Sub penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi kepada Penyedia
Jasa.
46. Kontrak Kerja Konstruksi adalah keseluruhan dokumen kontrak yang megatur
hubungan hukum antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
47. Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan adalah
pedoman teknis keamanan keselamatan, kesehatan tempat kerja konstruksi, dan
perlindungan sosial tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
48. Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau
tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
49. Penilai Ahli adalah orang perseorangan, kelompok, atau lembaga yang terdaftar
di kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasa
Konstruksi yang diberikan kewenangan untuk melakukan penilaian dalam hal
terjadi Kegagalan Bangunan
50. Pembinaan Jasa Konstruksi adalah serangkaian kegiatan yang mencakup
penetapan kebijakan, penyelenggaraan kebijakan, pemantauan dan evaluasi
kebijakan Jasa Konstruksi serta pemberdayaan dan pengawasan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi sesuai dengan tanggung jawab dan
kewenangan pemerintah pusat dan/atau daerah.
51. Masyarakat Jasa Konstruksi adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai
kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan Jasa Konstruksi
antara lain asosiasi perusahaan, asosiasi profesi, pengguna jasa, perguruan
tinggi, pakar, pelaku rantai pasok, dan pemerhati konstruksi.
52. Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi adalah layanan informasi dan
proses pengelolaan data Jasa Konstruksi yang didukung oleh teknologi informasi
dan telekomunikasi yang diselenggarakan secara terpadu oleh Pemerintah Pusat.
53. Kerugian negara adalah kekurangan uang dan barang, yang nyata dan pasti
jumlahnya yang dapat dihitung berdasarkan hasil temuan yang berwenang atau

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 126


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

akuntan publik yang ditunjuk sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai dalam menyelenggarakan Jasa Konstruksi.

BAB II
USAHA JASA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 1
(1) Usaha Jasa Konstruksi diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip:
a. Keterbukaan;
b. Keadilan;
c. Kemudahan;
d. Kemitraan;
e. Persaingan usaha yang sehat; dan
f. Keberlanjutan;
(2) Usaha Jasa Konstruksi ditujukan untuk :
a. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk
mewujudkan struktur usaha kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa
Konstruksi berkualitas;
b. mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin
kesetaraan kedudukan Pengguna dan Penyedia Jasa, serta peningkatan
kepatuhan pada peraturan perundang-undangan;
c. Partisipasi dalam Usaha Jasa Konstruksi baik perseorangan maupun yang
telah berbentuk badan usaha; dan/atau
d. Kepastian hukum dan kepastian usaha di bidang Jasa Konstruksi.
Pasal 2
(1) Lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi:
a. Struktur Usaha Jasa Konstruksi;
b. Sertifikasi Badan Usaha Konstruksi;
c. Perijinan Usaha Jasa Konstruksi;
d. Kinerja Usaha Jasa Konstruksi;
e. Rantai Pasok Usaha Jasa Konstruksi; dan
f. Segmentasi Pasar Usaha Jasa Konstruksi.

Bagian Kedua
Struktur Usaha Jasa Konstruksi
Pasal 3
(1) Struktur usaha jasa konstruksi meliputi :

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 127


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

a. jenis, sifat, klasifikasi dan layanan usaha; dan


b. bentuk dan kualifikasi usaha
Pasal 4
(1) Jenis Usaha Jasa Konstruksi meliputi :
a. Usaha Jasa Konsultansi Konstruksi;
b. Usaha Pekerjaan Konstruksi; dan
c. Usaha Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi
Pasal 5
(1) Sifat Usaha Jasa Konsultansi Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a meliputi:
a. umum; dan
b. spesialis.
(2) Klasifikasi Usaha Jasa Konsultansi Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a antara lain:
a. arsitektur;
b. rekayasa;
c. rekayasa terpadu; dan
d. arsitektur lanskap dan perencanaan wilayah.
(3) Klasifikasi Usaha Jasa Konsultansi Spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b antara lain:
a. konsultansi ilmiah dan teknis; dan
b. pengujian dan analisis teknis.
(4) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Usaha Jasa Konsultansi Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengkajian;
b. perencanaan;
c. perancangan;
d. pengawasan; dan/atau
e. manajemen penyelenggaraan konstruksi.
(5) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Usaha Jasa Konsultansi Spesialis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. survei;
b. pengujian teknis; dan/atau
c. analisis.
Pasal 6
(1) Sifat Usaha Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
meliputi:
a. umum; dan
b. spesialis.
(2) Klasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi Umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi:
a. bangunan gedung; dan
b. bangunan sipil.
(3) Klasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi Spesialis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b antara lain:
a. instalasi;

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 128


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

b. konstruksi khusus;
c. konstruksi prapabrikasi;
d. penyelesaian bangunan; dan
e. penyewaan peralatan.
(4) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Usaha Pekerjaan Konstruksi Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pembangunan;
b. pemeliharaan;
c. pembongkaran; dan/atau
d. pembangunan kembali.
(5) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Usaha Pekerjaan Konstruksi Spesialis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi pekerjaan bagian tertentu
dari bangunan konstruksi atau bentuk fisik lainnya.
Pasal 7
(1) Klasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf c meliputi:
a. bangunan gedung; dan
b. bangunan sipil.
(2) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Usaha Pekerjaan Konstruksi
Terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. rancang bangun; dan
b. perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan.
Pasal 8
(1) Klasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi Umum sebagaimana dimaksud dalam
pasal 7 ayat (2) terdiri dari beberapa Subklasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi
Umum.
(2) Klasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi Spesialis sebagaimana dimaksud dalam
pasal 7 ayat (3) terdiri dari beberapa Subklasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi
Spesialis.
(3) Subklasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi Umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari beberapa Subklasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi
Spesialis.

Badan Usaha Pekerjaan Konstruksi Umum


Pasal 9
Badan Usaha Pekerjaan Konstruksi Umum dapat mempunyai lebih dari satu
Subklasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi Spesialis.
(1) Badan Usaha Pekerjaan Konstruksi Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang tidak mempunyai Subklasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi Spesialis dapat
ikut lelang (tender) pekerjaan Konstruksi dengan melakukan kerjasama operasi
(JO) dengan beberapa Badan Usaha Pekerjaan Konstruksi Umum yang
mempunyai Subklasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi Spesialis dan/atau Badan
Usaha Pekerjaan Konstruksi Spesialis yang sesuai dengan daftar Subklasifikasi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 129


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Spesialis pekerjaan konstruksi yang dilelang.


(2) Badan Usaha Pekerjaan Konstruksi Umum yang mempunyai Subklasifikasi
Usaha Pekerjaan Konstruksi Spesialis kurang dari jumlah daftar Subklasifikasi
Spesialis Pekerjaan Konstruksi yang dilelang harus kerjasama operasi dengan
Badan Usaha Pekerjaan Konstruksi Umum yang mempunyai Subklasifikasi
Usaha Pekerjaan Konstruksi Spesialis dan/atau dengan Badan Usaha Pekerjaan
Konstruksi Spesialis yang sesuai dengan daftar Subklasifikasi Spesialis
Pekerjaan Konstruksi yang dilelang.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai sifat, jenis, klasifikasi dan subklasifikasi, dan
layanan Usaha Jasa Konstruksi diatur dalam Peraturan Menteri.

Bentuk dan Kualifikasi Usaha


Pasal 11
(1) Usaha Jasa Konstruksi berbentuk usaha orang perorangan atau badan usaha,
baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.
(2) Kualifikasi usaha bagi badan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri
dari Kualifikasi Kecil, Menengah dan Besar;
(3) Penetapan kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
melalui penilaian terhadap penjualan tahunan, kemampuan keuangan,
ketersediaan tenaga kerja konstruksi dan kemampuan dalam penyediaan
peralatan konstruksi;
a. Kualifikasi usaha sebagaimana ayat (2) menentukan batasan kemampuan
usaha dan segmentasi pasar usaha Jasa Konstruksi;
b. Kualifikasi usaha untuk badan usaha jasa konstruksi asing harus memiliki
kesetaraan kualifikasi besar.
c. Kualifikasi usaha untuk badan usaha jasa konstruksi nasional yang
merupakan perusahaan patungan asing dan nasional harus memiliki
kualifikasi besar.
Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan kualifikasi usaha sebagaimana
disebutkan dalam pasal 10 ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan
Menteri.

Bagian Ketiga
Segmentasi Pasar Usaha Jasa Konstruksi
Pasal 13
(1) Pelaku pasar Usaha Jasa Konstruksi sebagai pelaku utama dalam Usaha Jasa
Konstruksi berbentuk perseorangan dan/atau Badan Usaha.
(2) Pelaku pasar Usaha Jasa Konstruksi berbentuk perseorangan dan Badan Usaha

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 130


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Kualifikasi kecil hanya dapat melakukan pekerjaan dalam satu bidang dengan
ketentuan berlaku:
a. Resiko Kecil;
b. Teknologi Sederhana; dan
c. Biaya Kecil
(3) Pelaku pasar Jasa Konstruksi berbentuk Badan Usaha Kualifikasi sedang hanya
dapat melakukan pekerjaan dengan ketentuan berlaku:
a. Resiko Sedang;
b. Teknologi Madya; dan/atau
c. Biaya Sedang
(4) Pelaku pasar Jasa Konstruksi berbentuk Badan Usaha dengan Kualifikasi besar
hanya dapat melakukan pekerjaan dengan ketentuan berlaku:
a. Resiko Besar;
b. Teknologi Tinggi; dan/atau
c. Biaya Besar
Pasal 14
(1) Kriteria risiko pada Usaha Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 terdiri dari:
a. kriteria risiko kecil mencakup Pekerjaan Konstruksi yang pelaksanaannya
tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda;
b. kriteria risiko sedang mencakup Pekerjaan Konstruksi yang pelaksanaannya
dapat berisiko membahayakan keselamatan umum, harta benda, dan jiwa
manusia;
c. kriteria risiko tinggi mencakup Pekerjaan Konstruksi yang pelaksanaannya
berisiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa
manusia, dan lingkungan.
(2) Kriteria penggunaan teknologi pada Usaha Pekerjaan Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 terdiri dari:
a. kriteria teknologi sederhana mencakup Pekerjaan Konstruksi yang
menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli;
b. kriteria teknologi madya mencakup Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan
sedikit peralatan berat dan memerlukan sedikit tenaga ahli;
c. kriteria teknologi tinggi mencakup Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan
banyak peralatan berat dan banyak memerlukan tenaga ahli dan tenaga
terampil.
(3) Kriteria besaran biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 terdiri dari :
a. Biaya Kecil adalah biaya atau nilai pekerjaan konstruksi lebih kecil dari 2,5
(dua koma lima) Milyar rupiah;
b. Biaya Sedang adalah biaya atau nilai pekerjaan konstruksi dengan nilai
diatas 2,5 (dua koma lima) Milyar rupiah sampai dengan 50 (lima puluh)
Milyar rupiah; dan/atau
c. Biaya Besar adalah biaya atau nilai pekerjaan konstruksi dengan nilai lebih
dari 50 (lima puluh) Milyar rupiah.
(4) Kriteria biaya kecil sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 18 ayat (1) huruf c,
dikecualikan untuk jasa peorangan konstruksi dan jasa perorangan konsultan
terdiri dari :
a. Jasa perorangan konstruksi dapat mengerjakan pekerjaan konstruksi dengan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 131


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

nilai dibawah 500 Juta Rupiah;


b. Jasa perorangan konsultan dapat mengerjakan pekerjaan dengan nilai
dibawah 250 juta rupiah
(5) Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing harus mengerjakan pekerjaan konstruksi
yang memenuhi kriteria berisiko tinggi dan/atau berteknologi tinggi dan/atau
berbiaya besar.
(6) Badan usaha jasa konstruksi asing harus melakukan kerjasama/joint operation
dengan badan usaha jasa konstruksi nasional yang memiliki kualifikasi besar.
(7) Badan usaha jasa konstruksi asing yang telah bekerjasama dengan badan usaha
jasa konstruksi nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat melakukan
pekerjaan konstruksi dengan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(8) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (5) untuk kriteria pekerjaan yang
memiliki risiko tinggi dan/atau bertekonologi tinggi ditetapkan oleh pengguna jasa.
(9) Kriteria pekerjaan yang memiliki nilai besar sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
khusus untuk pekerjaan yang dikerjakan oleh Badan Usaha Jasa Konstruksi
Asing sesuai dengan peraturan perundangan yang mengatur tentang pengadaan
barang/jasa.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria risiko, teknologi, dan biaya
sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Menteri.

Bagian Keempat
Persyaratan Usaha Jasa Konstruksi

Sertifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi


Pasal 15
(1) Badan Usaha Jasa Konstruksi nasional, Penanaman Modal Asing dan Badan
Usaha Perwakilan Asing harus mendapatkan Klasifikasi dan kualifikasi dari
Menteri dalam bentuk sertifikat badan usaha jasa konstruksi yang teregistrasi.
(2) Bentuk sertifikat badan usaha jasa konstruksi berupa Klasifikasi dan Kualifikasi
menunjukkan kemampuan yang dimiliki dari Badan Usaha.
(3) Kemampuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui
penilaian terhadap penjualan tahunan, kemampuan keuangan, ketersediaan
tenaga kerja konstruksi, dan kemampuan dalam penyediaan peralatan konstruksi.
(4) Sertifikat Badan Usaha Perwakilan Asing diberikan dalam bentuk sertifikat
penyetaraan dengan membandingkan sertifikat/ijin usaha/ketentuan yang
menunjukkan kemampuan yang dimiliki dari negara asalnya dengan ketentuan
mengenai Klasifikasi dan Kualifikasi yang diatur Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku;
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan registrasi Badan Usaha Jasa
Konstruksi asing diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 132


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Tanda Daftar Usaha Perorangan dan Izin Usaha


Pasal 16
Ketentuan mengenai pedoman persyaratan Tanda Daftar Usaha Perorangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal (27) Undang-Undang No.2 Tahun 2017 Tentang
Jasa Konstruksi diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 17
Ketentuan mengenai pedoman persyaratan Izin Usaha sebagaimana dimaksud
dalam pasal (28) Undang-Undang No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi diatur
dalam Peraturan Menteri.
Pasal 18
(1) Usaha perseorangan wajib memiliki tanda daftar usaha perorangan.
(2) Badan Usaha Jasa Konstruksi nasional yang menyelenggarakan Usaha Jasa
Konstruksi wajib memiliki izin usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah di
tempat domisilinya.
(3) Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku untuk melaksanakan
kegiatan Usaha Jasa Konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia.
(4) Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing dan Badan Usaha Jasa Konstruksi
Penanaman Modal Asing yang menyelenggarakan Usaha Jasa Konstruksi wajib
memiliki izin usaha yang diberikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal
yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan di bidang Jasa Konstruksi.
(5) Ketentuan mengenai pedoman persyaratan pemberian izin sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.

Kinerja Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi


Pasal 19
(1) Pengguna Jasa wajib menerbitkan Sertifikat Kinerja Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi untuk kualifikasi Menengah dan besar terhitung sejak tanggal
penyerahan akhir layanan jasa konstruksi;
(2) Untuk mendapatkan pengakuan sertifikat kinerja penyedia jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus diverifikasi keabsahan data serta melakukan
registrasi sertifikat kinerja penyedia jasa kepada Menteri;
(3) Sertifikat Kinerja Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
digunakan untuk kelengkapan tanda daftar pengalaman dan/atau pemilihan
penyedia jasa dan penetapan penyedia jasa dalam pengikatan hubungan kerja
jasa pekerjaan konstruksi dan/atau pembinaan dan/atau pengawasan dan/atau
dasar pelaksanaan pendampingan terhadap penyedia jasa untuk meningkatkan
kinerja penyedia jasa konstruksi.
(4) Aspek Penilaian Kinerja Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilihat dari aspek kemampuan keuangan dan aspek kesehatan organisasi
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
(5) Menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang Jasa Konstruksi dapat

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 133


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

mengumumkan pemeringkatan berdasarkan sertifikat kinerja penyedia jasa


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada masyarakat jasa konstruksi.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian dan sertifikat kinerja penyedia
jasa pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Rantai Pasok Usaha Jasa Konstruksi


Pasal 20
(1) Badan Usaha Pekerjaan Konstruksi kualifikasi menengah dan besar dalam
proses pelelangan pekerjaan konstruksi harus menyertakan usaha rantai pasok
sumberdaya konstruksi yang merupakan bagian syarat – syarat substansial yang
diminta dalam dokumen pengadaan
(2) Sumber daya yang dimaksud dalam ayat (1) adalah sumber daya rantai pasok
yang mengutamakan produksi dalam negeri terdiri dari:
a. Sumber daya material/bahan bangunan;
b. Sumber daya Peralatan Konstruksi; dan
c. Sumber daya teknologi konstruksi.
Pasal 21
(1) Sumber daya material/bahan bangunan harus menggunakan material/bahan
bangunan yang telah lolos uji dari lembaga yang berwenang.
(2) Sumber daya material/bahan bangunan dapat dilakukan menggunakan pemasok
yang berbentuk Badan Usaha ataupun orang perorangan.
(3) Dalam hal pemasok sumber daya material/bahan bangunan harus melakukan
impor melakukan kegiatan mendatangkan barang dari luar negara Indonesia,
maka harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh kementerian terkait.
(4) Ketentuan import sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus mengutamakan
produksi dalam negeri terlebih dahulu dengan memperhitungan tingkat
kandungan dalam negeri.
(5) Ketentuan mengenai Tingkat Kandungan Dalam Negeri dalam penyediaan
bangunan akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Teknis.
Pasal 22
(1) Dalam hal Usaha Jasa Konstruksi wajib didukung oleh teknologi konstruksi yang
terdiri dari:
a. Teknologi Sederhana; dan/atau
b. Teknologi Tinggi
(2) Dalam rangka mendukung kegiatan Usaha Jasa Konstruksi, menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasa Konstruksi melakukan:
a. penelitian dan pengembangan teknologi konstruksi sesuai dengan kebijakan
dan strategi nasional dalam Jasa Konstruksi; dan
b. fasilitasi pemerintah daerah dalam penelitian dan pengembangan teknologi
konstruksi.
(3) Dalam rangka mendukung kegiatan Usaha Jasa Konstruksi, menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan,

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 134


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi melakukan fasilitasi:


a. kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi konstruksi
sesuai dengan kebijakan dan strategi nasional dalam Jasa Konstruksi; dan
b. pemerintah daerah dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi
prioritas.
(4) Penelitian dan pengembangan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) dapat dilakukan dengan mengikutsertakan:
a. perguruan tinggi;
b. lembaga penelitian dan pengembangan;
c. badan usaha; dan/atau
d. lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang Jasa Konstruksi.

Bagian Kelima
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing dan Usaha Perseorangan Jasa Konstruksi
Asing
Pasal 23
(1) Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing wajib :
a. berbentuk badan usaha dengan kualifikasi yang setara dengan kualifikasi
besar;
b. memiliki izin perwakilan badan usaha Jasa Konstruksi asing;
c. membentuk kerja sama operasi dengan badan usaha Jasa Konstruksi
nasional berkualifikasi besar yang memiliki Izin Usaha dalam setiap kegiatan
usaha Jasa Konstruksi di Indonesia;
d. mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja Indonesia daripada tenaga kerja
asing;
e. menempatkan warga negara Indonesia sebagai pimpinan tertinggi kantor
perwakilan;
f. mengutamakan penggunaan material dan teknologi konstruksi dalam negeri;
g. memiliki teknologi tinggi, mutakhir, efisien, berwawasan lingkungan, serta
memperhatikan kearifan lokal;
h. melaksanakan proses alih teknologi; dan
i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Pasal 24
Izin perwakilan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 huruf (b) diberikan oleh
Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 25
Kerja sama operasi sebagaimana dimaksud pada pasal 23 huruf c dilakukan dengan
prinsip kesetaraan kualifikasi, kesamaan layanan, dan tanggung renteng.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 135


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pasal 26
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin perwakilan, tata cara kerja sama
operasi, dan penggunaan lebih banyak tenaga kerja Indonesia, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, diatur dalam Peraturan
Menteri.

Bagian Keenam
Usaha Penyediaan Perumahan

Bagian Ketujuh
Pengembangan Usaha Berkelanjutan

BAB III
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 1
(1) Penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas penyelenggaraan usaha Jasa
Konstruksi dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan.
(2) Ketentuan mengenai penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.
(3) Lingkup penyelenggaraan jasa konstruksi terdiri atas:
a. Perencanaan
b. Perancangan
c. Pembangunan
d. Pengoperasian
e. Pemeliharaan
f. Pembongkaran dan/atau
g. Pembangunan Kembali
(4) Penyelenggaraan jasa konstruksi didasarkan pada konsep rantai nilai yaitu
integrasi proses dan kordinasi para pihak untuk menciptakan integrasi nilai

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 136


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.


(5) Proses pengadaan dalam setiap tahapan lingkup penyelenggaraan jasa
konstruksi terdiri atas:
a. perencanaan pengadaan;
b. persiapan pengadaan;
c. pelaksanaan pengadaan;
d. pelaksanaan pekerjaan; dan
e. serah terima pekerjaan.
(6) Pengadaan didasarkan pada konsep value for money atau nilai beli yang
sepadan yaitu kombinasi optimum dari kualitas, kuantitas, waktu, lokasi, tujuan
sosial ekonomi, dan harga yang memenuhi kebutuhan dari pengguna dan
merupakan kembalian tertinggi dari investasi yang dikeluarkan.
(7) Ketentuan mengenai proses pengadaan diatur dalam peraturan perundangan
terkait pengadaan barang/jasa pemerintah.
(8) Penyelenggaraan jasa konstruksi dilaksanakan dengan memperhatikan:
a. Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan.
b. Dalam setiap penyelenggaraan konstruksi wajib menggunakan tenaga kerja
konstruksi bersertifikat.
c. Tenaga kerja konstruksi yang memberikan layanan Jasa Konstruksi harus
bertanggung jawab secara profesional terhadap hasil pekerjaannya.
d. Dalam hal pemilihan penyedia layanan jasa Konsultansi Konstruksi yang
menggunakan tenaga kerja konstruksi pada jenjang jabatan ahli, Pengguna
Jasa harus memperhatikan standar remunerasi minimal.
e. Penggunaan produksi dalam negeri.
f. Perkembangan inovasi teknologi.

Strategi kemitraan jangka panjang


Bagian Kedua

Lingkup Penyelenggaraan Jasa Konstruksi


Paragraf 1
Perencanaan
Pasal 2
(1) Tujuan Perencanaan adalah menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh
dalam melaksanakan suatu pekerjaan konstruksi dan merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau
menolak dari suatu gagasan pekerjaan yang direncanakan
(2) Lingkup Perencanaan terdiri dari :

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 137


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

a. identifikasi kebutuhan,
b. prastudi kelayakan atau studi kelayakan
c. perencanaan pembiayaan, dan
d. perencanaan pelaksanaan penyelenggaraan jasa konstruksi.
(3) Pelaksanaan kegiatan prastudi kelayakan sebagaimana dimaksud pada (2) huruf
b dilakukan untuk suatu kegiatan penyelenggaraan Konstruksi, baik jasa
konsultansi dan/atau pekerjaan konstruksi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. dilakukan untuk pekerjaan dengan risiko tinggi yang sama sekali belum
pernah mendapatkan uji kelayakan pekerjaan; dan
b. hasil prastudi kelayakan ditindaklanjuti dengan kegiatan studi kelayakan
(4) Pelaksanaan kegiatan studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada (2) huruf b
dilakukan untuk suatu kegiatan penyelenggaraan Konstruksi, baik jasa
konsultansi dan/atau pekerjaan konstruksi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. merupakan hasil tindak lanjut atas suatu kegiatan prastudi kelayakan pada
suatu pekerjaan risiko tinggi; atau
b. dilakukan sebagai uji kelayakan pada pekerjaan dengan risiko sedang.
(5) Kegiatan prastudi kelayakan atau studi kelayakan dilaksanakan oleh pihak yang
memiliki keahlian.
(6) Perencanaan pembiayaan harus memperhitungkan biaya yang diperlukan
selama masa siklus hidup barang/jasa pekerjaan konstruksi.
(7) perencanaan pelaksanaan penyelenggaraan jasa konstruksi harus
mempertimbangkan nilai atau volume dari pekerjaan, kompleksitas pekerjaan,
spesifikasi pekerjaan, dan ketersediaan penyedia.

Paragraf 2
Perancangan
Pasal 3
(1) Tujuan perancangan adalah untuk perencanaan pelaksanaan penyelenggaraan
jasa konstruksi harus mempertimbangkan nilai atau volume dari pekerjaan,
kompleksitas pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, dan ketersediaan penyedia
menyiapkan informasi teknis dari suatu pekerjaan konstruksi yang mencakup
tata letak, rancangan, metoda konstruksi, dan taksiran biaya.
(2) Perancangan terdiri atas tahapan:
a. pra-rancangan; dan
b. pengembangan rancangan/rancangan akhir.
(3) Perancangan dilaksanakan oleh perencana konstruksi yang memiliki keahlian.
(4) Sebagai dasar penetapan jangka waktu pertanggung jawaban, perencana
konstruksi wajib menyatakan dengan jelas dan tegas tentang umur konstruksi
yang direncanakan.

Paragraf 3
Pembangunan
Pasal 4

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 138


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

(1) Tujuan dari tahap pembangunan adalah untuk mewujudkan bangunan yang
dibutuhkan oleh pemilik bangunan dalam batasan biaya dan waktu yang telah
disepakati, serta dengan kualitas yang telah disyaratkan.

Paragraf 4
Pengoperasian
Paragraf 5
Pemeliharaan

Paragraf 6
Pembongkaran
Paragraf 7
Pembangunan Kembal
Bagian Ketiga
Pengadaan Jasa Konstruksi
Umum
Pasal 5
(1) Strategi kemitraan jangka panjang.
(2) Sistem kinerja Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi
dilakukan melalui penilaian kualifikasi secara periodik dan Daftar Rekanan
Mampu yang dimutakhirkan berdasarkan kinerja penyedia jasa setiap tahunnya.
(3) Indikator kinerja penyedia jasa adalah:
a. Kapasitas keuangan.
b. Kemampuan manajemen Sumber daya.
(4) Mendorong Sub-penyedia lokal yang kompeten.

Pargraf 1
Para Pihak
Paragraf 2
Sistem Pengadaan
Pasal 6
(1) Pengadaan jasa konstruksi dapat dilakukan dengan cara:
a. dikerjakan sendiri (swakelola); atau

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 139


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

b. melalui pengikatan.
(2) Ketentuan mengenai pengadaan yang dilakukan sendiri (swakelola) diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Presiden.
(3) Para pihak dalam pengikatan Jasa Konstruksi terdiri atas:
a. Pengguna Jasa; dan
b. Penyedia Jasa.
(4) Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. orang perseorangan; atau
b. badan.
(5) Metode pemilihan penyedia jasa yang menggunakan sumber pembiayaan dari
keuangan negara dilakukan dengan:
a. Tender
b. E-purchasing
c. Pengadaan langsung, atau
d. Penunjukan langsung
e. Tender sebagaimana dimaksud pada 5a terdiri atas:
f. Tender pascakualifikasi
g. Tender prakualifikasi
h. Tender cepat
(6) E-purchasing sebagaimana dimaksud pada 5b dilaksanakan untuk
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang sudah tercantum dalam katalog
elektronik.
(7) Pemilihan penyedia jasa pada pekerjaan yang dibiayai dari APBN/APBD/hibah
baik dari dalam maupun dari luar negeri dapat dilakukan dengan cara
penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada 5d dapat dilakukan dalam
hal, yaitu:
a. penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat;
b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa yang sangat terbatas atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang
hak;
c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan
keselamatan negara;
d. pekerjaan yang berskala kecil; dan/atau
e. kondisi tertentu.
(8) Kriteria kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada 8f yaitu:
a. pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan kesatuan konstruksi
yang sifat pertanggungannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat
dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya;
b. Pekerjaan pengadaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum di lingkungan
perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang dilaksanakan
oleh pengembang/developer yang bersangkutan; dan/atau
c. penugasan Pemerintah kepada Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan
Usaha Milik Daerah.
(9) Pemilihan penyedia jasa pada pekerjaan yang dibiayai dari APBN/APBD/hibah
baik dari dalam maupun dari luar negeri dapat dilakukan dengan cara
pengadaan langsung apabila memenuhi kriteria nilai tertentu.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemilihan penyedia diatur lebih lanjut dalam

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 140


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Peraturan Presiden.
(11) Insentif penggunaan produk dalam negeri diberikan dalam bentuk:
a. Hak penyesuaian penawaran pengadaan.
b. Kontrak perjanjian suplai jangka panjang
c. Insentif bagi perusahaan asing untuk melakukan proses di dalam negeri
d. Preferensi harga untuk pengadaan internasional.

Bagian Keempat
Keamanan, Kesehatan, Keselamatan, dan Keberlanjutan Konstruksi

Paragraf 1
Standar K4
Paragraf 2
Kegagalan Bangunan
Paragraf 3
Penilai Ahli
Paragraf 4
Keberlanjutan Konstruksi

Bagian Kelima
Kontrak dan Penyelesaian Sengketa

Paragraf 1
Kontrak Kerja Konstruksi
Paragraf 2
Penyelesaian Sengketa dan Dewan Sengketa

Bagian Keenam
Pengawasan Penyelenggaraan Konstruksi

BAB IV
SUMBER DAYA KONSTRUKSI

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 141


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 1
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang jasa konstruksi wajib
memiliki sertifikat kompetensi kerja.
(2) Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
melalui uji kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.
(3) Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diregistrasi
oleh Menteri.
(4) Pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
oleh lembaga sertifikasi profesi.

Bagian Kedua
Tenaga Kerja Konstruksi

Pararaf 1
Klasifikasi dan Kualifikasi
Pasal 2
(1) Tenaga Kerja konstruksi diklasifikasikan berdasarkan bidang keilmuan yang
terkait jasa konstruksi antara lain:
a. Arsitektur;
b. Teknik sipil;
c. Teknik mekanikal dan elektrikal;
d. Tata lingkungan;
e. Manajemen pelaksanaan;
(2) Tenaga Kerja konstruksi terdiri atas kualifikasi dalam jabatan:
a. Operator;
b. Teknisi atau Analis;
c. Ahli.
Pasal 3
(1) Tenaga Kerja konstruksi pada jenjang kualifikasi sebagaimana pada Pasal 1
ayat (2) huruf a antara lain:
a. Operator Jenjang I;
b. Operator Jenjang II;
c. Operator Jenjang III
(2) Tenaga Kerja konstruksi pada jenjang kualifikasi sebagaimana pada Pasal 2
ayat (2) huruf b antara lain:
a. Teknisi atau Analis Jenjang IV;

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 142


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

b. Teknisi atau Analis Jenjang V;


c. Teknisi atau Analis Jenjang VI;
(3) Tenaga Kerja konstruksi pada jenjang kualifikasi sebagaimana pada Pasal 2
ayat (2) huruf c antara lain:
a. Ahli Jenjang VII;
b. Ahli Jenjang VIII;
c. Ahlil Jenjang IX.
(4) Persyaratan standar Kompentensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, standar, klasifikasi dan kualifikasi
tenaga kerja konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3) diatur dalam Peraturan Menteri.

Paragraf 2
Pelatihan Konstruksi Berbasis Kompetensi
Pasal 4
(1) Pelatihan tenaga kerja konstruksi diselenggarakan dengan metode pelatihan
kerja yang relevan, efektif, dan efisien sesuai dengan Standar Kompetensi
Kerja.
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan
produktivitas kerja.
(3) Standar Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diregistrasi oleh Menteri.
(6) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) melakukan registrasi terhadap
lembaga pendidikan dan pelatihan kerja yang telah memiliki izin dan/atau
terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Menteri dalam melakukan register lembaga sebagaimana dimaksud ayat (6)
harus memenuhi syarat. Antara lain :
a. Memiliki perizinan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
b. Memiliki sarana dan prasarana.
c. Memiliki akte pendirian lembaga
d. Memiliki pengurus
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi dan pemberian izin kepada
lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
diatur dalam Peraturan Menteri.

Paragraf 3
Sertifikasi Kompetensi Kerja

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 143


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pasal 5
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi wajib
memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja.
(2) Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
melalui uji kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.
(3) Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diregistrasi
oleh Menteri.
(4) Pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
oleh lembaga sertifikasi profesi.
Pasal 6
(1) Tenaga kerja konstruksi yang telah memiliki sertifikat kopetensi kerja
mendapatkan register dari menteri setelah memenuhi syarat. Antara lain:
a. Mengajukan permohonan register
b. Berita acara proses sertifikasi
c. Menyerahkan naskah sertifikat
(2) Ketentuan mengenai tata cara dan syarat permohonan register sebagaimana
pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.
Pasal 7
(1) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal... ayat (5)
dapat dibentuk oleh:
a. asosiasi profesi terakreditasi; dan
b. lembaga pendidikan dan pelatihan yang memenuhi syarat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) (Akreditasi terhadap asosiasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a diberikan oleh Menteri kepada asosiasi profesi yang memenuhi
persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan.
(3) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah
mendapat rekomendasi dari Menteri.
(4) Dalam hal lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk profesi tertentu belum terbentuk, Menteri dapat melakukan Sertifikasi
Kompetensi Kerja.
(5) Setiap asosiasi profesi yang mendapatkan akreditasi wajib menjalankan
kewajiban yang diatur dalam Peraturan Menteri.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara akreditasi asosiasi profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tata cara Menteri melakukan
Sertifikasi Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam
Peraturan Menteri.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 144


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Paragraf 4
Registrasi Pengalaman Profesional
Pasal 8
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukan registrasi kepada Menteri.
(2) Registrasi pengalaman professional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dimaksudkan untuk mendapatkan pengakuan pengalaman professional dan
keahliannya.
Pasal 9
(1) Registrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal…. Ayat (1) dibuktikan dengan
tanda daftar pengalaman professional.
(2) Tanda daftar pengalaman professional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat dan menjelaskan pengalaman tenaga kerja kontruksi secara resmi
yang telah didaftarkanoleh Menteri.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan tata cara pemberian tanda daftar
pengalaman profesional sebagaimana dimaksud dalam pasal… ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Paragraf 5
Remunerasi Tenaga Kerja Konstruksi
Pasal 11
Setiap tenaga kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja berhak atas
imbalan yang layak atas layanan jasa yang diberikan.
Pasal 12
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi sebagaimana dimksud dalam pasal… berhak
mendapat imbalan standar remunerasi minimal.
(2) Standar remunerasi minimal ditetapkan dengan mempertimbangkan :
a. kompleksitas dari jenis layanan profesional;
b. biaya, risiko dan teknologi dari penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
terkait dengan hasil layanan profesional, dan/atau
c. harga pasar yang berlaku di provinsi tempat diselenggarakannya Jasa
Konstruksi.
Pasal 13
(1) Besaran remunerasi minimal tenaga kerja konstruksi kualifikasi ahli
sebagaimana dimaksud pada pasal… diatur dalam Peraturan Menteri.
(2) Besaran remunerasi minimal tenaga kerja konstruksi kualifikasi operator
dan/atau teknisi sebagaimana dimaksud pada pasal… ditetapkan oleh gubernur
sebagai wakil pemerintah pusat.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 145


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pasal 14
Besaran imbalan yang diterima bagi tenaga kerja konstruksi atas layanan yang
diberikan berdasarkan :
a. Jenjang kualifikasi
b. Pengalaman kerja

Paragraf 6
Tenaga Kerja Kontruksi Asing
Pasal 15
Tenaga kerja konstruksi asing yang melakukan pekerjaan di wilayah Indonesia harus
mendapatan salimg pengakuan kesetaraan (mutual recocgnition arrangement).
Pasal 16
Tenaga kerja konstruksi asing dapat melakukan pekerjaan konstruksi di Indonesia
harus memiliki surat tanda registrasi oleh Menteri.
Pasal 17
Syarat memiliki tanda registrasi dari Menteri antara lain:
a. Pemberi kerja mengajukan kelengkapan administrasi tenaga kerja asing .
Pasal 18
(1) Pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing wajib memiliki rencana
penggunaan tenaga kerja asing dan izin mempekerjakan tenaga kerja asing.
(2) Tenaga kerja konstruksi asing dapat melakukan pekerjaan konstruksi di
Indonesia hanya pada jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang akan dipekerjakan oleh
pemberi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki surat tanda
registrasi dari Menteri.
(4) Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan
berdasarkan sertifikat kompetensi tenaga kerja konstruksi asing menurut
hukum negaranya.
(5) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli wajib melaksanakan alih
pengetahuan dan alih teknologi kepada tenaga kerja pendamping sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dilakukan oleh
pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi bagi tenaga kerja
konstruksi asing sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan
Menteri.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 146


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Paragraf 7
Tanggung Jawab Profesi
Pasal 19
(1) Tenaga kerja konstruksi kualifikasi ahli dalam memberikan layanan
memperhatikan harus bertanggungjawab secara professional.
(2) Tanggung jawab secara professional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui mekanisme penjaminan.
Pasal 20
(1) Tanggung jawab profesi tenaga kerja konstruksi dilaksanakan sesuai dengan
kode etik profesi.
(2) Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi tenaga kerja konstruksi
ditetapkan kode etik profesi oleh asosiasi.
(3) Tenaga kerja konstruksi wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi.
(4) Kode etik profesi tenaga kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) tidak bertentangan dengan perundang-undangan.

Pasal 21
(1) Pengawasan atas kode etik profesi dilakukan oleh lembaga atau organisasi.
(2) Lembaga atau organisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ertugas
memeriksa dan mengadili pelanggaran kode etik profesi tenaga kerja
konstruksi.
(3) Keputusan lembaga/organisasi tidak menghilangkan tanggung jawab pidana
apabila pelanggaran kode etik profesi mengandung unsur pidana.
Pasal 22
Mekanisme penjaminan sebagaimana dimaksud dalam pasal… (dituangkan)

Bagian Kedua
Material, Peralatan dan Teknologi Konstruksi
Paragraf 1
Pengembanga Rantai Pasok Sumber Daya Konstruksi

Paragraf 2
Peningkatan Teknologi Produksi Dalam Negeri

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 147


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

BAB V
PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 1
(1) Pembinaan Jasa Konstruksi menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat.
(2) Tanggung jawab Pemerintah Pusat dalam hal Pembinaan Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. penetapan kebijakan pengem bangan Jasa Konstruksi nasional;
b. penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi yang bersifat
strategis, lintas negara, lintas provinsi, dan/atau berdampak pada
kepentingan nasional;
c. pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kebijakan
pengembangan Jasa Konstruksi nasional;
d. pengembangan kerja sama atau pemberdayaan dengan Pemerintah
Daerah provinsi; dan
e. dukungan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

Bagian Kedua
(Tambahan Kedua)
Tanggung Jawab Pemerintah Pusat
Pasal 2
(1) Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dalam Pembinaan Jasa Konstruksi
mencakup bidang:
a. Usaha Jasa Konstruksi;
b. Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
c. Keamanan, Kesehatan, Keselamatan, Keberlanjutan Jasa Konstruksi;
d. Tenaga Kerja Jasa Konstruksi;
e. Rantai Pasok Jasa Konstruksi;
f. Partisipasi Masyarakat Jasa Konstruksi; dan
g. Sistem Informasi Jasa Konstruksi.
(2) Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dalam pembinaan Jasa Konstruksi di
bidang Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
adalah meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa Konstruksi
nasional. (Pasal 4 huruf a)
(3) Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dalam Pembinaan Jasa Konstruksi di
bidang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b adalah terciptanya iklim usaha yang kondusif, penyelenggaraan Jasa
Konstruksi yang transparan, persaingan usaha yang sehat, serta jaminan
kesetaraan hak dan kewajiban antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa;

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 148


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

(Pasal 4 huruf b)
(4) Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dalam pembinaan Jasa Konstruksi di
bidang Keamanan, Kesehatan, Keselamatan, Keberlanjutan Jasa Konstruksi
Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah
terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan. (Pasal 4 huruf c)
(5) Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dalam Pembinaan Jasa Konstruksi di
bidang Tenaga Kerja Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d adalah meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan produktivitas
tenaga kerja konstruksi nasional. (Pasal 4 huruf d)
(6) Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dalam Pembinaan Jasa Konstruksi di
bidang Rantai Pasok Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e adalah meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan
konstruksi serta teknologi konstruksi dalam negeri. (Pasal 4 huruf e)
(7) Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dalam Pembinaan Jasa Konstruksi di
bidang Partisipasi Masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f adalah meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi.
(Pasal 4 huruf f)
(8) Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dalam Pembinaan Jasa Konstruksi di
bidang Sistem Informasi Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g adalah tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi. (Pasal 4 huruf g)

Bagian Kedua
Wewenang dan Tugas

Paragraf 1
Wewenang Pemerintah Pusat
Pasal X1
Pemerintah Pusat memiliki wewenang dalam Pembinaan Jasa Konstruksi yang
meliputi:
a. Penetapan Kebijakan;
b. Penyelenggaraan Kebijakan;
c. Pemantauan dan Evaluasi;
d. Pemberdayaan; dan
e. Pengawasan Penyelenggaraan.
Pasal X2
Wewenang Pemerintah Pusat dalam Pembinaan Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal...mencakup pembinaan terhadap:
a. Usaha Jasa Konstruksi;
b. Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
c. Keamanan, Kesehatan, Keselamatan, Keberlanjutan;

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 149


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

d. Tenaga Kerja Jasa Konstruksi;


e. Rantai Pasok Jasa Konsruksi;
f. Partisipasi Masyarakat Jasa Konstruksi; dan
g. Sistem Informasi Jasa Konstruksi.
Pasal X3
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal penetapan kebijakan pengembangan Usaha
Jasa Konstruksi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf a,
Pemerintah Pusat berwenang:
a. mengembangkan struktur usaha Jasa Konstruksi;
b. mengembangkan sistem persyaratan usaha Jasa Konstruksi;
c. mengembangkan sistem permodalan dan sistem penjaminan usaha Jasa
Konstruksi;
d. memberikan dukungan dan pelindungan bagi pelaku usaha Jasa
Konstruksi nasional dalam mengakses pasar Jasa Konstruksi internasional;
e. mengembangkan sistem kemitraan antara usaha Jasa Konstruksi nasional
dan internasional;
f. mengembangkan segmentasi pasar Jasa Konstruksi nasional; dan
g. memberikan pelindungan hukum bagi pelaku usaha Jasa Konstruksi
nasional yang mengakses pasar Jasa Konstruksi internasional.
Pasal X4
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal penyelenggaraan kebijakan pengembangan
Usaha Jasa Konstruksi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf a,
Pemerintah Pusat berwenang:
a. menyelenggarakan registrasi badan usaha Jasa Konstruksi;
b. menyelenggarakan penerbitan izin perwakilan badan usaha asing dan Izin
Usaha dalam rangka penanaman modal asing;
c. menyelenggarakan pengembangan layanan usaha Jasa Konstruksi;
d. menyelenggarakan registrasi pengalaman badan usaha.
Pasal X5
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pemantauan dan Evaluasi pengembangan
Usaha Jasa Konstruksi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf a,
Pemerintah Pusat berwenang:
................................................................
Pasal X6
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pengawasan pengembangan Usaha Jasa
Konstruksi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf a, Pemerintah
Pusat berwenang dalam hal:
a. mengembangkan sistem pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi; dan
b. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi asing dan
Jasa Konstruksi kualifikasi besar.
Pasal X7

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 150


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Kebijakan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi


nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf b, Pemerintah Pusat
berwenang dalam hal:
a. mengembangkan sistem pemilihan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan
Jasa Konstruksi;
b. mengembangkan Kontrak Kerja Konstruksi yang menjamin kesetaraan hak
dan kewajiban antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa;
c. mendorong digunakannya alternatif penyelesaian sengketa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi di luar pengadilan;
d. mengembangkan sistem kinerja Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan
Jasa Konstruksi.
e. menjamin terciptanya persaingan yang sehat dalam pasar Jasa Konstruksi;
Pasal X8
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf b, Pemerintah Pusat berwenang
dalam hal:
a. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi
dan asosiasi yang terkait dengan rantai pasok Jasa Konstruksi; dan
b. menyelenggarakan pemberian lisensi bagi lembaga yang melaksanakan
sertifikasi badan usaha;
c. menyelenggarakan registrasi penilai ahli.
Pasal X9
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pemantauan dan Evaluasi Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf b,
Pemerintah Pusat berwenang dalam hal:
................................................................
Pasal X10
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pemantauan dan Evaluasi Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf b,
Pemerintah Pusat berwenang dalam hal:
................................................................
Melakukan pemantauan dan evaluasi sesuai dengan ketentuan dalam Pasal X1
Pasal X11
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Kebijakan Keamanan, Kesehatan,
Keselamatan, Keberlanjutan Jasa Konstruksi nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal x2 huruf c, Pemerintah Pusat berwenang dalam hal:
mengembangkan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Pasal X12

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 151


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Penyelenggaraan Kebijakan Keamanan,


Kesehatan, Keselamatan, Keberlanjutan Jasa Konstruksi nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal x2 huruf c, Pemerintah Pusat berwenang dalam hal:
................................................................
Pasal X13
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pemantauan dan Evaluasi Kebijakan
Keamanan, Kesehatan, Keselamatan, Keberlanjutan Jasa Konstruksi nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal x2 huruf c, Pemerintah Pusat berwenang dalam
hal:
menetapkan penilai ahli yang teregistrasi dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan.
Pasal X14
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pengawasan Kebijakan Keamanan,
Kesehatan, Keselamatan, Keberlanjutan Jasa Konstruksi nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal x2 huruf c, Pemerintah Pusat berwenang dalam hal:
menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa
Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi;
Pasal X15
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Kebijakan Tenaga Kerja Jasa Konstruksi
nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal x2 huruf d, Pemerintah Pusat
berwenang dalam hal:
a. mengembangkan standar kompetensi kerja dan pelatihan Jasa Konstruksi;
b. memberdayakan lembaga pendidikan dan pelatihan kerja konstruksi nasional;
c. mengembangkan sistem sertifikasi kompetensi tenaga kerja konstruksi; dan
d. menetapkan standar remunerasi minimal bagi tenaga kerja konstruksi.

Pasal X16
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Penyelenggaraan Kebijakan Tenaga Kerja
Jasa Konstruksi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf d,
Pemerintah Pusat berwenang dalam hal:
a. menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja konstruksi strategis dan
percontohan;
b. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi profesi dan lisensi bagi
lembaga sertifikasi profesi;
c. menyelenggarakan registrasi tenaga kerja konstruksi;
d. menyelenggarakan registrasi pengalaman profesional tenaga kerja
konstruksi serta lembaga pendidikan dan pelatihan kerja di bidang
konstruksi;
e. menyelenggarakan penyetaraan tenaga kerja konstruksi asing; dan
f. membentuk lembaga sertifikasi profesi untuk melaksanakan tugas

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 152


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

sertifikasi kompetensi kerja yang belum dapat dilakukan lembaga sertifikasi


profesi yang dibentuk oleh asosiasi profesi atau lembaga pendidikan dan
pelatihan.
Pasal X17
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pemantauan dan Evaluasi Tenaga Kerja Jasa
Konstruksi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf d, Pemerintah
Pusat berwenang dalam hal: …………
Pasal X18
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pengawasan Tenaga Kerja Jasa Konstruksi
nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf d, Pemerintah Pusat
berwenang dalam hal:
menyelenggarakan pengawasan sistem sertifikasi, pelatihan, dan standar remunerasi
minimal bagi tenaga kerja konstruksi;
Pasal X19
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Kebijakan Rantai Pasok Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf e, Pemerintah Pusat berwenang
dalam hal:
a. mengembangkan sistem rantai pasok Jasa Konstruksi;
b. mengembangkan standar material dan peralatan konstruksi, serta inovasi
teknologi konstruksi;
c. mengembangkan skema kerja sama antara institusi penelitian dan
pengembangan dan seluruh pemangku kepentingan Jasa Konstruksi;
d. menetapkan pengembangan teknologi prioritas;
e. menetapkan dan meningkatkan penggunaan standar mutu material dan
peralatan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia;
f. melindungi kekayaan intelektual atas material dan peralatan konstruksi
serta teknologi konstruksi hasil penelitian dan pengembangan dalam
negeri;
g. membangun sistem rantai pasok material, peralatan, dan teknologi
konstruksi.
Pasal X20
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Penyelenggaraan Kebijakan Rantai Pasok
Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf e, Pemerintah Pusat
berwenang dalam hal:
a. memublikasikan material dan peralatan konstruksi serta teknologi
konstruksi dalam negeri kepada seluruh pemangku kepentingan, baik
nasional maupun internasional; dan
b. Dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d
dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara.
Pasal X21

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 153


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pemantauan dan Evaluasi Rantai Pasok Jasa
Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf e, Pemerintah Pusat
berwenang dalam hal:
...............................................................
Pasal X22
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pengawasan Rantai Pasok Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf e, Pemerintah Pusat berwenang
dalam hal:
..................................................................
Pasal X23
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Kebijakan Partisipasi Masyarakat Jasa
Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf f, Pemerintah Pusat
berwenang dalam hal:
a. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung
jawab dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi; dan
c. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung
jawab dalam Usaha Penyediaan Bangunan.
Pasal X24
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Penyelenggaraan Kebijakan Partisipasi
Masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf f,
Pemerintah Pusat berwenang dalam hal:
a. memfasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi sebagai media
aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan
b. memberikan dukungan pembiayaan terhadap penyelenggaraan Sertifikasi
Kompetensi Kerja;
Pasal X25
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pemantauan dan Evaluasi Partisipasi
Masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf f,
Pemerintah Pusat berwenang dalam hal:
.........................................................
Pasal X26
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pengawasan Partisipasi Masyarakat Jasa
Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf f, Pemerintah Pusat
berwenang dalam hal:
.............................................................
Pasal X27
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Penetapan Kebijakan Sistem Informasi Jasa

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 154


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf g, Pemerintah Pusat


berwenang dalam hal: mengembangkan sistem informasi Jasa Konstruksi nasional;
Pasal X28
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Penyelenggaraan Kebijakan Sistem Informasi
Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf g, Pemerintah Pusat
berwenang dalam hal:
a. mengumpulkan dan mengembangkan sistem informasi yang terkait dengan
pasar Jasa Konstruksi di negara yang potensial untuk pelaku usaha Jasa
Konstruksi nasional; dan
b. mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi nasional dan
internasional.
Pasal X29
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pemangtauan dan Evaluasi Kebijakan Sistem
Informasi Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf g,
Pemerintah Pusat berwenang dalam hal:
................................................................
Pasal X30
Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal Pengawasan Kebijakan Sistem Informasi
Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal X2 huruf g, Pemerintah Pusat
berwenang dalam hal:
Paragraf 2
Wewenang Gubernur
Sebagai
Wakil Pemerintah Pusat
Pasal Y
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dalam hal Pembinaan Jasa Konstruksi
memiliki wewenang dalam hal:
a. Penetapan Pedoman Teknis Kebijakan Jasa Konstruksi;
b. Penyelenggaraan Kebijakan Jasa Konstruksi;
c. Pemantauan da Evaluasi Penyelenggaraan Kebijakan Jasa Konstruksi;
d. Pemberdayaan pemerintah daerah kabupaten/kota; dan
e. Pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Pasal Y1
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat Pembinaan Jasa Konstruksi dalam
penetapan pedoman teknis kebijakan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud salam
Pasal Y1 huruf a meliputi:
a. meningkatkan penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 155


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

dengan Standar Nasional Indonesia.


b. memperkuat kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi provinsi;
c. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan
bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan usaha Jasa
Konstruksi; dan
d. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan
bertanggung jawab dalam usaha penyediaan bangunan.
Pasal Y2
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat Pembinaan Jasa Konstruksi dalam
Penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud salam Pasal Y1
huruf b meliputi:
a. memberdayakan badan usaha Jasa Konstruksi;
b. memfasilitasi kemitraan antara badan usaha Jasa Konstruksi di provinsi
dengan badan usaha dari luar provinsi.
c. memfasilitasi kerja sama antara institusi penelitian dan pengembangan
Jasa Konstruksi dengan seluruh pemangku kepentingan Jasa Konstruksi;
d. memfasilitasi pengembangan teknologi prioritas;
e. mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi di provinsi.)
Pasal Y3
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat Pembinaan Jasa Konstruksi dalam
Pemantauan dan Evaluasi kebijakan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud salam
Pasal Y1 huruf c meliputi:

Pasal Y4
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat Pembinaan Jasa Konstruksi dalam
Pengawasan kebijakan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud salam Pasal Y1
huruf d meliputi:
a. menyelenggarakan pengawasan proses pemberian Izin Usaha nasional;
b. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi di provinsi;
c. menyelenggarakan pengawasan sistem rantai pasok konstruksi di provinsi;
d. menyelenggarakan pengawasan pemilihan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
e. menyelenggarakan pengawasan Kontrak Kerja Konstruksi;
f. menyelenggarakan pengawasan tertib penyelenggaraan dan tertib
pemanfaatan Jasa Konstruksi di provinsi.
g. menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan
pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi
kecil dan menengah.
h. menyelenggarakan pengawasan:
(1) sistem Sertifikasi Kompetensi Kerja;
(2) pelatihan tenaga kerja konstruksi; dan
(3) upah tenaga kerja konstruksi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 156


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

(4) menyelenggarakan pengawasan penggunaan material, peralatan, dan


teknologi konstruksi;
(5) menyelenggarakan pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber material konstruksi;

Paragraf 3
Tugas Pemeritah Pusat
Pasal 1
Pemerintah Pusat dalam Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi memiliki
tugas:

Paragraf 4
Tugas Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat
Pasal 2
Gubernur sebagai Wakilm Pemerintah Pusat dalam Penyelenggaraan Pembinaan
Jasa Konstruksi memiliki tugas:

Bagian 1
Wewenang dan tugas Pemerintah daerah Provinsi

Paragraf 1
Wewenang Pemerintah daerah Provinsi
Pasal 3
Pemerintah daerah Provinsi memiliki wewenang dalam Penyelenggaraan Pembinaan
Jasa Konstruksi yang meliputi:
a. penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli konstruksi; dan
b. penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah
provinsi.
Pasal 4
Pemerintah Provinsi melakukan Pembinaan Jasa Konstruksi dalam hal
Penyelenggaraan pemberdayaan pemerintah daerah Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud salam Pasal Y huruf d meliputi:
a. melakukan pemberdayaan untuk penyelenggaraan pelatihan tenaga

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 157


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

terampil konstruksi; dan


b. melakukan pemberdayaan untuk penyelenggaraan sistem informasi Jasa
Konstruksi cakupan Kabuoaten/Kota; dan

Paragraf 2
Tugas Pemerintah daerah Provinsi
Pasal 5
Pemerintah Daerah Provinsi memiliki tugas dalam Penyelenggaraan Pembinaan
Jasa Konstruksi yang meliputi:

Bagian Keenam
Wewenang dan tugas Pemerintah daerah Kab/Kota
Pasal 6
Wewenang Pemerintah daerah Kab/Kota
Pasal 7
Pemerintah daerag Kabuoaen/Kota dalam menlenggara kabupaten/kota memiliki
wewenang:
a. penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi;
b. penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah
kabupaten/kota;
c. penerbitan Izin Usaha nasional kualifikasi kecil, menengah, dan besar; dan
d. pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan
Jasa Konstruksi.

Paragraf 1
Wewenang Pemerintah daerah Kab/Kota
Pasal 8
Wewenang Pembinaan Jasa Konstruksi oleh Pemerintah Daerah di kabupaten/kota
memiliki wewenang:
a. penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang berdampak hanya di
wilayah kabupaten/kota; dan
b. pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi
nasional di wilayah kabupaten/kota.

Paragraf 2
Tugas Pemerintah daerah Kabupaten/Kota

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 158


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pasal 9
Dalam hal pembinaan Jasa Konstruksi oleh Pemerintah Daerah di kabupaten/kota
bertugas:
a. melaksanakan kebijakan pembinaan jasa konstruksi yang ditugas oleh
pemerintah pusat atau pemerintah daerah provinsi;
b. menyebarluaskan peraturan perundang-undangan jasa konstruksi;
c. melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis, dan penyuluhan jasa
kionstruksi;
d. menerbitkan perizinan usaha jasa konstruksi; dan
e. melaksanakan pengawasan sesuai dengan kewenangannya untuk
terpenuhinya tertib penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi.

Bagian 2
Sasaran Pembinaan
Pasal K
Pemerintah Pusat melakukan dalam melakukan pembinaan Jasa Konstruksi
dilakukan terhadap:
a. penyedia jasa Konstruksi,
b. pengguna jasa Konstruksi, dan
c. masyarakat Jasa Kosntruksi.
Pasal K1
Pemerintah Pusat dalam melakukan Pembinaan Jasa Konstruksi bagi penyedia jasa
sebagai dimaksud dalam Pasal K huruf a meliputi:
a. Badan Usaha Jasa Konstruksi;
Pasal K2
Sasaran Pembinaan Jasa Konstruksi bagi penyedia jasa sebagai dimaksud dalam
Pasal K huruf b meliputi:
Pasal K3
Sasaran Pembinaan Jasa Konstruksi bagi penyedia jasa sebagai dimaksud dalam
Pasal K huruf c meliputi:

Bagian
Tata Kelola Pembinaan
Bagian 3
Bentuk dan Mekanisme Pembinaan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 159


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Bagian Kesembilan
Pendanaan

Pasal K4
(1) Penyelenggaraan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 dan sub-
urusan Jasa Konstruksi yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 didanai dengan anggaran
pendapatan dan belanja negara.
(2) Penyelenggaraan sub-urusan Jasa Konstruksi yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8 didanai dengan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.

Bagian 4
Pelaporan
Pasal K5
(1) Gubernur melaporkan penyelenggaraan sub-urusan Jasa Konstruksi kepada
Menteri yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan laporan
penyelenggaraan Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Bupati dan walikota melaporkan penyelenggaraan suburusan Jasa Konstruksi
kepada gubernur yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kesepuluh
Pengawasan terhadap penyelenggaraan konstruksi
Pasal K6
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa Konstruksi meliputi:
a. tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. tertib usaha dan perizinan tata bangunan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan; dan
c. tertib pemanfaatan dan kinerja Penyedia Jasa dalam menyelenggarakan
Jasa Konstruksi.

Pasal K7

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 160


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pemerintah Pusat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa


Konstruksi pada:
a. bangunan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri; dan
b. bangunan perwakilan asing di wilayah Indonesia.

BAB VI
PARTISIPASI MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 1
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilakukan oleh:
a. Masyarakat Jasa Konstruksi; dan
b. masyarakat.
Pasal 2
Pemerintah Pusat bertanggung jawab dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
Jasa Konstruksi melalui:
a. keikutsertaan Masyarakat Jasa Konstruksi melalui satu lembaga;
b. memfasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi sebagai media
aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi. (Pasal 5 ayat (6) huruf c)
c. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi. (Pasal
5 ayat (6) hutuf b)
d. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung
jawab dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi. (Pasal 5 ayat
(6) huruf a)

Bagian Kedua
Masyarakat Jasa Konstruksi

Pasal 3
Partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ... huruf
a dilakukan melalui:
a. satu Lembaga yang dibentuk Menteri; dan
b. forum Jasa Konstruksi.

Bagian Ketiga

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 161


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Peran Lembaga
Pasal 4
Partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi melalui satu Lembaga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal.... huruf a dilakukan untuk menyelenggarakan sebagian
kewenangan Pemerintah Pusat, antara lain:
a. Registrasi Badan Usaha Jsa Konstruksi;
b. Akreditasi bagi Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi;
c. Akreditasi bagi Asosiasi terkait Rantai Pasok Jasa Konstruksi;
d. Registrasi pengalaman Badan Usaha Jasa Konstruksi;
e. Registrasi penilai ahli;
f. Menetapkan penilai ahli dalam hal terjadi kegagalan bangunan;
g. Akreditasi bagi Asosiasi profesi Jasa Konstruksi;
h. Pemberian lisensi lembaga sertifikasi profesi Jasa Konstruksi;
i. Registrasi Tenaga Kerja Konstruksi;
j. Registrasi pengalaman profesional tenaga kerja Konstruksi;
k. Registrasi lembaga pendidikan dan pelatihan kerja di bidang konstruksi.
l. Penyetaraan Tenaga Kerja Asing bidang Konstruksi; dan
m. Membentuk lembaga sertifikasi profesi Jasa Konstruksi untuk tugas
sertfikasi kompetensi kerja yang belum dapat dilakukan lembaga sertfikasi
profesi yang dbentuk oleh Asosiasi Profesi/Lembaga pendidikan dan
pelatihan.
Pasal 5
(1) Lembaga didirikan di tingkat nasional dan di daerah Provinsi.
(2) Lembaga tingkat nasional berkedudukan di ibukota negara dan Lembaga di
daerah provinsi berkedudukan di ibukota provinsi yang bersangkutan.
(3) Pengurus Lembaga beranggotakan wakil-wakil dari:
a. asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi yang terakreditasi;
b. asosiasi profesi Jasa Konstruksi yang terakreditasi;
c. institusi pengguna Jasa Konstruksi yang memenuhi kriteria
d. perguruan tinggi atau pakar yang memenuni kriteria; dan
e. dapat juga asosiasi terkait Rantai Pasok Konstruksi yang terakreditasi.
(4) Asosiasi perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf a
merupakan satu atau lebih wadah organisasi dan atau himpunan pengusaha
orang perseorangan dan atau perusahaan baik yang berbadan hukum maupun
tidak berbadan hukum yang bergerak di bidang Jasa Konstruksi yang bersifat
umum atau spesialis serta memiliki keterampilan dan atau keahlian sesuai
dengan kriteria;
a. bersifat nasional dalam arti:
1) berbentuk organisasi yang tidak memiliki cabang; tetapi ruang lingkup
usaha anggotanya bersifat nasional; dan
2) berbentuk organisasi yang memiliki cabang-cabang atau perwakilan
sekurangkurangnya di 5 (lima) daerah provinsi di Indonesia.
b. mempunyai tujuan memperjuangkan kepentingan dan aspirasi anggotanya;
c. memiliki dan menjunjung tinggi kode etik asosiasi; dan
d. melakukan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan manajemen
usaha bagi anggotaanggotanya.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 162


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

(5) Asosiasi profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf b merupakan satu
atau lebih wadah organisasi dan atau himpunan orang perseorangan terampil
dan atau ahli atas dasar kesamaan disiplin keilmuan dan atau profesi di bidang
konstruksi atau yang berkaitan dengan Jasa Konstruksi yang memenuhi
kriteria:
a. bersifat nasional dalam arti :
1) berbentuk organisasi yang tidak memiliki cabang, tetapi
keanggotaannya bersifat nasional; atau
2) berbentuk organisasi yang memiliki cabang-cabang atau perwakilan
sekurangkurangnya di 5 (lima) daerah provinsi di Indonesia.
b. mempunyai tujuan memperjuangkan kepentingan dan aspirasi anggotanya;
c. memiliki dan menjunjung tinggi kode etik profesi; dan
d. melakukan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan
keahlian bagi anggota-anggotanya.
(6) Institusi pengguna Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (....)
merupakan Institusi pengguna jasa Konstruksi adalah lembaga pemerintah
atau badan hukum publik yang memiliki tugas utama menggunakan aset yang
diperoleh melalui proses jasa konstruksi. Kriteria intitusi pengguna Jasa
Konstruksi:
a. Milik Nasional;
b. Wilayah kerja seluruh Indonesia, untuk Lembaga tingkat nasional dan
wilayah kerja provinsi yang bersangkutan untuk Lembaga provinsi;
c. Selama ... tahun terakhir memiliki kontrak Jasa Konstruksi dengan
penyedia jasa sekurang-kurangnya Rp .....
(7) Pakar sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf c mcrupakan satu orang
atau lebih yang memenuhi kriteria sebagai ahli di bidang Jasa Konstruksi
berdasarkan disiplin keilmuan dan atau pengalaman, serta mempunyai minat
untuk berperan dalam pengembangan Jasa Konstruksi dan bukan pengusaha
Jasa Konstruksi.
(8) Wakil perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam arat (3) huruf c
merupakan satu orang atau lebih yang berasal dari institusi pendidikan yang
memenuhi kriteria:
a. mempunyai jurusan disiplin ilmu yang berkaitan dengan bidang Jasa
Konstruksi; dan
b. telah memenuhi persyaratan akreditasi perguruan tinggi dan telah
mendapat rekomendasi dari pimpinan perguruan tinggi untuk berpartisipasi
dalam Lembaga.
Pasal 6
(1) Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal ... mempunyai sifat nasional
yang dalam kegiatannya bersifat nirlaba.
(2) Pembentukan Lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan
sah setelah ditetapkan oleh Menteri.= atas persetujuan DPR RI.
(3) Masa bakti, rincian tugas pokok dan fungsi, serta mekanisme kerja Lembaga
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dalam Peraturan Menteri.
Pasal 7

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 163


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

(1) Lembaga tingkat nasional melaksanakan norma dan aturan yang ditetapkan
oleh Menteri.
(2) Lembaga tingkat daerah adalah perpanjangan tangan Lembaga tingkat
nasional yang dalam melaksanakan fungsinya berpedoman pada norma dan
aturan yang telah ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 8
(1) Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya Lembaga dibiayai dengan sumber
pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Selain APBN sumber
pembiayaan dapat juga dari :
a. pendapatan imbalan atas layanan jasa Lembaga;
b. bantuan hibah dari pihak lain yang sah dan tidak mengikat.
(2) Pendapatan imbalan atas layanan jasa Lembaga dikelola sebagai Penerimaan
Negara Bukan Pajak.
Pasal 9
(1) Lembaga wajib melaksanakan tata kelola sistem informasi yang berkaitan
tugas layanan masyarakat dalam Sistem Informasi Jasa Konstruksi
Terintegrasi yang dikelola oleh Pemerintah Pusat.
(2) Sanksi bagi Lembaga yang tidak melaksanakan tata kelola IT melalui SIJK
sebagai berikut :
a. ..
b. ..
c. ..
Pasal 10
Lembaga mempunyai tugas dalam :
a. …

Bagian Keempat
Forum Jasa Konstruksi
Pasal 11
(1) Forum Jasa Konstruksi merupakan sarana komunikasi, konsultasi, dan
informasi antara Masyarakat Jasa Konstruksi, masyarakat dan Pemerintah
Pusat melalui media online dan/atau pertemuan yang untuk membahas secara
transparan berbagai hal yang berhubungan dengan Jasa Konstruksi.
(2) Hasil Forum disampaikan kepada Pemerintah, Lembaga, dan asosiasi yang
terkait sebagai bahan pertimbangan untuk kebijakan pengembangan Jasa
Konstruksi nasional.
Pasal 12
(1) Forum Jasa Konstruksi dilakukan melalui :

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 164


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

a. Media online
b. Pertemuan
(2) Forum Jasa Konstruksi melalui media online sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan oleh Lembaga.
(3) Forum Jasa Konstruksi melalui media online yang dilakukan oleh lembaga
sebagaimana dimaksud ayat (2) melekat pada sistem informasi Jasa
Konstruksi Terintegrasi yang berkaitan dengan tugas layanan yang dilakukan
oleh masyarakat jasa konstruksi.
(4) Forum Jasa Konstruksi melalui pertemuan sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf b dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
(5) Forum Jasa Konstruksi yang dilakukan melalui pertemuan paling sedikit
dilaksanakan 1 (satu) kali dalam setahun.
(6) Hasil Forum Jasa Konstruksi melalui media online dapat menjadi bahan
masukan untuk Forum Jasa Konstruksi dalam pertemuan sebagaimana ayat
(4)
Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Forum Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal … diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal ...
(1) Forum melalui media online terdiri dari unsur:
a. asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi;
b. asosiasi profesi Jasa Konstruksi;
c. asosiasi terkait material dan peralatan Jasa Konstruksi;
d. pakar dan perguruan tinggi;
e. institusi pengguna jasa konstruksi;
f. instansi pemerintah; dan
g. Organisasi kemasyarakatan yang berkaitan dan berkepentingan di bidang
Jasa Konstruksi dan/atau yang mewakili konsumen Jasa Konstruksi.
(2) Forum Jasa Konstruksi melalui pertemuan terdiri dari unsur:
a. asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi;
b. asosiasi profesi Jasa Konstruksi;
c. asosiasi terkait material dan peralatan Jasa Konstruksi;
d. pakar dan perguruan tinggi;
e. institusi pengguna jasa konstruksi;
f. instansi pemerintah;
g. Lembaga.
(3) Forum Jasa Konstruksi mempunyai fungsi untuk :
a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
b. membahas dan membuat rekomendasi kebijakan pengembangan Jasa
Konstruksi nasional;
c. meningkatkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan Jasa Konstruksi;
Pasal 14
Pendanaan kegjatan Forum dapat diperoleh dari :
a. APBN; dan/atau

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 165


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

b. bantuan pihak lain yang tidak mengikat sesuai peraturan perundangan

Bagian Kelima
Partisipasi Masyarakat Umum
Pasal 15
Partisipasi Masyarakat Umum dapat dilakukan dalam bentuk
a. Melakukan pengawasan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. pemberian masukan kebijakan kepada Pemerintah; dan
Pasal 16
(1) Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa
Konstruksi dengan cara:
a. mengakses informasi dan keterangan terkait dengan kegiatan konstruksi
yang berdampak pada kepentingan masyarakat;
b. melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya mendapatkan ganti kerugian
atau kompensasi terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan Jasa
Konstruksi; dan
c. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha di bidang Jasa
Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Selain berpartisipasi dalam pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
masyarakat juga dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah dalam perumusan kebijakan Jasa Konstruksi.
Pasal 17
Partisipasi masyarakat umum dalam hal mengakses informasi dan keterangan terkait
dengan kegiatan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ….. ayat (1) huruf
a, dilakukan dengan cara:
a. Meminta pengelola kegiatan konstruksi untuk memasang papan informasi
terkait kegiatan konstruksi;
b. Mendapat keterangan yang berkaitan dengan proses pelaksanaan
pekerjaan konstruksi yang mempengaruhi keamanan, keselamatan, dan
kesehatan lingkungan sekitarnya dan masyarakat;
Pasal 18
Partisipasi masyarakat umum dalam hal melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya
mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi terhadap dampak yang ditimbulkan
akibat kegiatan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ….. ayat (1)
huruf b, dilakukan dengan cara:
a. Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan, gugatan dan upaya
mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi ke unit layanan pengaduan
atau pemberi pekerjaan.
b. Penyampaian pengaduan, gugatan dan upaya mendapatkan ganti kerugian

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 166


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

atau kompensansi disampaikan secara tertulis dan lengkap.


Pasal 19
Partisipasi masyarakat umum dalam hal membentuk asosiasi profesi dan asosiasi
badan usaha di bidang Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 20
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penanganan pengaduan masyarakat
diatur lebih lanjut lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.
Pasal 21
(1) Partisipasi pengaduan masyarakat akan adanya dugaan kejahatan dan/atau
pelanggaran yang disengaja dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi,
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal… dilakukan dengan menyebutkan
identitas lengkap yang mencakup:
a. Nama lengkap;
b. Alamat tempat tinggal;
c. Obyek pengaduan; dan
d. Dugaan kejahatan dan/atau pelanggaran yang disengaja.
(2) Pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) proses hukum
tidak menyebabkan terganggunya proses penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Pasal 22
Partisipasi pengaduan masyarakat yang terkait dengan dugaan adanya kerugian
negara dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilakukan terhadap hasil
pemeriksaan dari lembaga negara yang berwenang untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara.
Pasal 23
(1) Mekanisme pengaduan adanya dugaan kerugian negara dalam pelaksanaan
kegiatan jasa konstruksi oleh masyarakat kepada aparat penegak hukum bias
dilakukan dengan :
a. laporan masyarakat harus melampirkan hasil pemeriksaan dari lembaga
negara yang berwenang (APIP);
b. selama pemeriksaan oleh lembaga negara yang berwenang, pelaksanaan
kegiatan jasa konstruksi tetap berjalan;
(2) Mekanisme pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan jika
terjadi adanya hilangnya nyawa seseorang dan/atau tertangkap tangan
melakukan korupsi.

BAB VII
SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 167


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 1
Pemerintah Pusat bertanggung jawab atas tersedianya sistem informasi Jasa
Konstruksi.
Pasal 2
(1) Untuk menyediakan data dan informasi yang akurat dan terintegrasi dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi dibentuk suatu sistem informasi yang
terintegrasi.
(2) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh
Pemerintah Pusat.

Bagian Kedua
Data dan Informasi Jasa Konstruksi
Pasal 3
(1) Sistem informasi yang terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ...
memuat data dan informasi yang berkaitan dengan:
a. tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
b. tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah; dan;
c. tugas layanan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh Masyarakat
Jasa Konstruksi.
(2) Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa serta institusi yang terkait dengan
Jasa Konstruksi harus memberikan data dan informasi dalam rangka tugas
pembinaan dan layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 4
Sistem Informasi Jasa Konstruksi yang memuat Tanggung jawab dan wewenang
pemerintah pusat di bidang Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud Pasal ... ayat (1)
huruf a meliputi data dan informasi:
a. persyaratan usaha Jasa Konstruksi;
b. permodalan dan sistem penjaminan usaha Jasa Konstruksi;
c. pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi;
d. pasar Jasa Konstruksi di negara yang potensial untuk pelaku usaha Jasa
Konstruksi nasional;
e. kemitraan antara usaha Jasa Konstruksi nasional dan internasional;
f. pemilihan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
g. rantai pasok material, peralatan, dan teknologi konstruksi;
h. izin usaha Jasa Konstruksi nasional dan asing;
i. kinerja penyedia jasa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi;
j. pengawasan tertib penyelenggaraan jasa konstruksi;

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 168


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

k. Standar kompetensi kerja dan pelatihan jasa konstruksi;


l. Pelatihan tenaga kerja konstruksi strategis dan percontohan.
m. Standar renumerasi minimal tenaga kerja konstruksi
n. Standar material, peralatan, dan teknologi konstruksi;
o. Publikasi material, peralatan, dan teknologi konstruksi dalam negeri yang
memenuhi standar;
p. Hasil forum jasa konstruksi melalui pertemuan yang dilakukan Pemerintah
pusat.
Pasal 5
Sistem Informasi Jasa Konstruksi yang memuat Tanggung jawab dan wewenang
pemerintah daerah provinsi di bidang Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud
Pasal ... ayat (1) huruf a meliputi data dan informasi:
a. pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi;
b. pasar Jasa Konstruksi di lingkup daerah provinsi;
c. kemitraan antara usaha Jasa Konstruksi daerah dan nasional;
d. rantai pasok material, peralatan, dan teknologi konstruksi;
e. izin usaha Jasa Konstruksi nasional
f. kinerja penyedia jasa dalam penyelenggaraan jasa;
g. pengawasan tertib penyelenggaraan jasa konstruksi;
h. Pelatihan tenaga ahli konstruksi;
i. Publikasi material, peralatan, dan teknologi konstruksi dalam negeri yang
memenuhi standar;
Pasal 6
Sistem Informasi Jasa Konstruksi yang memuat Tanggung jawab dan wewenang
pemerintah daerah kabupaten/kota di bidang Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud Pasal ... ayat (1) huruf a meliputi data dan informasi:
a. pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi;
b. pasar Jasa Konstruksi di lingkup daerah kab/kota;
c. rantai pasok material, peralatan, dan teknologi konstruksi;
d. izin usaha Jasa Konstruksi nasional
e. pengawasan tertib penyelenggaraan jasa konstruksi;
f. Pelatihan tenaga kerja terampil konstruksi;dan
g. Publikasi material, peralatan, dan teknologi konstruksi dalam negeri yang
memenuhi standar.
Pasal 7
Sistem Informasi Jasa Konstruksi yang memuat tugas pembinaan pemerintah pusat
di bidang Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud Pasal ... ayat (1) huruf … meliputi
data dan informasi yang berkaitan dengan kebijakan;
a. Pegembangan Sumber Daya Manusia;
b. Usaha jasa konstruksi;
c. Material dan teknologi konstruksi;
d. Penyelenggaraan jasa konstruksi;
e. Standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan; serta
f. Partisipasi masyarakat.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 169


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pasal 8
Sistem Informasi Jasa Konstruksi yang memuat tugas pembinaan pemerintah daerah
di bidang Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud Pasal ... ayat (1) huruf b meliputi
data dan informasi pedoman teknis kebijakan provinsi:
a. pengembangan sumber daya manusia;
b. usaha Jasa Konstruksi;
c. material dan teknologi konstruksi;
d. penyelenggaraan jasa konstruksi;
e. standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan; dan
f. partisipasi masyarakat.
Pasal 9
Sistem Informasi Jasa Konstruksi yang memuat tugas layanan di bidang Jasa
Konstruksi yang dilakukan oleh Masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud
Pasal ... ayat (1) huruf c antara lain data dan informasi :
a. badan usaha Jasa Konstruksi yang telah diregistrasi;
b. asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi yang terakreditasi;
c. asosiasi terkait rantai pasok Jasa Konstruksi yang terakreditasi;
d. pengalaman badan usaha yang telah diregistrasi;
e. penilai ahli yang telah diregistrasi;
f. asosiasi profesi yang terakreditasi;
g. lembaga sertifikasi profesi yang telah memperoleh lisensi;
h. tenaga kerja yang telah diregistrasi;
i. pengalaman profesional tenaga kerja yang telah diregistrasi;
j. lembaga pendidikan dan pelatihan kerja di bidang konstruksi yang telah
diregistrasi;
k. tenaga kerja asing yang telah disetarakan;
l. lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk oleh Lembaga; dan
m. Pelaksanaan forum jasa konstruksi melalui media online

Bagian Ketiga
Pengelolaan Sistem Informasi Jasa Konstruksi
Pasal 10
(1) Menteri sebagai pengelola dan penanggung jawab Sistem Informasi Jasa
Konstruksi
(2) Dalam mengelola Sistem Informasi Jasa Konstruksi meliputi aspek:
a. Proses bisnis dan piranti lunak;
b. Pengaturan penyediaan piranti keras dan jaringan;
c. Operasional dan pemeliharaan.
d. Bimbingan teknis pengelolaan sistem informasi

Pembiayaan
Pasal 11

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 170


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

(1) Pembiayaan yang diperlukan dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem


informasi yang terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal .... dibebankan
kepada anggaran pendapatan dan belanja negara.
(2) Menteri dapat melakukan kerjasama dengan badan usaha dalam hal
pembiayaan sesuai ketentuan perundang-undangan
Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi yang terintegrasi diatur dalam
Peraturan Menteri.

Bagian Keempat
Koordinasi dan Kerjasama
Pasal 13
(1) Menteri melakukan koordinasi dan kerjasana dalam penyediaan data dan
informasi.
(2) Dan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain dilakukan
dalam bentuk pertukaran data dari Kementarian/Lembaga lain dan lembaga
terkait untuk data pengguna dan penyedia jasa

Bagian Kelima
Pendanaan
(KPBU/ PNBP, APBN dan APBD)
Pasal 14
(1) Pengelolaan Sistem Informasi Jasa Konstruksi biayanya dibeban dalam
Anggaran Pedapatan Belanja Negara atau anggaran pendapatan belanja
daerah.
(2) Pelayanan informasi jasa konstruksi dikenakan biaya.
(3) Pendapatan yang diperoleh dari pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dimasukkan dalam PNBP.
Pasal 15
Menteri dalam pengelolaan Sistem Informasi Jasa Konsruksi dapat melakukan
kerjasama dengan Badan Usaha.
Pasal 16
Besaran biaya yang dikenakan dalam pelayanan infirmasi jasa konstruksi diatur
dengan Peraturan Menteri.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 171


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Bagian Keenam
Monitoring dan Evaluasi
Pasal 17

BAB VIII
TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF

Bagian Kesatu
Sanksi bagi Lembaga Pelatihan Konstruksi yang tidak memiliki registrasi, izin
operasional, dan akreditasi

Pasal 1
(1) Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi administratif
yang ditetapkan oleh :
a. Pemerintah kepada Lembaga dan pengguna jasa, berupa peringatan
tertulis;
b. Pemerintah kepada penyedia jasa, berupa :
1. peringatan tertulis;
2. pembekuan izin usaha;
3. pencabutan izin usaha; dan atau
4. larangan melakukan pekerjaan.
c. Lembaga kepada penyedia jasa dan asosiasi, berupa :
1. peringatan tertulis;
2. memasukkan dalam daftar pembatasan/larangan kegiatan usaha;
3. pencabutan akreditasi;
4. pembatasan bidang usaha;
5. pencabutan tanda registrasi badan usaha; dan atau
6. pencabutan sertifikat keterampilan atau keahlian kerja.
d. Asosiasi kepada anggota asosiasi, berupa :
1. peringatan tertulis;
2. pencabutan keanggotaan asosiasi;
3. pencabutan sertifikat keterampilan atau keahlian kerja.
(2) Lembaga pelatihan melakukan tindak pidana tersebut diatas dapat dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Bagian Kedua
Sanksi bagi Pengguna dan/atau Penyedia Jasa yang mempekerjakan Tenaga
Kerja Konstruksi yang tidak memiliki sertifikat.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 172


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pasal 2
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan yang dilakukan oleh usaha orang
perseorangan dan badan usaha jasa konstruksi dikenakan sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. memasukkan dalam daftar pembatasan/larangan kegiatan usaha;
c. pembatasan bidang usaha;
d. pencabutan sertifikat keterampilan atau keahlian kerja;
e. pencabutan registrasi; dan atau
f. pembatalan keanggotaan asosiasi.
(2) Pengguna dan/atau Penyedia Jasa yang mempekerjakan Tenaga Kerja
Konstruksi yang tidak memiliki sertifikat dapat dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah).

Bagian Ketiga
Sanksi bagi Tenaga Kerja Konstruksi yang tidak memiliki sertifikat

Pasal 3
(1) Pelanggaran terhadap yang dilakukan oleh penanggung jawab teknik
dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. memasukkan dalam daftar pembatasan/larangan kegiatan usaha; atau
c. pencabutan sertifikat keterampilan atau keahlian kerja.
(2) Pelanggaran terhadap yang dilakukan oleh tenaga teknik dan tenaga ahli pada
badan usaha dikenakan sanksi berupa :
a. peringatan tertulis;
b. memasukkan dalam daftar pembatasan/larangan kegiatan usaha; atau
c. pencabutan sertifikat keterampilan atau keahlian kerja.
(3) Tenaga Kerja Konstruksi yang tidak memiliki sertifikat dapat dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp
500.000,- (lima ratus ribu).

Bagian Keempat
Sanksi bagi Lembaga Sertifikasi Profesi yang tidak memenuhi persyaratan uji
kompetensi

Pasal 4
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan yang dilakukan oleh asosiasi perusahaan,
asosiasi profesi dan atau institusi pendidikan dan pelatihan dikenakan sanksi
berupa :
a. peringatan tertulis;
b. memasukkan dalam daftar pembatasan/larangan kegiatan usaha; dan atau

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 173


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

c. pencabutan akreditasi.
(2) asosiasi perusahaan, asosiasi profesi dan atau institusi pendidikan dan
pelatihan yang tidak memenuhi persyaratan uji tersebut diatas dapat dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Pasal 5
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan yang dilakukan oleh badan usaha nasional
maupun asing dikenakan sanksi berupa:
a. peringatan tertulis; atau
b. larangan melakukan pekerjaan di bidangnya.

Pasal 6
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan yang dilakukan oleh badan usaha dikenakan
sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan izin usaha; atau
c. pencabutan izin usaha.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan yang dilakukan oleh badan usaha asing
dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis; atau
b. larangan melakukan pekerjaan di bidangnya.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan yang dilakukan oleh badan usaha/ badan
usaha asing yang tidak memenuhi persyaratan uji tersebut diatas dapat
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Bagian Kelima

Penanggungjawab, Pelaksana Denda dan Sansksi

Pasal 7

(1) Penanggungjawab pelaksanaan Denda dan Sanksi adalah Kementerian


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sebagimana diatur dalam ketentuan
perundang undangan yang berlaku
(2) Pejabat Pelaksana Denda dan Sanksi yang ditunjuk oleh Menteri PUPR
membuat dan menandatangani surat pelaksanaan pemeriksaan sertifikasi
Tenaga Kerja Konstruksi.
(3) Petugas petugas pelaksana pemeriksaan sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 174


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

adalah :
a. Balai Pembinaan Konstruksi
b. Pemerintah Provinsi
c. Pemerintah Daerah
d. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
e. Lembaga Lembaga lainnya yang berkaitan dengan Sertifikasi Konstruksi.

2. Pengembangan Kompetensi Tenaga Kerja (Kertas Kerja Direktur BDKPK)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Upaya percepatan pembangunan infrastruktur yang sedang dilakukan ini perlu


didukung oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) konstruksi yang handal
dan profesional. Selain itu, produktivitas tenaga kerja konstruksi akan menjadi salah
satu indikator dalam mengukur keberhasilan pembangunan sektor konstruksi dalam
kaitan dengan rantai pasok material dan SDM tenaga kerja konstruksi dalam melihat
efektivitas dan efisiensi pembangunan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumah
tenaga kerja konstruksi dalam 2-3 tahun terakhir tumbuh rata-rata sekitar 14% per
tahun. Pada tahun 2015 jumlah tenaga kerja konstruksi mencapai 8.208.086 orang
naik 12,7% dari tahun 2014 sebesar 7.280.086 orang.

Pada tahun 2015 tercatat bahwa dari 8.208.086 tenaga kerja konstruksi yang sudah
memiliki sertifikat kompetensi hanya 255.014 orang atau sekitar 3,1%. Melalui
program percepatan, pada tahun 2016 jumlah tenaga kerja konstruksi bersertifikat
berhasil ditingkatkan menjadi 530.475 orang atau sekitar 6,5% secara keseluruhan
baik ahli maupun terampil. Dengan demikian, perlu segera dilakukan percepatan
sertifikasi tenaga kerja konstruksi. Sementara itu, target sertifikasi tenaga kerja
konstruksi pada tahun 2019 adalah sebanyak 750.000 orang tersertifikasi, itupun
baru memenuhi sekitar 10% dari total tenaga kerja konstruksi yang berada di kisaran
7-8 juta orang per tahun. Jumlah tenaga kerja konstruksi terus meningkat di kisaran
antara 800.000 sampai 1.000.000 orang lebih per tahun.

1.1. Tenaga Kerja Konstruksi Bersertifikat

Terjadi penurunan dan fluktuasi jumlah tenaga ahli konstruksi dalam tiga tahun
terakhir. Penurunan ini bisa terjadi karena tidak adanya proses perpanjangan bagi
yang sudah menerima, karena berbagai faktor misalnya tidak adanya pengawasan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 175


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

terhadap sertifikasi, kurangnya penghargaan atau apresiasi (remunerasi) bagi pemilik


sertifikasi, dan faktor lainnya. Pada tahun 2013 Tenaga Kerja Konstruksi yang telah
memiliki sertifikat Ahli Konstruksi sebanyak 53.905 orang. Tahun 2014 Tenaga Kerja
Konstruksi yang telah memiliki sertifikat Ahli Konstruksi sebanyak 71.426 orang, ada
kenaikan dari tahun lalu sebanyak 17.521 orang atau 32.50%. Sementara itu, pada
tahun 2015 Tenaga Kerja Konstruksi yang telah memiliki Sertifikat Ahli Konstruksi
sebanyak 33.515 orang, ada penurunan dari tahun lalu sebanyak 37.911 orang atau
-53.08%.

Tenaga Kerja Terampil Konstruksi di Indonesia terdiri atas 6 klasifikasi yang terbagi
dalam 3 jenjang kualifikasi yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Adapun sertif8kat
kompetensi yang diberikan adalah Sertifikat Keterampilan (SKT). SKT adalah salah
satu bukti kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja bidang Jasa
Pelaksana Konstruksi (kontraktor) yang harus dimiliki tenaga kerja/ ahli perusahaan
untuk dapat ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) dalam permohonan
Sertifikasi dan Registrasi Jasa Pelaksana Konstruksi. Perkembangan tenaga kerja
konstruksi dari tahun 2013 sampai dengan 2015 terjadi kenaikan dari tahun ke tahun
hal ini dapat dirincikan sebagai berikut : tahun 2013 sebanyak 122.815 orang; pada
tahun 2014 sebanyak 169.549 orang; dan pada tahun 2015 sebanyak 221.499
orang.

Kebutuhan tenaga konstruksi yang kompeten terus meningkat sejalan dengan


program percepatan pembanguan infrastruktur dan pembangunan konstruksi yang
sedang berjalan saat ini. Jumlah tenaga kerja konstruksi yang sudah memiliki
sertifikat kompetensi masih kurang 10% dari total tenaga kerja konstruksi di kisaran
angka 7-8 juta orang per tahun. Tentunya, perlu ada upaya serius untuk
meningkatkan jumlah dan persentase tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat baik
ahli maupun terampil atau dalam klasifikasi dalam UU Nomor 2 Tahun 2017 dibagi
dalam tiga klasifikasi yaitu operator, teknisi/analis, dan ahli.

Dokumen rencana strategis Direktorat Jenderal Bina Konstruksi 2015-2019 ditarget


jumlah tenaga kerja konstruksi yang harus disertifikasi sebanyak 750.000 orang yang
akan dicapai dalam 4-5 tahun ke depan. Sejumlah strategi perlu disiapkan untuk
mencapai target 750.000 orang tersertifikasi di berbagai bidang keahlian. Pada
Grafik 1 digambarkan sejumlah data capaian dan rencana proyeksi ke depan.

Grafik 1
Capaian dan Proyeksi Peningkatan Sertifkasi Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 176


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Target jangka menengah peningkatan Tenaga Kerja Konstruksi Bersertifikat pada


tahun 2015 -2019 ditargetkan sebanyak 750.000 orang. Data dasar ketika memulai
program kabinet Kerja periode 2015-2019 telah terdapat 255.014 tenaga kerja yang
bersertifikat di Indonesia. Pada tahun 2016 terdapat 530.475 TKK yang sudah
bersertifikat. Selanjutnya Jumlah tenaga kerja konstruksi yang sudah bersertifikat
pada Tahun 2016 mencapai 530.475 orang. Perkiraan sampai tahun 2017
memberikan gambaran bahwa tenaga kerja konstruksi yang belum bersertifikat
tinggal 219.525 orang dari target 750.000 orang sampai tahun 2019. Dengan
demikian, untuk mencapai target jangka menengah perlu dilakukan pelatihan dan
sertifikasi pada 73.175 orang dalam tiga tahun terakhir dari 2017-2019. Melalui
strategi percepatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi maka optimistis target Rencana Strategis peningkatan
kompetensi tenaga kerja konstruksi dapat dicapai.

Jika dikaitkan dengan kebutuhan peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi


dalam jangka panjang pada kabinet berikutnya maka perlu direncanakan penetapan
target yang lebih progresif misalnya mencapai minimal 50% dari populasi tenaga
kerja konstruksi yang berjumlah sekitar 7-8 juta orang per tahun. Program
percepatan sertifikasi ini harus diselesaikan dalam dua periode pemerintahan agar
semua tenaga kerja konstruksi memiliki sertifikat kompetensi yang diharuskan UU
Nomor 2 Tahun 2017. Maka pada tahun 2020-2025 dapat ditentukan target
4.000.000 orang diharapkan dapat mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi
tenaga kerja konstruksi dengan alokasi sebanyak 800.000 orang per tahunnya.
Begitu pula pada periode berikutnya di tahun 2026-2031 perlu ditetapkan target
sekitar 900.000 orang per tahunnya. Target yang besar tersebut harus didistribusikan
kepada 34 provinsi, dan 416 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jika
didistribusikan kepada setiap kabupaten/kota maka rata-rata mendapatkan kuota

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 177


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

2.163 orang per tahun yang dalam pelaksanaannya tentu didistribusikan secara
proporsional.

Terjadi tren kenaikan tenaga kerja konstruksi yang telah memiliki sertifikasi Terampil.
Tahun 2013 Tenaga Kerja Konstruksi yang telah memiliki sertifikat Terampil
Konstruksi sebanyak 122.815 orang. Pada tahun 2014 Tenaga Kerja Konstruksi
yang telah memiliki sertifikat Terampil Konstruksi sebanyak 169.549 orang, ada
kenaikan dari tahun lalu sebanyak 46.734 orang atau 38.05%. Sementara itu, pada
tahun 2015 Tenaga Kerja Konstruksi yang telah memiliki sertifikat Terampil Konstruksi
sebanyak 221.499 orang, dimana terjadi kenaikan dari tahun lalu sebanyak 51.950
orang atau 42.30%. Dengan demikian, tren peningkatan dan sertifikasi kompetensi
untuk tenaga terampil cenderung naik terus setiap tahunnya. Hal ini dapat
disebabkan adanya tuntutan dan keharusan memiliki sertifikat kompetensi untuk
tenaga kerja terampil di bidang konstruksi.

Meskipun tren tenaga kerja konstruksi bersertifikat terus naik namun masih banyak
tenaga kerja konstruksi yang belum bersertifikat. Pada tahun 2013 Tenaga Kerja
Konstruksi yang tidak memiliki sertifikat kompetensi sebanyak 6.100.003 orang.
Tahun 2014 Tenaga Kerja Konstruksi yang tidak memiliki sertifikat kompetensi
sebanyak 7.039.111 orang. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan dari tahun lalu
sebanyak 939.108 orang atau 15.40%. Sementara di tahun 2015 Tenaga Kerja
Konstruksi tidak memiliki sertifikat kompetensi sebanyak 7.953.072 orang. Hal ini
menunjukkan adanya kenaikan dari tahun lalu sebanyak 913.961 orang atau 12.98%.

Tren kenaikan jumlah yang belum bersertifikat dikarenakan munculnya tenaga kerja
baru yang belum memiliki sertifikat, khususnya para lulusan SMA/MA/SMK atau
lulusan Perguruan Tinggi yang sudah masuk ke dunia kerja namun belum memiliki
sertifikat. Oleh karena itu, perlu dilakukan antisipasi dalam bentuk pelatihan off the
job di lembaga pendidikan formal di SMA/MA/SMK maupun Perguruan tinggi agar
memberikan pelatihan dan sertifikasi bagi siswa dan mahasiswanya sebelum mereka
lulus sebagai salah satu bentuk Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) yang
sekarang ini mulai diberlakukan di pendidikan formal sekolah maupun perguruan
tinggi.

Regulasi Tenaga Kerja Konstruksi

Terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi sebagai


pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 memiliki sejumlah konsekuensi
regulasi di bidang jasa konstruksi, khususnya dalam pengembangan kompetensi
tenaga kerja konstruksi. Paradigma regulasi sebelumnya, pengelolaan jasa
konstruksi lebih mengarah pada “liberalisasi” yang memberikan banyak pelibatan
masyarakat dibandingkan dengan institusi pemerintah. Proses pelatihan dan
sertifikasi tenaga kerja konstruksi diserahkan kepada institusi independen yang
didirikan oleh asosiasi atau kelompok masyarakat yaitu LPJK (Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi). Pemerintah memiliki peran dan fungsi penetapan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 178


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

standar, pembinaan, dan pengawasan saja sehingga kurang memiliki kendali penuh
terhadap pengembangan dan peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi.
Kurangnya sistem dan mekanisme pengawasan mengakibatkan munculnya praktik
“hukum pasar” dalam proses pemberian sertifikasi. Akibatnya, banyak praktik jual beli
sertifikat yang menyebabkan tenaga kerja yang bersertifikat kurang memenuhi
standar yang telah ditetapkan atau kurang kompeten. Selain itu, upaya pemberian
sanksi kepada setiap tenaga kerja konstruksi yang tidak/belum memiliki sertifikat
kompetensi di bidang konstruksi masih sulit dilakukan. Di lain pihak, perusahaan
penyedia jasa konstruksi tidak mudah dikenai sanksi karena tidak adanya unit atau
lembaga dengan personil pengawasan yang diberi keweangan untuk menindak
ketika menemukan pelanggaran dalam pemanfaatan tenaga kerja konstruksi.

Terdapat perubahan paradigma dari pengaturan jasa konstruksi kepada industri


konstruksi. Hal ini membawa konsekuensi yang lebih luas. Untuk lingkup konstruksi,
diperluas tidak hanya pengguna dan pnyedia jasa konstruksi tetapi pada jasa, usaha
penyediaan bangnan dan rantai pasok pengelolaan industri konstruksi. Pola
pembinaan dilakukan dari besifat sentralisasi menjadi desentralisasi di mana
pelibatan dan kewenangan pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) lebih
diperluas. Dengan demikian, lingkup pembinaan menjadi lebih luas mencakup
penetapan kebijakan, penyelenggaraan kebijakan, pengawasan, pemantauan dan
evaluasi, serta pengembangan jasa konstruksi dan kerja sama konstruksi. Untuk itu,
perlu pengembangan NSPK (norma, standar, prosedur, dan kriteria) harus memiliki
landasan konseptual yang kuat dan arahan teknis operasional yang jelas agar peran
pemerintah daerah dapat maksimal mengendalikan program pembangunan
konstruksi.

Hal yang menarik adalah terkait dengan klasifikasi usaha yang semula dalam
kerangka pengembangan usaha dalam bentuk ASMET (Arsitektur, Sipil, Mekanikal,
Elektrikal, dan Tata Lingkungan ditambah dengan Manajemen Pelaksanaan) kepada
klasifikasi usaha berdasarkan Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia (KBJI) dan Central
Product Classification (CPC). Hal ini membawa perubahan pada pengembangan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagai dasar dalam
pengembangan program-program pelatihan konstruksi dan sertifikasi kompetensi
tenaga kerja konstruksi.

Saat ini sudah ada 297 SKKNI bidang Kostruksi yang telah dirumuskan yaitu: 149
SKKNI untuk kualifikasi keahlian (tenaga ahli), dan 148 untuk kualifikasi keterampilan
(tenaga terampil). Sementara target dari Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi
(GNPK) adalah 600 SKKNI konstruksi yang harus disusun. Jadi pengembangan
SKKNI baru mencapai 50% dari target yang telah ditetapkan sehingga perlu
percepatan penyusunan SKKNI agar dapat mencapai target yang disesuaikan
dengan kerangka KBJI atau CPC -- bukan kerangka ASMET – seperti yang
dijelaskan dalam UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

Upaya harmonisasi perlu dilakukan dalam penerapan pengembangan kompetensi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 179


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

tenaga kerja konstruksi. Selain dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 dan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi sebagai
penggantinya, perlu juga diharmonisasi dengan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan produk aturan turunannya khususnya PP Nomor 23 Tahun
2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), serta UU Nomor 11 Tahun
2014 tentang Keinsinyuran.

Sistem dan Mekanisme Pelatihan dan Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi

Implementasi pengembangan tenaga kerja konstruksi dilakukan dalam program


pelatihan dan sertifikasi yang dilakukan dalam sejumlah rangkaian kegiatan yang
terukur dalam sebuah skema. Tahapan kegiatan dimulai dengan pembuatan dan
penetapan standar kompetensi yang mengacu kepada Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) dalam bentuk Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) yang bersifat terbuka untuk semua pihak di luar Kementerian PU-PR
maupun Standar Kompetensi Kerja Khusus (SKKK) yang bersifat khusus di
lingkungan Kementerian PU-PR. Standar kompetensi ini dikembangkan berdasarkan
Klasifikasi Baku Jabatan Kerja Indonesia (KBJI) yang ditetapkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) atau dan Central Product Classification (CPC) yang dikeluarkan oleh
Department of Economic and Social Affairs, United Nations.

Grafik 2
Skema Sistem Pelatihan dan Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi

Berdasarkan standar kompetensi tenaga konstruksi yang telah diterapkan disusun


bahan dan materi pelatihan serta standar pembentukan dan pengelolaan lembaga
pelatihan konstruksi yang harus diregistrasi dan diakreditasi oleh lembaga yang

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 180


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

dibentuk oleh Kementerian PU-PR. Dengan demikian, perlu dibentuk badan


akreditasi lembaga pelatihan konstruksi yang berfungsi menjamin kelayakan dan
kemampuan lembaga dalam mengelola dan menyelenggarakan pelatihan konstruksi.
Lembaga pelatihan konstruksi harus memiliki legalitas hukum yang jelas dari
kementerian terkait, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, serta didukung
oleh ketersediaan tenaga pendidik/pelatih yang berpengalaman dan memiliki
sertifikat sebagai instruktur.

Pada tahapan selanjutnya, dilakukan proses uji kompetensi yang dilakukan oleh
Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSP) yang mendapatkan lisensi dari Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) atau badan sejenis. Lembaga ini memiliki
legalitas hukum yang jelas, memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan serta
memiliki Tempat Uji Kompetensi (TUK) untuk menguji peserta uji kompetensi.

Peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi harus dikelola oleh lembaga atau
organisasi yang dibentuk oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dan industri.
Berdasarkan skema di atas maka dapat dibentuk lembaga dan organisasi baik oleh
pemerintah, badan usaha, dan masyarakat. Berikut ini beberapa lembaga yang dapat
dibentuk:
a. Badan Registrasi dan Akreditasi Jasa Konstruksi; Badan ini dibentuk oleh
pemerintah dalam hal ini Kementerian PU-PR, yang dipimpin oleh Kepala Badan
dengan tugas dan fungsi sebagai berikut: Merumuskan kebijakan dan strategi
pengembangan tenaga kerja konstruksi; Menyusun program dan kegiatan
pengembangan tenaga kerja konstruksi; Melakukan koordinasi dengan pihak lain
baik di tingkat pusat maupun daerah dalam pelaksanaan program
pengembangan tenaga kerja konstruksi; Menyusun pedoman registrasi dan
melaksanakan kegiatan registrasi lembaga pelatihan konstruksi, asosiasi profesi,
lembaga sertifikasi profesi, tenaga kerja konstruksi berdasarkan nama dan
alamat, dan badan usaha konstruksi; Menyusun pedoman akreditasi dan
melaksanakan kegiatan akreditasi lembaga pelatihan konstruksi dan badan
usaha konstruksi; Menyusun pedoman pengendalian dan pengawasan serta
pemberian sanksi dan denda atas pelanggaran pengembangan dan penerapan
tenaga kerja konstruksi; Mengembangkan sistem pendataan lembaga dan tenaga
kerja konstruksi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
b. Lembaga Pelatihan Konstruksi (LPK); Lembaga ini dapat dibentuk oleh asosiasi
profesi, lembaga pendidikan formal, dan masyarakat luas yang memiliki badan
hukum serta telah tergistrasi dan terakreditasi oleh pemerintah (Badan Registrasi
dan Akreditasi Jasa Konstruksi), dengan tugas dan fungsi: Menyusun program
dan kegiatan pelatihan yang mengacu kepada standar kompetensi
(SKKNI/SKKK) yang telah ditetapkan; Mengembangkan materi dan bahan
pelatihan konstruksi terkait sesuai SKKNI/SKKK yang telah ditetapkan oleh
pemerintah; Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung
kegiatan pelatihan baik teori dan praktik; Memiliki tenaga pendidik, pelatih, atau
instruktur yang ahli dan bersertifikat; Memiliki tenaga admnistrasi dan tenaga
pendukung lainnya sesuai dengan kebutuhan lembaga pelatihan konstruksi.
c. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP); Lembaga ini dapat dibentuk oleh asosiasi
profesi, lembaga pelatihan konstruksi yang memiliki badan hukum serta

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 181


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

mendapatkan lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi atau sejenisnya,


dengan tugas dan fungsi: Menyusun program dan kegiatan uji kompetensi yang
mengacu kepada standar kompetensi (SKKNI/SKKK) yang telah ditetapkan;
Mengembangkan materi dan bahan uji kompetensi tertentu sesuai SKKNI/SKKK
yang telah ditetapkan oleh pemerintah; Memiliki sarana dan prasarana yang
memadai untuk mendukung kegiatan uji kompetensi; Memiliki tempat uji
kompetensi (TUK) baik di lembaga sendiri atau bekerja sama dengan lambaga
lain; Memiliki asesor yang bersertifikat yang dapat melakukan uji kompetensi bagi
peserta program uji kompetensi konstruksi.
d. Tenaga kerja konstruksi yang telah memiliki sertifikasi kompetensi dan profesi
harus tetap dikembangkan dan ditingkatkan kompetensinya dalam kerangka
lokal, nasional, regional maupun global. Untuk tingkat lokal dan nasional, proses
pengembangan dan pemeliharaan kompetensi dilakukan dalam bentuk registrasi
dan pengujian kembali kompetensi yang dimiliki sesuai dengan persyaratan yang
berlaku jika kompetensinya sudah kedaluarsa.
e. Pengembangan kompetensi tenaga kerja konstruksi di tingkat regional dan global
harus mengikuti program penyetaraan dan pengakuan kompetensi melalui skema
MRA (Mutual Recognation Arrangement) yang disepakati oleh pemerintah
dengan negara lain di dunia misalnya di ASEAN dalam kerangka Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). Proses registrasi dalam rangka MRA dilakukan oleh
Badan Registrasi dan Akreditasi Jasa Konstruksi.

Pengawasan, Pemantauan, dan Evaluasi


Upaya peningkatan kompetensi melalui sertifikasi oleh lembaga yang terpercaya dan
profesional tidak akan berjalan tanpa adanya pengawasan, pemantauan, evaluasi,
dan pemberian denda atau sanksi bagi yang melakukan pelanggaran. Pada UU
Nomor 18 Tahun tentang Jasa Konstruksi sesungguhnya telah diatur tentang
pemberian denda dan sanksi, namun mekanisme dan pelaksanaan operasionalnya
kurang jelas secara kelembagaan dan penugasan personilnya sehingga penegakan
hukum tidak berjalan efektif.

Pada UU Nomor 2 Tahun 2017 kembali diatur dengan lebih tegas dan lebih jelas
mengenai sanksi dan denda atas pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku jasa
konstruksi. Pada UU Nomor 2 Tahun 2017 dijelaskan terkait dengan denda dan
sanksi kepada tenaga kerja konstruksi yang tidak memiliki sertifikat dan kepada
badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang tidak bersertifikat.
Pada Pasal 99 dijelaskan pada Ayat (1) “Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja
di bidang Jasa Konstruksi tidak memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana
dimaksud dalam pasar 70 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa pemberhentian
dari tempat kerja”; (2) Setiap Pengguna Jasa dan/atau penyedia Jasa yang
mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang tidak memiliki sertifikat Kompetensi
Kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 ayat (2) dikenai sanksi administratif
berupa: (a) denda administratif dan/atau (b) penghentian sementara kegiatan layanan
Jasa Konstruksi. Pada Ayat (2) dijelaskan “setiap lembaga sertifikasi profesi yang
tidak mengikuti ketentuan pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 182


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pasal 70 ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa: (a) peringatan tertulis; (b)
denda administratif; (c) pembekuan lisensi; dan/atau (d) pencabutan lisensi”.

Perlu penataan sistem pemantauan dan evaluasi melalui pemberian denda dan
sanksi bagi tenaga kerja yang tidak memiliki sertifikat kompetensi konstruksi dan
badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang tidak bersertifikat.
Selama ini, sistem dan mekanisme pemantauan berkelanjutan dalam pelaksanaan
pengawasan (sidak) kepada setiap tenaga kerja konstruksi dan/atau badan usaha
konstruksi tidak jelas menjadi tugas dan fungsi siapa dan lembaga apa. Akibatnya
setiap pelanggaran yang dilakukan banyak yang tidak dilaporkan atau tidak bisa
diproses lebih lanjut. Agar proses pemberian denda dan sanksi ini dapat berjalan
belum dibentuk unit/lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan
pengawasan dan sidak sekaligus memberikan denda dan sanksi yang jelas kepada
setiap pelanggaran yang didukung oleh SDM tenaga pengawasan dan penindakan
yang diatur melalui Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum
dan Perumahan Rakyat. Perlu dilakukan perbandingan dengan beberapa lembaga
atau asosiasi pada profesi lain misalnya dokter, pemberian Surat Izin Mengemudi
(SIM) di kepolisian, dan lembaga lainnya. Sepertinya, penguatan peran dan fungsi
Kementerian PU PR dan instansi di bawahnya langsung maupun lembaga tidak
langsung di tingkat pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Dengan penguatan
peran dan fungsi lembaga pemerinta diharapkan fungsi pengawasan dan evaluasi
dalam rangka pembinaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi serta pemberian
sanksi dan denda yang tegas kepada tenaga kerja maupun badan usaha bidang
konstruksi dapat dilakukan dengan optimal, efektif dan efisien serta akuntabel.

Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi mempunyai tugas


melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kompetensi dan produktivitas konstruksi. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat
Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi menyelenggarakan fungsi: (a)
Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standar, penerapan, pengembangan
kompetensi profesi jasa konstruksi, dan produktivitas konstruksi; (b) Pelaksanaan
kebijakan di bidang standar, penerapan, pengembangan kompetensi profesi jasa
konstruksi, dan produktivitas konstruksi; (c) Penyiapan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria di bidang standar, penerapan, pengembangan kompetensi
profesi jasa konstruksi, dan produktivitas konstruksi; (d) Pemberian bimbingan teknis
dan supervisi di bidang standar, penerapan, pengembangan kompetensi profesi jasa
konstruksi, dan produktivitas konstruksi; (e) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
di bidang standar, penerapan, pengembangan kompetensi profesi jasa konstruksi,
dan produktivitas konstruksi; dan (f) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Untuk merespon situasi aktual dapat dirumuskan sejumlah kewenangan DBKPK


dalam bentuk: penyusunan rencana program dan manajemen pembinaan SDM
Konstruksi; Pelaksanaan pengendalian dan penerapan kompetensi SDM Konstruksi;
Penyusunan dan evaluasi kurikulum dan modul pelatihan; Penyusunan NSPK
pelatihan dan produktivitas konstruksi; Pengembangan kerjasama peningkatan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 183


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

kapasitas sumberdaya sumber daya penyelenggara pelatihan SDM Konstruksi;


Pelaksanaan penerapan kompetensi berkesinambungan; dan Pelaksanaan
pengembangan produktivitas SDM konstruksi di pasar nasional dan internasional.

Perencanaan Anggaran Peningkatan Kompetensi


Usulan program dan kegiatan percepatan pengembangan tenaga kerja konstruksi
tepat harus disertai dengan dukungan anggaran. Anggaran pengembangan
kompetensi tenaga kerja konstruksi oleh Direktorat Bina Kopetensi dan Produktivitas
Konstruksi pada tahun 2015 sebesar Rp. 25.028.147.000,-. Pada tahun 2016
program pengembangan tenaga kerja konstruksi turun menjadi Rp. 21.360.704.300,-
Sementara pada tahun 2017, alokasi anggaran pengembangan tenaga kerja
konstruksi naik kembali menjadi Rp. 28.471.000.000,- Dengan demikian jika dirata-
ratakan sekitar 25 Milyar per tahun dengan target sebesar 250.000 orang per tahun
dengan rasio anggaran untuk 1 orang diperlukan Rp. 100.000.000,- minimal.
Rencana percepatan program pengembangan kompetensi tenaga kerja konstruksi
ditargetkan 800.000-1.000.000 orang per tahun maka diperlukan total angggaran
pembinaan kompetensi sebesar minimal sekitar 1 Trilyun per tahun.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kendala utama pertumbuhan dan pemerataan pembangunan adalah karena
minimnya infrastruktur pendukung dan penunjang kegiatan ekonomi masyarakat.
Proses produksi dan arus distribusi barang/jasa kurang berjalan optimal karena
minimnya sarana transportasi, terbatasnya pemukiman dan perumahan bagi
warga, serta kurangnya instalasi air dan listrik yang menunjang kegiatan sosial-
ekonomi masyarakat. Ketimpangan ekonomi dan kesejahteraan antar daerah
dan wilayah kepulauan semakin terlihat karena tidak terhubung dengan baik
kegiatan transportasi baik darat, laut, maupun udara. Oleh karena itu, muncul
kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia
telah menjadi komitmen Pemerintah periode 2015-2019 untuk memacu
pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah
maupun antar pulau dan kepulauan di Indonesia.
Perlu pendanaan pembangunan infrastruktur yang besar untuk mewujudkan
ketersediaan jalan, perumahan, sumber daya air, energi, listrik, telekomunikasi,
transportasi darat, transportasi laut, dan kereta api. Alokasi anggaran selama
tahun 2015-2019 diperkirakan mencapai Rp.4.796 triliun(www.kemenkeu.go.id;
20 Juli 2017). Angka tersebut bisa mencapai 6.541 Triliun jika dengan skenario
penuh atau mencapai 4.781 Triliun jika dengan skenario parsial menurut
Bambang Tri Sukmono dari Ikatan Instruktur dan Asesor Pelatihan Konstruksi
Indonesia (IALKI).

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 184


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Gambar 1.1
Peluang Pasar Konstruksi Indonesia

Sementara itu, menurut laporan Asia Construction outlook, AECOM, 2014


dijelaskan bahwa Indonesia merupakan pasar jasa konstruksi terbesar di Asia
Tenggara (ASEAN) dengan alokasi anggaran sekitar $267 billion. Hal ini tentunya
akan menjadi persaingan perusahaan jasa konstruksi atau para kontraktor baik
dari dalam maupun luar negeri.
Tentunya, percepatan pembangunan infrastruktur yang sedang dilakukan ini perlu
didukung oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) konstruksi yang
handal dan profesional. Selain itu, produktivitas tenaga kerja konstruksi akan
menjadi salah satu indikator dalam mengukur keberhasilan pembangunan sektor
konstruksi dalam kaitan dengan rantai pasok material dan SDM tenaga kerja
konstruksi dalam melihat efektivitas dan efisiensi pembangunan. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS) jumah tenaga kerja konstruksi dalam 2-3 tahun terakhir
tumbuh rata-rata sekitar 14% per tahun. Pada tahun 2015 jumlah tenaga kerja
konstruksi mencapai 8,208,086 orang naik 12,7% dari tahun 2014 sebesar
7,280,086 orang.
Tabel 1.1
Perkembangan Tenaga Kerja Konstruksi

Namun demikian, pada tahun 2015 tercatat bahwa dari 8.208.086 tenaga kerja
konstruksi yang sudah memiliki sertifikat kompetensi hanya 255.014 orang atau
sekitar 3,1%. Melalui program percepatan, pada tahun 2016 jumlah tenaga kerja
konstruksi bersertifikat berhasil ditingkatkan menjadi 530.475 orang atau sekitar
6,5% secara keseluruhan baik ahli maupun terampil. Dengan demikian, perlu

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 185


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

segera dilakukan percepatan sertifikasi tenaga kerja konstruksi. Sementara itu,


target sertifikasi tenaga kerja konstruksi pada tahun 2019 adalah sebanyak
750.000 orang tersertifikasi, itupun baru memenuhi sekitar 10% dari total tenaga
kerja konstruksi yang berada di kisaran 7-8 juta orang per tahun.

Bersamaan dengan itu, telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017


tentang Jasa Konstruksi sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1999 tentang Jasa Konstruksi. Terdapat beberapa perbedaan substansi materi
Undang-Undang yang perlu diharmonisasikan agar dapat memberikan kepastian
dan dampak positif bagi pembangunan infrastruktur yang telah dipercepat
pelaksanaanya. Secara khusus, perlu dilakukan pengembangan strategi
kebijakan yang lebih afirmatif terhadap penyiapan SDM atau tenaga kerja
konstruksi yang profesional yang salah satunya ditandai oleh kepemilikan
sertifikat kompetensi terkait.

Belum terpenuhinya tenaga kerja konstruksi yang berkompeten yang ditunjukkan


dengan sertifikat kompetensi di bidangnya akan berdapak pada capaian
terganggunya pembangunan infrastruktur. Jika tenaga kerja konstruksi dalam
negeri tidak disiapkan maka proyek pembangunan infrastruktur berdampak pada
banyak tenaga asing masuk ke Indonesia. Akibatnya, akan menurunkan daya
saing SDM dan produktivitas konstruksi nasional.Untuk itu, diperlukan kebijakan
terobosan dalam rangka mengurangi kesenjangan jumlah dan kesenjangan
kompetensi tenaga kerja dalam rangka meningkatkan tingkat kinerja dan
produktivitas konstruksi. Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi
perlu menyusun konsep dan strategi percepatan peningkatan kompetensi tenaga
kerja konstruksi untuk menjawab tantangan percepatan pembanguan infrastruktur
di bidang konstruksi.

B. Maksud dan Tujuan

Penyusunan kertas kerja ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi dan


analisis terhadap perkembangan aktual tenaga kerja konstruksi serta harmonisasi
regulasi sehubungan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi dalam rangka percepatan peningkatan kompetensi
tenaga kerja konstruksi.

Adapun tujuan penyusunan kertas kerja ini adalah:


1. Mengumpulkan data dan informasi aktual tenaga kerja konstruksi di Indonesia
2. Melakukan analisis terhadap kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja
konstruksi sesuai dengan bidangnya.
3. Melakukan kajian dan harmonisasi peraturan yang sudah ada terhadap materi
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jawa Konstruksi.
4. Merumuskan strategi kebijakan dan program tenaga kerja konstruksi dalam
skema percepatan pembangunan infrastruktur.

C. Ruang Lingkup Pembahasan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 186


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pembahasan yang dilakukan dalam kertas kerja ini antara lain:


1. Situasi dan kondisi pelaksanaan pembangunan konstruksi di Indonesia
2. Implikasi terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang jasa
Konstruksi dengan harmonisasi dengan peraturan yang sudah ada dan/atau
yang perlu dibuat.
3. Kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja konstruksi di Indonesia
4. Profil kompetensi dan sertifikasi kompetensi
Strategi Kebijakan dan Pengembangan Program Percepatan Peningkatan
Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi.

BAB II ANALISIS SITUASI DAN KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI

A. Gambaran Tenaga Kerja Konstruksi

Keberadaan tenaga kerja konstruksi sangat menentukan dalam pelaksanaan


pembangunan konstruksi. Jika tenaga kerja konstruksi tidak kompeten maka
proyek yang telah dilakukan akan rusak bahkan ambruk karena pengerjaannya
tidak dilakukan oleh orang yang kompeten. Hingga saat ini, tenaga kerja
konstruksi dibagi dalam dua kualifikasi yaitu Tenaga Kerja Ahli dan Tenaga Kerja
Terampil. Pembagian kualifikasi ini masih mengacu kepada Undang-Undang
(UU) Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Sementara menurut UU
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dijelaskan bahwa tenaga kerja
konstruksi dibagi dalam tiga kualifikasi yaitu Tenaga Ahli, Tenaga Teknisi/Analis,
dan Tenaga Operator. Perlu ada harmonisasi dan penyesuaian tentang kualifikasi
ini sehubungan dengan adanya UU Nomor 2 Tahun 2017 yang baru.
Jumlah tenaga kerja konstruksi terus meningkat di kisaran antara 800.000 sampai
1.000.000 orang lebih per tahun. Pada Tabel 2.1 dijelaskan tentang jumlah tenaga
kerja konstruksi dari tahun 2013-2015.

Tabel 2.1
Perkembangan Tenaga Kerja Konstruksi

Jumlah Tenaga Kerja Konstruksi


No Provinsi
2013 2014 2015
1 Aceh 106,602 126,062 136,852
2 Sumatera Utara 389,822 376,642 359,774
3 Sumatera Barat 98,396 115,213 114,354

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 187


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

4 Riau 136,196 126,839 146,073


5 Jambi 59,996 61,806 64,985
6 Sumatera Selatan 132,854 166,907 167,807
7 Bengkulu 37,097 41,582 42,425
8 Lampung 145,024 182,889 222,906
9 Bangka-Belitung 29,766 31,168 28,787
10 Kepulauan Riau 68,499 60,074 68,849
11 DKI Jakarta 179,653 219,248 229,594
12 Jawa Barat 1,265,248 1,485,424 1,691,596
13 Jawa Tengah 950,578 1,269,113 1,529,103
14 D I Yogyakarta 102,552 146,349 154,956
15 Jawa Timur 1,046,964 1,259,443 1,510,085
16 Banten 239,824 277,458 286,995
17 Bali 211,093 205,470 196,696
Nusa Tenggara
18 106,885 104,864 156,641
Barat
Nusa Tenggara
19 75,600 79,317 74,754
Timur
20 Kalimantan Barat 108,815 118,559 104,753
21 Kalimantan Tengah 44,587 49,929 71,788
22 Kalimantan Selatan 99,651 100,164 102,094
23 Kalimantan Timur 117,726 101,046 101,207
24 Kalimantan Utara - - 16,062
25 Sulawesi Utara 73,227 79,244 84,546
26 Sulawesi Tengah 63,449 71,949 73,525
27 Sulawesi Selatan 191,746 210,957 219,228
28 Sulawesi Tenggara 53,269 61,169 72,427
29 Gorontalo 26,579 26,506 29,486
30 Sulawesi Barat 23,320 24,541 28,794
31 Maluku 27,897 21,472 32,452
32 Maluku Utara 16,222 22,678 23,241
33 Papua Barat 12,924 19,882 22,160
34 Papua 34,662 36,122 43,091
TOTAL NATIONAL 6,276,723 7,280,086 8,208,086
Sumber : BPS Statistik Indonesia tahun 2016

Pada tahun 2013, tenaga kerja konstruksi berjumlah 6.276.723 orang, kemudian
bertambah lagi menjadi 7.280.086 orang di tahun 2014, dan pada tahun 2015
berjumlah 8.208.086 orang. Adanya penambahan jumlah tenaga kerja harus
disertai dengan upaya penyiapan pelatihan dan sertifikasi kompetensi kepada
tenaga kerja konstruksi yang sudah ada maupun bagi yang akan masuk ke dunia
konstruksi.
Berdasarkan grafik dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa sektor konstruksi
merupakan salah satu sektor andalan untuk menyerap tenaga kerja di Indonesia.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 188


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pada tahun 2013 Jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor ini sebesar
6.276.723 orang, sementara pada tahun 2014 Jumlah tenaga kerja yang bekerja
sektor konstruksi sebesar 7.280.086 orang atau ada kenaikan dari tahun lalu
sebanyak 1.003.363 orang atau 15.99%. Pada tahun 2015 Jumlah tenaga kerja
yang bekerja di sektor ini sebesar 8.280.086 orang atau ada kenaikan dari tahun
lalu sebanyak 928.000 orang atau 12.75%.
Terdapat perbedaan kualifikasi tenaga kerja konstruksi antara UU Nomor 18
Tahun 1999 dengan UU Nomor 2 Tahun 2017.Penamaan dan kualifikasi tenaga
kerja konstruksi di tahun 2017 ini masih dipilah berdasarkan dua kualifikasi yaitu
tenaga kerja ahli dan tenaga kerja terampil. Ke depan kualifikasi tenaga kerja
konstruksi akan dibuat dalam tiga kualifikasi sesuai dengan UU No. 2 Tahun 2017
yaitu tenaga ahli, teknisi/analis, dan operator. Berikut ini gambaran jumlah
tenaga kerja konstruksi berdasarkan pembagian kualifikasi ahli dan terampil.

1. Tenaga Kerja Konstruksi Ahli


Tenaga Kerja Ahli Konstruksi di Indonesia dibagi atas 6 klasifikasi yang terbagi
dalam 3 jenjang kualifikasi yaitu muda, madya, dan utama. Mengacu kepada UU
Nomor 2 Tahun 2017 bahwa setiap tenaga kerja konstruksi harus memiliki
sertifikat kompetensi. Sertifikat keahlian adalah sertifikat yang diterbitkan
lembaga sertfikasi kompetensi yang dibentuk oleh pemerintah pusat dan daerah,
asosiasi, dan lembaga pelatihan konstruksi. Sertifikat ini diberikan kepada tenaga
ahli konstruksi yang telah memenuhi persyaratan kompetensi berdasarkan
disiplin keilmuan, kefungsian dan/atau keahlian tertentu sebagai bukti kompetensi
dan kemampuan profesi keahlian kerja tenaga ahli bidang Jasa Pelaksana
Konstruksi (Kontraktor), Jasa Perencana Konstruksi atau Jasa Pengawas
Konstruksi (Konsultan) dalam bentuk Sertifiikat Keahlian (SKA).

Kualifikasi tenaga ahli Jasa Konstruksi dibagi dalam beberpa jenjang yaitu: (a)
Ahli utama, (b) Ahli madya, (c) Ahli muda, (d) Ahli pemula, dengan persyaratan
sebagai berikut:
a) Persyaratan SKA ahli utama:
Berpendidikan minimal S1 dengan pengalaman minimal 12 tahun atau S2
dengan pengalaman minimal 5 tahun.
b) Persyaratan SKA ahli madya:
Berpendidikan minimal S1 dengan pengalaman minimal 7 tahun atau S2
dengan pengalaman minimal 2 tahun.
c) Persyaratan SKA ahli muda:
Berpendidikan minimal DIII dengan pengalaman minimal 5 tahun atau S1
dengan pengalaman minimal 2 tahun atau S2 dengan pengalaman minimal 1
tahun.
d) Persyaratan SKA ahli pemula :
Berpendidikan minimal DIII tanpa pengalaman.
Perkembangan tenaga kerja konstruksi dari tahun 2013 sampai dengan 2015
berfluktuasi dari tahun ke tahun hal ini dapat dirincikan sebagai berikut : tahun
2013 sebanyak 53.905 orang; tahun 2014 sebanyak 71.426 orang dan tahun
2015 sebanyak 33.515 orang.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 189


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Tabel 2.2
Tenaga Kerja Ahli Konstruksi Secara Nasional Tahun 2013 – 2015
Tenaga Kerja Konstruksi Tahun
No
Ahli 2013 2014 2015
1 Muda 18,783 41,820 15,480
2 Madya 31,782 25,039 15,336
3 Utama 3,340 4,567 2,699
Total 53,905 71,426 33,515
Sumber : BPS Statistik Indonesia Tahun 2016

Data dalam tabel tersebut berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dari buku
Statistik Indonesia tahun 2016.

Grafik 2.1
Tenaga Kerja Ahli Konstruksi Secara Nasional Tahun 2013 – 2015

Sumber : dari berbagai sumber

Berdasarkan Grafik 2.1 tersebut bisa kita lihat komposisi tenaga ahli berfluktuasi
dimana tahun 2013 ke 2014 terjadi kenaikan sebanyak 17.521 orang
sedangkan dari tahun 2014 ke tahun 2015 terjadi penurunan sebanyak 37.911
orang.

Sementara itu, pada Tabel 2.3 memperlihatkan sebaran tenaga kerja ahli
konstruksi dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 di setiap provinsi yaitu:

Tabel 2.3
Tenaga Kerja Ahli Konstruksi di Provinsi Tahun 2013-2015

No Provinsi Jumlah Tenaga Kerja Ahli Konstruksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 190


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

2013 2014 2015


1 Aceh 388 568 801
2 Sumatera Utara 1,435 2,380 1,537
3 Sumatera Barat 285 413 577
4 Riau 2,861 4,306 1,399
5 Jambi 214 434 301
6 Sumatera Selatan 294 210 493
7 Bengkulu 153 82 204
8 Lampung 30 891 650
9 Bangka-Belitung 56 43 222
10 Kepulauan Riau 639 320 336
11 DKI Jakarta 38,330 48,994 11,686
12 Jawa Barat 1,540 2,193 1,531
13 Jawa Tengah 201 1,569 1,641
14 D I Yogyakarta 1,050 571 822
15 Jawa Timur 401 1,993 3,539
16 Banten 1,505 245 234
17 Bali 363 491 718
18 Nusa Tenggara Barat 249 303 466
19 Nusa Tenggara Timur 238 334 262
20 Kalimantan Barat 428 559 555
21 Kalimantan Tengah 211 251 229
22 Kalimantan Selatan 216 303 807
23 Kalimantan Timur 636 941 1,042
24 Kalimantan Utara - - -
25 Sulawesi Utara 212 314 177
26 Sulawesi Tengah 22 143 276
27 Sulawesi Selatan 107 1,284 1,512
28 Sulawesi Tenggara 897 184 172
29 Gorontalo 31 32 31
30 Sulawesi Barat 141 36 193
31 Maluku 282 360 167
32 Maluku Utara 95 96 489
33 Papua Barat 182 247 102
34 Papua 213 336 344
TOTAL NATIONAL 53,905 71,426 33,515

Sumber : BPS Statistik Indonesia

Berdasarkan Tabel dan Grafik di atas menunjuk tren dari tenaga kerja konstruksi
yang telah memiliki Sertikat sebagai Tenaga Ahli. Terjadi fluktuasi jumlah tenaga
ahli konstruksi. Penurunan ini bisa terjadi karena tidak adanya proses
perpanjangan bagi yang sudah menerima, karena berbagai faktor misalnya tidak

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 191


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

adanya pengawasan terhadap sertifikasi, kurangnya penghargaan atau apresiasi


(remunerasi) bagi pemilik sertifikasi, dan faktor lainnya. Pada tahun 2013 Tenaga
Kerja Konstruksi yang telah memiliki sertifikat Ahli Konstruksi sebanyak 53.905
orang. Tahun 2014 Tenaga Kerja Konstruksi yang telah memiliki sertifikat Ahli
Konstruksi sebanyak 71.426 orang, ada kenaikan dari tahun lalu sebanyak
17.521 orang atau 32.50%. Sementara itu, pada tahun 2015 Tenaga Kerja
Konstruksi yang telah memiliki Sertifikat Ahli Konstruksi sebanyak 33.515 orang,
ada penurunan dari tahun lalu sebanyak 37.911 orang atau -53.08%.

2. Tenaga Kerja Konstruksi Terampil


Tenaga Kerja Terampil Konstruksi di Indonesia terdiri atas 6 klasifikasi yang
terbagi dalam 3 jenjang kualifikasi yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Adapun
sertif8kat kompetensi yang diberikan adalah Sertifikat Keterampilan (SKT). SKT
adalah salah satu bukti kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja
bidang Jasa Pelaksana Konstruksi (kontraktor) yang harus dimiliki tenaga kerja/
ahli perusahaan untuk dapat ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT)
dalam permohonan Sertifikasi dan Registrasi Jasa Pelaksana Konstruksi.

Kualifikasi tenaga terampil Jasa Pelaksana Konstruksi adalah : (a) SKT-P, (b)
SKT Tingkat III, (c) SKT Tingkat II, (d) SKT Tingkat I. Adapun persyaratan tenaga
kerja terampil adalah:
a) SKT Pemula :
Berpendidikan minimal SLTA/STM tanpa pengalaman.
b) SKT Tingkat III :
Berpendidikan minimal DIII tanpa pengalaman atau SLTA/STM dengan
pengalaman minimal 2 tahun.
c) SKT Tingkat II :
Berpendidikan minimal DIII dengan pengalaman minimal 1 tahun atau
SLTA/STM dengan pengalaman minimal 3 tahun.
d) SKT Tingkat I :
Berpendidikan minimal S1 tanpa pengalaman, DIII dengan pengalaman
minimal 2 tahun atau SLTA/STM dengan pengalaman minimal 5 tahun.

Perkembangan tenaga kerja konstruksi dari tahun 2013 sampai dengan 2015
terjadi kanikan dari tahun ke tahun hal ini dapat dirincikan sebagai berikut : tahun
2013 sebanyak 122.815 orang; pada tahun 2014 sebanyak 169.549 orang; dan
pada tahun 2015 sebanyak 221.499 orang.

Tabel 2.4
Tenaga Kerja Terampil Konstruksi Secara Nasional Tahun 2013 – 2015
Tenaga Kerja Konstruksi Tahun
No
Terampil 2013 2014 2015
1 Kelas 3 13,895 14,657 23,400
2 Kelas 2 35,077 46,634 51,475
3 Kelas 1 73,843 108,258 146,624

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 192


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

TOTAL NASIONAL 122,815 169,549 221,499


Sumber : BPS Statistik Indonesia

Terjadi tren peningkatan jumlah tenaga kerja terampil bersertifikat dalam kurun
waktu 3 tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 2.2.

Grafik 2.2
Tenaga Kerja Terampil Konstruksi Secara Nasional Tahun 2013 – 2015

Sumber : BPS Statistik Indonesia

Berdasarkan Grafik 2.3 tersebut bisa kita lihat komposisi tenaga terampil dimana
tahun 2013 ke 2014 terjadi kenaikan sebanyak 46.734 orang sedangkan dari
tahun 2014 ke tahun 2015 terjadi kenaikan sebanyak 51.950 orang.
Tabel 2.5
Tenaga Kerja Terampil Konstruksi Berdasarkan Provinsi Tahun 2013-2015
Jumlah Tenaga Kerja Terampil
No Provinsi Konstruksi
2013 2014 2015
1 Aceh 4,480 6,342 10,014
2 Sumatera Utara 6,020 6,796 8,062
3 Sumatera Barat 1,091 2,990 7,910
4 Riau 7,035 6,286 20,516
5 Jambi 1,995 3,278 4,085
6 Sumatera Selatan 995 163 1,993
7 Bengkulu 280 1,320 2,433

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 193


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Jumlah Tenaga Kerja Terampil


No Provinsi Konstruksi
2013 2014 2015
8 Lampung 1,715 2,433 3,127
9 Bangka-Belitung 1,120 1,069 1,934
10 Kepulauan Riau 588 750 4,456
11 DKI Jakarta 9,625 9,843 11,204
12 Jawa Barat 30,660 52,816 38,932
13 Jawa Tengah 5,250 8,667 16,200
14 D I Yogyakarta 1,855 3,070 3,453
15 Jawa Timur 14,490 27,092 22,619
16 Banten 6,615 8,363 9,699
17 Bali 2,275 339 2,506
18 Nusa Tenggara Barat 2,209 2,618 4,123
19 Nusa Tenggara Timur 2,135 18 2,892
20 Kalimantan Barat 4,400 5,882 8,262
21 Kalimantan Tengah 736 207 2,988
22 Kalimantan Selatan 1,820 2,732 3,329
23 Kalimantan Timur 3,465 4,463 6,691
24 Kalimantan Utara - - -
25 Sulawesi Utara 11 232 1,776
26 Sulawesi Tengah 2,100 3,285 3,233
27 Sulawesi Selatan 3,850 4,466 7,025
28 Sulawesi Tenggara 1,015 141 1,509
29 Gorontalo 1,015 1,235 4,454
30 Sulawesi Barat 315 - 180
31 Maluku 1,103 1,500 1,944
32 Maluku Utara 142 180 888
33 Papua Barat 660 328 1,464
34 Papua 1,750 645 1,598
TOTAL NATIONAL 122,815 169,549 221,499
Sumber : BPS Statistik Indonesia

Tabel dan grafik tersebut menunjuk trend dari tenaga kerja konstruksi yang telah
memiliki sertikasi Terampil.Tahun 2013 Tenaga Kerja Konstruksi yang telah
memiliki sertifikat Terampil Konstruksi sebanyak 122.815 orang. Pada tahun 2014
Tenaga Kerja Konstruksi yang telah memiliki sertifikat Terampil Konstruksi
sebanyak 169.549 orang, ada kenaikan dari tahun lalu sebanyak 46.734 orang
atau 38.05%. Sementara itu, pada tahun 2015 Tenaga Kerja Konstruksi yang
telah memiliki sertifikat Terampil Konstruksi sebanyak 221.499 orang, dimana
terjadi kenaikan dari tahun lalu sebanyak 51.950 orang atau 42.30%. Dengan
demikian, tren peningkatan dan sertifikasi kompetensi untuk tenaga terampil
cenderung naik terus setiap tahunnya. Hal ini dapat disebabkan adanya tuntutan
dan keharusan memiliki sertifikat kompetensi untuk tenaga kerja terampil di

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 194


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

bidang konstruksi.

3. Tenaga Kerja Konstruksi Tidak/Belum Bersertifikat


Meskipun tren tenaga kerja konstruksi bersertifikat terus naik namun masih
banyak tenaga kerja konstruksi yang belum bersertifikat. Berdasarkan Tabel 2.6
menunjuk trend dari tenaga kerja konstruksi yang tidak teridentifikasi. Pada
tahun 2013 Tenaga Kerja Konstruksi yang tidak memiliki sertifikat kompetensi
sebanyak 6.100.003 orang. Tahun 2014 Tenaga Kerja Konstruksi yang tidak
memiliki sertifikat kompetensi sebanyak 7.039.111 orang. Hal ini menunjukkan
adanya kenaikan dari tahun lalu sebanyak 939.108 orang atau 15.40%.
Sementara di tahun 2015 Tenaga Kerja Konstruksi tidak memiliki sertifikat
kompetensi sebanyak 7.953.072 orang. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan
dari tahun lalu sebanyak 913.961 orang atau 12.98%.

Tabel 2.6
Jumlah Tenaga Kerja Konstruksi Tidak Bersertifikat
Berdasarkan Provinsi 2013-2015
Tenaga Kerja Tidak Bersertifikat
No Provinsi
2013 2014 2015
1 Aceh 101,734 119,152 126,037
2 Sumatera Utara 382,367 367,466 350,175
3 Sumatera Barat 97,020 111,810 105,867
4 Riau 126,300 116,247 124,158
5 Jambi 57,787 58,094 60,599
6 Sumatera Selatan 131,565 166,534 165,321
7 Bengkulu 36,664 40,180 39,788
8 Lampung 143,279 179,565 219,129
9 Bangka-Belitung 28,590 30,056 26,631
10 Kepulauan Riau 67,272 59,004 64,057
11 DKI Jakarta 131,698 160,411 206,704
12 Jawa Barat 1,233,048 1,430,415 1,651,133
13 Jawa Tengah 945,127 1,258,877 1,511,262
14 D I Yogyakarta 99,647 142,708 150,681
15 Jawa Timur 1,032,073 1,230,358 1,483,927
16 Banten 231,704 268,850 277,062
17 Bali 208,455 204,640 193,472
18 Nusa Tenggara Barat 104,427 101,943 152,052
19 Nusa Tenggara Timur 73,227 78,965 71,600
20 Kalimantan Barat 103,987 112,118 95,936
21 Kalimantan Tengah 43,640 49,471 68,571
22 Kalimantan Selatan 97,615 97,129 97,958
23 Kalimantan Timur 113,625 95,642 93,474
24 Kalimantan Utara - - 16,062
25 Sulawesi Utara 73,004 78,698 82,593

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 195


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Tenaga Kerja Tidak Bersertifikat


No Provinsi
2013 2014 2015
26 Sulawesi Tengah 61,327 68,521 70,016
27 Sulawesi Selatan 187,789 205,207 210,691
28 Sulawesi Tenggara 51,357 60,844 70,746
29 Gorontalo 25,533 25,239 25,001
30 Sulawesi Barat 22,864 24,505 28,421
31 Maluku 26,512 19,612 30,341
32 Maluku Utara 15,985 22,402 21,864
33 Papua Barat 12,082 19,307 20,594
34 Papua 32,699 35,141 41,149
Nasional 6,100,003 7,039,111 7,953,072
Sumber : BPS Statistik Indonesia tahun 2016

Tren kenaikan jumlah yang belum bersertifikat dikarenakan munculnya tenaga


kerja baru yang belum memiliki sertifikat, khususnya para lulusan SMA/MA/SMK
atau lulusan Perguruan Tinggi yang sudah masuk ke dunia kerja namun belum
memiliki sertifikat. Oleh karena itu, perlu dilakukan antisipasi dalam bentuk
pelatihan off the job di lembaga pendidikan formal di SMA/MA/SMK maupun
Perguruan tinggi agar memberikan pelatihan dan sertifikasi bagi siswa dan
mahasiswanya sebelum mereka lulus sebagai salah satu bentuk Surat
Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) yang sekarang ini mulai diberlakukan di
pendidikan formal sekolah maupun perguruan tinggi.

B. Regulasi Terkait Tenaga Kerja Konstruksi

Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi


sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 memiliki sejumlah
konsekuensi regulasi di bidang jasa konstruksi, khususnya dalam pengembangan
kompetensi tenaga kerja konstruksi. Paradigma regulasi sebelumnya,
pengelolaan jasa konstruksi lebih mengarah pada “liberalisasi” yang memberikan
banyak pelibatan masyarakat dibandingkan dengan institusi pemerintah. Proses
pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja konstruksi diserahkan kepada institusi
independen yang didirikan oleh asosiasi atau kelompok masyarakat yaitu LPJK
(Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi). Pemerintah memiliki peran dan
fungsi penetapan standar, pembinaan, dan pengawasan saja sehingga kurang
memiliki kendali penuh terhadap pengembangan dan peningkatan kompetensi
tenaga kerja konstruksi. Kurangnya sistem dan mekanisme pengawasan
mengakibatkan munculnya praktik “hukum pasar” dalam proses pemberian
sertifikasi. Akibatnya, banyak praktik jual beli sertifikat yang menyebabkan tenaga
kerja yang bersertifikat kurang memenuhi standar yang telah ditetapkan atau
kurang kompeten. Selain itu, upaya pemberian sanksi kepada setiap tenaga
kerja konstruksi yang tidak/belum memiliki sertifikat kompetensi di bidang
konstruksi masih sulit dilakukan. Di lain pihak, perusahaan penyedia jasa

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 196


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

konstruksi tidak mudah dikenai sanksi karena tidak adanya unit atau lembaga
dengan personil pengawasan yang diberi kewenangan untuk menindak ketika
menemukan pelanggaran dalam pemanfaatan tenaga kerja konstruksi.

UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi memberi ruang untuk


perbaikan dalam pengelolaan dan pengembangan tenaga kerja konstruksi di
Indonesia di era persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Berikut ini
perbandingan regulasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menyusun tata
kelola pembinaan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja konstruksi
sebagaimana dapat dilihat pada grafik 2.3. yang menjadi bahan sosialisasi
undang-undang jasa konstruksi. Terdapat 6 (enam) apsek penting dalam Undang-
Undang Jasa Konstruksi yang perlu diperbandingkan yaitu: wilayah pengaturan,
lingkup konstruksi, pembinaan, lingkup pembinaan, klasifikasi usaha, dan
partisipasi masyarakat.

Grafik 2.3
Perbandingan Undang-Undang Jasa Konstruksi

Pada aspek wilayah pengaturan terdapat perubahan paradigma dari pengaturan


jasa konstruksi kepada industri konstruksi. Hal ini membawa konsekuensi yang
lebih luas. Untuk lingkup konstruksi, diperluas tidak hanya pengguna dan
pnyedia jasa konstruksi tetapi pada jasa, usaha penyediaan bangunan dan rantai
pasok pengelolaan industri konstruksi. Pola pembinaan dilakukan dari besifat
sentralisasi menjadi desentralisasi di mana pelibatan dan kewenangan
pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) lebih diperluas. Dengan
demikian, lingkup pembinaan menjadi lebih luas mencakup penetapan kebijakan,
penyelenggaraan kebijakan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi, serta
pengembangan jasa konstruksi dan kerja sama konstruksi. Untuk itu, perlu
pengembangan NSPK (norma, standar, prosedur, dan kriteria) harus memiliki

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 197


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

landasan konseptual yang kuat dan arahan teknis operasional yang jelas agar
peran pemerintah daerah dapat maksimal mengendalikan program pembangunan
konstruksi.

Hal yang menarik adalah terkait dengan klasifikasi usaha yang semula dalam
kerangka pengembangan usaha dalam bentuk ASMET (Arsitektur, Sipil,
Mekanikal, Elektrikal, dan Tata Lingkungan ditambah dengan Manajemen
Pelaksanaan) kepada klasifikasi usaha berdasarkan Klasifikasi Baku Jabatan
Indonesia (KBJI) dan Central Product Classification (CPC). Hal ini membawa
perubahan pada pengembangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) sebagai dasar dalam pengembangan program-program pelatihan
konstruksi dan sertifikasi kompetensi tenaga kerja konstruksi.

Saat ini sudah ada 297 SKKNI bidang Kostruksi yang telah dirumuskan yaitu:
149 SKKNI untuk kualifikasi keahlian (tenaga ahli), dan 148 untuk kualifikasi
keterampilan (tenaga terampil). Sementara target dari Gerakan Nasional
Pelatihan Konstruksi (GNPK) adalah 600 SKKNI konstruksi yang harus disusun.
Jadi pengembangan SKKNI baru mencapai 50% dari target yang telah ditetapkan
sehingga perlu percepatan penyusunan SKKNI agar dapat mencapai target yang
disesuaikan dengan kerangka KBJI atau CPC -- bukan kerangka ASMET –
seperti yang dijelaskan dalam UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

Upaya harmonisasi perlu dilakukan dalam penerapan pengembangan kompetensi


tenaga kerja konstruksi. Selain dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi sebagai
penggantinya, perlu juga diharmonisasi dengan UU Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan dan produk aturan turunannya khususnya PP Nomor 23
Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), serta UU Nomor
11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran.

C. Sistem dan Mekanisme Pelatihan dan Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi

Pengembangan kompetensi tenaga kerja konstruksi ditentukan oleh sistem dan


mekanisme pelatihan oleh lembaga pelatihan konstruksi. Sistem dan mekanisme
pengelolaan pelatihan tenaga kerja konstruksi diberikan kepada LPJK (Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi) yang dibentuk di tingkat Nasional (LPJKN) dan
di tingkat Provinsi. Pemberian kewenangan pengembangan jasa konstruksi
didasari pada sejumlah peraturan terkait yaitu: PP 28/2000 jo PP 04/2010 tentang
Perubahan PP 28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi;
Permen PU 14/2009 Tentang Pedoman Teknis Penyusunan Bakuan Kompetensi
Jakon; Permen PU 10/2010 jo Permen PU 24/2010 tentang Perubahan Permen
PU 10/2010 tentang Tata Cara Pemilihan Pengurus, Masa Bakti, Masa
Bakti,Tugas Pokok, dan Fungsi serta Mekanisme Kerja LPJK ; dan Permen PU
08/2012 Tentang Petunjuk Teknis Pembentukan Unit Sertifikasi dan Pemberian
Lisensi. Selanjutnya diatur panduan teknis melalui peraturan lembaga dalam
pemberian registrasi dan sertifikasi kepada Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK)

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 198


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

dan sertifikasi pada setiap tenaga kerja konstruksi baik ahli (SKA) maupun
terampil (SKT).

Secara rinci ditegaskan pada PP 28/2000 Pasal 28 Ayat (1) huruf c bahwa: “LPJK
mempunyai Tugas melakukan registrasi Tenaga Kerja konstruksi yang meliputi
Klasifikasi, Kualifikasi dan Sertifikasi Ketrampilan dan Keahlian Kerja. Selanjutnya
pada PP 4/2010 Pasal 28A ayat (1) dijelaskan bahwa: “Dalam melaksanakan
tugas registrasi LPJKN membentuk Unit Sertifikasi Tenaga Konstruksi (USTK)
Nasional dan LPJKP membentuk USTK Provinsi”. Peran LPJK ini sangat
menentukan dalam proses registrasi dan sertifikasi jasa konstruksi, sementara
peran dari lembaga pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah apalagi di tingkat
kabupaten/kota tidak memiliki peran dan fungsi yang menentukan baik dalam
rangka pembinaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi.

Grafik 2.5
Sistem dan Mekanisme Registrasi dan Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi
(Kondisi Saat Ini)

Pada UU Nomor 2 Tahun 2017, pemberian kewenangan registrasi dan sertifikasi


tidak lagi diberikan kepada LPJK. Namun demikian, organisasi dan personil yang
melaksanakan peran dan fungsi registrasi dan sertifikasi tenaga kerja konstruksi
belum terlihat arahnya. Sementara itu, ada penambahan kewenangan kepada
pemerintah daerah baik provinsi dan khususnya kabupaten/kota yang selama ini
belum diikutsertakan. Oleh karena itu, perlu rumusan kebijakan yang jelas
tentang pemberian kewenangan, peran, dan fungsi registrasi dan sertifikasi serta
pemantauan, pengawasan maupun evaluasinya secara berjenjang mulai dari
tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 199


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan analisis lingkungan internal dan
eksternal. Berdasarkan hasil kegiatan diskusi kelompok terfokus (FGD),
digambarkan analisis lingkungan tersebut. Secara internal terdapat sejumlah hal
yang perlu diperhatikan antara lain: (a) Kapasitas Balai pelatihan konstruksi dan
balai BPSDM; (b) Tersedia formasi jabatan fungsional pembina jasa konstruksi;
(b) Fasilitas teknologi informasi dan komunikasi di Kementerian PUPR; (c)
Kerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan; (d) Ketersediaan prosedur
teknis perencanaan, pengawasan; dan (e) Ketersediaan tenaga purna tugas
PUPR. Adapun secara eksternal beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain: (a) Berlakunya UU Jasa Konstruksi yang baru, Arsitek, UU Keinsinyuran,
dan UU Ketenagakerjaan serta pembentuka BNSP; (b) Transisi dan Penataan
ulang kelembagaan LPJK; (c) Proses pengadaan LKPP, ULP Permanen; (d)
Peningkatan pelatihan in-house kontraktor BUMN; dan (e) Peran Asosiasi Profesi
baik positif dan negatif terhadap pengembangan tenaga kerja konstruksi.

D. Pengawasan, Pemantauan, dan Evaluasi

Upaya peningkatan kompetensi melalui sertifikasi oleh lembaga yang terpercaya


dan profesional tidak akan berjalan tanpa adanya pengawasan, pemantauan,
evaluasi, dan pemberian denda atau sanksi bagi yang melakukan pelanggaran.
Pada UU Nomor 18 Tahun tentang Jasa Konstruksi sesungguhnya telah diatur
tentang pemberian denda dan sanksi, namun mekanisme dan pelaksanaan
operasionalnya kurang jelas secara kelembagaan dan penugasan personilnya
sehingga penegakan hukum tidak berjalan efektif.

Pada UU Nomor 2 Tahun 2017 kembali diatur dengan lebih tegas dan lebih jelas
mengenai sanksi dan denda atas pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku jasa
konstruksi.Pada UU Nomor 2 Tahun 2017 dijelaskan terkait dengan denda dan
sanksi kepada tenaga kerja konstruksi yang tidak memiliki sertifikat dan kepada
badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang tidak
bersertifikat. Pada Pasal 99 dijelaskan pada Ayat (1) “Setiap tenaga kerja
konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi tidak memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud dalam pasar 70 ayat (1) dikenai sanksi
administratif berupa pemberhentian dari tempat kerja”; (2) Setiap Pengguna Jasa
dan/atau penyedia Jasa yang mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang tidak
memiliki sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 70
ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa: (a) denda administratif dan/atau (b)
penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi. Pada Ayat (2)
dijelaskan “setiap lembaga sertifikasi profesi yang tidak mengikuti ketentuan
pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3)
dikenai sanksi administratif berupa: (a) peringatan tertulis; (b) denda administratif;
(c) pembekuan lisensi; dan/atau (d) pencabutan lisensi”.

Perlu penataan sistem pemantauan dan evaluasi melalui pemberian denda dan
sanksi bagi tenaga kerja yang tidak memiliki sertifikat kompetensi konstruksi dan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 200


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang tidak


bersertifikat. Selama ini, sistem dan mekanisme pemantauan berkelanjutan
dalam pelaksanaan pengawasan (sidak) kepada setiap tenaga kerja konstruksi
dan/atau badan usaha konstruksi tidak jelas menjadi tugas dan fungsi siapa dan
lembaga apa. Akibatnya setiap pelanggaran yang dilakukan banyak yang tidak
dilaporkan atau tidak bisa diproses lebih lanjut. Agar proses pemberian denda
dan sanksi ini dapat berjalan belum dibentuk unit/lembaga yang memiliki
kewenangan untuk melakukan pengawasan dan sidak sekaligus memberikan
denda dan sanksi yang jelas kepada setiap pelanggaran yang didukung oleh
SDM tenaga pengawasan dan penindakan yang diatur melalui Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Perlu dilakukan perbandingan dengan beberapa lembaga atau asosiasi pada
profesi lain misalnya dokter, pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM) di kepolisian,
dan lembaga lainnya. Sepertinya, penguatan peran dan fungsi Kementerian PU
PR dan instansi di bawahnya langsung maupun lembaga tidak langsung di tingkat
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Dengan penguatan peran dan fungsi
lembaga pemerinta diharapkan fungsi pengawasan dan evaluasi dalam rangka
pembinaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi serta pemberian sanksi dan
denda yang tegas kepada tenaga kerja maupun badan usaha bidang konstruksi
dapat dilakukan dengan opimal, efektif dan efisien serta akuntabel.

E. Analisis Lingkungan Strategis

Upaya pembinaan tenaga kerja konstruksi ditentukan oleh situasi dan kondisi
yang ada baik internal maupun eksternal. Terdapat potensi dan kendala baik yang
bersifat internal maupun eksternal yang perlu dihadapi dan diantisipasi dalam
menyusun rencana pembinaan ke depan. Potensi Direktorat Bina Kompetensi
dan Produktivitas konstruksi antara lain:
 telah memiliki 6 (enam) balai pembinaan konstruksi wilayah yang memiliki
tugas dan fungsi sebagai pembina, fasilitator, dan stimulasi pelatihan dan
pembentukan lembaga sertifikasi profesi baik untuk kepentingan pemerintah
daerah, pihak badan usaha (swasta) maupun masyarakat.
 Telah tersedia 183 Balai Latihan Kerja (BLK) di 34 provinsi dan balai-balai
pelatihan pemda lainnya di bawah koordinasi Kementerian Tenaga Kerja yang
dapat dikerjasamakan dalam pelaksanaan pelatihan tenaga kerja konstruksi
dan pemberian sertifikat kompetensi.
 Telah ada berbagai lembaga asosiasi profesi di bidang konstruksi yang
tersebar sejumlah provinsi dan kabupaten/kota tertentu yang siap melakukan
sinergi dalam peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi.
 Telah ditetapkan 297 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
sebagai dasar dalam menyusun program dan menyelenggarakan pelatihan,
penyusunan modul-modul pelatihan. Terkait dengan proses sertifikasi, dibuat
pula materi uji kompetensi sebagai instrumen uji kompetensinya.
 Tersedia dana stimulasi di setiap balai-balai Bina Konstruksi untuk
menyelenggarakan berbagai model pelatihan dan sertifikasi kompetensi
sebagai langkah awal dan bentuk bimbingan/bantuan teknis bagi pemerintah

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 201


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan tenaga kerja


konstruksi antara lain:
 Penyusunan regulasi dan harmonisasi regulasi antara pusat dan daerah
dengan adanya UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah belum
menemukan formulasi yang tepat. Kewenangan teknis operasional ke setiap
pemerintah daerah khususnya di tingkat kabupaten/kota perlu didukung oleh
sistem sosialisasi dan bimbingan serta pendampingan yang tepat dari
pemeritah pusat (Kementerian PU PR) kepada pemerintah daerah provinsi
dan kabupaten/kota di setiap dinas terkait.
 Pendanaan pelatihan dan sertifikasi yang belum dialokasikan dan tersedia
serta termobilisasi dengan baik kepada unit-unit pelaksana teknis.
Penyediaan dana pembinaan kompetensi yang masih terbatas membuat
pencapaian target tidak maksimal, sehingga perlu pemihakan anggaran
dalam peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi.
 Keberadaan Tim Pembina Konstruksi Daerah (TPKD) belum berjalan efektif
dan lembaga-lembaga ad hoc dibidang konstruksi yang dibuat di setiap dinas-
dinas baik di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Akibatnya, banyak
peraturan dan kebijakan yang belum bisa diterapkan dan dilaksanakan di
daerah.
 Masih banyaknya penyalahgunaan wewenang dalam pengelolaan kegiatan
pembinaan tenaga kerja konstruksi, terkait dengan adanya “mal praktik” jual
beli sertififikat kompetensi. Selain itu, masih kokohnya integritas pada
pelaksaana program dan proyek konstruksi karena masih banyaknya temuan
penyimpangan dan pelanggaran program dan proyek konstruksi yang
mengakibatkan terbengkalainya berbagai proyek karena permasalahan
integritas pengelola.
Waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang berlangsung sekitar 3-6 bulan
mengakibatkan para tenaga kerja konstruksi khususnya tenaga kerja kategori
“tukang” belum dapat mengoptimalkan waktu kerjanya. Hal ini berdampak pada
optimalisasi potensi tenaga kerja konstruksi dan rendahnya produktivitas tenaga
kerja konstruksi secara umum.

BAB III STRATEGI KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBINAAN


KOMPETENSI

Pemberlakuan UU Nomor 2 Tahun 2017 menjadi dasar dalam perumusan strategi


kebijakan dan pengembangan program dan kegatan pembinaan kompetensi tenaga
kerja konstruksi. Perumusan strategi dan pengembangan program dan kegiatan ini
harus dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan pada
Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi (DBKPK).

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 202


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi mempunyai tugas


melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kompetensi dan produktivitas konstruksi. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat
Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi menyelenggarakan fungsi: (a)
Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standar, penerapan, pengembangan
kompetensi profesi jasa konstruksi, dan produktivitas konstruksi; (b) Pelaksanaan
kebijakan di bidang standar, penerapan, pengembangan kompetensi profesi jasa
konstruksi, dan produktivitas konstruksi; (c) Penyiapan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria di bidang standar, penerapan, pengembangan kompetensi
profesi jasa konstruksi, dan produktivitas konstruksi; (d) Pemberian bimbingan teknis
dan supervisi di bidang standar, penerapan, pengembangan kompetensi profesi jasa
konstruksi, dan produktivitas konstruksi; (e) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
di bidang standar, penerapan, pengembangan kompetensi profesi jasa konstruksi,
dan produktivitas konstruksi; dan (f) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Untuk merespon situasi aktual dapat dirumuskan sejumlah kewenangan DBKPK


dalam bentuk: penyusunan rencana program dan manajemen pembinaan SDM
Konstruksi; Pelaksanaan pengendalian dan penerapan kompetensi SDM Konstruksi;
Penyusunan dan evaluasi kurikulum dan modul pelatihan; Penyusunan NSPK
pelatihan dan produktivitas konstruksi; Pengembangan kerjasama peningkatan
kapasitas sumberdaya sumber daya penyelenggara pelatihan SDM Konstruksi;
Pelaksanaan penerapan kompetensi berkesinambungan; dan Pelaksanaan
pengembangan produktivitas SDM konstruksi di pasar nasional dan internasional.

A. Target dan Proyeksi Pengembangan Kompetensi

Kebutuhan tenaga konstruksi yang kompeten terus meningkat sejalan dengan


program percepatan pembanguan infrastruktur dan pembangunan konstruksi yang
sedang berjalan saat ini. Jumlah tenaga kerja konstruksi yang sudah memiliki
sertifikat kompetensi masih kurang 10% dari total tenaga kerja konstruksi di kisaran
angka 7-8 juta orang per tahun. Tentunya, perlu ada upaya serius untuk
meningkatkan jumlah dan persentase tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat baik
ahli maupun terampil atau dalam klasifikasi dalam UU Nomor 2 Tahun 2017 dibagi
dalam tiga klasifikasi yaitu operator, teknisi/analis, dan ahli.

Dokumen rencana strategis Direktorat Jenderal Bina Konstruksi 2015-2019 ditarget


jumlah tenaga kerja konstruksi yang harus disertifikasi sebanyak 750.000 orang yang
akan dicapai dalam 4-5 tahun ke depan. Sejumlah strategi perlu disiapkan untuk
mencapai target 750.000 orang tersertifikasi di berbagai bidang keahlian. Pada
Grafik 3.1 digambarkan sejumlah data capaian dan rencana proyeksi ke depan.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 203


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Grafik 3.1
Capaian dan Proyeksi Peningkatan Sertifkasi Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi

Target jangka menengah peningkatan Tenaga Kerja Konstruksi Bersertifikat pada


tahun 2015 -2019 ditargetkan sebanyak 750.000 orang. Data dasar ketika memulai
program kabinet Kerja periode 2015-2019 telah terdapat 255.014 tenaga kerja yang
bersertifikat di Indonesia. Pada tahun 2016 terdapat 530.475 TKK yang sudah
bersertifikat. Selanjutnya Jumlah tenaga kerja konstruksi yang sudah bersertifikat
pada Tahun 2016 mencapai 530.475 orang. Perkiraan sampai tahun 2017
memberikan gambaran bahwa tenaga kerja konstruksi yang belum
bersertifikattinggal 219.525 orang dari target 750.000 orang sampai tahun 2019.
Dengan demikian, untuk mencapai target jangka menengah perlu dilakukan pelatihan
dan sertifikasi pada 73.175 orang dalam tiga tahun terakhir dari 2017-2019. Melalui
strategi percepatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi maka optimistis target Rencana Strategis peningkatan
kompetensi tenaga kerja konstruksi dapat dicapai.

Jika dikaitkan dengan kebutuhan peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi


dalam jangka panjang pada kabinet berikutnya maka perlu direncanakan penetapan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 204


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

target yang lebih progresif misalnya mencapai minimal 50% dari populasi tenaga
kerja konstruksi yang berjumlah sekitar 7-8 juta orang per tahun. Program
percepatan sertifikasi ini harus diselesaikan dalam dua periode pemerintahan agar
semua tenaga kerja konstruksi memiliki sertifikat kompetensi yang diharuskan UU
Nomor 2 Tahun 2017. Maka pada tahun 2020-2025 dapat ditentukan target
4.000.000 orang diharapkan dapat mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi
tenaga kerja konstruksi dengan alokasi sebanyak 800.000 orang per tahunnya.
Begitu pula pada periode berikutnya di tahun 2026-2031 perlu ditetapkan target
sekitar 900.000 orang per tahunnya. Target yang besar tersebut harus didistribusikan
kepada 34 provinsi, dan 416 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jika
didistribusikan kepada setiap kabupaten/kota maka rata-rata mendapatkan kuota
2.163 orang per tahun yang dalam pelaksanaannya tentu didistribusikan secara
proporsional.

Pemenuhan persyaratan sertifikat kompetensi tenaga kerja konstruksi akan


memberikan dampak pada peningkatan remunerasi tenaga kerja konstruksi yang
membedakan antara yang bersertifikat dan tidak bersertifikat. Untuk itu, perlu
dilakukan survai pengukuran pada setiap tenaga kerja konstruksi dalam
melaksanakan pekerjaanya baik dalam aktivitas perorangan maupun per proyek. Hal
ini akan menjadi ukuran produktivitas dari setiap pemangku jabatan. Selanjutnya
perlu dilakukan survai dan analisis makro dikaitkan dengan kesejahteraan dan
produktivitas konstruksi yang diukur berdasarkan Gross Domestic Project (GDP) atau
Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh sektor jasa konstruksi di seluruh wilayah Indonesia dalam jangka waktu setahun.

B. Strategi Pengembangan Tenaga Kerja Konstruksi

Strategi pengembangan tenaga kerja konstruksi secara umum dapat dilihat pada
dokumen Roadmap Pengembangan Tenaga Kerja Konstruksi yang diterbitkan Tahun
2016. Terdapat 5 (lima) Strategi Pencapaian Agenda Strategis Pengembangan
Tenaga Kerja Konstruksi dari tahun 2014-2030 yang bersifat umum yaitu: (1) Strategi
pencapaian dalam mendukung rantasi pasok SDM konstruksi yang memadai; (2)
Strategi pencapaian dalam mendukung standar kompetensi dan produktivitas SDM
konstruksi; (3) Strategi pencapaian dalam mendukung kesetaraan tenaga konstruksi
nasional; (4) Strategi pencapaian dalam mendukung kesiapan penyelenggaraan
konstruksi; dan (5) Strategi pencapaian dalam mendukung SDM Konstruksi yang
kompeten. Terdapat satu hal yang belum disinggung mengenai stretegi pencapaian
dalam mendukung penengakkan hukum dan peraturan dengan pemberian
penghargaan dan sanksi/denda yang jelas sistem dan mekanismenya.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa


Konstruksi maka perlu perumusan strategi pembinaan tenaga kerja konstruksi sesuai
dengan paradigma pembangunan dan penjelasan pasal demi pasal dalam peraturan
tersebut. Secara umum strategi pembinaan tenaga kerja konstruksi dapat dilakukan:
Menyiapkan sistem pendataan kompetensi yang cepat dan akurat, kekinian, dengan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 205


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

memanfaatkan SIPJAKI(jumlah, kualifikasi, lokasi, kolaborasi dengan asosiasi);


Melengkapi regulasi turunan untuk memantapkan lembaga penerbit sertifikat;
Menerbitkan standar kompetensi dan akreditasi sesuai dengan UU Jasa Konstruksi
No 2 Tahun 2017, yang lebih berorientasi pada produk atau Kerangka Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) atau Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia (KBJI);
Harmonisasi standar kompetensi antara berbagai asosiasi (HPJI, PII, HATTI,dll);
Tatalaksana pengawasan dan fasilitasi lembaga yang menerbitkan sertifikat;
Optimalisasi dan kolaborasi pelatihan peningkatan SDM ahli dan terampil baik di
balai konstruksi, Pemda, lembaga pendidikan, maupun pelaku usaha; Fasilitasi
sertifikasi untuk tenaga purna tugas secara selektif; Optimalisasi pemanfaatan TIK
untuk dukungan sistem pelatihan dan sertifkasi kompetensi konstruksi; dan
Meningkatkan peran jabatan fungsional pembina jasa konstruksi.

Secara operasional beberapa strategi pembinaan yang perlu dilakukan antara lain:

1. Menempatkan balai-balai pembinaan kostruksi dalam dalam fungsi pembinaan


tenaga kerja konstruksi melalui:
 Melakukan percontohan, stimulasi dan fasilitasi pelatihan dan sertifikasi yang
dilakukan Kementerian/Lembaga, Pemda, dan sejumlah asosiasi bidang
knstruksi
 Stimulasi dan fasilitasi pembentukan Lembaga Sertiffikasi Profesi (LSP) oleh
Pemda, asosiasi, dan masyarakat dibidang konstruksi
 Mendorong terbentuknya balai pelatihan konstruksi oleh Pemda, badan
usaha, dan masyarakat.
2. Mendorong pembentukan LSP bidang konstruksi dan terregristasi Kemen PU-PR
melalui:
 Mempercepat surat Keputusan Menteri PUPR untuk mengatur sistem
registrasi dan sertifikasi oleh lembaga pelatihan konstruksi dan LSP.
 Menyusun mekanisme sertifikasi yang sederhana dengan biaya terjangkau
(murah) yang ditetapkan oleh Kemen PUPR
 Pelaksanaan sertifikasi tenaga kerja terampil yang lebih proaktif (jemput pula)
dengan pola “on site” dengan memperkuat bentuk layanan Mobile Training
Unit untuk menjangkau tenaga kerja konstruksi (terampil) di setiap proyek
konstruksi.
3. Fasilitasi dan stimulasi pembinaan kompetensi tenaga kerja konstruksi, melalui:
 Kerjasama Kementerian PUPR dan/atau Balai Bina Konstruksi dengan
berbagai Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan program teknik
konstruksi baik Universitas/fakultas, Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik,
Akademi dalam penyiapan lulusan yang siap kerja atau siap pakai dengan
memberikan sertifikat kompetensi di bidang konstruksi.
 Kerja sama dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk menyiapkan
tenaga kerja terampil di bidang konstruksi untuk penyiapan lulusan yang siap
pakai dengan memberikan sertifikat kompetensi bidang konstruksi di seluruh
Indonesia.
 Memfasilitasi pemberian dana dan fasilitas berupa penyiapan SKKNI, modul
pelatihan, sarana dan prasarana pelatihan, penyiapan instruktur dan asesor di

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 206


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

setiap daerah.
4. Mewajibkan pengawasan dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran peraturan
dalam penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi:
 Wajib mempekerjakan tenaga bersertifikat dalam proyek-proyek konstruksi
(SK/SKT) melalui Kepmen PUPR dan tercantum dalam kontrak.
 Melakukan tugas pengawasan di lapangan kepada LPJK Nasional atau LPJK
Provinsi, Balai-Balai Pembinaan Konstruksi, Asosasi terkait, melalui
penugasan khusus, sebelum terbentuknya lembaga/unit yang dibentuk oleh
Kementerian PUPR.
 Pemberian sanksi dan denda yang tegas kepada pelaku pelanggaran sesuai
Pasal 99 Undang Undang No. 2/2017 tentang Jasa Konstruksi.
5. Peningkatan tanggung jawab Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
penyiapan dan penyelenggaraan pelatihan serta pemberian sertifikasi kepada
tenaga kerja konstruksi:
 Pelaksanaan amanat Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah yang menyampaikan bahwa pembinaan kompetensi tenaga kerja
konstruksi merupakan urusan wajib pemerintah daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
 Perlu diterbitkan Surat Keputusan Bersama antara Kementerian PUPR
dengan Kementerian Dalam Negeri dalam pelaksanaan kewajiban
penyelenggaraan pelatihan, sertifikasi, serta dukungan pendanaan dari setiap
Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota)
 Meminta pemda untuk melakukan fasilitasi dan pemberian dukungan kepada
balai-balai pembinaan konstruksi maupun blai latihan kerja serta lembaga
pelatihan dan sertifikasi yang ada di daerah masing-masing.
 Melakukan road show sosialisasi dan pendampingan kepada setiap provinsi
dan kabupaten/kota dalam rangka penyiapan sistem pembinaan dan
pelatihan serta sertifikasi kompetensi tenaga kerja konstruksi.
6. Peningkatan peran BUMN, asosiasi,Badan Usaha swasta dalam pelatihan &
sertifikasi:
 Mendorong terbentuknya LSP di setiap BUMN, balai-balai,dan asosiasi
profesi di bidang konstruksi.
 Sosilasisasi dan fasilitasi oleh balai pembinaan konstruksi PUPR kepada
setiap lembaga atau badan usaha baik pemerintah maupun swasta dalam
peningkatan mutu tenaga kerja konstruksi.
 Melakukan kerjasama yang dituangkan dalam MOU antara balai pembina
konstruksi wilayah dengan BUMN/asosiasi / lembaga masyarakat.
7. Penyusunan alokasi dan mobilisasi pendanaan yang tepat, efektif dan efisien:
 Menghidupkan kembali Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi (GNPK)
dengan semangat dan format baru.
 Penggalian dan menetapkan alokasi sumber-sumber pembiayaan baik APBN,
APBD, BUMN, Proyek skala besar, serta partisipasi dalam bentuk dana
mandiri (swadaya) dari pihak-pihak terkait.
 Meningkatkan alokasi anggaran untuk pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja
konstruksi secara afirmatif untuk mengurangi kesenjangan penyediaan tenaga
kerja bersertifikat dan profesional.
 Menyusun kebutuhan anggaran pelatihan dan sertifikasi di setiap provinsi dan
kabupetan/kota.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 207


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

 Menyusun Petunjuk Teknis Pengelolaan dan Penyelenggaraan Program


Pelatihan Tenaga Konstruksi sebagai acuan utama bagi pelaksana pelatihan
sertifikasi kompetensi konstruksi.
 Menyusun panduan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) Pelatihan Tenaga
Kerja Konstruksi.
 Menyusun Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) Sertifikasi Kompetensi
Tenaga Kerja Konstruksi

C. Kebijakan Percepatan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi

Upaya percepatan peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi dapat


dilakukan melalui kebijakan program sebagai berikut:

1. Penguatan kelembagaan dan pengaturan kerja sama dan pemberdayaan bagi


peningkatan mutu dan kualitas SDM bidang konstruksi:
a. Kerja sama pengaturan penyelenggaraan peningkatan SDM bidang
konstruksi;
b. Pengaturan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan peningkatan SDM bidang konstruksi;
c. Pengaturan peningkatan manajemen pembinaan dan pelatihan SDM
bidang konstruksi;
d. Pengaturan dan perencanaan penganggaran dan pendanaan manajemen
dan pelayanan pelatihan, serta sertifikasi SDM bidang konstruksi.
e. Pembentukan Lembaga Pelatihan Konstruksi di Tingkat Pusat dan Daerah
(Provinsi dan Kabupaten/Kota)
f. Pembentukan lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSP) di setiap provinsi dan
kabupaten/kota sesuai kebutuhan
g. Pengaturan sistem registrasi dan akreditasi tenaga kerja konstruksi dan
badan usaha konstruksi oleh Kementerian
h. Pembentukan lembaga pemantauan, pemantauan, dan evaluasi dalam
rangka memperkuat pemberian penghargaan kepada yang berprestasi
dan mematuhi peraturan maupun pemberian sanksi / denda kepada yang
melakukan pelanggaran.
2. Peningkatan Kapasitas Kinerja Manajemen Pembinaan
dan Pelatihan SDM Konstruksi:
a. Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) di bidang
konstruksi;
b. Penyusunan modul dan materi uji kompetensi yang mengacu pada SKKNI
yang telah disusun.
c. Penguatan kerja sama manajemen pembinaan dan pelatihan SDM
konstruksi;
d. Peningkatan kinerja Balai Pembinaan dan Pelatihan dalam penciptaan
tenaga instruktur / pelatih;
e. Peningkatan mutu dan kualitas manajemen dan pendataan pembinaan
dan pelatihan SDM bidang konstruksi;
f. Peningkatan pelayanan pelatihan SDM bidang konstruksi;Metode
Pelatihan Konvensional dan Pelatihan Mandiri; Penetapan SKKNI,

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 208


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Penyediaan Bahan, Material dan Peralatan; dan Penyediaan Fasilitas /


sarana prasarana pelatihan yang memadai.
g. Peningkatan kapasitas bagi unit-unit pembinaan, pelatihan, dan
pemantauan di setiap provinsi dan kabupaten/kota.
3. Pemenuhan Kebutuhan Tenaga KerjaKonstruksi Bagi Industri Konstruksi:
a. Pendataan tenaga kerja konstruksi dan badan usaha konstruksi berbasis
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang disusun berdasarkan nama
dan alamat tenaga kerja maupun badan usaha konstruksi.
b. Pemenuhan kebutuhan tenaga instrukur/pelatih bidang konstruksi
c. Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja profesional bidang konstruksi di
setiap provinsi dan kabupaten/kota
d. Pemenuhan target dan kebutuhan penyediaan tenaga kerja terampil
bidang konstruksi yang bersertifikat
e. Intervensi pemenuhan persyaratan penyediaan tenaga kerja bersertifikat
yang dituangkan dalam setiap dokumen kontrak pekerjaan dan dalam
dokumen Rencana Anggaran dan belanja (RAB)

D. Usulan Program Percepatan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi

Program percepatan peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi perlu


dirumuskan dalam sebuah model Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi (GNPK)
dengan nomenklatur yang lebih tepat. Program dan kegiatan yang dapat
dirumuskan dalam rangka percepatan peningkatan tenaga kerja konstruksi yang
bersertifikat, antara lain:

1. Pengembangan sistem pembinaan kompetensi SDM konstruksi; program ini


bertujuan untuk memberikan landasan teknis-operasional sebagai
penerjemahan dan turunan dari pemberlakuan UU Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam program ini
antara lain:
a. Perumusan dan harmonisasi Peraturan Pemerintah maupun Peraturan
Menteri Terkait dengan Tenaga Kerja Konstruksi;
b. Perumusan Panduan Teknis terkait dengan Pengelolaan dan
Penyelenggaraan sistem pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja konstruksi;
c. Penyediaan database dan aplikasi tenaga kerja konstruksi sebagai bentuk
identifikasi dan pendataan ketersediaan dan kebutuhan tenaga kerja
konstruksi.
d. Penyusunan pedoman kerja sama dan kemitraan dengan pemerintah
daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota maupun dengan asosiasi
profesi/masyarakat dalam pengembangan tenaga kerja konstruksi;
e. Penyusunan sistem dan mekanisme kerjasama dan pengakuan
kesetaraan tenaga kerja asing di kawasan ASEAN maupun mancanegara.
2. Pengembangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI),
Modul Pelatihan; program ini bertujuan untuk menyiapkan standar (baku
mutu) untuk setiap jabatan pekerjaaan di bidang konstruksi yang akan
menjadi acuan dalam menyusun program pelatihan, modul, dan uji
kompetensi dalam rangka sertifikasi tenaga kerja konstruksi. Kegiatan yang
dilakukan dalam program ini antara lain:

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 209


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

a. Penyusunan SKKNI di bidang konstruksi untuk minimal 600 jabatan kerja


sesuai dengan KBJI (Klasifikasi Baku Jabatan Kerja Indonesia).
b. Penyusunan modul pelatihan dan materi uji kompetensi
c. Penyusunan sistem pengembangan Standar Kerja Kompetensi Khusus
(SKKK) sebagai dasar dalam pengembangan SKKNI bagi asosiasi atau
badan usaha tertentu.
3. Pengembangan Lembaga PelatihanKonstruksi dan Lembaga Sertifikasi
Kompetensi; Program ini bertujuan untuk mengatur sistem pembentukan,
pengelolaan, dan penyelenggaraan pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja
konstruksi baik di pusat dan daerah (provinsi dan Kabupaten/Kota). Kegiatan
yang dapat dilakukan antara lain:
a. Penyusunan Sistem dan Mekanisme Pembentukan/Pendirian Lembaga
Pelatihan Konstruksi oleh Pemerintah Pusat atau Daerah maupun oleh
Perguruan Tinggi, Asosiasi, atau Badan Usaha dalam bentuk registrasi;
b. Penyusunan Standar dan Sistem Pengelolaan serta Penyelanggaraan
Program Pelatihan oleh lembaga pelatihan dalam bentuk sistem
akreditasi;
c. Penyusunan sistem dan mekanisme pembentukan Lembaga Sertifikasi
Kompetensi kepada lembaga yang layak melaksanakan uji kompetensi
melalui kegiatan sertifikasi kompetensi;
d. Penyusunan sistem dan mekanisme sertifikasi kompetensi tenaga kerja
konstruksi.
e. Penyusunan sistem dan persyaratan tempat uji kompetensi;
f. Pengembangan sistem database dan aplikasi lembaga pelatihan
konstruksi dan lembaga sertifikasi kompetensi berbasi TIK.
4. Penyediaan sarana dan prasarana pelatihan yang aktual dan terkini; program
ini bertujuan untuk menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai secara
kuantitatif maupun kualitatif pada lembaga pelatihan konstruksi yang telah
melakukan registrasi kepada lembaga yang ditunjuk. Kegiatan yang
dilaksanakan antara lain:
a. Indentifikasi dan pendataan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan
dan pelatihan serta tempat uji kompetensi.
b. Penyusunan standar sarana dan prasarana lembaga pelatihan konstruksi.
c. Penyediaan fasilitasi dan bantuk penyediaan bantuan sarana dan
prasarana pelatihan kontruksi sesuai kebutuhan.
5. Percepatan Pelatihan dan Asesor Tenaga Kerja Konstruksi; program ini
dijadikan sebagai “affirmative action” yang bertujuan untuk memberikan upaya
percepatan dan perluasan target sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerja
konstruksi agar dapat memenuhi minimal 50% tenaga kerja konstruksi
bersertifikat yang berjumlah sekitar 7-8 juta orang dengan pertambahan
250.000 orang per tahun. Adapun kegiatan yang dapat dilaksanakan antara
lain:
a. Indentifikasi dan pendataan tenaga kerja konstruksi baik yang sudah
maupun yang belum memiliki setifikat kompetensi.
b. Penyusunan target capaian sertifikasi tenaga kerja konstruksi serta
distribusi pada setiap provinsi dan kabupaten/kota.
c. Pelaksanaan pelatihan tenaga kerja konstruksi untuk target minimal
800.000 orang per tahun.
d. Pembagian dan penugasan serta kerja sama dalam rangka pencapaian

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 210


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

target sertifikasi tenaga kerja konstruksi pada setiap provinsi,


kabupaten/kota, badan usaha milik negera (BUMN), badan usaha milik
swasta, asosiasi profesi, Sekolah Menengah Kejuruan, dan perguruan
tinggi
6. Pengembangan Sistem Pengawasan, Pemantauan dan Evaluasi; program
inibertujuan untuk memberikan sistem penjaminan mutu internal maupun
eksternal pada setiap pelaku konstruksi baik sebagai tenaga kerja maupun
badan usaha konstruksi dalam bentuk pemberian apresiasi maupun denda
dan sanksi. Adapun kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain:
a. Penyusunan sistem dan mekanisme pengawasan dan pemantauan bagi
tenaga kerja konstruksi dan badan usaha dalam pemenuhan sertifikat
yang dipersyaratkan;
b. Penyusunan instrumen pemantauan dan evaluasi tenaga kerja konstruksi
dan badan usaha dalam pemanfaatan tenaga kerja konstruksi dalam
pemenuhan dan penggunaan sertifikat kompetensi.
c. Penyusunan sistem pemberian denda dan sanksi kepada tenaga kerja
dan badan usaha konstruksi yang melakukan pelanggaran.
d. Penyusunan sistem apresiasi dan penghargaan bagi tenaga kerja dan
badan usaha yang berprestasi.
e. Pembentukan lembaga pemantauan dan evaluasi disertai dengan
penyediaan tenaga pemantauan dan evaluasi penerapan sertifikasi
kompetensi.
f. Pendataan berbasis web dalam rangka pendataan melalui rekaman
berdasarkan nama dan alamat untuk setiap tenaga kerja konstruksi dalam
rangka pengendalian dan pengawasan.
7. Peningkatan Daya Saing dan Pengembangan Produktivitas Konstruksi;
program ini bertujuan untuk menyusun sistem dan mekanisme
pengembangan dan pengukuran daya saing dan produktivitasi tenaga kerja
konstruksi Indonesia. Adapun kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain:
a. Penyusunan sistem dan mekanisme pembinaan dan pengukuran daya
saing serta produktivitas konstruksi;
b. Penyusunan sistem apresiasi terhadap produktivitas tenaga kerja
konstruksi
c. Penyusunan survai dan profil tenaga kerja konstruksi;
d. Penyiapan kesetaraan tenaga kerja konstruksi sesuai dengan Mutual
Recognition Arrangement (MRA) di ASEAN dan mancanegara.
e. Pemberian apresiasi kepada tenaga kerja konstruksi, lembaga pelatihan
konstruksi, dan badan usaha konstruksi yang berprestasi dalam
peningkatan dan pengembanfggan tenaga kerja konstruksi.
f. Sosialisasi dan publikasi hasil pengembangan tenaga kerja konstruksi
secara berkala setiap tahun dalam momentum peringatan dalam bidang
konstruksi.

E. Perencanaan Anggaran Peningkatan Kompetensi

Usulan program dan kegiatan percepatan pengembangan tenaga kerja konstruksi


tepat harus disertai dengan dukungan anggaran. Anggaran dalam rangka

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 211


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

pengembangan kompetensi tenaga kerja konstruksi oleh Direktorat Bina Kopetensi


dan Produktivitas Konstruksi pada tahun 2015 sebesar Rp. 25.028.147.000,-.
Berikutnya pada tahun 2016 program pengembangan tenaga kerja konstruksi turun
menjadi Rp. 21.360.704.300,- Sementara pada tahun 2017, alokasi anggaran
pengembangan tenaga kerja konstruksi naik kembali menjadi Rp. 28.471.000.000,-
Dengan demikian jika dirata-ratakan sekitar 25 Milyar per tahun dengan target
sebesar 250.000 orang per tahun dengan rasio anggaran untuk 1 orang diperlukan
Rp. 100.000.000,-.

Rencana percepatan program pengembangan kompetensi tenaga kerja konstruksi


ditargetkan 800.000-1.000.000 orang per tahun maka diperlukan total angggaran
pembinaan kompetensi sebesar minimal sekitar 1 Trilyun per tahun.

BAB V SISTEM DAN MEKANISMEPELATIHAN DAN SERTIFIKASI TENAGA


KERJA KONSTRUKSI

Implikasi dan implementasi UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi


menuntut adanya penyesuaian dalam pengaturan sistem dan mekanisme
pengembangan tenaga kerja konstruksi.Terdapat beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan dan pelatihan serta sertifikasi tenaga kerja
konstruksi. Pertama, aspek kelembagaan atau organisasi pengelola pelatihan dan
sertifikasi. Kedua, aspek jenis dan bidang pekerjaan yang menjadi program/kegiatan
pelatihan tenaga kerja konstruksi. Ketiga, aspek ketenagaan atau personil yang akan
melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan struktur organisasi yang ditetapkan.
Keempat, aspek evaluasi atau penilaian serta uji kompetensi yang tepat dan akurat
dalam mengukur kompetensi tenaga kerja konstruksi. Kelima, aspek pengawasan
dan pengendalian pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi kompetensi. Keenam, aspek
penerapan dan pemanfaatan serta produktivitas tenaga kerja konstruksidalam
bekerja dan bersaing dalam dunia konstruksi.

A. Skema Sistem Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi


Implementasi pengembangan tenaga kerja konstruksi dilakukan dalam program
pelatihan dan sertifikasi yang dilakukan dalam sejumlah rangkaian kegiatan yang
terukur dalam sebuah skema. Tahapan kegiatan dimulai dengan pembuatan dan
penetapan standar kompetensi yang mengacu kepada Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) dalam bentuk Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) yang bersifat terbuka untuk semua pihak di luar Kementerian PU-PR
maupun Standar Kompetensi Kerja Khusus (SKKK) yang bersifat khusus di
lingkungan Kementerian PU-PR. Standar kompetensi ini dikembangkan berdasarkan
Klasifikasi Baku Jabatan Kerja Indonesia (KBJI) yang ditetapkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) atau dan Central Product Classification (CPC) yang dikeluarkan oleh
Department of Economic and Social Affairs, United Nations.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 212


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Grafik 5.1
Skema Sistem Pelatihan dan Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi

Berdasarkan standar kompetensi tenaga konstruksi yang telah diterapkan disusun


bahan dan materi pelatihan serta standar pembentukan dan pengelolaan lembaga
pelatihan konstruksi yang harus diregistrasi dan diakreditasi oleh lembaga yang
dibentuk oleh Kementerian PU-PR. Dengan demikian, perlu dibentuk badan
akreditasi lembaga pelatihan konstruksi yang berfungsi menjamin kelayakan dan
kemampuan lembaga dalam mengelola dan menyelenggarakan pelatihan konstruksi.
Lembaga pelatihan konstruksi harus memiliki legalitas hukum yang jelas dari
kementerian terkait, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, serta didukung
oleh ketersediaan tenaga pendidik/pelatih yang berpengalaman dan memiliki
sertifikat sebagai instruktur.

Pada tahapan selanjutnya, dilakukan proses uji kompetensi yang dilakukan oleh
Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSP) yang mendapatkan lisensi dari Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) atau badan sejenis. Lembaga ini memiliki
legalitas hukum yang jelas, memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan serta
memiliki Tempat Uji Kompetensi (TUK) untuk menguji peserta uji kompetensi.

B. Kelembagaan dan Tata Kelola Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kerja
Konstruksi
Peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi harus dikelola oleh lembaga atau
organisasi yang dibentuk oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dan industri.
Berdasarkan skema di atas maka dapat dibentuk lembaga dan organisasi baik oleh
pemerintah, badan usaha, dan masyarakat. Berikut ini beberapa lembaga yang dapat
dibentuk:

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 213


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

1. Badan Registrasi dan Akreditasi Jasa Konstruksi


Lembaga ini dibentuk oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian PU-PR, yang
dipimpin oleh Kepala Badan dengan tugas dan fungsi sebagai berikut:
i. Merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan tenaga kerja konstruksi
ii. Menyusun program dan kegiatan pengembangan tenaga kerja konstruksi
iii. Melakukan koordinasi dengan pihak lain baik di tingkat pusat maupun daerah
dalam pelaksanaan program pengembangan tenaga kerja konstruksi.
iv. Menyusun pedoman registrasi dan melaksanakan kegiatan registrasi lembaga
pelatihan konstruksi, asosiasi profesi, lembaga sertifikasi profesi, tenaga kerja
konstruksi berdasarkan nama dan alamat, dan badan usaha konstruksi.
v. Menyusun pedoman akreditasi dan melaksanakan kegiatan akreditasi
lembaga pelatihan konstruksi dan badan usaha konstruksi.
vi. Menyusun pedoman pengendalian dan pengawasan serta pemberian sanksi
dan denda atas pelanggaran pengembangan dan penerapan tenaga kerja
konstruksi.
vii. Mengembangkan sistem pendataan lembaga dan tenaga kerja konstruksi
berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

2. Lembaga Pelatihan Konstruksi (LPK)


Lembaga ini dapat dibentuk oleh asosiasi profesi, lembaga pendidikan formal,
dan masyarakat luas yang memiliki badan hukum serta telah tergistrasi dan
terakreditasi oleh pemerintah (Badan Registrasi dan Akreditasi Jasa Konstruksi),
dengan tugas dan fungsi:

i. Menyusun program dan kegiatan pelatihan yang mengacu kepada standar


kompetensi (SKKNI/SKKK) yang telah ditetapkan
ii. Mengembangkan materi dan bahan pelatihan konstruksi terkait sesuai
SKKNI/SKKK yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
iii. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan
pelatihan baik teori dan praktik.
iv. Memiliki tenaga pendidik, pelatih, atau instruktur yang ahli dan bersertifikat.
v. Memiliki tenaga admnistrasi dan tenaga pendukung lainnya sesuai dengan
kebutuhan lembaga pelatihan konstruksi.

3. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)


Lembaga ini dapat dibentuk oleh asosiasi profesi, lembaga pelatihan konstruksi
yang memiliki badan hukum serta mendapatkan lisensi dari Badan Nasional
Sertifikasi Profesi atau sejenisnya, dengan tugas dan fungsi:

i. Menyusun program dan kegiatan uji kompetensi yang mengacu kepada


standar kompetensi (SKKNI/SKKK) yang telah ditetapkan.
ii. Mengembangkan materi dan bahan uji kompetensi tertentu sesuai
SKKNI/SKKK yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
iii. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan uji
kompetensi.
iv. Memiliki tempat uji kompetensi (TUK) baik di lembaga sendiri atau bekerja
sama dengan lambaga lain.
v. Memiliki asesor yang bersertifikat yang dapat melakukan uji kompetensi bagi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 214


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

peserta program uji kompetensi konstruksi.


C. Mekanisme Pengembangan Profesi Tenaga Kerja Konstruksi
Tenaga kerja konstruksi yang telah memiliki sertifikasi kompetensi dan profesi harus
tetap dikembangkan dan ditingkatkan kompetensinya dalam kerangka lokal, nasional,
regional maupun global. Untuk tingkat lokal dan nasional, proses pengembangan
dan pemeliharaan kompetensi dilakukan dalam bentuk registrasi dan pengujian
kembali kompetensi yang dimiliki sesuai dengan persyaratan yang berlaku jika
kompetensinya sudah kedaluarsa.
Pengembangan kompetensi tenaga kerja konstruksi di tingkat regional dan global
harus mengikuti program penyetaraan dan pengakuan kompetensi melalui skema
MRA (Mutual Recognation Arrangement) yang disepakati oleh pemerintah dengan
negara lain di dunia misalnya di ASEAN dalam kerangka Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Proses registrasi dalam rangka MRA dilakukan oleh Badan Registrasi
dan Akreditasi Jasa Konstruksi.

D. Mekanisme Pengembangan Produktivitas Konstruksi

Penyiapan tenaga kerja konstruksi yang kompeten, profesional, dan bersertifikat


harus berdampak pada produktivitas tenaga kerja konstruksi.Produktivitas adalah
kemampuan memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana
yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal bahkan maksimal.
Produktivitas konstruksi dapat diukur secara mikro maupun makro sesuai dengan
kebutuhan dan konteks pengukurannya. Untuk itu, perlu ditetapkan indikator-
indikator mikro maupun indikator makro.

Pengukuran produktivitas konstruksi secara makro dapat diukur dari GDP (Gross
Domestic Product) dengan proyek konstruksi yang dilakukan di Indonesia.
Sementara itu, untuk skala mikro dilakukan perhitungan sesuai dengan Satuan Harga
Pekerjaan yang mengacu model SNI yang menggunakan koefisien tertentu maupun
yang sudah dikembangkan oleh Bina Konstruksi dalam bentuk upah produktivitas
man-day atau man-hours.

Kewajiban terhadap kepemilikan sertifikat kompetensi bagi tenaga kerja konstruksi


harus diimbangi dengan penghargaan yang layak kepada para pemilik sertifikat.
Tenaga Kerja Konstruksi yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja berhak atas
imbalan yang layak atas layanan jasa yang diberikan. Begitu sebaliknya, bagi Tenaga
Kerja Konstruksi yang tidak memiliki sertifikat dapat diberikan sanksi berupa
pemberhentian dari tempat kerja.

E. Mekanisme Pemberian Denda dan Sanksi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 215


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Peningkatan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja konstruksi tidak akan


berjalan dengan baik tanpa ada penegakan hukum dan pemberian sanksi atau denda
pada setiap pelanggaran yang dilakukan. UU Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi telah menjelaskan adanya pemberian denda dan sanksi. Pada Pasal 99
dijelaskan bahwa: (1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekeda di bidang Jasa
Konstruksi tidak memiliki sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud dalam
pasar 70Ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa pemberhentian dari tempat
kerja”; (2) Setiap Pengguna Jasa dan/atau penyedia Jasa yang mempekerjakan
tenaga kerja konstruksi yang tidak memiliki sertifikat Kompetensi Kerja sebagaima
dimaksud dalam pasal 70 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa: a) denda
administratif; b) penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.

Untuk dapat menegakkan aturan tersebut maka perlu dibuat sistem dan mekanisme
kelembagaan dan sumberdaya manusia yang bertugas sebagai pengawas dan
penindak jika terjadi pelanggaran di lapangan. Perlu ditetapkan petugas khusus
pengawasan dan pengendalian yang diberikan kewenangan untuk memberikan
sanksi dan denda kepada setiap tenaga kerja konstruksi maupun badan usaha
konstruksi yang melanggar aturan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
 Jumlah tenaga kerja konstruksi sangat diperlukan untuk mendukung kenaikan
tiga kali lipat proyek infrastruktur mencapai sekitar 5 ribu trilyun. Sementara
perkembangan jumlah tenaga kerja konstruksi berada di mencapai 12 sampai
dengan 15 persen per tahun. Pada tahun 2013, tenaga kerja konstruksi
berjumlah 6.276.723 orang, kemudian bertambah lagi menjadi 7.280.086
orang di tahun 2014, dan pada tahun 2015 berjumlah 8.208.086 orang.
Adanya penambahan jumlah tenaga kerja harus disertai dengan upaya
penyiapan pelatihan dan sertifikasi kompetensi kepada tenaga kerja
konstruksi yang sudah ada maupun bagi yang akan masuk ke dunia
konstruksi.
 Dalam jangka menengah peningkatan Tenaga Kerja Konstruksi Bersertifikat
pada tahun 2015 -2019 ditargetkan sebanyak 750.000 orang. Data dasar
ketika memulai program kabinet Kerja periode 2015-2019 telah terdapat
255.014 tenaga kerja yang bersertifikat di Indonesia. Pada tahun 2016
terdapat 530.475 TKK yang sudah bersertifikat. Selanjutnya Jumlah tenaga
kerja konstruksi yang sudah bersertifikat pada Tahun 2016 mencapai 530.475
orang. Perkiraan sampai tahun 2017 memberikan gambaran bahwa tenaga

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 216


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

kerja konstruksi yang belum bersertifikattinggal 219.525 orang dari target


750.000 orang sampai tahun 2019. Dengan demikian, untuk mencapai target
jangka menengah perlu dilakukan pelatihan dan sertifikasi pada 73.175 orang
dalam tiga tahun terakhir dari 2017-2019. Melalui strategi percepatan yang
dilakukan oleh Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi maka
optimistis target Rencana Strategis peningkatan kompetensi tenaga kerja
konstruksi dapat dicapai.
 Jika dikaitkan dengan kebutuhan peningkatan kompetensi tenaga kerja
konstruksi dalam jangka panjang pada kabinet berikutnya maka perlu
direncanakan penetapan target yang lebih progresif misalnya mencapai
minimal 50% dari populasi tenaga kerja konstruksi yang berjumlah sekitar 7-8
juta orang per tahun. Program percepatan sertifikasi ini harus diselesaikan
dalam dua periode pemerintahan agar semua tenaga kerja konstruksi
memiliki sertifikat kompetensi yang diharuskan UU Nomor 2 Tahun 2017.
Maka pada tahun 2020-2025 dapat ditentukan target 4.000.000 orang
diharapkan dapat mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi tenaga kerja
konstruksi dengan alokasi sebanyak 800.000 orang per tahunnya. Begitu pula
pada periode berikutnya di tahun 2026-2031 perlu ditetapkan target sekitar
900.000 orang per tahunnya. Target yang besar tersebut harus didistribusikan
kepada 34 provinsi, dan 416 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jika
didistribusikan kepada setiap kabupaten/kota maka rata-rata mendapatkan
kuota 2.163 orang per tahun yang dalam pelaksanaannya tentu
didistribusikan secara proporsional.
 Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi maka perlu perumusan strategi pembinaan tenaga kerja konstruksi
sesuai dengan paradigma pembangunan dan penjelasan pasal demi pasal
dalam peraturan tersebut. Secara umum strategi pembinaan tenaga kerja
konstruksi dapat dilakukan: Menyiapkan sistem pendataan kompetensi yang
cepat dan akurat, kekinian, dengan memanfaatkan SIPJAKI ( jumlah,
kualifikasi, lokasi, kolaborasi dengan asosiasi); Melengkapi regulasi turunan
untuk memantapkan lembaga penerbit sertifikat; Menerbitkan standar
kompetensi dan akreditasi sesuai dengan UU Jasa Konstruksi No 2 Tahun
2017, yang lebih berorientasi pada produk atau Kerangka Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLI) atau Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia (KBJI);
Harmonisasi standar kompetensi antara berbagai asosiasi (HPJI, PII, HATTI,
dll); Tatalaksana pengawasan dan fasilitasi lembaga yang menerbitkan
sertifikat; Optimalisasi dan kolaborasi pelatihan peningkatan SDM ahli dan
terampil baik di balai konstruksi, Pemda, lembaga pendidikan, maupun
pelaku usaha; Fasilitasi sertifikasi untuk tenaga purna tugas secara selektif;
Optimalisasi pemanfaatan TIK untuk dukungan sistem pelatihan dan sertifkasi
kompetensi konstruksi; dan Meningkatkan peran jabatan fungsional pembina
jasa konstruksi.

B. SARAN
 Peningkatan dan percepatan sertifikasi tenaga kerja konstruksi perlu ditambah
dari hanya 250.000 orang per tahun menjadi 800.000 – 1.000.000 orang per
tahun agar bisa mengejar ketertingalan atau gap tenaga kerja konstruksi yang

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 217


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

baru mencapai sekitar 7,3% atau masih kurang dari 10% dari total tenaga
kerja konstruksi sekitar 7-8 juta orang dalam setiap tahun.
 Berkenaan dengan target di atas maka perlu ditingkatkan alokasi anggaran
sebesar minimal 1 Trilyun per tahun.
 Perlu disiapkan panduan atau petunjuk teknis pendirian, pengelolaan, dan
penyelenggaraan mulai dari standar, pengembangan modul, materi uji
kompetensi.
 Perlu dilakukan prekrutan tenaga instruktur pelatihan dan asesor sertifikasi
kompetensi tenaga konstruksi.
 Kerja sama antara pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah baik provinsi
maupun kabupaten/kota dalam menyelesaikan target sertifikasi kompetensi
tenaga kerja konstruksi.
 Perlu disiapkan sistem dan mekanisme pemberian denda dan sanksi bagi
yang melanggar peraturan agar dapat mengukur tingkat produktivitas tenaga
kerja konstruksi di Indonesia.

3. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi
Kompetensi Kerja Jasa Konstruksi

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ......./PRT/M/............

TENTANG
TATA CARA PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 218


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

JASA KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi ketentuan mengenai


penyelenggaraan sertifikasi kompetensi kerja di
bidang jasa konstruksi sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi Pasal 70 maka perlu dibuat tata
cara sertifikasi kompetensi kerja di lingkungan jasa
konstruksi.
b. bahwa penyelenggaraan sertifikasi kompetensi kerja
jasa konstruksi harus terintegrasi dengan kegiatan-
kegiatan lainnya dalam usaha jasa konstruksi;
c. bahwa penyelenggaraan sertifikasi kompetensi kerja
jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, mencakup pembentukan Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP), rekomendasi lisensi LSP, proses
sertifikasi kompetensi kerja di bidang jasa
konstruksi, registrasi Sertifikat Kompetensi Kerja,
hak dan kewajiban LSP, pembentukan Unit Layanan
Sertifikasi Kompetensi Kerja Khusus, pengawasan,
pelaporan, pendanaan, pembinaan, sistem informasi
Sertifikasi Kompetensi Kerja Jasa Konstruksi, serta
sanksi administratif;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat tentang Tatacara
Penyelenggaraan Sertifikasi Kompetensi Kerja Jasa
Konstruksi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa


Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6018)
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 219


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Republik Indonesia Nomor 4408);


4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 165
Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi
Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor339);
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
121/P/2014 tentang Pembentukan dan
Pengangkatan Kementerian Tahun 2014-2019;
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN


PERUMAHAN RAKYAT TENTANG TATACARA
PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
KERJA JASA KONSTRUKSI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ini yang
dimaksud dengan:
1. Tenaga Kerja Konstruksi adalah setiap individu yang bekerja di
bidang jasa konstruksi berdasarkan bidang keilmuannya baik dalam
jabatan operator, teknik analisis serta ahli yang memiliki sertifikat
kompetensi kerja
2. Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
3. Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah proses pemberian sertifikat
kompetensi melalui uji kompetensi sesuai dengan standar kompetensi
kerja nasional Indonesia, standar internasional dan/atau standar
khusus.
4. Sertifikat Kompetensi Kerja adalah tanda bukti pengakuan
kompetensi tenaga kerja konstruksi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 220


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

5. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang selanjutnya


disingkat SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap
kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
6. Lembaga Sertifikasi Profesi, yang selanjutnya disingkat LSP adalah
lembaga pelaksana kegiatan sertifikasi profesi yang dilisensi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah mendapat
rekomendasi dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
7. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja adalah instansi
pemerintah atau badan hukum atau perorangan yang memenuhi
persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan bidang jasa
konstruksi.
8. Registrasi Sertifikat Kompetensi Kerja adalah pencatatan tenaga
kerja konstruksi yang memiliki kompetensi pada profesi tertentu dan
telah mengikuti sertifikasi kompetensi kerja.
9. Proses Sertifikasi adalah kegiatan lembaga sertifikasi profesi yang
mencakup pendaftaran, penilaian, keputusan sertifikasi,
pemeliharaan sertifikasi, sertifikasi ulang, dan penggunaan sertifikat
maupun logo atau penanda (mark).
10. Uji Kompetensi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan
profesi keterampilan kerja dan keahlian kerja seseorang di bidang jasa
konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan tertentu
dan/atau kefungsian dan/atau keahlian tertentu
11. Tempat Uji Kompetensi adalah Tempat kerja dan/atau lembaga
yang dapat memeberikan fasilitas pelaksanaan uji kompetensi, ytelah
diverifikasi oleh lembaga sertifikasi profesi (LSP) berlisensi.
12. Unit Layanan Sertifikasi Kompetensi Khusus adalah penyelenggara
sertifikasi kompetensi kerja yang dibentuk oleh Menteri, khusus
untuk profesi tertentu yang belum ada LSP berlisensi.
13. Unit Organisasi adalah Direktorat yang menyelenggarakan
pembinaan di bidang kompetensi dan produktifitas.
14. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Jasa Konstruksi.
15. Direktur Jenderal yang selanjutnya disebut Dirjen adalah Direktur
Jenderal Pembinaan Konstruksi.

Maksud dan Tujuan

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 221


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Asosiasi
Profesi terakreditasi, dan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan dalam
membentuk LSP Jasa Konstruksi.
(2) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi LSP yang
telah terbentuk dalam memberikan layanan sertifikasi kompetensi
Kerja bagi tenaga kerja konstruksi.
(3) Peraturan Menteri ini bertujuan agar tenaga kerja jasa konstruksi
dapat memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan untuk mendapatkan
Sertifikat Kompetensi Kerja sesuai peraturan perundang-undangan.

Ruang Lingkup
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi cakupan pembentukan
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), rekomendasi lisensi LSP, proses sertifikasi
kompetensi kerja di bidang jasa konstruksi, registrasi Sertifikat Kompetensi
Kerja, hak dan kewajiban LSP, pembentukan Unit Layanan Sertifikasi
Kompetensi Kerja Khusus, pengawasan, pelaporan, pendanaan, pembinaan,
sistem informasi Sertifikasi Kompetensi Kerja Jasa Konstruksi, serta sanksi
administratif;

BAB II
PEMBENTUKAN DAN REKOMENDASI LISENSI LSP

Bagian Kesatu
Pembentukan LSP

Pasal 4
(1) LSP dibentuk oleh asosiasi profesi terakreditasi dan lembaga
pendidikan dan pelatihan yang memenuhi ketentuan peraturan
perundang undangan.
(2) Akreditasi terhadap asosiasi profesi diberikan oleh Menteri yang
memenuhi persyaratan :
a. Jumlah dan sebaran anggota
b. Pemberdayaan kepada anggota

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 222


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

c. Pemilihan pengurus secara demokratis


d. Sarana dan Prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. Pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.

(3) LSP hanya boleh melakukan proses sertifikasi untuk satu jenis
bidang keilmuan yang terkait jasa konstruksi

Bagian Kedua
Rekomendasi Lisensi LSP
Pasal 5
Syarat-syarat Pengajuan Permohonan Rekomendasi Lisensi LSP sesuai Pasal
4 (1) meliputi:
a. Rekomendasi diperlukan oleh setiap LSP jasa konstruksi yang akan
dilisensi.
b. Pemberian rekomendasi tersebut dipersyaratkan pada saat
permohonan pembentukan lembaga sertifikasi, perpanjangan,
penambahan ruang lingkup layanan sertifikasi, pembekuan dan
pencabutan lisensi.
c. Rekomendasi tersebut, sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas,
apabila LSP memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. LSP harus memiliki jumlah, kualifikasi dan klasifikasi yang sesuai
dengan lingkup layanan sertifikasi.
2. Asesor-asesor sebagaimana dimaksud pada angka 1) di atas,
harus memiliki sertifikat kompetensi kerja sesuai dengan
kualifikasi dan klasifikasinya.
3. LSP harus memiliki Tempat Uji Kompetensi yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana sesuai Standar Kompetensi Kerja.
4. LSP harus memiliki minimal 1 (satu) skema sertifikasi berbasis
okupasi.
5. LSP harus menugaskan asesor minimal 2 (dua) orang untuk
menguji 1 (satu) orang asesi.
6. Memiliki kebijakan dan standar operasi prosedur (SOP) yang
terdokumendasi dengan baik untuk pembekuan atau pencabutan
sertifikat kompetensi atau pengurangan ruang lingkup layanan
sertifikasi.
7. Memiliki standar operasi prosedur (SOP) yang terdokumentasi
untuk pelaksanaan proses sertifikasi kompetensi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 223


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pasal 6
Tata cara untuk mengajukan permohonan Rekomendasi untuk
mendapatkan lisensi LSP Jasa Konstruksi sebagai berikut:
a. Asosiasi profesi terakreditasi atau lembaga pendidikan dan lembaga
pelatihan selaku pemohon mengajukan surat permohonan
Rekomendasi Lisensi LSP secara tertulis kepada Menteri.
b. Bersamaan dengan pengajuan surat permohonan Rekomendasi
tersebut, pemohon harus melampirkan syarat-syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf c.
c. Permohonan dapat disampaikan secara online melalui sistem
informasi Jasa Konstruksi yang terintegrasi.
d. Permohonan yang diajukan pemohon selanjutnya akan diproses oleh
Unit Organisasi yang ditetapkan oleh Menteri.
e. Penyelesaian Rekomendasi Lisensi LSP Jasa Konstruksi selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak berkas permohonan diterima
dengan lengkap dan memenuhi persyaratan.
f. Rekomendasi yang telah diterbitkan harus didokumentasikan pada
Unit Organisasi yang ditunjuk oleh Menteri.
g. Rekomendasi Lisensi LSP disampaikan kepada instansi terkait
sebagaimana menurut peraturan perundang-undangan.

Pasal 7
Bagi LSP yang sudah dilisensi sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan,
dapat mengembangkan layanan serfifikasi kompetensinya dengan mengikuti
persyaratan sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 dan Pasal 5 huruf c pada
peraturan Menteri

Pasal 8
(1) Penilaian atas berkas permohonan dilakukan oleh Unit Organisasi
setelah surat permohonan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
Pasal 6 huruf a telah diverifikasi kelengkapan dokumen beserta
lampirannya.
(2) Dalam hal dokumen permohonan belum sesuai persyaratan, maka
Unit Organisasi memberitahukan kepada pemohon untuk melengkapi
paling lambat …… hari kerja.
(3) Penilaian berkas permohonan tersebut sebagaimana dimaksud pada

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 224


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

ayat (1) apabila diperlukan Unit Organisasi dapat melakukan


verifikasi secara langsung ke lapangan.
(4) Dalam hal dokumen permohonan sudah lengkap, dilakukan penilaian
terhadap lingkup layanan dan/atau skema sertifikasi serta
kelengkapan lainnya.
(5) Setelah seluruh persyaratan dinyatakan telah memenuhi syarat, Unit
Organisasi menyampaikan hasil verifikasinya kepada Menteri melalui
Direktur Jenderal yang membidangi Pembinaan Konstruksi,
(6) Menteri kemudian menerbitkan Rekomendasi Lisensi LSP dan
menyerahkan kepada pemohon paling lambat 3 (tiga) hari setelah
ditandatangani oleh Menteri.

BAB III
PROSES SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA JASA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Pelaksanaan Teknis Sertifikasi Kompetensi Kerja Jasa Konstruksi

Pasal 9
Tata Cara Uji Kompetensi
(1) Tata cara pelaksanaan uji kompetensi oleh LSP dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Untuk tenaga operator, teknisi atau analis, uji kompetensi dilakukan
melalui uji praktek, uji tulis, dan/atau uji wawancara.
(3) Untuk tenaga ahli, uji kompetensi dilakukan melalui uji tulis, uji
wawancara, dan/atau portofolio.
(4) Peserta uji kompetensi yang dinyatakan belum kompeten wajib
mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan unit kompetensi
yang dimohon.

Pasal 10
Proses Sertifikasi Kompetensi Kerja Elektronik

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 225


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

(1) Untuk mempermudah pelaksanaan proses sertifikasi kompetensi


kerja, dapat dilakukan secara elektronik
(2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, LSP harus memiliki
SOP
(3) Persyaratan peserta uji kompetensi secara elektronik :
a. Pengalaman minimal 10 tahun di bidangnya
b. Melampirkan bukti kompetensi
c. Kualifikasi akademik harus memadai, dibuktikan dengan ijazah
dan sertifikat.
(4) Pelaksanaan proses sertifikasi sesuai dengan tatacara dan metode
sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan,
misalnya mulai dari pendaftaran, penilaian, uji kompetensi, dan
keputusan sertifikasi. Ketentuan pelaksanaan proses sertifikasi
sebagai berikut:
a. LSP telah memiliki perangkat peralatan elektronik, seperti
komputer dan sejenisnya yang mampu melakukan interaksi visual
yang jelas antara asesor dan asesi.
b. LSP memiliki sistem informasi.
c. Proses sertifikasi atau uji kompetensi dilakukan di tempat uji yang
memenuhi persyaratan tempat uji kompetensi.
d. Seluruh tahapan proses sertifikasi atau uji kompetensi harus
direkam dan didokumentasikan dengan baik, sewaktu-waktu
diperlukan dapat diperagakan.
e. Setiap tahap proses sertifikasi atau uji kompetensi dilaporkan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 11
(1) Sertifikat Kompetensi Kerja berlaku untuk jangka waktu selama 3
(tiga) tahun dan dapat diperpanjang.
(2) Perpanjangan masa berlaku Sertifikat Kompetensi Kerja untuk tenaga
operator dilakukan dengan melakukan penilaian atau asesmen
terhadap dokumen Tanda Daftar Pengalaman Profesional yang telah
diregistrasi oleh Menteri.
(3) Perpanjangan masa berlaku Sertifikat Kompetensi Kerja untuk tenaga
teknisi atau analis dan ahli dilakukan dengan melakukan penilaian
atau asesmen terhadap Tanda Daftar Pengalaman Profesional yang
telah diregistrasi oleh Menteri, dan dokumen keikutsertaan dalam

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 226


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

program Pengembangan Keprofesional Berkelanjutan (Continuing


Professional Development) yang telah disahkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Perpanjangan Sertifikat Kompetensi Kerja dilakukan oleh LSP.
(5) Permohonan perpanjangan Sertifikat Kompetensi Kerja diajukan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum Sertifikat
Kompetensi Kerja habis masa berlakunya.
(6) LSP menetapkan keputusan diperpanjang atau tidak diperpanjang
terhadap Sertifikat Kompetensi yang akan habis masa berlakunya
dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak pengajuan
permohonan perpanjangan Sertifikat Kompetensi.

Bagian Kedua
Layanan Sertifikasi Kompetensi Kerja Profesi Tertentu

Pasal 12
(1) Untuk profesi tertentu yang belum terbentuk LSP, Menteri dapat
melakukan Sertifikasi Kompetensi Kerja
(2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilakukan melalui
satu lembaga yang dibentuk oleh Menteri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
(3) Masa berlaku sertifikat kompetensi kerja sebagaimana pada ayat (2)
berlaku selama 3 tahun dan dapat diperpanjang sampai dengan LSP
yang dibentuk oleh Asosiasi Profesi terakreditasi berdiri.

BAB IV
REGISTRASI SERTIFIKAT KOMPETENSI KERJA

Pasal 13
(1) Sertifikat Kompetensi Kerja wajib mendapatkan nomor register secara
elektronik melalui sistem informasi.
(2) Pengajuan registrasi Sertifikat Kompetensi Kerja dilengkapi dengan
Berita Acara Uji Kompetensi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 227


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

(3) Registrasi Sertifikat Kompetensi dilakukan oleh Menteri.

Pasal 14
Registrasi Sertifikat Kompetensi Kerja Jasa Konstruksi untuk Tenaga Kerja
Asing
(1) Setiap tenaga kerja asing pada jabatan tertentu di bidang jasa
konstruksi yang dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib memiliki surat
tanda registrasi dari Menteri.
(2) Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dalam bentuk sertifikat kompetensi kerja penyetaraan
(3) Tenaga kerja asing yang dimaksud dalam ayat (1) adalah tenaga kerja
pada jabatan tertentu yang diatur dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 15
Pembentukan Tim Pengawas
(1) Dalam rangka pengawasan penggunaan Lisensi LSP Jasa Konstruksi
pada tahap persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran kegiatan
layanan jasa sertifikasi kompetensi di bidang jasa konstruksi,
Menteri memberikan wewenang kepada Direktur Jenderal untuk
membentuk Tim Pengawas.
(2) Kedudukan Tim Pengawas berada di bawah koordinasi Direktur yang
membidangi kompetensi dan produktifitas konstruksi.
(3) Tim Pengawas memiliki tugas sebagai berikut:
a. melakukan pengawasan atau pemantauan terhadap kegiatan
pelaksanaan layanan sertifikasi kompetensi kerja jasa konstruksi
yang dilaksanakan oleh LSP secara berkala dan acak;
b. melakukan pemantauan terhadap sarana dan prasarana yang
digunakan untuk pelaksanaan kegiatan layanan sertifikasi
kompetensi kerja yang dimiliki atau digunakan oleh LSP
c. Melakukan pemantauan terhadap kepemilikan Sertifikat
Kompetensi Kerja kepada tenaga kerja konstruksi yang bekerja di
sektor konstruksi.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 228


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

d. memberikan penilaian atau evaluasi terhadap hasil pengawasan


atau pemantauan yang dilakukan dan melaporkan kepada
Direktur Jenderal melalui Direktur.
(4) Biaya operasional Tim Pengawas dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Pasal 16
(1) Unit Organisasi wajib melaporkan kepada tim pengawas atas proses
pemberian rekomendasi lisensi LSP bidang jasa konstruksi yang
telah diberikan oleh Menteri.
(2) Unit Organisasi wajib menyampaikan rekaman rekomendasi lisensi
LSP jasa konstruksi yang telah diterbitkan kepada Asosiasi Profesi
Terakreditasi terkait.

Pasal 17
Pelaporan Kegiatan
(1) LSP jasa konstruksi yang telah menerima rekomendasi lisensi
Lembaga Sertifikasi Profesi jasa konstruksi wajib menyampaikan
laporan mengenai pelaksanaan kegiatan layanan sertifikasi
kompetensi jasa konstruksi kepada Menteri melalui Dirjen.
(2) Tenaga Kerja Konstruksi yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi
Kerja wajib menyampaikan laporan penugasannya secara periodik
kepada LSP
(3) LSP wajib melaporkan secara periodik setiap penugasan personil
profesional yang dimiliki oleh LSP kepada Menteri.
(4) LSP wajib melaporkan secara periodik mengenai kegiatan layanan
jasa sertifikasi yang dilaksanakannya.
(5) LSP wajib melaporkan untuk setiap perubahan yang terjadi pada
lembaga tersebut.

BAB VI
PENDANAAN
Pasal 18
(1) Pendanaan penyelenggaraan kegiatan layanan sertifikasi kompetensi
kerja bidang jasa konstruksi dilaksanakan berdasarkan prinsip
efektif, efisien, akuntable, adil dan berkelanjutan.

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 229


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

(2) Pendanaan penyelenggaraan kegiatan layanan Sertifikasi Kompetensi


Kerja bidang jasa konstruksi dapat bersumber dari APBN, APBD,

BAB VII
PEMBINAAN LSP
Pasal 19
(1) Menteri melakukan pembinaan terhadap LSP
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pemberdayaan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan layanan
Sertifikasi Kompetensi Kerja Jasa Konstruksi.
(3) Pemberdayaan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) dapat
dilakukan dalam bentuk pemberian program penguatan tenaga teknis
dan profesional LSP dalam bentuk pelatihan.
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi
monitoring, evaluasi dan survei terhadap proses pelaksanaan
kegiatan layanan Sertifikasi Kompetensi Kerja
(5) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan
dengan bentuk kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait dalam
pelaksanaan kegiatan layanan Sertifikasi Kompetensi Kerja.

BAB VIII
SISTEM INFORMASI SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA

Pasal 20
(1) Menteri membentuk sistem informasi sertifikasi kompetensi kerja
yang terintegrasi yang dibangun berbasis laman (website) yang dapat
diakses oleh masyarakat umum.
(2) Direktur Jenderal bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem
informasi sertifikasi kompetensi kerja.
(3) Masyarakat Jasa Konstruksi melalui suatu lembaga yang dibentuk
oleh Menteri bertindak selaku operator sistem informasi sertifikasi
kompetensi kerja.

BAB IX
SANKSI

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 230


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pasal 21
Sanksi bagi Lembaga Sertifikasi Profesi
(1) Lisensi LSP yang telah diberikan dapat dicabut.
(2) LSP dapat diberi sanksi apabila :
a. pelaksanaan kegiatan layanan sertifikasi kompetensi tidak sesuai
dengan lisensi yang diberikan;
b. Lisensi yang diberikan tidak digunakan oleh LSP yang diusulkan
dalam surat permohonan.
c. LSP penerima lisensi sudah tidak melakukan aktivitas layanan
sertifikasi sebagaimana ketentuan yang terdapat dalam
rekomendasi;.
d. Tidak melibatkan tenaga asesor yang memiliki sertifikat
kompetensi keahlian teknis tertentu.
e. Penggunaan tenaga asesor yang tidak sesuai dengan kualifikasi
dan klasifikasi pelaksanaan kegiatan layanan sertifikasi
kompetensi.
f. Adanya laporan dari instansi atau proyek konstruksi bahwa
tenaga kerja yang diberikan sertifikat kompetensi secara nyata
tidak memiliki kemampuan atau kompetensi sebagaimana yang
dinyatakan dalam sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh LSP
yang bersangkutan.
(3) Pemberian sanksi atas LSP dilakukan dalam beberapa tahap dan
dalam bentuk sebagai berikut:
a. Peringatan pertama, berupa pemberitahuan tertulis mengenai
pelanggaran, kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh LSP
Peringatan kedua berupa denda administrasi
b. peringatan ketiga dengan membekukan lisensi yang diberikan.
(4) Peringatan keempat dalam bentuk pencabutan lisensi.
(5) Pemberian sanksi atau pencabutan lisensi tersebut ditembuskan
kepada instansi pemberi lisensi LSP sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 22
Sanksi bagi Penyedia Jasa/Pengguna Jasa
(1) Setiap pengguna jasa dan/atau penyedia jasa yang mempekerjakan
tenaga kerja konstruksi yang tidak memiliki sertifikat kompetensi

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 231


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

kerja dapat dikenai sanksi administratif berupa denda administratif


dan/atau dihentikan pelaksanaannya sampai terpenuhinya
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kewajiban
memiliki sertifikat kompetensi kerja bagi setiap tenaga kerja
konstruksi yang bekerja di bidang jasa konstruksi.
(2) Setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi
bertanggung jawab terhadap kelalaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) di atas sesuai dengan lingkup tanggung jawab masing-masing
pihak yang tertuang dalam kontrak kerja konstruksi.

Pasal 23
Sanksi bagi Tenaga Kerja
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang konstruksi
tidak memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja dikenai sanksi
administratif berupa pemberhentian dari tempat kerja.
(2) Tenaga kerja konstruksi dapat dipekerjakan kembali setelah memiliki
Sertifikat Kompetensi Kerja.
(3) Sanksi administratif diberlakukan setelah tim pengawas memberi
rekomendasi dari hasil pengawasan kepada penyedia jasa dan
pengguna jasa.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
Sertifikat Kompetensi Kerja yang dikeluarkan sebelum diundangkannya
Peraturan Menteri ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa
berlakunya habis.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia

Ditetapkan di : Jakarta

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 232


LAPORAN AKHIR
Manajemen Pelaksanaan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pada tanggal : .........................................

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN


PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
ttd
M. BASUKI HADIMULJONO

PT. Amythas Konsultan | BAB 2 - PROGRES KESELURUHAN KEGIATAN 2 - 233

Anda mungkin juga menyukai